Anda di halaman 1dari 4

Berawal dari dua kasus di Maret 2020, kini sudah mencapai 965.

283 kasus berdasarkan worldometer per


tanggal 23 Januari 2021. Pandemi 19 telah meluluhlantakkan bukan hanya Indonesia namun dunia,
menariknya adalah tak seorangpun dapat memastikan kapan ini berakhir. Yang pasti, adalah negara harus
tetap berdiri dan setiap kita harus tetap optimis maju dalam melangkah. Negara tetap harus berdiri dan
penerimaan pajak adalah darahnya jika tidak mau terus menerus disuplai oleh pajak dari negara lain yang
bersumber dari pinjaman. Namun, memajaki tanpa perduli kepada pelayanan masyarakat juga sama
mengerikannya.
Untuk itulah negara hadir dengan memberikan stimulus fiskal yang terukur, dengan mengeluarkan regulasi
yang dinanti oleh para pembayar pajak. Adapun stimulus fiskal berupa fasilitas pajak dalam PP 29 tahun
2020, Peraturan Menteri Keuangan nomor 239/PMK.03/2020 akan coba disarikan sesuai maksud dan
peruntukannya.
INSENTIF DALAM MASA PANDEMI COVID 19
Insentif PPN diberikan kepada :
 Pihak Tertentu atas impor atau perolehan Barang Kena Pajak, perolehan Jasa Kena Pajak, dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
 Industri Farmasi Produksi Vaksin dan/atau Obat atas perolehan bahan baku vaksin dan/atau obat
untuk penanganan COVID-19; dan
 Wajib Pajak yang memperoleh vaksin dan/atau obat untuk penanganan COVID-19 dari Industri
Farmasi Produksi Vaksin dan/atau Obat.
Bagi penerima insentif dalam fasilitas ini adalah pihak tertentu yang meliputi :
1. Badan/instansi pemerintah
2. Rumah sakit
3. Pihak Lain (pihak selain Badan/Instansi Pemerintah atau Rumah Sakit yang ditunjuk oleh
Badan/Instansi Pemerintah atau Rumah Sakit untuk membantu penanganan pandemi COVID-19).
I. Pajak Pertambahan Nilai – DTP
Dalam jenis pajak PPN disebutkan bahwasanya, fasilitas PPN diatur melalui peraturan pemerintah
berdasarkan Pasal 16 B UU PPN 1984  yaitu :
 Pajak terutang tidak dipungut, bisa
 sebagian, atau
 seluruhnya
 Pajak dibebaskan, bisa untuk
 sementara, atau
 selamanya
Istilah Pajak ditanggung pemerintah (P-DTP) muncul dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
228/PMK.05/2010 tentang mekanisme pelaksanaan dan pertanggungjawaban atas pajak ditanggung
pemerintah, hal ini muncul akibat UU APBN yang mencantumkan alokasi pajak ditanggung pemerintah.
Sehingga dalam pasal 1 ayat (1) dijelaskan definisi P-DTP adalah pajak terutang yang dibayar oleh
pemerintah dengan pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 28/PMK.03/2020 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan nomor 143/PMK.03/2020 dan telah diganti dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
239/PMK.03/2020 tanggal 30 Desember 2020 tentang Pemberian Fasilitas Pajak terhadap Barang dan Jasa
yang Diperlukan dalam rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 dan Perpanjangan
Pemberlakuan Fasilitas Pajak Penghasilan. Menyebutkan beberapa yang PPNnya diberikan fasilitas berupa
:
a. Impor BKP Tidak Dipungut & Penyerahan BKP yang PPNnya Ditanggung Pemerintah
Adapun penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang PPNnya ditanggung pemerintah adalah penyerahan
BKP termasuk pemberian cuma-cuma yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-
19 meliputi :
 obat-obatan;
 vaksin dan peralatan pendukung vaksin;
 peralatan laboratorium;
 peralatan pendeteksi;
 peralatan pelindung diri;
 peralatan untuk perawatan pasien; dan atau
 peralatan pendukung lainnya yang dinyatakan oleh Pihak Tertentu untuk keperluan penanganan
pandemi COVID-19 (syringe, kapas alkohol, alat pelindung diri (face shield, hazmat, sarung
tangan, dan masker bedah), cold chain, cadangan sumber daya listrik (genset), tempat sampah
limbah bahan berbahaya dan beracun (safety box), dan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol).
