Anda di halaman 1dari 43

GLOSSARY

APD, adalah Alat Pelindung Diri yaitu kelengkapan wajib yang


digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk
menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di
tempat kerja
APAR, Alat Pemadam Api Ringan
dB, adalah Desibel, (Lambang Internasional = dB) yaitu satuan untuk mengukur
intensitas suara
K3, adalah singkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
K3LH, adalah singkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, serta
Lingungan Hidup.
Hz, adalah Hertz, yaitu Frekuensi suara atau frekuensi audio getaran frekuensi
yang terdengar oleh manusia
SMK3, adalah Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
merupakan upaya integratif yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan
oleh pihak manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat langsung
C. MATERI PEMBELAJARAN
dengan pekerjaan.
Sol, adalah alas sepatu dan biasanya terbuat dari bahan karet

244
A. Pendahuluan

Pekerjaan konstruksi di bidang bangunan merupakan kompleksitas kerja yang


melibatkan bahan bangunan, peralatan, perlengkapan, teknologi dan tenaga
kerja yang secara sendiri ataupun bersama-sama dapat menjadi sumber
potensial terjadinya kecelakaan. Selain itu pekerjaan konstruksi di bidang
bangunan pada umumnya merupakan pekerjaan di lapangan terbuka yang
mudah terpengaruh oleh cuaca. Macam pekerjaan dapat berlangsung di
bagian atas bangunan, dibawah tanah, dalam genangan air, pada tempat-
tempat lembab ataupun gelap yang berpotensi terhadap kesehatan kerja.
Pekerja bangunan sebagai SDM tenaga kerja merupakan faktor yang sangat
penting dalam pelaksanaan pembangunan fisik, oleh karena itu perlu
dilindungi diberi pemahaman tentang K3LH. Apalagi bila tenaga kerja yang
telah trampil atau yang mempunyai keahlian mendapatkan kecelakaan yang
akan berakibat terhadap waktu penyelesaian pekerjaan dan pada akhirnya
merugikan bagi perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan.

Dalam era pembangunan saat ini di Indonesia, masalah keselamatan dan


kesehatan kerja (K3) mendapat perhatian serius semua pihak. Karena
penerapan K3 ini sangat berhubungan erat dengan berbagai aspek dalam
kehidupan baik itu dimulai dari lingkungan rumah tangga, lingkungan kerja,
tempat kerja dan masyarakat umum juga sangat dekat dan terkait dengan
faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan K3. Keselamatan dan
kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja

245
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan
kerja. Budaya K3 ini harus diterapkan didalam mendukung produktivitas kerja
dan hasil yang tinggi, efisiensi biaya dapat tercapai karena menghindari
bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan
kenyamanan dan suasana yang baik serta kondusif. Penerapan Sistem
Manajemen K3 yang mengacu kepada standard dan peraturan yang berlaku
seperti Permennaker RI No: 05/ MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), merupakan tuntutan saat ini, dan
sebagian sekolah sudah melaksanakannya dalam lingkup pembelajaran
praktiknya.

Peraturan perundang-undangan yang mewajibkan perencana dan pelaksana


kerja bidang konstruksi bangunan untuk melaksanakan Kesehatan dan
Keamanan Kerja (K3) pada proyek yang menjadi tanggung jawabnya guna
menjamin perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan dan gangguan
kesehatan kerja. Pelaksana lapangan sebagai petugas perencana dan
pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan di lapangan perlu mengetahui
pokok-pokok kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada pekerjaan
konstruksi di bidang bangunan yang meliputi :
1) Peraturan Perundangan yang berlaku.
2) Lembaga atau Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3) Sebab-sebab serta cara pencegahan terjadinya kecelakaan.
4) Sebab-sebab serta cara pencegahan gangguan kesehatan tenaga
kerja pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan.

Beberapa Peraturan dan perundangan yang berkaitan dengan Kesehatan dan


Keselamatan Kerja (K3) pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan
adalah :
1) Pada tahun 1989 telah dikeluarkan Undang-undang No.14 tahun 1989
tentang Kesehatan Tenaga Kerja. Yang sebelumnya pada tahun 1970
telah dikeluarkan Undang-undang No.1 tentang Keselamatan Kerja.
2) Pada tahun 1980 Menteri Tenaga Kerja telah mengeluarkan Peraturan
No.01atauMENatau1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
pada Konstruksi di bidang bangunan Bangunan.

246
3) Pada tahun 1986 Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
menerbitkan Surat Keputusan bersama No.174 atau MEN atau 1986
dan 104 atau KPTS atau 1986 tentang Pedoman Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Tempat Pekerjaan Konstruksi di bidang
bangunan.

Dengan adanya peraturan perundangan tersebut, maka telah lengkap dan


mantap landasan hukum untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) pada pekerjaan konstruksi di bidang bangunan. Oleh karena itu
menjadi kewajiban semua pihak yang terlibat pada konstruksi di bidang
bangunan antara lain pemberi kerja, pelaksana bangunan, pengawas dan
tenaga kerja untuk melaksanakan peraturan dan perundangan tersebut.
Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi bangunan harus
mempunyai petugas dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
yang disebut Petugas Kesehatan. Adapun tugas petugas kesehatan adalah :
1) Membuat perencanaan dan program pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di Proyek.
2) Melakukan penyuluhan dan pemberian informasi serta latihan tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3) Mencatat data kecelakaan.
4) Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat penting dan bermanfaat baik
bagi pemberi kerja, pelaksana bangunan maupun tenaga kerja. Bila tidak
melaksanakannya dapat menimbulkan kerugian. Kerugian-kerugian antara
lain :
1) Bagi Pemberi Kerja; Bila terjadi kecelakaan dan terjadi musibah (misalnya
kebakaran), maka proyek dapat tertunda penyelesaiannya. Sekalipun
pemberi kerja tidak akan mengeluarkan biaya tambahan karena adanya
kebakaran tsb, namun tertundanya penyelesaian proyek bearti merupakan
penundaan manfaat proyek yang dibiayai dari dana kredit, jelas pemberi
kerja akan menanggung bunga kredit itu selama waktu tertundanya proyek
beroperasi.

247
2) Bagi Perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi banguna; Banyak
sekali kerugian yang harus dipikul. Baik kerugian dalam keuangan, beban
pikiran dan reputasi. Bila terjadi kecelakaan dan kecelakaan tersebut
menimbulkan kerugian masyarakat yang besar, perencana dan pelaksana
kerja bidang konstruksi bangunan akan diprotes, dituntut bahkan
dicacimaki oleh Pers.
3) Bagi Tenaga Kerja (Naker); Bagi tenaga kerja yang mendapat kecelakaan,
apalagi cacat berat bearti yang bersangkutan akan kehilangan
kesempatan bekerja sesuai kemampuan yang dimilikinya, atau tidak dapat
bekerja sama sekali. Bagi yang sudah berumahtangga kecelakaan dapat
menimbulkan penderitaan istri dan anak-anaknya.

B. Pelaksanaan K3 Pekerjaan Konstruksi

Penjelaan dan pemahaman tentang Keselamatan kerja khusus untuk sektor


konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-
01/Men/1980, peraturan mengenai keselamatan kerja untuk konstruksi
tersebut, dapat memadai untuk kondisi di Indonesia. Rendahnya kesadaran
masyarakat akan masalah keselamatan kerja, dan rendahnya tingkat
penegakan hukum oleh pemerintah, mengakibatkan penerapan peraturan
keselamatan kerja yang masih jauh dari optimal, yang pada akhirnya
menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Pemerintah telah
sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu
melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan
perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU
13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang ini mencakup berbagai hal
dalam perlindungan pekerja yaitu upah, kesejahteraan, jaminan sosial tenaga
kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan kesehatan kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980


Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan.

