Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

DIGITALISASI KOLEKSI KARYA SASTRA BALAI PUSTAKA SEBAGAI


UPAYA PELAYANAN DI ERA DIGITAL NATIVES
Mustofa

Abstrak

Digitalisasi adalah proses kegiatan mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Proses digitalisasi ini dapat dilakukan
terhadap berbagai bentuk koleksi atau bahan pustaka seperti, peta, naskah kuno, foto, karya seni patung, audio visual, lukisan,
dan sebagainya. Balai Pustaka merupakan suatu angkatan dalam periodisasi sastra yang terkenal dengan sebutan angkatan
pembangkit karena lahir pada masa kebangkitan sastra Indonesia yaitu pada periode tahun 1920 sampai tahun 1942. Tulisan ini
membahas tentang masalah yang muncul dalam digitalisasi terutama tentang hak cipta, keuntungan digitalisasi, proses digitalisasi,
dan contoh karya sastra Angkatan Balai Pustaka.

Kata kunci: Digitalisasi, Karya Sastra, Balai Pustaka, Digital Natives.

PENDAHULUAN Pemerintah dalam hal karya rekam yang berupa film


ceritera atau dokumenter”.
Pada acara pembukaan Book Fair di Benteng
Dalam perkembangannya perpustakaan juga tidak
Vastenburg Surakarta tanggal 3–9 Mei 2016 yang
lepas dari teknologi informasi. Tantangan baru teknologi
dihadiri oleh Bapak Anis Baswedan selaku Menteri
informasi khususnya untuk para penyedia informasi
Pendidikan Nasional menyisakan cerita yang sangat
adalah bagaimana menyalurkan informasi dengan cepat,
menarik, pada saat dialog ada salah satu peserta yang
tepat, akurat dan global. Perpustakaan sebagai salah satu
merupakan penyandang difabel, kemudian mengutarakan
penyedia informasi yang keberadaannya sangat penting
uneg-unegnya tentang koleksi-koleksi karya sastra
di dunia pendidikan, mau tidak mau harus memikirkan
terutama karya sastra angkatan balai pustaka yang
kembali bentuk yang tepat untuk menjawab tantangan ini.
saat ini susah untuk ditemukan, kalaupun ada biasanya
Salah satunya adalah dengan mewujudkan perpustakaan
bukunya sudah dalam keadaan kumel, berdebu dan
digital yang terhubung dengan jaringan internet tentunya
susah dijangkau oleh kaum difabel. Dia berharap kepada
dengan menyediakan koleksi dalam bentuk digital.
perpustakaan nasional untuk menyediakan karya-karya
(Rasiman, 2011;1).
sastra tersebut dengan versi pdf atau e-book sehingga
Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam
mudah diakses oleh masyarakat seluruh Indonesia.
sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan
Perpustakaan Nasional yang memiliki fungsi
mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini
deposit seluruh karya yang dihasilkan seluruh penerbit
berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah),
di Indonesia. Pasal 10 ayat 1 dalam UU RI Nomor
dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide
4 Tahun 1990 Tentang Serah Terima Karya Cetak
dan sebagainya. Pelestarian bahan pustaka tidak hanya
dan Karya Rekam diterangkan bahwa “Pengelolaan
menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga
karya cetak dan karya rekam yang diserahkan untuk
pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di
disimpan berdasarkan Undang-Undang ini dilakukan
dalamnya.
oleh Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah
yang menerimanya, atau badan lain yang ditetapkan oleh