b. Penyerahan JKP yang PPNnya Ditanggung Pemerintah
Adapun penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) yang PPNnya ditanggung pemerintah adalah penyerahan atau
pemanfaatan JKP yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi covid 19 yang meliputi atas :
 jasa konstruksi;
 jasa konsultasi, teknik, dan manajemen;
 jasa persewaan; dan/atau
 jasa pendukung lainnya (jasa yang dinyatakan oleh Pihak Tertentu untuk keperluan penanganan
pandemi COVID-19 termasuk pelaksanaan vaksinasi).
c. Penyerahan Bahan Baku yang PPNnya Ditanggung Pemerintah
Yaitu untuk penyerahan bahan baku untuk produksi vaksin dan/atau obat untuk penanganan COVID-19
oleh Pengusaha Kena Pajak kepada Industri Farmasi Produksi Vaksin dan/atau Obat.
d. Penyerahan Vaksin yang PPNnya Ditanggung Pemerintah
Yaitu penyerahan vaksin dan/atau obat untuk penanganan COVID-19 oleh Industri Farmasi Produksi
Vaksin dan/atau Obat.
II. Pajak Penghasilan – Pembebasan
a. Pembebasan dari Pemungutan PPh Pasal 22 Impor
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya PPh Pasal 22 Impor dipungut oleh Bank Devisa atau Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai pada saat Wajib Pajak melakukan impor barang, namun pihak tertentu
yang melakukan impor barang yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-19
diberikan pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Adapun barang yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-19
tersebut meliputi :
 obat-obatan;
 vaksin dan peralatan pendukung vaksin;
 peralatan laboratorium;
 peralatan pendeteksi;
 peralatan pelindung diri;
 peralatan untuk perawatan pasien; dan atau
 peralatan pendukung lainnya yang dinyatakan oleh Pihak Tertentu untuk keperluan penanganan
pandemi COVID-19 (syringe, kapas alkohol, alat pelindung diri (face shield, hazmat, sarung
tangan, dan masker bedah), cold chain, cadangan sumber daya listrik (genset), tempat sampah
limbah bahan berbahaya dan beracun (safety box), dan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol).
Atas Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor diberikan tanpa Surat Keterangan
Bebas Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. Dan pihak tertentu yang telah memperoleh pembebasan dari
pemungutan PPh Pasal 22 Impor harus menyampaikan  Laporan Realisasi dari Pembebasan Pemungutan
PPh Pasal 22 Impor yang harus disampaikan melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya untuk setiap Masa Pajak.
b. Pembebasan dari Pemungutan PPh Pasal 22
Bahwasanya PPh Pasal 22 dipungut oleh :
 Instansi Pemerintah berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang;
 badan usaha tertentu berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan
untuk keperluan kegiatan usahanya; atau
 badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri farmasi atas penjualan hasil produksinya
kepada distributor di dalam negeri,
Pihak Tertentu sebagaimana disebutkan di atas yang pembelian barang yang diperlukan dalam rangka
penanganan pandemi COVID-19  diberikan pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22. Adapun barang
yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 tersebut meliputi :
 obat-obatan;
 vaksin dan peralatan pendukung vaksin;
 peralatan laboratorium;
 peralatan pendeteksi;
 peralatan pelindung diri;
 peralatan untuk perawatan pasien; dan atau
 peralatan pendukung lainnya yang dinyatakan oleh Pihak Tertentu untuk keperluan penanganan
pandemi COVID-19 (syringe, kapas alkohol, alat pelindung diri (face shield, hazmat, sarung
tangan, dan masker bedah), cold chain, cadangan sumber daya listrik (genset), tempat sampah
limbah bahan berbahaya dan beracun (safety box), dan cairan antiseptik berbahan dasar alkohol).
Pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 diberikan melalui Surat Keterangan Bebas Pemungutan PPh
Pasal 22. Dan pihak tertentu yang telah memperoleh pembebasan dari pemungutan PPh Pasal 22 harus
menyampaikan  Laporan Realisasi dari Pembebasan Pemungutan PPh Pasal 22 yang harus disampaikan
melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya untuk
setiap Masa Pajak.
c. Pembebasan dari Pemotongan PPh Pasal 21
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) dalam negeri yang menerima atau memperoleh imbalan dari
Pihak Tertentu atas penyerahan jasa yang diperlukan dalam rangka penanganan pandemi COVID-19,
diberikan pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 21. Dan Pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 21
tersebut diberikan tanpa Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh Pasal 21.