248
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut,
pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum
dan Menteri Tenaga Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai ”Pedoman K3 Konstruksi” ini
merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk
konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif,
namun terkadang sulit dimengerti karena menggunakan istilah istilah yang
tidak umum digunakan, serta tidak dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang
memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya sangat menghambat
penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan perbedaan
pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas
konstruksi.

Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada


penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3
yang bersifat umum dan yang bersifat khusus untuk penyelenggaraan
konstruksi yakni:
1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri
Pekerjaan Umum masing-masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan
104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi.

Pada proyek konstruksi, kecelakaan kerja yang terjadi dapat menimbulkan


kerugian terhadap pekerja dan kontraktor, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kecelakaan kerja tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu
faktor manusia, faktor peralatan, dan faktor lingkungan kerja. Beberapa faktor
yang menimbulkan kecelakaan, faktor manusia merupakan faktor paling

249
dominan menjadi penyebab kecelakaan kerja, selain itu, faktor peralatan
seperti crane ataupun faktor lingkungan kerja juga dapat menyebabkan
kecelakaan kerja jika tidak dikelola dengan benar. Tingginya kecelakaan kerja
yang banyak terjadi pada proyek konstruksi bisa menyebabkan dampak
secara langsung terhadap lembaga/organisasi dan penyedia jasa. Maka
sangatlah penting adanya pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
pada proyek konstruksi. Dampak yang terjadi berupa kerugian yang akan
dialami oleh lembaga/organisasi yang tidak menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja , meskipun sudah dikeluarkan suatu peraturan perundang-
undangan oleh pemerintah akibat kelalaian dalam pelaksanaan K3.

Gambar 16=1 : Diagram Organisasi K3 di Indonesia

250
Di Indonesia Peraturan Perundangan tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) telah memadai. Departemen Pekerjaan Umum bertanggung jawab
terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada Pekerjaan Konstruksi
di bidang bangunan. Dilingkungan Departemen Tenaga Kerja ada unit atau
petugas yang melakukan tugas pengawasan atau inspeksi yaitu para
Inspektor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Dilingkungan Departemen
Pekerjaan Umum terdapat unitataupetugas yang melaksanakan inspeksiatau
pengawasan, termasuk pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
Dalam kontrak pekerjaan konstruksi di bidang bangunan tercantum klosul
tentang kewajiban perencana dan pelaksana kerja bidang konstruksi
bangunan untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga
merupakan tingkat efisiensi fungsional dan / atau metabolisme organisme,
sering implisit manusia. Pada saat penciptaan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit
atau kelemahan". Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk
Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah; "sumber daya
bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep
positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.."
Klasifikasi sistem seperti WHO Keluarga Klasifikasi Internasional (WHO-FIC),
yang terdiri dari Klasifikasi Internasional Berfungsi, Cacat, dan Kesehatan
(ICF) dan Klasifikasi Internasional Penyakit (ICD) juga menentukan
kesehatan. (The Caduceus 2009). Jackson (1999), menjelaskan bahwa
Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-
kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh
lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Sementara keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata „safety’ dan
biasanya selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari
peristiwa celaka (accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada

251
hakekatnya keselamatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun
sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan
berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya
kecelakaan. Keselamatan dan kesehatan kerja saat ini merupakan istilah yang
sangat populer. Bahkan di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal
dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan, dan kesehatan kerja. Istilah
keselamatan dan kesehatan kerja, dapat dipandang mempunyai dua sisi
pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti sebagai suatu
pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai pengertian
sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu.

2. Peran dan Fungsi K3

Penjelasan dann pemahaman tentang k3 yang telah dijelaskan di atas,


menggiring kita untuk memahami tentang prosedur kerja K3 yang merupakan
cara untuk melakukan pekerjaan mulai awal hingga akhir yang didahului
dengan penilaian resiko terhadap pekerjaan tersebut yang mencakup
keselamatan dan kesehatan. Kita pernah melihat suatu pekerjaan itu
diselesaikan tetapi kecelakaan masih juga terjadi, setelah di investigasi
ternyata pekerja tersebut telah mengikuti prosedur kerja yang diberikan oleh
perusahaan. Setelah ditemukan akar permasalahannya, ternyata prosedur
kerja yang disosialisasikan tidak mempertimbangkan segi keselamatannya
sehingga kecelakaan pun terjadi. Disinilah pentingnya pembuatan prosedur
kerja K3 yang didasari oleh penilaian resiko baik itu resiko cidera, sakit akibat
kerja, kerusakan peralatan dan lingkungan.

Dengan demikian konsep K3 adalah suatu upaya guna memperkembangkan


kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau
pengurus dan tenaga kerja dalam tempat - tempat kerja untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan
keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Melalui
Pelaksanaan K3LH ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau

252
terbebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan
K3 dapat meningkatkan Efisiensi dan Produktivitas Kerja, karena berbagai
peran dan fungsi K3 iut sendiri, yaitu;
1) Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional.
2) Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin
keselamatannya.
3) Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
4) Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada
tindakan antisipasi dari perusahaan.

Sementara itu, K3 ini dibuat tentu mempunya tujuan di buatnya K3 secara


tersirat tertera dalam undang - undang nomor 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja tepatnya, yaitu;
1) Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
2) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan dari pada waktu
kebakaran atau kejadian - kejadian lain yang berbahaya
5) Memberi pertolongan pada kecelakaan
6) Memberi alat - alat perlindungan daripada pekerja
7) Mencegah dan mengendalikan timbul atau penyebab luasnya suhu,
kelembapan, kotoran, asap, vas, gas, hembusan angin, cuaca, atau
radiasik, suara, dan getaran.
8) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
9) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10) Menyelanggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik
11) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12) Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

253
13) Memelihata keserasian antara tenaga kerja, alat kerja , linngkungan
cara dan proses kerjanya.
14) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman, atau barang.
15) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
17) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Jadi, berdasarkan syarat - syarat keselamatan kerja diatas dapat disimpulkan


bahwa tujuan K3 antara lain sebagai berikut :
1) Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi - tingginya baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, maupun pekerja - pekerja
bebas.
2) Untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan -
kecelakaan akibat kerja perlu memelihara dan meningkatkan
kesehatan efisiensi dan daya produktivitas kerja serta meningkatkan
kegairahan dan kenikmatan kerja

Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang


dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hokum republik indonesia. Kemudian dalam penjelasannya pada
pasal 1 ayat (1), dengan perumusan ini, maka ruang lingkup dari UU tersebut
jelas ditentukan oleh 3 unsur yaitu:
 Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
 Adanya tenaga kerja yang bekerja.
 Adanya bahaya dan resiko kerja yang ada di tempat kerja.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

254
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya.
Secara disiplin ilmu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan sebagai ilmu
dan penerapannya secara teknis dan teknologis untuk melakukan
pencegahan terhadap munculnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
dari setiap pekerjaan yang dilakukan. Secara hukum, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja diartikan sebagai suatu upaya perlindungan agar setiap
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam
keaaan yang sehat dan selamat serta sumbersumber proses produksi dapat
dijalankan secara aman, efisien dan produktif.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan skala prioritas, karena


dalam pelaksanaannya, selain dilandasi oleh peraturan perundang-undangan
tetapi juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu keteknikan dan ilmu
kedokteran. Adapun tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatakan produksi
serta produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

3. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki
arti mengerjakan tanah, mengolah, dan memelihara. Sementara menurut The
American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu
keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial,
seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari
suatu kelompok manusia. Kemudian “Budaya Kerja”, adalah suatu falsafah
dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat,
kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan yang terwujud sebagai hasil
produktivitas kerja. Dengan demikian budaya kerja memiliki tujuan untuk
mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan
produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan
dating.