* Pustakawan Perpustakaan ISI Surakarta


E-mail: mmustofa81@gmail.com

60
Koleksi bagi perpustakaan merupakan salah satu Melalui penyediaan sumber-sumber informasi
faktor yang sangat penting untuk terselenggaranya layanan digital, perpustakaan dapat mengembangkan program
perpustakaan dengan baik. Keterbatasan anggaran untuk yang memungkinkan para penggunanya untuk mengakses
menambah koleksi di suatu perpustakaan merupakan basis data perpustakaan. Mengingat pentingnya sumber-
masalah tersendiri bagi perpustakaan. Sedangkan sumber informasi digital ini sejumlah perpustakaan
kebutuhan akan informasi dari para pengguna semakin dalam beberapa tahun terakhir ini bekerja keras untuk
meningkat. Pengelolaan koleksi ini biasanya juga akan meningkatkan kapasitas informasi elektronik atau digital
memunculkan berbagai masalah. Selain membutuhkan mereka, apakah itu berupa jurnal elektronik (e-journal),
space yang luas karena pertambahannya yang cepat, e-theses, edisertations, atau buku-buku elektronik (e-
pemeliharaannya juga memerlukan tenaga dan biaya books) lainnya, baik yang disajikan secara utuh (full
yang relatif besar. Oleh karena itu pengalihan bentuk text) maupun sebagian (abstrak)-nya saja.
dari tercetak menjadi bentuk digital (digitalisasi) terhadap Dilihat dari segi legalitas dari suatu jenis ciptaan atau
koleksi ini merupakan satu solusi untuk meminimalkan koleksi yang didigitalkan, Wahono (1999:3) menyebutkan
masalah dalam pengelolaannya, juga dapat meningkatkan ada beberapa faktor penghambat di antaranya:
mutu pelayanan di perpustakaan. Koleksi Karya Sastra
1. Masalah mendigitalkan dokumen
khususnya terbitan Balai Pustaka yang jumlahnya ribuan
Pembuatan perpustakaan digital tidak menemui
yang dimiliki Perpustakaan Nasional sudah saatnya
masalah selama dokumen yang diterima berupa file
dialihmediakan atau digitalisasi sebagai bentuk dari
elektronik. Masalah muncul pada saat dokumen yang
pelestarian bahan pustaka maupun pelestarian informasi
diterima berupa file non-elektronik, misalnya berupa
yang terkandung didalamnya. Mengingat koleksi-koleksi
kertas atau buku. Proses pendigitalan koleksi tercetak
tersebut sudah tua umurnya dan sudah tidak diterbitkan,
agak rumit seperti halnya untuk mengubah format dari
serta susah ditemukan di pasaran.
isi sumber aslinya, apakah akan diformat sebagian
Zaman sekarang adalah era informasi, dan era
(abstrak) atau secara keseluruhan (full text).
informasi ini adalah era ter evolusinya segala hal. Kita
2. Masalah hak cipta, yaitu:
bisa melihat evolusi politik dari sistem konvensional
a. Hak cipta pada dokumen yang didigitalkan.
menuju digital. Generasi digital native mempunyai
Kegiatan di dalamnya adalah mengubah dokumen
proses belajar yang sangat berbeda dibanding generasi
tercetak ke dokumen digital, memasukkan
digital immigrant. Generasi digital native “jengah”
dokumen digital ke database, mengubah dokumen
ketika disuruh membaca Encyclopedia Brittanica, tapi
digital ke format Hypertext Markup Language
toh mereka tahu banyak hal. Hal ini bisa terjadi karena
(HTML).
mereka selalu berpacaran dengan “Google” dan search
b. Hak cipta pada dokumen di jaringan komunikasi.
engine lain. Kemampuan belajar mereka jauh lebih cepat
Di dalam hukum hak cipta masalah transfer
karena segala informasi ada di ujung jari mereka.
dokumen atau koleksi lewat jaringan komputer
belum didefinisikan dengan jelas. Hal yang perlu
Problematika Hak Cipta disempurnakan adalah tentang hak menyebarkan,
Pada tahap perkembangan dan kemajuan suatu hak meminjamkan, hak memperbanyak, hak
lembaga informasi termasuk juga perpustakaan dalam menyalurkan baik kepada masyarakat umum atau
membangun infrastruktur jaringan elektronik atau digital pribadi. Semua transfer datanya memanfaatkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: media jaringan komputer termasuk di dalamnya
1. Eksternalitas pada tingkat sosial, seperti penerapan internet, intranet, dan sebagainya.
hukum pada kekayaan intelektual (copyright), c. Masalah penarikan biaya. Hal ini menjadi masalah
investasi dalam infrastruktur komunikasi nasional. terutama untuk perpustakaan digital swasta yang
2. Keterbatasan lembaga dan organisasi lokal, seperti menarik biaya untuk setiap dokumen yang diakses
ketersediaan sumber daya, kebutuhan pengguna, maupun yang dicetak. Namun, dalam prakteknya
kepemimpinan seseorang dalam mengatur perpustakaan juga sangat sulit untuk menerapkan
organisasi. peraturan hak cipta secara optimal.
3. Terobosan teknologi informasi mengubah kebiasaan Berkaitan dengan permasalahan di atas, Pendit
sosial dan kerja dalam skala besar (2007:166) mengatakan bahwa ketentuan hukum