Pihak Tertentu harus membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pembayaran imbalan
kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri  dan menyampaikan  Laporan Realisasi dari Pembebasan
Pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran imbalan tersebut. Laporan Realisasi dari Pembebasan
Pemotongan PPh Pasal 21 harus disampaikan melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya untuk setiap Masa Pajak.
d. Pembebasan dari Pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang
telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang PPh, yang dilakukan oleh
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, berupa imbalan dengan nama dan bentuk apapun,
dipotong PPh Pasal 23. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang menerima atau
memperoleh imbalan dari Pihak Tertentu atas penyerahan jasa yang diperlukan dalam rangka penanganan
pandemi COVID-19, diberikan pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23.
Atas pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23 diberikan melalui Surat Keterangan Bebas Pemotongan
PPh Pasal 23. Untuk memperoleh Surat Keterangan Bebas, Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, harus mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas dengan mengisi formulir melalui
saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id.
Bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang telah memperoleh pembebasan dari
pemotongan PPh Pasal 23 harus membuat Laporan Realisasi dari Pembebasan Pemotongan PPh Pasal
23. Laporan Realisasi dari Pembebasan Pemotongan PPh Pasal 23  harus disampaikan melalui saluran
tertentu pada laman www.pajak.go.id paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya untuk setiap Masa Pajak.
JANGKA WAKTU WAKTU PEMBERIAN INSENTIF
Atas pemberian insentif insentif berupa :
 Insentif PPN
 Pembebasan dari pemungutan PPh 22 Impor
 Pembebasan dari pemungutan PPh 22
 Pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 21
 Pembebasan dari pemotongan PPh 23
Berlaku sejak Masa Januari 2021 sampai dengan Masa Desember 2021. Dan atas pembebasan dari
pemungutan PPh Pasal 22 kepada Pihak Tertentu, Pihak Ketiga, atau Industri Farmasi Produksi Vaksin
dan/atau Obat dan pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23 berlaku sejak tanggal Surat Keterangan
Bebas diterbitkan sampai dengan tanggal 31 Desember 2021. Dan Surat rekomendasi dari Kementerian
Kesehatan berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 2021.
PENUTUP
Setelah melihat apa yang dilakukan pemerintah melalui stimulus fiskal yang telah dan terus diberikan
dalam masa pandemi covid 19 ini maka jelas terlihat fungsi dari pajak berperan penting yaitu fungsi
regulerend dimana negara dan masyarakat bersama menghadapi kondisi ekonomi yang tidak mudah.
Bahkan baru-baru ini ada wacana bahwa biaya vaksin dapat menjadi pengurang biaya dalam menghitung
penghasilan neto apabila biaya vaksin dikeluarkan oleh pengusaha, Misalkan atas biaya vaksin yang
diberikan kepada penghasilan dibawah PTKP saja maka akan didapat hitungan sebagai berikut. Menurut
data BPJS Ketenagakerjaan ada sekitar 15 juta pekerja yang penghasilan dibawah PTKP dikalikan harga
vaksin sekitar Rp. 225.000,- per dosis maka akan didapat biaya vaksin sebesar Rp. 3,375 triliun dengan
asumsi tarif PPh sebesar 22% maka akan ada penurunan pajak penghasilan sebesar Rp. 742 Miliar, namun
atas kebijakan tersebut pemerintah dapat menghemat subsidi yang akan diberikan sebesar Rp. 3.375 triliun.
Salah satu yang paling dibutuhkan saat ini adalah peran dari masyarakat Wajib Pajak dalam hal ini
kepatuhan membayar pajak bagi yang terutang, untuk turut serta bergotong royong, sehingga beban berat
pandemi covid 19 ini dapat kita lalui secara bersama untuk mewujudkan Indonesia yang elok, mandiri, dan
bermartabat.
Download aturan :
 Peraturan Pemerintah Nomor 29 2020 dan Lampiran PP 29 2020
 PMK 239/PMK.03/2020 dan lampiran PMK 239

Anda mungkin juga menyukai