255
Pemahaman tentang kesehatan kerja yaitu meningkatkan kualitas hidup
tenaga kerja melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan gangguan
kesehatan atau penyakit yang mungkin dialami oleh tenaga kerja akibat
pekerjaan di tempat kerja. Kemudian keselamatan kerja, yaitu keselamatan
yang berkaitan dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin
keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari
kecelakaan kerja atau kerugian lainnya. Pemahaman tentang kesehatan dan
keselamatan di atas, bila dihubungkan dengan salah satu konsep adanya
Sekolah Menengah Kejuruan yang tamatannya diharapkan bisa langsung
terjun ke dunia industri menerapkan K3 dengan benar, untuk itu perlu
perhatian yang khusus dalam sarana dan prasarana dan dapat di praktikkan
dalam kegiatan belajar mengajar setiap hari.

Falsafah Keselamatan kerja adalah Menjamin keadaan, keutuhan dan


kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah manusia,serta hasil karya
dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan manusia khususnya. Guru dan
siswa, karyawan yang dibengkel merupakan komponen yang berhak atas K3,
karena memerlukan kenyamanan dalam bekerja. Keselamatan Dan
Kesehatan kerja merupakan dasar pokok yang harus dilaksanakan di bengkel
sekolah. Pembuatan UU tidak hanya diperuntukkan bagi industri , tetapi ada
jaminan disekolah yang melindungi komponen- komponennya. Di Indonesia
telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja; antara
lain sebagai berikut:
1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
2) Peraturan Menteri No. PER- 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Program keselamatan dan
kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu
pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dan program
keselamatan dan kesehatan kerja dapat berfungsi dan efektif, apabila
program tersebut dapat terkomunikasikan kepada seluruh lapisan individu
yang terlibat pada proyek konstruksi. Ada fenomena yang menarik yang

256
dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu pertama bahwa jasa industri konstruksi
merupakan sebuah industri yang memiliki resiko cukup besar, akan tetapi
dapat diminimalisir dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja
melalui pembentukan budaya kerja yaitu salah satunya budaya keselamatan
dan kesehatan kerja. Kedua, industri konstruksi merupakan sebuah industri
yang tidak sekedar berorientasi pada produk jadi sebagaimana pada industri
lain, akan tetapi berorientasi pada proses. Oleh karenanya dalam proses
tersebut perlu diperhatikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja
lembaga/organisasi berkaitan dengan resiko yang dimiliki.

Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan


lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju
peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui, bahwa
kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses
produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya
berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang
nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara
mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja
pada umumnya disebabkan tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik
dan benar, sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman.

Melaksanakan Pekerjaan secara aman sesuai peraturan K3, dimana setiap


Pekerja harus menyadari bahwa dalam bekerja kecelakaan bisa saja terjadi,
untuk itu mereka harus memahami dan mematuhi peraturan K3 dalam
bekerja, seperti; melihat keadaan tempat kerja, alat-alat pelindung diri,
apresiatif terhadap tanda-tanda/slogan-slogan tentang tanda bahaya, dan
setiap pekerja harus mengetahui/mempelajari undang- Undang No. 1 th.
1970 tentang keselamatan kerja. Pencegahan terhadap bahaya dari
kecelakaan kerja diidentifikasi pada latihan kerja dan dilaporkan sesuai
kebijakan perusahaan. Kondisi ditempatkerja agar diperiksa lebih seksama,

257
alat-alat pelindung diri dicek kelayakannya, alat-alat alarm diperiksa
keadaannya, bila ada kerusakan agar dicatat dan dilaporkan segera.

Gambar 16-2: Peralatan P3K

Tanggung jawab keselamatan di industri, jasa konstruksi diketahui dan


diaplikasikan, kebijakan-kebijakan, aturan-aturan yang menyangkut
keselamatan kerja/K3, disosialisasikan, bila terjadi kecelakaan agar segera
ditangani, format-format laporan agar disediakan. Peralatan pemadam
kebakaran dipilih dan dioperasikan secara benar sesuai dengan jenis
kebakaran. Adapun alat-alat pemadam kebakaran seperti; batang pengait,
tanga, pasir,alat hidrant, alat-alat penyembur, harus dipilih dan diperiksa agar
alat-alat tersebut dapat digunakan dengan baik saat terjadi kebakaran.
Prosedur Gawat Darurat dan P3K Diketahui dan Dijalankan bila seseorang
mendapat kecelakaan, atau diserang penyakit yang mendadak dan
berbahaya, maka hendaklah segera panggil dokter atau di bawa ke Rumah
Sakit terdekat, tapi ada baiknya jika kita mengetahui apa yang harus
dikerjakan untuk menolong si sakit bila dokter itu ke betulan sedang tidak ada
atau terlambat datang untuk memberi pertolongan.

258
Salah satau bukti telah dilaksanakannya penerpan K3 di sekolah, dapat dilihat
dari perlengkapan kotak P3K yang telah tersedia. Kotak P3K yang tersedianya
beberapa obat pertolongan pertama pada kecelakaan yang terletatak dalam
suatu kotak khusus, lengkap dengan petunjuk bagaimana cara melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Beberpa kelengkapan kotak
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.antara lain, yaitu;
- Plester
- Pembalut berperekat
- Pembalut steril (besar, sedang dan kecil)
- Perban gulung (5 cm dan 8 cm)
- Perban segitiga
- Kain pembalut siku
- Kasa hydrophile
- Kapas pembalut (10 dan 25)
- Pinset
- Gunting
- Peniti
- Salep levertran
- Obat luka anti septic
- Rivanol kompres
- Cutban –a plaster
- Obat gosok
- Minyak urut

4. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Salah satu upaya dalam mengimplementasikan K3 adalah SMK3 (Sistem


Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). SMK3 meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses,
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
penerapan, pencapaian, aman, produktif. SMK3 merupakan upaya integratif

259
yang harus dilakukan tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen tetapi juga
para pekerja yang terlibat langsung dengan pekerjaan.

Implementasi K3 di sekolah, dapat dimulai dengan diperhatikannya dan


diikutkannya K3 sebagai bagian dari kebijakan dari manajemen sekolah. Hal
ini mulai disadari karena dari data kecelakaan kerja yang terjadi juga
mengakibatkan kerugian yang cukup. Manajemen risiko menuntut tidak hanya
keterlibatan pihak manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh
pihak yang terkait. Pada konsep ini, bahaya sebagai sumber kecelakaan kerja
harus harus teridentifikasi, kemudian diadakan perhitungan dan prioritas
terhadap risiko dari bahaya tersebut dan terakhir adalah pengontrolan risiko.
Di tahap pengontrolan risiko, peran guru praktik sangat penting karena
pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang
dimiliki sekolah, karena pihak manajemen sekolah yang sanggup memenuhi
ketersediaan ini.

Gambar 16-3 : Siklus Penerapan K3 di Sekolah

Memahami Kriteria-kriteria penjamin mutu yang ada berbagai upaya telah


dilakukan dalam rangka memasyarakatkan keselamatan dan kesehatan kerja,
salah satunya melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat mengenai berbagai peraturan atau norma-norma keselamatan
dan kesehatan kerja. Peraturan keselamatan dan kesehatan kerja dibuat
untuk dipahami dan dipatuhi terutama oleh para pelaku proses produksi,

260
terhindar dari segala resiko kerja, seperti terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja maupun peledakan dan kebakaran. Disetiap perusahaan ada
kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan yang ditujukan agar dalam
melaksanakan kegiatan dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab,
sehingga terhindar dari segala resiko yang tidak di inginkan bagi keselamatan
dan kesehatan kerja.

5. Alat Pelindung Diri (APD)

Pengertian Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan wajib yang


digunakan saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk
menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat
kerja. Alat Pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari adanya
kemungkinan potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Secara teknis APD
tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tetapi akan dapat
meminimaliasi tingkat keparahan kecelakaan atau keluhan / penyakit yang
terjadi. Dengan kata lain, meskipun telah menggunakan APD upaya
pencegahan kecelakaan kerja secara teknis, teknologis yang paling utama.

