Disusun Oleh:
Pegi Dwi Yantiro (21149011124)
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia kronik yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.(Idrus Alwi, dkk, 2015).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah
akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Termasuk salah satu
penyakit patologik. (Hasdianah, 2016)
B. Etiologi
Penyebab penyakit kencing manis atau diabetes tergantung pada jenis
diabetes yang diderita. Ada 2 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita
banyak orang yaitu diabetes tipe 1 dan 2. Perbedaanya adalah jika diabetes
tipe 1 karena masalah fungsi organ pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin, sedangkan tipe 2 karena masalah jumlah insulin yang kurang bukan
karena pankreas tidak bisa berfungsi baik.
1. Diabetes Tipe 1
Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan seseorang terserang
penyakit diabetes melitus tipe 1 itu meliputi faktor adanya infeksi dari
virus tertentu yang menyerang tubuh, atau bisa juga dikarenakan obat-
obatan yang mengandung senyawa kimia yang dapat merusak sel-sel di
pankreas. Selain itu, bisa juga disebabkan oleh gliadin yang berada dalam
gluten, meski hal ini masih belum bisa dipastikan apakah benar gliadin
dalam gluten dapat memicu perkembangan diabetes tipe 1 dalam tubuh.
Selain itu, penyebab dari diabetes melitus tipe 1 bisa juga dikarenakan
oleh beberapa hal seperti rusaknya genetik dari sel beta dan genetik dari
aksi insulin, serta adanya penyakit di pankreas misalnya pankreasitis,
trauma, atau neoplasma.
2. Diabetes Tipe 2
Diabetes melitus sangat mudah menyerang orang-orang yang
memiliki berat badan berlebih atau obesitas, karena gangguan kelebihan
berat badan merupakan sebuah kondisi yang dapat menurunkan jumlah
penyerapan insulin dari sel target insulin diseluruh tubuh. Berdasarkan
beberapa kasus yang dilaporkan, ada beberapa faktor tertentu yang dapat
meningkatkan risiko seseorang mengidap diabetes tipe ini. Faktor-faktor
teresebut meliputi :
a. Usia
Risiko terekena diabetes tipe 2 dapat meningkat seiring
bertambahnya usia, terutama pada orang yang menginjak usia 45
tahun ke atas. Hal tersebut disebabkan karena orang beumur 45 ke
atas cenderung tidak atau kurang rutinitas berolahraga atau
melakukan aktivitas fisik, kehilangan massa otot, dan adanya
peningkatan pada berat badan seiring betambahnya usia.
b. Ras
Meskipun tidak memiliki alasan yang jelas mengapa ras temasuk ke
dalam penyebab penyakit ini, orang-orang dari ras tertentu seperti
orang dengan kulit hitam, hispanik, Indian Amerika dan orang Asia-
Amerika, lebih cenderung mudah untuk mengembangkan diabetes
tipe 2 dari pada orang dengan kulit putih.
c. Riwayat Keluarga
Risiko diabetes tipe 2 menjadi meningkat jika orang tua atau saudara
sedarah mempunyai riwayat penyakit diabetes tipe 2.
d. Distribusi Lemak
Jika tubuh menyimpan lemak terutama di perut, risiko diabetes tipe 2
lebih besar dari pada jika tubuh menyimpan lemak di tempat lain,
seperti pinggul dan paha
e. Jarang melakukan aktivitas fisik
Seseorang yang tidak aktif secara fisik, memiliki kecenderungan
lebih besar untuk terserang penyakit diabetes tipe 2, sebab apapun
aktivitas yang melibatkan fisik akan membantu tubuh dalam
mengendalikan berat badan, dan menggunakan glukosa sebagai
energi serta membuat sel lebih sensitif terhadap insulin
f. Obesitas
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama dari adanya
diabetes tipe 2. Dengan semakin banyaknya jaringan lemak yang
dimiliki seseorang. Maka semakin banyak juga sel yang berubah
menjadi insuli.
C. Patofisiologi
Menurut Saputra (2014), patofisiologi dari penyakit diabetes melitus
tipe 1 adalah adanya ketidakmampuan sel-sel beta di dalam pulau-pulau
Langerhans pankreas untuk menghasilkan insulin endogen.
Diabetes melitus tipe 2 termasuk ke dalam jenis sindrom heterogen
yang ditandai dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat dan lemak.
Penyebab dari adanya diabetes tipe 2 adalah multi-faktorial yang melingkupi
unsur genetik dan lingkungan yg dapat memengaruhi fungsi sel beta dan
jaringan seperti jaringan otot, hati, jaringan adiposa, dan pankreas agar dapat
sensitif terhadap insulin. Namun demikian, mekanisme atau penyebab yang
mengendalikan interaksi pada kedua gangguan tersebut hingga sampai ini
belum dapat diketahui dengan pasti.