Digitalisasi Koleksi Karya Sastra Balai Pustaka (Mustofa) 61


mengenai hak cipta adalah tidak adil bagi sebagian meningkatkan kualitas layanan dengan mengembangkan
pihak, termasuk juga tidak adil bagi perpustakaan. koleksi elektronik. Untuk itu, kuantitas sumber daya
Hal itu terjadi karena pihak perpustakaan beranggapan informasi elektronik yang dimiliki harus diperbaharui
bahwa lembaga-lembaga informasi yang besar saja, salah satu caranya yaitu dengan mendigitalisasi koleksi
seperti halnya penerbit buku dan agen-agen informasi Karya Sastra Balai Pustaka guna mendukung kebutuhan
ternama yang mengambil keuntungan terbanyak dari sumber bacaan serta kegiatan proses belajar mengajar
materi-materi yang dilindungi hak cipta, dan bukan para dan penelitian pada semua elemen masyarakat. Deegen
pencipta karya tersebut. menjelaskan dalam bukunya Digital Futures (Deegan dan
Tanner: 2002:23), ada beberapa keuntungan digitalisasi
Pengertian dan Perlunya Digitalisasi Koleksi yaitu antara lain:
1. Akses cepat ke item permintaan tinggi dan sering
Pengertian digitalisasi menurut Terry Kuny dalam digunakan
Rasiman adalah “mengacu pada proses menerjemahkan
2. Akses mudah ke komponen individual dalam item
suatu potongan informasi seperti sebuah buku, rekaman
(contoh: artikel dalam jurnal)
suara, gambar atau video, ke dalam bit-bit. Bit adalah
3. Akses cepat ke materi secara remote
satuan dasar informasi di dalam suatu sistem komputer. 4. Kemampuan untuk mendapatkan materi yang tidak
Sedangkan menurut Marilyn Deegan “digitalisasi adalah diterbitkan lagi (out of print)
proses konversi dari segala bentuk dokumen tercetak atau 5. Berpotensi untuk menampilkan materi dalam format
yang lain ke dalam penyajian bentuk digital”.
yang tidak dapat dicapai (contoh: ukuran terlalu besar
Dalam bidang perpustakaan, proses digitalisasi atau peta)
adalah kegiatan mengubah dokumen tercetak menjadi 6. Mengizinkan penyebaran koleksi dan digunakan
dokumen digital. Proses digitalisasi ini dapat dilakukan secara bersama
terhadap berbagai bentuk koleksi atau bahan pustaka 7. Berpotensi untuk mempresentasikan benda yang
seperti, peta, naskah kuno, foto, karya seni patung, audio mudah pecah/asli mahal dengan pengganti dalam
visual, lukisan, dan sebagainya. Untuk mendigitalisasi format yang dapat diakses
masing-masing bentuk koleksi tersebut tentunya 8. Meningkatkan kemampuan penelusuran, termasuk
digunakan cara yang berbeda. Misalnya untuk karya full text
seni patung dan lukisan, biasanya menggunakan kamera 9. Integrasi pada media yang berbeda (gambar, suara,
digital atau merekamnya dalam bentuk gambar bergerak video, dll)
sehingga menghasilkan foto digital atau video. Sedangkan 10. Mengurangi beban atau ongkos pengiriman
untuk dokumen cetak lain biasanya menggunakan mesin
scanner. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
Menurut Wahyu Supriyanto, ada beberapa alasan digitalisasi terhadap koleksi adalah untuk perluasan
mengapa bahan pustaka perlu di digitalisasi, yaitu: pemanfaatan dan kemudahan akses. Pemanfaatan dan
1. Bahan-bahan pustaka seperti buku, skripsi, tesis, akses terhadap sumber daya informasi elektronik jauh
disertasi, jurnal ataupun artikel yang ada sangat lebih luas jika dibandingkan dengan bahan tercetak.
dimungkinkan untuk tersedia dalam format digital Sumber daya informasi elektronik dapat digunakan
(bukan kertas). oleh banyak pengguna (multi user) dalam waktu yang
2. Dapat menghemat tempat penyimpanan bersamaan dan dapat dimanfaatkan dengan akses jarak
3. Bahan pustaka lebih aman dari kerusakan sehingga jauh (remote access) tanpa harus datang ke perpustakaan.
lebih tahan lama. Pemanfaatan sumber daya informasi elektronik dapat
4. Jika dipasang pada Website dapat diakses oleh banyak dilakukan tidak hanya oleh pengguna dari internal
orang dan dari mana pun. institusi, akan tetapi juga oleh masyarakat luas, sekaligus
berfungsi sebagai sosial kontrol apabila sumber daya
Tujuan Digitalisasi tersebut dipublikasikan secara terbuka di internet.
Melalui digitalisasi, perpustakaan dapat menyimpan
Perpustakaan Nasional sebagai penyedia layanan ribuan bahkan jutaan karya local content maupun koleksi
informasi harus memainkan peran untuk mampu
lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu.