Gambar 16-4 : Penggunaan APD Wajib Sebelum Bekerja

261
Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan
untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi
tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai apabila usaha
rekayasa dan cara kerja yang aman telah maksimum. Dalam penggunaan
APD masih memiliki beberapa kelemahan seperti; Kemampuan perlindungan
yang tidak sempurna, Tenaga kerja tidak merasa aman, dan Komunikasi
terganggu.

Gambar 16-5 : Kelengkapan Alat Perlindungan Diri (APD)

5.1 APD Bagian Kepala


Beberapa alat pelindung diri pada bagian kepala, dikenal antara lain yaitu;
 Topi pengaman (safety helmet), untuk melindungi kepala dari benturan
atau pukulan benda-benda
 Topi / Tudung, untuk melindungi kepala dari api, uap, debu, kondisi
iklim yang buruk.
 Tutup kepala, untuk melindungi kebersihan kepala dan rambut
 Alat pelindung telinga; Sumbat telinga (ear plug), dan Tutup telinga
(ear muff)

Alat pelindung kepala (Safety Helmet) melindungi kepala dari benda keras,
pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik. Kemudian melindungi
262
kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas atau dingin. Pelindung kepala
untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik
yang terbatas atau tahan terhadap tegangan listrik tinggi. Perlindungan
terhadap tenaga listrik biasanya terbuat dari logam yang digunakan untuk
pemadam kebakaran. Manfaat alat pelindung kepala (Safety Helmet) adalah
topi untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia berbahaya, dari iklim yang
berubah-ubah dan dari bahaya api dan lain-lain.

Sumbat telinga (ear plug) dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB dan
tutup telinga (ear muff) dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d 30 dB.
Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan
frekuensi untuk bicara biasanya (komunikasi) tak terganggu. Kelemahan alat
pelindung telinga yaitu tidak tepat ukurannya dengan lobang telinga pemakai,
kadang-kadang lobang telinga kanan tak sama dengan yang kiri bahan
sumbat telinga karet, plastik keras, plastik yang lunak, lilin, kapas.
Penggunanan alat pelindung telinga yang banyak diminati adalah jenis karet
dan plastic lunak, karena bisa menyusaikan bentuk dengan lobang telinga.
Alat pelindung telinga ada beberapa jenis atenuasinya yaitu pada frekuensi
2800–4000 Hz sampai 42 dB (35–45 dB). Untuk frekuensi biasa 25-30 dB.
Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi akan tetapi tak lebih dari 50
dB, karena hantaran suara melalui tulang masih ada.

5.2 APD Bagian Muka dan Mata ( face shield );


Syarat dan ketentuaan pelindung muka dan mata adalah mudah dikenakan
cocok untuk kasus berisiko kecil dan menengah. Bahan pembuat alat
pelindung mata dari plastic, ada beberapa jenis tergantung dari bahan
dasarnya seperti selulosa asetat, akrilik, poli karbonat dan sebagainya.
Contoh Kaca mata biasa (Goggles).

5.3 APD Bagian Pernafasan


Alat perlindungan pernafasan, memberikan perlindungan terhadap sumber-
sumber bahaya seperti kekurangan oksigen dan pencemaran oleh partikel
debu, kabut, asap dan uap logam kemudian pencemaran oleh gas atau uap.

263
Respirator yang sifatnya memurnikan udara, Respirator yang dihubungkan
dengan supply udara bersih, Respirator dengan supply oksigen.

5.4 APD Bagian Pakaian Kerja


Pakaian kerja khusus untuk pekerjaan dengan sumber-sumber bahaya
tertentu seperti; Terhadap radiasi panas, Terhadap radiasi mengion, Terhadap
cairan dan bahan – bahan kimia. Pakaian pelindung dipakai pada tempat kerja
tertentu misalnya Apron (penutup / menahan radiasi), yang berfungsi untuk
menutupi sebagian atau seluruh badan dari panas, percikan api, pada suhu
dingin, cairan kimia, oli, dari gas berbahaya atau beracun, serta dari sinar
radiasi.

5.5 APD Bagian Tali / sabuk Pengaman


Penggunaan bahan ini, berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan
terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta
tempat tertutup atau boiler. Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg.
Jenis penggantung unifilar penggantung berbentuk U. Gabungan
penggantung unifilar dan bentuk U, ada beberapa macam safety harness yaitu
penunjang dada (chest harness), penunjang dada dan punggung (chest waist
harness), penunjang seluruh tubuh (full body harness).

5.6 APD Bagian Sarung Tangan


Fungsinya melindungi tangan dan jari-jari dari api, panas, dingin, radiasi,
listrik, bahan kimia, benturan dan pukulan, lecet dan infeksi. Sarung tangan
merupakan alat pelindung diri yang banyak digunakan, fungsinya untuk
melindungi tangan dari luka lecet, luka teriris, luka terkena bahan kimia dan
terhadap temperature ekstrim. Beberapa perlengkapan sarung tangan
sebagai perlengkapan K3LH, antara lain, yaitu;
a) Kelvar-trated gloves; Untuk melindungi dari kebakaran dan hal-hal
yang tidak menyenangkan ketika tangan terpapar panas secara terus
menerus
b) Metal-mesh gloves; Sering dipakai oleh mereka yang bekerja dengan
pisau dan terhadap benda-benda tajam untuk melindung dari terpotong

264
dan.pukulan dari peralatan mereka sendiri dan dari ketajaman atau
objek yang kasa
c) Rubber gloves;Untuk melindungi dari listrik, sarung tangan karet ini
harus di tes kekutan listriknya
d) Rubber neoprene or viniyl gloves; Digunakan dalam penggunaan
bahan kimia dan korosif
e) Leather gloves; Tahan percikan api, panas yang sedanng, benda kasar
dan objek yang keras dan dilengkapi dengan bantalan terhadap
pukulan. Biasanya dipakai untuk pekerjaan berat
f) Chrome-tanned cowhide leathe; Dengan alat penekan besi yang
melekat pada tapal tangan dan jari untuk pengecoran pada pabrik baja
g) Catton or fabric gloves; Dipakai untuk di tempat-tempat kotor,
memotong atau melindungi luka. Tidak terlalu berat untuk digunakan
terhadap yang kasar, tajam atau material berat
h) Coated fabric gloves; Melindungi dari konsentrasi kimia yang sedang
direkomendasi untuk pengalengan, pengepakan, penanganan
makanan, indusrti yang sejenis.

5.7 APD Bagian Pelindung kaki


Fungsinya untuk melidungi kaki dari tertimpah benda-benda berat, terbakar
karena logam cair, bahan kimia, tergelincir, tertusuk. Sepatu keselamatan
kerja dipergunakan untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda
berat, percikan cairan, dan tertusuk oleh benda-benda tajam. Menurut jenis
pekerjaan sepatu keselamatan terdapat bberapa jenis, antara lain yaitu;
a) Sepatu dengan logam atau baja, sepatu boot, dan jenis lainnya yang
mampu digunakan dimana dapat terjadi kebakaran dan bahaya
peledakan.
b) Sepatu buruh atau tipe sepatu jalan, digunakan untuk melindungi
pekerja dari percikan, lelehan metal atau logam yang berasal dari
pengelasan atau bunga api.

265
c) Sepatu penguat bagian dalamnya memiliki sol metal yang fleksibel dan
di rancang menonjol pada jari-jarinya, tetapi kemungkinan akan kontak
dengan energi listrik namun dapat diperkecil. Untuk kondisi basah
sepatu kulit dengan paduan kayu cendana, sangat efektif dan dapat
memberikan pelindungan yang baik dalam bekerja dan dibutuhkan
ketika berjalan di permukaan panas. Sepatu ini digunakan secara luas
dalam pekerjaan aspal panas. Sepatu keselamatan dengan pelindung
metatarsal, selalu digunakan dalam opersi material berat. Juga untuk
menjaga kemungkinan bila ada denda jatuh dan menimpa jari kaki
bagian atas. Pelindung metal ini sangat cukup melindungi kaki sampai
pergelanagan kaki. Sepatu boot keselamatan yaitu sepatu yang
dilengkapi dengan nonferrous yang akan mereduksi kemungkinan
adanya gesekan dari pecahan ketika dilokasi dengan bahaya ledakan
api.
d) Sepatu buruh atau tipe sepatu jalan, digunakan untuk melindungi
pekerja dari percikan, lelehan metal atau logam yang berasal dari
pengelasan atau bunga api.

Gambar 16-6 : Penggunaan APD

266
Dalam penggunaannya APD memiliki syarat – syarat anatra lain, sebagai
berikut;
1) Enak dipakai
2) Tidak mengganggu
3) Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya
tempat kerja

Pemeliharaan APD, Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara


lain dengan :
1) Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
2) Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya.
Terutama untuk helm, kaca mata, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung
tangan kain/kulit/karet.
3) Menjemur Di bawah sinar matahari untuk menghilangkan bau,
terutama pada sepatu dan helm.

Penyimpanan APD, Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan
ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan
gigitan serangga/binatang. Tempat tersebut hendaknya kering dan mudah
dalam pengambilannya.

C. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR atau alat pemadam api ringan yaitu peralatan portabel yang dapat
dibawa dan dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam bertekanann
yang dapat disemprotkan dengan tujuan memadamkan api. Jika anda masih
bingung alat ini sering berada di berbagai kantor, laboratorium dan pusat
perbelanjaan. Untuk seiap sekolah apakah itu ruangan kelas, ruangan guru
terutama begkel atau laboratorium wajib memiliki APAR. Peristiwa kebakaran
adalah peristiwa yang paling menakutkan. Kebakaran dapat menimbulkan
kehilangan harta benda, kematian dan kecelakaan. Kebakaran merupakan
satu peristiwa yang tidak terjadi begitu saja, sudah pasti ada penyebabnya.

267
Beberapa type atau jenis alat pemadam api ringan (APAR) antara ain, yaitu;
a) Jenis cairan, untuk kayu kertas dan tekstil
b) Jenis busa, untuk penggunaan terbatas pada kayu kertas dan tekstil
c) Jenis tepung kering, untuk kayu kertas, tekstil, karet dan plastik.
d) Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dsb), untuk penggunaan terbatas pada
sentral telepon, transformator yang tidak berada diruang tertutup dan
terdapat banyak personil.

Gambar 16-7: APAR Jenis Gas

Di sekolah, terutama di bengkel atau di laboratorium atau tempat-tempat kerja


perlu dipasang APAR, minimal 1 (satu) buah APAR, seperti::
a) Tempat penyimpanan bahan – bahan yang mudah terbakar.
b) Tempat pengelasan.
c) Di setiap tingkat / lantai gedung yang sedang dibangun, dimana terdapat
barang-barang atau alat-alat yang mudah terbakar.

Pedoman penempatan dan penerpana APAR, seperti Memberikan pelatihan


kepada petugas pemadam kebakaran di area kerja cara penggunaan APAR
sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuat. Kemudian menempatkan APAR
pada lokasi yang mudah dijangkau oleh pegawai/pekerja. Untuk tempat kerja
yang berdebu dan berpartikel logam, APAR harus diletakkan minimal pada
jarak 15 m. Beberpa pedomana dalam penerpan APAR di Sekolah atau
gedung, anatara lain;

268
a) Setiap guru/siswa/pegawai harus mengetahui lokasi APAR yang
terdekat dan cara penggunaannya.
b) Cara penggunaan APAR
c) Melakukan pemeriksaan visual APAR secara periodik untuk
memastikan APAR tetap penuh dan dalam kondisi siap pakai, bila
ditemukan ada APAR yang rusak harus segera segera diganti dan
tabung yang sudah berkurang isinya sesuai dial (alat petunjuk) yang
terpasang di APAR harus segera diisi ulang.
d) APAR harus selalu dijaga dan dirawat dengan baik agar tetap
berfungsi.
e) Personil yang terlatih dan tahu cara menggunakan APAR harus selalu
siap di tempat selama jam kerja.
f) Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau
tetroclorida tidak boleh digunakan didalam ruangan atau di tempat
yang terbatas (confined space).
g) Tidak diperkenankan memindahkan APAR, kecuali sedang digunakan.

Berikut ini dapat dilihat PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN


TRANSMIGRASI NO: PER.04/MEN/1980 TENTANG SYARAT-SYARAT
PEMASANGAN DAN PEMELIHARAN ALAT PEMADAM API RINGAN.

269
BAB I KETERANGAN UMUM
Pasal 1:
(1) Alat pemadam api ringan ialah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh
satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran.
(2) Menteri ialah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
(3) Pegawai pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri.
(4) Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mengawasi ditaatinya peraturan ini.
(5) Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagian yang berdiri sendiri.

270
BAB II PEMASANGAN
Pasal 4:
(6) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisiyang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
(7) Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai dengan
lampiran I.
(8) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah 125 cm
dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
(9) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus sesuai
dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti tersebut dalam
lampiran 2.
(10) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter,
kecuali ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan
Kerja.
(11) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna merah.

BAB III PEMEIHARAAN


Pasal 11:
(1) Setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu: a. pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan; b.
pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan;
(2) Cacat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui waktu
pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti
dengan yang tidak cacat.

Demikian bunyi kutipan Peraturan Meneteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


No. Per.04/MEN/1980, tentang syarat-syarat pemsangan dan pemeliharaan
alat pemdama kebakran.

271
1. Mengenal Jenis Kebakaran dan Bahan Pemadam Kebakaran.
Menurut penggolongannya jenis kebakaran ada 3 macam, yaitu: Kelas A,
Kelas B, dan Kelas C.

1.1 Kebakaran Kelas A


Jenis kebakaran kelas A adalah kebakaran yang disebabkan oleh kayu,
kain dan kertas. Untuk memadamkam kebakaran kelas A maka ada
beberapa zat pemadam yang cocok digunakan antara lain:
a) Air
b) Soda asam (soda acid)
c) Tekanan gas (gas pressure)
d) Tekanan udara (stored air pressure)
e) Racun api (Fire Extinguisher)

1.2 Kebakaran Kelas B


Kebakaran kelas B adalah kebakaran yang terjadi akibat cairan yang
mudah terbakar, seperti: bensin, oli, solar, minyak tanah, tiner dan pelarut
lainnya. Untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran maka tutuplah
semua tangki bahan bakar, botol minyak, kaleng cat dan jauhkan dari
sumber api/panas.Untuk memadamkan kebakaran kelas B pakailah dry
powder dan gas carbon dioxide (CO2). Foam extenguisher (busa) paling
tepat dipakai untuk memadamkan kebakaran kelas B.

1.3 Kebakaran Kelas C


Kebakaran kelas C adalah kebakaran yang ditimbulkan oleh alat-alat
listrik, misalnya: motor listrik, generator listrik, kabel, kotak kontrol dan
peralatan elektronik. Kebakaran kelas C dapat dipadamkan dengan cairan
Bromochioro Diflourometane (BCF) atau Dry Powder dan CO2.

D. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang


dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di
Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur

272
tangan manusia yang berlebihan. Lawan dari lingkungan hidup adalah
lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya
yang banyak dipengaruhi oleh manusia. Pencemaran, menurut SK Menteri
Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau
dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan
manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai


aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian
terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau
bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan
terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya.
Pada saat ini, pencemaran terhadap lingkungan berlangsung di mana-mana
dengan laju yang sangat cepat. Sekarang ini beban pencemaran dalam
lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat. Pencemaran lingkungan dapat
dikategorikan menjadi:
 Pencemaran air
 Pencemaran udara
 Pencemaran tanah
Sumber Daya Alam (biasa disingkat SDA) adalah potensi sumber daya yang
terkandung dalam bumi, air dan udara yang dapat didayagunakan untuk
memenuhi kebutuhan manusia dan kepentingan pertahanan negara. SDA
dibagi menjadi dua, yaitu,SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak
dapat diperbaharui.
1. SDA yang dapat diperbaharui meliputi air, tanah, tumbuhan dan
hewan. SDA ini harus kita jaga kelestariannya agar tidak merusak
keseimbangan ekosistem.
2. SDA yang tidak dapat diperbaharui itu contohnya barang tambang
yang ada di dalam perut bumi seperti minyak bumi, batu bara,
timah dan nikel. Kita harus menggunakan SDA ini seefisien

273
mungkin. Sebab, seperti batu bara, baru akan terbentuk kembali
setelah jutaan tahun kemudian.
SDA juga dapat dibagi menjadi dua yaitu SDA hayati' dan SDA non-hayati.
SDA hayati adalah SDA yang berasal dari makhluk hidup (biotik). Seperti:
hasil pertanian, perkebunan, pertambakan dan perikanan. SDA non-hayati
adalah SDA yang berasal dari makhluk tak hidup (abiotik). Seperti: air, tanah,
barang-barang tambang.

1. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,


keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Upaya pengelolaan
lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup adalah
pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 1 angka
(2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum. Pengendalian dampak lingkungan hidup
merupakan upaya untuk melakukan tindakan pengawasan terhadap suatu
aktivitas yang dilakukan oleh setiap orang terutama perusahaan-perusahaan
yang menimbulkan dampak besar tehadap lingkungan. Dalam hal ini dampak
lingkungan hidup diartikan sebagai pengaruh perubahan pada lingkungan
hidup yng diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menjadi kewajiban


bagi negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia

274
dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta
makhluk hidup lain. Ketentuan Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
menetapkan bahwa pembangunan berkelanjutan sebagai upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke
dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masa kini dan generasi masa depan.

Pengelolaan lingkungan hidup memberikan kemanfaatan ekonomi, sosial, dan


budaya serta perlu dilakukan berdasarkan prinsip kehati-hatian, demokrasi
lingkungan, desentralisasi, serta pengakuan dan penghargaan terhadap
kearifan lokal dan kearifan lingkungan, sehingga lingkungan hidup Indonesia
harus dilindungi dan dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung jawab
negara, asas keberlanjutan, dan asas keadilan.

Untuk mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik, diperlukan


adanya fungsi pengawasan, pemantauan dan penyidikan. Pengawasan dan
penyidikan merupakan salah satu komponen penting dalam penegakan
hukum baik hukum administrasi, perdata maupun pidana. Dalam
melaksanakan pengawasan dan pemantauan kualitas lingkungan hidup di
daerah, Pemerintah Indonesia memiliki Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup
Daerah yang disingkat dengan (PPLHD) seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32
Tahun 2009 bahwa dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur,
atau Bupati/Walikota menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang
merupakan pejabat fungsional. Peranan, fungsi dan kedudukan serta
kewenangan PPLHD dimaksud lebih dipertegas lagi dengan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 58 Tahun 2002 tentang Tata
Kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup di Provinsi/Kabupaten/Kota.

275
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup Sekolah

Kita hidup di dunia, sangat tergantung pada lingkungan hidup, manusia akan
musnah jika lingkungan hidupnya rusak, yaitu tidak dapat lagi menjalankan
fungsinya dalam mendukung kehidupan. Dilain pihak, manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya melakukan ekplorasi dan eksploitasi sumber
daya alam, dan eksploitasi yang berlebihan akan mengakibatkan merosotnya
daya dukung alam. Manusia slalu menggali potensi sumber daya alam,
dikarenakan kebutuhan yang terus berkembang, baik jenis maupun
jumlahnya, sedangkan penyediaan sumber daya alam terbatas. Disisi lain
dalam proses penyediaan barang kebutuhan manusia juga akan dihasilkan
limbah, limbah yang dihasilkan menjadi beban bagi lingkungan jumlah limbah
yang semakin besar yang tidak terdegradasi akan menimbulkan masalah baru
bagi manusia, sepeti timbulnya pencemaran.

Sekol salah satu media lingkungan hidup, sekolah adalah lingkungan


kehidupan siswa sehari-hari, bila lingkungan sekolah dapat ditata dan dikelola
dengan baik, maka akan menjadi wahana efektif untuk membentuk perilaku
peduli lingkungan pada siswa. Sekolah bisa menjadi pelopor gaya hidup yang
ramah lingkungan karena sekolah mampu mengajarkan siswanya bagaimana
menjalani kehidupan meskipun dengan cara yang sederhana. Jika pada
sebuah sekolah menegha kejuruan, dengan jumlah siswa dan guru yang
mencapai ratusan, maka sangat banyak dari mereka yang menggunakan air
di toilet, maupun kertas di setiap harinya. Untuk itu, perlunya ditanamkan
semangat untuk menyelamatkan lingkungan sejak dini kepada anak didik,
tentunya penggunaan energi serta berbagai sumber daya dapat dioptimalkan.
Misalnya, menghemat penggunaan air, tidak boros listrik, serta mengurangi
sampah plastik dan kertas.

2.1 Konsep Green School

Konsep "Green school”, adalah konsep yang mengajak seluruh warga


sekolah untuk membentuk gaya hidup agar lebih peduli dan melestarikan
lingkungan, demikian salah satu konsep implementasi pengelolaan lingkungan

276
hidup di sekolah. Saat ini pengelolaan lingkungan hidup di sekolah dikenal
dengan konsep green school, bila diartikan pemahaman makna kalimat green
school, dengan mudah kita sebut adalah sekolah hijau, tapi pengertian itu
bukan hanya tampilan fisik sekolah menjadi hijau. Konsep green school,
membawa wujud sekolah yang memiliki porgram dan aktifitas pendidikan
mengarah kepada kesadaran dan kearifan terhadap lingkungan hidup.
Konsep “sekolah hijau” adalah sutau metoda pendekatan agar sekolah yang
memiliki komitmen dan secara sistimatis mengembangkan program, program
untuk implementasi nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.
Penyusunan program sekolah menggunakan konsep Green School, adalah
program pengembangan sekolah yang terintegrasi ke dalam pengembangan
kurikulum berwawasan lingkungan dan pendidikan berbasis komunitas
terwadai dalam program kurikuler dan ektra kurikuler. Sedangkan
pengembangan kawasan sekolah dan pengembangan sistem pendukung
yang ramah lingkungan termasuk dalam program pengelolaan lingkungan fisik
serta fasilitas. Selanjutnya pengembangan lingkungan sosial/lingkungan kerja
merupakan bagian dari pengembangan manajemen sekolah

Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan


perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang
aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, lingkungan
sekolah dijadikan wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari.
Seluruh aspek menuju pada satu tujuan yaitu internalisasi atau pembiasaan
perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Penyusunan program
sekolah hijau ini dilakukan secara holistik dengan mengaitkan seluruh
program yang ada di sekolah. Potensi internal sekolah seperti ketersediaan
lahan, sumber daya air, energi, tradisi masyarakat sekitar, dan ekosistemnya
merupakan objek pengembangan dalam konsep sekolah hijau.