62 Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga – Vol. 8 No. 2 Juli–Desember 2018: 61–68


Proses Digitalisasi Dokumen 4. Uploading
Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata
Menurut Syakirin Pangaribuan pengelolaan dokumen
dan meng-upload berkas dokumen tersebut ke digital
elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki
library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF
perbedaan dengan pengelolaan dokumen tercetak. Proses
yang berisi full text karya dari mulai halaman judul
pengelolaan dokumen elektronik melewati beberapa
hingga lampiran, yang telah melalui proses editing.
tahapan, yang dapat kita rangkumkan dalam proses
Karena bertujuan untuk diakses ke seluruh masyarakat
digitalisasi, penyimpanan dan pengaksesan/temu kembali
Indonesia maka harus dibutuhkan sebuah server yang
dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik
berhubungan dengan internet, yang berisi seluruh
dan terstruktur adalah bekal penting dalam pembangunan
metadata dan full text karya yang dapat diakses oleh
sistem perpustakaan digital (digital library).
seluruh pengguna.
1. Proses Digitalisasi Dokumen
Proses perubahan dari dokumen tercetak (printed Karakteristik Karya Sastra Balai Pustaka
document) menjadi dokumen elektronik sering disebut
dengan proses digitalisasi dokumen. Dokumen mentah Sastra merupakan suatu kata yang sampai saat
(jurnal, prosiding, buku, majalah, dsb) diproses dengan ini belum ada yang mampu menafsirkan secara tepat
sebuah alat (scanner) untuk menghasilkan dokumen tentang pengertiannya, bahkan kata tersebut sampai
elektronik. Proses digitalisasi dokumen ini tentu tidak saat ini masih menjadi bahan pertanyaan para ilmuan
diperlukan lagi apabila dokumen elektronik sudah demi untuk mencari keselarasan pengertian yang tepat.
menjadi standar dalam proses dokumentasi sebuah Menurut Teeuw (2002: 23) kata sastra dalam bahasa
organisasi. Indonesia berasal dari bahasa sansekerta; akar kata
2. Proses Penyimpanan sas- dalam kata kerja turunan berarti mengarahkan,
Pada tahap ini dilakukan proses penyimpanan mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi.
dimana termasuk didalamnya adalah pemasukan Akhiran –tra biasanya menunjukkan alat, sarana. Maka,
data (data entry), editing, pembuatan indeks dan berdasarkan penggabungan tersebut sastra dapat berarti
klasifikasi berdasarkan subjek dari dokumen. alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau
Klasifikasi bisa menggunakan UDC (Universal alat pengajaran.
Decimal Classification) atau DDC (Dewey Seperti yang telah kita ketahui, definisi karya sastra
Decimal Classification) yang banyak digunakan dalam Maimunah adalah “suatu karya yang mengandung
di perpustakaan-perpustakaan di Indonesia. Ada nilai seni dan mengarah kepada pedoman-pedoman
dua pendekatan dalam proses penyimpanan, serta pemikiran-pemikiran hidup”. Sedangkan Sastra
yaitu pendekatan basis file (file base approach) Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat
dan pendekatan basis data (database approach). di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas
Masing-masing pendekatan memiliki kelebihan dan dirujuk kepada sastra berbahasa akarnya, yakni bahasa
kelemahan, dan kita dapat memilih pendekatan mana melayu.
yang akan kita gunakan berdasarkan kebutuhan. Sastra di Indonesia sudah ada sejak dulu sekali
3. Proses Pengaksesan dan Pencarian Kembali bahkan mungkin sudah ada sejak zaman purbakala
Dokumen dimana manusia-manusia purba memulai untuk
Inti dari proses ini adalah bagaimana kita dapat menggambar dan menulis sesuatu di dalam gua-gua,
melakukan pencarian kembali terhadap dokumen yang sehingga menghasilkan karya-karya sastra. Tetapi
telah kita simpan. Metode pengaksesan dan pencarian karya-karya tersebut kemudian menghilang karena
kembali dokumen akan mengikuti pendekatan perkembangan zaman yang mungkin kurang maju.
proses penyimpanan yang kita pilih. Pendekatan “Angkatan Balai Pustaka” ini muncul setelah “Angkatan
database membuat proses ini lebih fleksibel dan Sastra Melayu Lama” yang muncul antara sekitar tahun
efektif dilakukan, terutama untuk penyimpanan data 1870–1942.
sekala besar. Disisi lain, kelemahannya adalah relatif Menurut Sarwadi dalam Maimunah “Balai Pustaka
lebih rumitnya sistem dan proses yang harus kita mempunyai pengaruh terhadap perkembangan sastra
lakukan. Indonesia yaitu dengan keberadaannya maka sastrawan
Indonesia dapat melontarkan apa yang menjadi beban