Lingkungan fisik sekolah di tata secara rapi, manis, hijau dan ekologis
sehingga menjadi wahana pembelajaran bagi seluruh waga sekolah untuk
bersikap arif dan berperilaku ramah lingkungan. Program pendidikan dikemas
secara partisipatif penuh, percaya pada kekuatan kelompok, mengaktifkan
dan menyeimbangkan rasa, pikiran dan kekuatan yang nyata sehingga tiap

277
individu di sekolah bisa merasakan nilai budaya lingkungan, yang nyaman dan
tenteram, ibarat kita berjalan di sebuah kebun yang rindag, penuh kehijauan
dan kesejukan. Secara konsep seluruh unsur yang ada di sekolah, diajak
secara bersama-sama melahirkan tujuan dan visi bersama dengan
memahami apa yang menjadi penting, menemukan dan mengapresiasi apa
yang telah ada dan tentunya itu yang terbaik. Sehingga makna green school
terbentuk dan masing-masing pihak dapat berbuat untuk menciptakan
kualiatas lingkungan sekolah yang kondusif, ekologis, lestari secara nyata dan
berkelanjutan , tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif
dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal.

Sekolah diharapkan mampu menerapkan berbagai program berkenaan


dengan lingkungan hidup yang dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
serta kepedulian siswa terhadap lingkungan. Program Green School atau
Sekolah Hijau, di mana program ini menawarkan lingkungan yang sehat,
santai, dan aman. Peran aktif siswa SMK dalam implemetasi program green
school mengajak siswa mempunyai gaya hidup yang ramah lingkungan di
sekolah, seperti;
1) Siswa/i diajak melakukan hidup sederhana
2) Menggunakan air hemat, di kamar mandi atau di taman
3) Menyenangi hidup dengan cara bertanam pohon di lingkungan seolah
4) Hemat menggunakan energi, ruangan yang telah cukup penerangan tidak
perlu pakai listrik
5) Membuang sampah yang benar, dan mengenal jenis-jenis sampah,
sampah organik dan nonorganik?
6) Siswa dilarang melakukan corat-coret, meja, ruangan, km/wc, dan bahkan
tas sekolah sendiri.
7) Kebersihan kelas atau halaman sekoah
8) Dan lain-lain. .

Pembentukan sikap yang baik di sekolah, sepeti kebiasan di atas, akan


menjadikan budaya yang baik bagi setiap individu siswa, dan membawanya
ke lingkungan hidup sehari-hari. Sikap atau attitude hidup dengan menghargai
budaya lingkungan sekolah akan mencerminkan perasaan siswa terhadap

278
budaya lingkungan hijau. Sikap ini merupakan keteraturan dalam hal
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek lingkungan di sekitarnya.

Pada program Green School, dalam menumbuhkan sikap peduli lingkungan


melalui proses pembelajaran dan pembiasaan menjadi penting dan strategis.
Di sekolah, proses pembelajaran mengarah pada upaya pembentukan
perilaku siswa yang peduli lingkungan melalui model pembelajaran yang
aplikatif dan menyentuh kehidupan sehari-hari. Sementara itu, lingkungan
sekolah dijadikan wahana pembiasaan perilaku peduli lingkungan sehari-hari.
Dengan demikian, kedua aspek tadi, menuju pada satu tujuan yaitu
internalisasi atau pembiasaan perilaku peduli lingkungan dalam kehidupan
sehari-hari.

Sekolah merupakan salah lembaga pendidikan yang tentunya mempunyai


peran dan tanggung jawab untuk mendidik siswa/I dan warga sekolahnya
untuk berprilaku positif terhadap lingkungan, menjaga ekosistem lingkungan
seperti menanam pohon-pohon, bunga, menjaga kebersihan lingkungan
dengan tidak membuang sampah sembarangan serta memilah dan mengolah
sampah sesuai dengan katagorinya. Untuk melakukan hal-hal diatas tidaklah
mudah, harus di mulai dari visi dan misi sekolah dan program sekolah, selain
itu yang terpenting adalah adanya komitmen dan konsisten dalam
menjalankan komitmen dari manajemen dan warga sekolah, kesadaran akan
ancaman terhadap lingkungan yang tinggi akan berdampak positif terhadap
keterlaksanaan program berwawasan lingkungan.

Seluruh masyarakat sekolah, guru, murid dan perangkat sekolah dapat


menerapkan konsep sekolah hijau yang harus diikuti bersama. Tentunya pula
hal ini dibarengi dengan adanya infrastruktur dan fasilitas yang mendukung
terciptanya sekolah ramah lingkungan. Namun, hal ini tidak perlu dipersulit, ini
masalah kebiasaan, banyak cara yang bisa dikembangkan untuk membuat
lingkungan sekolah menjadi hijau, misalnya dengan pembuatan lubang
biopori, adanya bank sampah, hingga pelatihan pembuatan bahan daur ulang
sampah. Jadi, aspek-aspek pendidikan karakter dapat langsung diterapkan di

279
dalam keseharian siswa di sekolah tanpa harus dijejali dengan ragam teori.
Sejatinya, menjaga lingkungan harus dilaksanakan oleh setiap individu tanpa
menunggu waktu, alias sekarang juga. Hal lainnya, pihak pengurus sekolah
dapat menyusun dan memetakan konsep: mau dibuat bagaimana agar
sekolah bisa disebut sekolah ramah lingkungan?.

3. Pengenalan Limbah

Banyak kegiatan Sekolah Menengah Kejuruan menghasilkan limbah, limbah


tersebut sering kali dibuang ke lingkungan, sementara jumlah limbah yang
dihasilkan terus meningkat. Berdasarkan PPNo. 18/1999 Jo.PP
85/1999, “Limbah” didefinisikan sebagai sisa/buangan dari suatu usaha dan
atau kegiatan manusia. Seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan
teknologi serta perekonomian, jumlah atau konsentrasi limbah yang dibuang
kelingkungan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan itu sendiri.
UU RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungn hidup
mendefinisikan “Baku Mutu Lingkungan” sebagai ukuran batas atau kadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau
unsur pencemar yang ditenggang keberadaanya dalam suatu sumber daya
tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.Dengan kata lain,baku mutu
lingkungan adalah ambang batas/batas maksimum suatu zat atau komponen
yang diperbolehkan berada dilingkungan agar tidak menimbulkan dampak
negatif
Berikut ini pengelompokan limbah, yang didasarkan jenis senyawa:
1) Limbah Organik; Limbah organik merupakan limbah yang memiliki unsur
hidrokarbon (hidrogen dan karbon) yang mudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Contoh: Jasad Makhluk hidup, sisa makanan, kertas,
kotoran hewan. Limbah organik yang mudah membusuk dapat
dimanfaatkan kembali dengan cara dijadikan kompos. Kompos dapat
dimanfatkan sebagai pupuk/penyubur tanaman. Pembuatan kompos dari
limbah organik dapat menjadi salah satu solusi untuk menangani limbah
organik.
2) Limbah Anorganik; Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak
memiliki unsur hidrokarbon (hidrogen dan karbon) dan sulit diuraikan oleh

280
mikroorganisme. Contoh: plastik, karet, besi, kaleng bekas, pecahan kaca.
Limbah anorganik tidak dapat dibiarkan begitu saja karena sulit diuraikan
secara alami oleh mikroorganisme, untuk itu limbah anorganik dapat
didaur ulang menjadi produk-produk yang dapat digunakan kembali oleh
manusia, seperti kaleng almunium didaur ulang menjadi kaleng almunium
kembali atau kertas bekas didaur ulang menjadi kertas siap pakai lagi.
Salah satu cara agar pemanfaatan limbah dapat dilakukan dengan efektif
dan efisien adalah dengan memilah limbah tersebut saat dibuang

Berikut ini pengelompokan limbah, yang didasarkan wujud:


1) Limbah Berwujud Cair; Limbah cair adalah segala jenis limbah yang
berwujud cairan, berupa air beserta bahan-bahan buangan lain yang
tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam air.
2) Limbah cair dapat diklasifikasikan dalam 4 kelompok, yaitu:
a) Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan darri perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan,
perkantoran, dan sarana jenis. Contoh : Air detergen sisa cucian, air
sabun, dan air tinja.
b) Limbah cair industri (Industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industri. Contoh: air sisa cucian daging, buah, atau sayur dari
industri pengolahan makanan dan dari sisa pewarnaan kain/bahan dari
industri tekstil.
c) Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang
berasal dari berbagai sumber yang memasukisaluran pembuangan
limbah cair melalui rembesan kedalam tanah atau melalui luapan dari
permukan.
d) Contoh: halaman, Air buangan dri talng atap, pendingin ruangan (AC),
halaman, bangunan perdagangan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
e) Air Hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air
hujan diatas permukaan tanah. Aliran air hujan dipermukaan tanah
dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau
cair sehingga dapat disebut limbah cair.