Digitalisasi Koleksi Karya Sastra Balai Pustaka (Mustofa) 63


pikirannya melalui sebuah tulisan yang dapat dinikmati mempersatukan daerah-daerahnya demi keutuhan bangsa
oleh dirinya sendiri dan juga orang lain (penikmat Indonesia. Disisi lain Balai Pustaka juga dikenal sebagai
sastra)”. Balai Pustaka mempunyai tujuan untuk nama suatu penerbit besar yang berdiri pada sekitar tahun
memberikan konsumsi berupa bacaan kepada rakyat yang 1920an yang pada tahun tersebut beriringan dengan
berisi tentang politik pemerintahan kolonial, sehingga munculnya angkatan Balai Pustaka. Munculnya angkatan
dengan hal itu Balai Pustaka telah memberikan informasi Balai Pustaka memang disesuaikan dengan karya-karya
tentang ajaran politik kolonial. Berdasarkan pernyataan besar yang terkenal pada waktu itu yang sebagian besar
tersebut maka dengan didirikannya Balai Pustaka telah diterbitkan dari penerbit Balai Pustaka Jakarta.
memberikan manfaat kepada rakyat Indonesia karena Berbicara mengenai periodisasi sastra khususnya
sastra Indonesia menjadi berkembang. Balai Pustaka maka tidak menutup kemungkinan kalau
Balai Pustaka merupakan suatu angkatan dalam meninjau tentang keadaan sosial pada tahun 1920an,
periodisasi sastra yang terkenal dengan sebutan angkatan dimana menurut Teeuw (1980: 15) pada tahun tersebut
pembangkit karena lahir pada masa kebangkitan sastra merupakan tahun lahirnya kesusastraan Indonesia
Indonesia yaitu pada periode tahun 1920 sampai tahun modern. Pada waktu itu para pemuda Indonesia mulai
1942. Namun Balai Pustaka juga dikenal sebagai nama menyatakan perasaan dan ide yang berbeda dengan
sebuah penerbit yang memang keberadaannya menunjang masyarakat setempat. Perasan itu dituangkan dalam
penerbitan sastra-sastra pada masa itu. Melihat kenyataan bentuk sastra namun menyimpang dari bentuk sastra
tersebut maka karakteristik yang membedakan sastra melayu, jawa, dan sastra-sastra lain sebelumnya.
angkatan Balai Pustaka dengan sastra angkatan lainnya Pada masa ini bahasa Melayu Riau dipandang sebagai
adalah: karya-karyanya kebanyakan bertemakan kawin bahasa Melayu standar yang lebih baik dari dialek-dialek
paksa, memuat pertentangan paham antara kaum tua Melayu lain seperti Betawi, Jawa, atau Sumatera. Oleh
dengan kaum muda, unsur nasionalitas yang terkandung karena itu, para lulusan sekolah asal Minangkabau, yang
dalam karya sastra belum jelas, peristiwa yang diceritakan diperkirakan lebih mampu mempelajari bahasa Melayu
hanya merupakan realitas kehidupan, analisis psikologi Riau, dipilih sebagai dewan redaksi. Beberapa diantaranya
dalam karya sastra masih kurang, karya-karya angkatan adalah Armjin Pane dan Alisjahbana. Angkatan Balai
Balai Pustaka bersifat didaktis, bahasa yang digunakan Poestaka baru mengeluarkan novel pertamanya yang
adalah bahasa melayu umum, serta yang paling berjudul Azab dan Sengsara karya Merari Siregar pada
membedakan sastra angkatan Balai Pustaka dengan tahun 1920-an. Novel yang mengangkat fenomena
angkatan lainnya yaitu genre asil karyanya berupa novel, kawin paksa pada masa itu menjadi tren baru bagi dunia
pantun dan syair. sastra. Novel-novel lain dengan tema serupa pun mulai
Angkatan Balai Pustaka bisa disebut masa dimana bermunculan. Adapun ciri-ciri karya sastra pada masa
proses modernisasi karya-karya sastra terjadi. Dimana Balai Poestaka, yaitu:
tidak lagi terpaut oleh budaya-budaya melayu yang kental.
1. Gaya Bahasa : Ungkapan klise pepatah/
Balai Pustaka merupakan suatu angkatan yang sangat
pribahasa.
berpengaruh kepada perkembangan perpustakaan baru
2. Alur : Alur Lurus.
terutama yang tertulis dengan huruf latin (Usman, 1979:
3. Tokoh : Plot karakter ( digambarkan
15). Hal itu tercermin dengan pindahnya pusat perhatian
langsung oleh narator).
orang-orang yang berminat kepada kesusastraan ke Balai
4. Pusat Pengisahan : Terletak pada orang ketiga
Pustaka (Jakarta) yang berpengaruh pada perkembangan
dan orang pertama.
bahasa dari bahasa melayu baru (yang banyak dipengaruhi
5. Terdapat digresi : Penyelipan/sisipan yang tidak
oleh bahasa-bahasa daerah dan bahasa surat kabar)
terlalu penting, yang dapat
kemudian menjelma menjadi bahasa Indonesia.
menganggu kelancaran teks.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan munculnya
6. Corak : Romantis sentimental.
angkatan Balai Pustaka maka telah membuka hati para
7. Sifat : Didaktis (pendidikan)
penulis untuk mau memperlihatkan hasil karyanya
8. Latar belakang sosial : Pertentangan paham antara
yang dulunya menggunakan bahasa daerah kemudian
kaum muda dengan kaum
beralih menggunakan bahasa Indonesia sebagai
tua.
ungkapan rasa bangga berbangsa Indonesia. Selain itu,
9. Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas
dengan munculnya angkatan Balai Pustaka maka telah
kehidupan masyarakat.
membuka semangat dan kesadaran para penulis untuk