281
Berikut ini pengelompokan limbah, yang didasarkan wujud Padat:
Limbah padat merupakan salah satu limbah yang paling banyak terdapat
dilingkungan Biasanya limbah padat disebut sampah, Limbah padat di
klasifikasikan menjadi 6 kelompok :
1) Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah,
berupa bahan-bahan organik yang mudah membusuk atau terurai
mikroorganisme.
a) Contoh : sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran, kulit buah-buahan.
2) Sampah anorganik dn organik tak membusuk (Rubbish), yaitu limbah
padat anorganik atau organik cukup kering yang sulit terurai oleh
mikroorganisme, sehingga sulit membusuk.
b) Contoh: Selulosa, kertas, plastik, kaca, logam.
3) Sampah Abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak
mudah membusuk.
4) Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai binatang, seperti tikus, ikan dan binatang ternak yang mati.
5) Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan
jalanan yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, sperti
dedaunan, kertas dan plastik.
6) Sampah Industri (Industrial waste), yaitu semua limbah padat yang bersal
daribuangan industri. Komposisi sampah ini tergantung dari jenis
industrinya.

Berikut ini pengelompokan limbah, yang didasarkan wujud Gas:


Limbah gas biasanya dibuang keudara. Di udar,terkandung unsur-unsur kimia
seperti O2,N2,NO2,Co2,H2, dan lain-lain. Penambahan gas keudara yang
melampaui kandungan udara alami akan menurunkan kualitas udara.

Tabel : Beberapa macam limbah gas yang umumnya ada diudara

282
No. Jenis Keterangan
1. Karbon monoksida(CO) Gas tidak berwarna, tidak berbau
2. Karbon dioksida (CO2) Gas tidak berwarna, tidak berbau
3. Nitrogen Oksida (NOx) Gas berwarna dan berbau
4. Sulfur Oksida (SOx) Gas tidak berwarna dan berbau
tajam
5. Asam klorida (HCl) Berupa uap
6. Amonia (NH3) Gas tidak berwarna, berbau
7. Metan (CH4) Gas berbau
8. Hidrogen fluor ida (HF) Gas tidak berwarna
9. Nitrogen Sulida (NS) Gas berbau
10. Klorin (Cl2) Gas berbau

Limbah gas yang dibuang keudara biasanya mengandung partikel-partikel


bahan padatan atau cairan yang berukuran sangat kecil dan ringan sehingga
tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Bahan padatan dan cairan tersebut
disebut sebagai materi partikulat.

Berikut ini pengelompokan limbah, yang didasarkan wujud Suara:


Yaitu, Limbah yang berupa gelombang bunyi yang merambat diudara. Limbah
suara dapat dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin-mesin pabrik, peralatan
elektronikdan sumber-sumber yang lainnya.

Berikut ini pengelompokan limbah, yang didasarkan sumber:


1) Limbah Domestik; Adalah limbah yang berasal dari kegiatan
pemukiman penduduk (rumah tangga) dan kegiatan usaha
seperti pasar, restoran, dan gedung perkantoran.Contoh : sisa
makanan, kertas, kaleng, plastik, air sabun, detergen, tinja.
2) Limbah Industri; Adalah limbah buangan hasil industri,jenis
limbah yang di haasilkan tergantung pada jenis industri. Contoh:
Limbah organik cair atau padat akan banyak dihasilkan oleh
industri pengolahan makanan, sedangkan limbah anorganik

283
seperti logam berat dihasilkan oleh industri tekstil, Industri yang
melakukan proses pembakaran menghasilkan limbah gas.
3) Limbah Pertanian; Adalah limbah yang beraasal dari limbah pertanian,
limbah ini biasanya berupa senyawa-senyawa anorganik dari bahan
kimia yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Contoh: Pupuk,
pestisida, sisa-sisa tumbuhan.
4) Limbah Pertambangan; Adalah limbah yang berasal dari kegi kegiatan
pertambangan. Kandungan limbah ini terutama berupa material
tambang. Contoh: Logam atau batuan.

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Menurut PP RI No. 18/1999 tentang pengolahan limbah bahan berbahaya dan
beracun adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berrbahaya dan
beracun, yang karena sifat dan atau konsentrasinya, baik secara langsung
maupun tak langsung merusak lingkungan hidup, kesehatan maupun
manusia. Limbah B3 dapat diklasifikasikan sebagai zat bahan yang
mengandung satu atau lebih senyawa:
 Mudah meledak (explosive)
 Pengoksidasi (oxidizing)
 Amat sangat mudah terbakar (extremely flammable)
 Sangat mudah terbakar (highly flammable)
 Mudah terbakar (flammable)
 Amat sangat beracun (extremely toxic)
 Sangat beracun (highly toxic)
 Beracun (moderately toxic)
 Berbahaya (harmful)
 Korosif (corrosive)
 Bersifat mengiritasi (irritant)
 Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
 Karsinogenik/dapat menyebabkan kanker (carcinogenic)
 Teratogenik/dapat menyebabkan kecacatan janin (teratogenic)
 Mutagenik/dapat menyebabkan mutasi (mutagenic)

284
 Zat atau bahan tersebut diatas diklasifikasikan sebagai limbah
B3 karena memenuhi satau atau lebih karakteristik limbah B3
berikut:
 Limbah mudah meledak, yaitu limbah yang pada suhu dan
tekanan standar (250 C, 760 mmHg) dapat meledak dan atau
fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
 Limbah mudah terbakar, yaitu limbah yang mempunyai salah atu
sifat berikut:
o Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol yang
mengandung alkohol kurang dari 24% volume dan atau
pada titik nyala tidak lebih dari 400C (1400F) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api,
atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
o Limbah bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan
tekanan standar (250C, 760mmHg) dapat mudah
menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan
uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus
menerus.
o Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah
terbakar.
o Merupakan limbah pengoksidasi.
 v Limbah yang bersifat reaktif, yaitu limbah yang mempunyai
salah satu sifat berikut:
 Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
 Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
 Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap
beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan
manusia dan lingkungan.Merupakan limbah sianida, sulfida, atau
285
amonia yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat
menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
 Limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan
tekanan standar (250C, 760mmHg).
 Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak
stabil dalam suhu tinggi.
 Limbah beracun, yaitu limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat
menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk
kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
 Limbah yang menyebabkan infeksi, yaitu limbah kedokteran,
limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi
kuman penyakit yang dapat menular.
 Limbah bersifat korosif, yaitu limbah yang mempunyai salah satu
sifat berikut:
− Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
− Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja .
− Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk
bersifat basa.
 Berbagai produk yang dapat menjadi limbah B3, yaitu:
− Produk Automotif, contoh: bahan bakar, oli kendaraan,
aki, dan pembersih kendaraan.
− Produk untuk pemeliharaan rumah, contoh: cat, pewarna,
pengencer cat.
− Pestisida, contoh: insektisida, racun tikus dan kamper.
− Pembersih rumah, contoh: pembersih lantai, pemutih,
pengkilap oven
− Produk lainnya, contoh: baterai, kosmetik, dan pemoles
sepatu
286

Anda mungkin juga menyukai