64 Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga – Vol. 8 No. 2 Juli–Desember 2018: 61–68


Tabel 1. Tokoh dan hasil karya sastra Balai Pustaka
No Nama Hasil Karya
1 Nur Sutan Iskandar Karangan asli
(Lahir di Maninjau tahun Salah pilih (dikarang dengan nama samaran Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua
1893) (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik),
Katak Hendak Jadi lembu, Neraka Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit
pada jaman Jepang tahun1944), Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban
(dikarang bersama dengan I.Wairata).
Karangan terjemahan
Anjing Setan – A. Canon Doyle, Gidang Intan Nabi Sulaiman – Rider Haggard, Kasih
Beramuk dalam Hati – Beatrice Harraday, Tiga Panglima Perang – Alexander Dumas,
Graaf De Monto Cristo – Alexander Dumas, Iman dan Pengasihan – H Sien Klewiex,
Sepanjang Gaaris kehidupan – R Casimir.
Karangan saduran
Pengajaran Di Swedwn – Jan Lightair, Pengalaman Masa Kecil – Jan Lighard, Pelik-
pelik Kehidupan – Jan Lighard, Si Bakil – Moliere Lavare, Abu Nawas, Jager Bali,
Korban Karena Penciiptaan, Apa Dayaku karena Aku Seoarng Perempuan, Dewi
Rimba
Catatan harian
Ujian Masa (21-7-1947 s/d 1-4-1948)
2 Abdul Muis Hasil karyannya : Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) –
novel sejarah, Robert Anak suropati (1953) – novel sejarah, Sebatang Kara (Hector
Mallot) – karangan terjemahan.
3 Marah Rusli Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) – Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan
Lahir di Padang 7 Agustus Kemenakan (1956), Memang Jodoh – La Harni (1952).
1989 dan meninggal di
Bandung 17 Januari 1968
4 Aman Datuk Majaindo Karya-karyanya: Si Doel Anak Betawi (cerita anak-anak), Anak Desa (cerita anak-
Lahir di Solok pada tahun anak), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Menebus Dosa, Perbuatan Dukun – Rusmala
1896. dewi (dikarang bersama S. Harja Sumarta), Sebabnya Rapiah Tersesat (1934), Syair
Si Banso (Gadis Durhaka) terbit tahun 1931 – Kumpulan Syair, Syair Gul Bakawali
(1936) – Kumpulan Syair.
5 Muhammad Kasim Karya-karyanya : Pemandangan Dunia Anak-anak, Teman Dukun (kumpulan cerpen),
Lahir tahun 1886 Muda Terung, Pengeran Hindi, Niki Bahtera.
6 Tulis Sutan Sati Hasil karyanya:
 Karangan yang berbentuk novel: Tidak Membalas Guna (1932), Memutuskan
Pertalian (1932), Sengsara Membaaw Nikmat (1928).
 Cerita lama yang disadur dalam bentuk syair: Siti Marhumah yang Saleh, Syair
Rosida.
 Hikayat lama yang ditulis kembali dalam bentuk prosa liris:Sabai Nan Aluih
7 Selasih dan Sa’adah Alim Karya-karyanya: Kalau Tak Ujung (1933), Pengaruh Keadaan (1973). Sa’adam Alim
Lahir tahun 1909 Karya-karyanya: Pembalasannya (1941) – sebuah sandiwara, Taman Penghibur
Hati (1941) – kumpulan cerpen, Angin Timur angina Barat (Preal S. Buck) – karya
terjemahan.
8 Merari Siregar Hasil karyanya: Azab dan Saengsara (1920)
9 I Gusti Njoman Pandji Karya-karyanya: Ni Rawi Ceti Penjual Orang (1935), I Swasta Setahun di Bedahulu
Tisna (1941), Sukreni Gadis Bali, Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi (Kembali Kepada
Tuhan)

Digitalisasi Koleksi Karya Sastra Balai Pustaka (Mustofa) 65


No Nama Hasil Karya
10 Paulus Supit Hasil karyanya: Kasih Ibu (1932)
11 Suman H.S Karya-karyanya: Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Saetia (1931), Mencari Pencuri
Lahir di Bengkalis, Anak Perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) – Kumpulan Cerpen.

10. Puisinya berbentuk syair dan pantun. budaya bangsa perlu dipersiapkan dan dikelola dengan
11. Menggambarkan tema pertentangan paham antara baik, agar dapat diwujudkan sistem perpustakaan yang
kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, komprehensif yang bermuara pada kepuasan pengguna.
soal kawin paksa, permaduan, dll. Saat ini, perpustakaan tidak lagi berorientasi pada teknis
12. Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat pengolahan bahan pustaka, akan tetapi berorientasi kepada
kedaerahan. pemakai. Perpustakaan yang berorientasi kepada pemakai
akan selalu membuat produk yang terbaru, sumber daya
Tokoh-Tokoh Angkatan Balai Pustaka Beserta Hasil manusia yang profesional, serta memberikan pelayanan
Karyanya yang terbaik untuk pemakainya. Tantangan perpustakaan
di era global ini antara lain harus mampu meningkatkan
Menurut Rosidi (1986: 37) tokoh-tokoh yang kemampuan dan mengikuti perkembangan kebutuhan
termasuk dalam angkatan Balai Pustaka dapat dilihat informasi yang berkualitas sehingga dapat memenuhi
pada tabel 1. kebutuhan pengguna sesuai harapannya.
Dengan demikian, perpustakaan tidak lagi hanya
Pelayanan di Era Digital Natives berperan sebagai tempat penyimpanan buku dan
Dewasa ini, digitalisasi merupakan suatu tuntutan memberikan layanan peminjaman buku, akan tetapi
dalam pemberian jasa layanan perpustakaan untuk sudah menjadikan informasi yang dimiliki sebagai
mendapatkan informasi yang aktual, akurat, dan sesuai komoditi yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
dengan kebutuhan pengguna. Permadi (16-17) mengatakan Dari sinilah perpustakaan dapat menunjukkan eksistensi
bahwa “untuk mencapai hasil yang optimal dalam upaya dan perannya dalam menghadapi era informasi global. A.
memajukan perpustakaan, maka pengelola perpustakaan PH. Permadi (18–19).
mempunyai pedoman antara lain perpustakaan harus
selektif dan mempunyai kemampuan”: KESIMPULAN
1. Mengetahui pengguna/user setempat dan informasi Sastra di Indonesia sudah ada sejak dulu sekali
yang diperlukan bahkan mungkin sudah ada sejak zaman purbakala
2. Menyediakan koleksi yang relevan dan akurat dimana manusia-manusia purba memulai untuk
3. Mengusahakan layanan jasa pada saat diperlukan menggambar dan menulis sesuatu di dalam gua-gua,
4. Memotivasi pengguna/user untuk mengoptimalkan sehingga menghasilkan karya-karya sastra. Tetapi
fasilitas yang ada diperpustakaan. karya-karya tersebut kemudian menghilang karena
Pemakai perpustakaan (user) di Perpustakaan perkembangan zaman yang mungkin kurang maju.
Nasional sebagian besar adalah mahasiswa. Persoalan “Angkatan Balai Pustaka” ini muncul setelah “Angkatan
revolusi informasi dan masalah yang berkaitan dengan Sastra Melayu Lama” yang muncul antara sekitar tahun
ledakan informasi semua akan terfokus di sekeliling 1870–1942.
pemakai. Bahkan keberhasilan sistem informasi sangat Dewasa ini, digitalisasi merupakan suatu tuntutan
tergantung bagaimana sistem tersebut mempertimbangkan dalam pemberian jasa layanan perpustakaan untuk
secara tepat apa dan bagaimana karakter pemakainya. mendapatkan informasi yang aktual, akurat, dan sesuai
Dengan demikian, dalam sistem informasi pemakai dengan kebutuhan pengguna. Perpustakaan Nasional
merupakan seseorang yang tidak dapat diabaikan jika sebagai penyedia layanan informasi harus memainkan
sistem informasi tersebut diharapkan berhasil. peran untuk mampu meningkatkan kualitas layanan
Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola dengan mengembangkan koleksi elektronik. Untuk itu,
sumber informasi dan pelestari bahan pustaka hasil kuantitas sumber daya informasi elektronik yang dimiliki

66 Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga – Vol. 8 No. 2 Juli–Desember 2018: 61–68


harus diperbaharui salah satu caranya yaitu dengan Meningkatkan Mutu dan Pelayanan Perpustakaan,
mendigitalisasi koleksi Karya Sastra Balai Pustaka guna Diselenggarakan oleh Panitia Seminar Nasional Forum
mendukung kebutuhan sumber bacaan serta kegiatan Komunikasi Perpustakaan Medan, Universitas HKBP
proses belajar mengajar dan penelitian pada semua elemen Nommensen, 1 Desember 2011.
masyarakat. Rosisdi, Ajip. 1986. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia.
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Syakirin Pangaribuan, Pengelola Perpustakaan Digital.
DAFTAR PUSTAKA Disampaikan pada Seminar Perpustakaan Digital
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara
Deegan, Marilyn [and] Simon Tanner. 2002. Digital Futures:
Medan, 26 Juli 2010. dalam http://dokumen.tips/
strategies for the information age. London: Library
documents/pengelolaan-perpustakaan-digital.html,
Association Publishing.
diunduh pada tanggal 21 Juli 2018.
Maimunah, Makalah Sejarah Sastra, dalam https://
Teeuw, A. 2002. Sastra dan Ilmu Sastra. Yoyakarta:
maimunahh.wordpress.com/2015/01/01/makalah-
Universitas Negeri Yoyakarta
sejarah-sastra/, diunduh pada tanggal 21 Juli 2018.
Usman, Zuber. 1979. Kesusastraan Baru Indonesia. Jakarta:
Pendit, Putu Laxman. 2007. Perpustakaan Digital:
Gunung Agung.
Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia.
Wahono, Romi Satria. Digital Library dan Proyek-Proyek
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Penelitiannya, dalam Jurnal DIMENSI: Warta Sains
Permadi, dalam http://e-journal.uajy.ac.id/7545/2/thesis1.pdf,
dan Teknologi, Vol.2, No.1, Juli 1999.
diunduh pada tanggal 21 Juli 2018.
Wahyu Supriyanto, Digitalisasi Koleksi Perpustakaan
Rasiman, Digitalisasi Local Content: ONTENT: Perluasan
Prospek dan Kendala, dalam http://old.lib.ugm.ac.id/
Pemanfaatan dan Akses Layanan Perpustakaan.
data/pubdata/pusta/wahyus.pdf, diunduh pada tanggal
Disampaikan pada Seminar dan Workshop
21 Juli 2018.
Pemberdayaan Repositori Perpustakaan Untuk

Digitalisasi Koleksi Karya Sastra Balai Pustaka (Mustofa) 67

Anda mungkin juga menyukai