Menurut Saputra (2014 dalam buku Haryono dan Brigitta, 2019),
patofisiologi pada diabetes melitus tipe 2 dirumuskan ke dalam lima hal,
yaitu:
a. Diabetes melitus tipe 2 adalah kedaaan di mana pelepasan insulin
berkurang dan terganggunya reseptor insulin dalam jaringan perifer.
b. Deplesi insulin di sel-sel yang dependen insulin mengakibatkan laju
ambilan glukosa pada sel berkurang secara nyata.
c. Glukoneogenesis mengalami peningkatan karena berkurangmya stimulasi
metabolisme glukosa, di mana keadaan tersebut menyebabkan
hiperglikemia dan glukosuria.
d. Insulin yang berkurang dapat memicu pelepasan asam-asam lemak bebas
yang tidak dapat dimetabolisir dan dilepas dalam bentuk keton bodies ke
dalam darah dan urine.
Pathway
Predisposisi: obesistas, gaya
Predisposisi genetik hidup, usia dan infeksi
DMT-1 DMT-2
Insulin tidak
Kerusakan sel β
cukup/resistensi insulin
pankreas
insulin
Insufisiensi Insulin
(Sumber: Corwin,2010).
D. Manifestasi Klinis
Sering kali gejala dan tanda-tanda yang muncul pada penderita
diabetes melitus tipe 1 adalah adalah gejala umum seperti :
Selain itu, ada beberapa gejala dan tanda-tanda lain yang sering
dilaporkan selain dari gejala dan tanda umum di atas, yaitu luka yang sukar
untuk sembuh, tubuh mudah terserang infeksi, merasa gatal-gatal, perubahan
pada mata seperti pandangan yang muali kabur, dan merasa kelelahan meski
sudah memiliki waktu istirahat yang cukup. Sementara pada beberapa kasus,
dengan kadar gula darah yang terus-menerus mengalami peningkatan hingga
pasien nengalami hiperglikemia, maka akan muncul tanda-tanda dan gejala
lebih lanjut seperti:
Diabetes melitus tipe 2 ini dirawat dengan cara melakukan diet dan
olahraga. Serta ada juga perawatan menggunakan oral hypoglycemic sesuai
dengan apa yang dibutuhkan. Selain pengoabatan tersebut, ada beberapa
pengobatan yang dapat diterapkan pada pasien diabetes melitus tipe 2, yaitu:
1. Metformin 6. Terapi insulin
2. Pioglitazone 7. Thiazolidinedion
3. Sulfonilurea 8. DPP-4 Inhibitor
4. Nateglinide dan repaglinide 9. Kaji kadar gula darah
5. Meglitinid 10. Obat-obat lain
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat diterapkan pada penderita diabetes
melitus tipe 1 adalah pemeriksaan laboratorium yang akan meliputi bebarapa
hal, yaitu:
Komplikasi yang biasa timbul pada pasien penderita diabetes mellitus tipe 2
adalah:
1. Mata
2. Pendengaran
3. Kulit
4. Kaki
5. Seksual
6. Saraf Neuropati
7. Ginjal (Nefropati)
8. Kardiovaskuler
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan penyakit hipofungsin
adrenal antara lain meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu,
dan riwayat kesehatan keluarga.
Pengkajian merupakan tahapan dasar yang paling utama, serta
menjadi bagian awal dari sebuah proses keperawatan. Dalam pengkajian
dibutuhkan ketelitian dalam bertanya dan mencatat datanya, sebab dengan
mengumpulkan data yang akurat, serta sistematis, akan sangat membantu
untuk menentukan status kesehatan. Pola pertahanan pasiein dari berbagai
penyakit yang menderita dirinya juga akan semakin terbaca.
Proses pengkajian ini juga dapat memetakan serta mengantisipasi
berbagai kekuatan, pertahanan serta kelemahan yang ada pada pasien.
Selain itu, pengkajian ini juga dapat membantu dalam perawat
merumuskan diagnosis keperawatan yang sesuai. Pada pasien diabetes
melitus pengkajian data dasar pasien meliputi:
a. Keluhan Utama
Pada bagian ini, perawat meninjau kembali kesehatan pasien.
Perawat juga meninjau kembali berbagai indikator yang dapat
memungkinkan terjadinya penyakit DM. Serta perawat harus teliti
dalam bertanya dan mencatat datanya. Dikarenakan keluhan utama
sangat pentimg untuk dikaji.
Keluhan utama dari DM biasanya meliputi:
1) Luka sukar sembuh
2) Intensitas BAK dimalam hari tinggi
3) Berat badan berkurang
4) Haus meski cukup cairan
5) Lelah meski cukup istirahat
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yag dilakukan pasien diabetes melitus adalah
pemeriksaan laboratorium yang berguna bertujuan untuk melakukan
pengecekan pada beberapa hal, yaitu:
a. Mengecek gula dalam darah, biasanya ditemukan adanya peningkatan
sebesar > 200 mg/dl.
b. Mengecek aseton plasma, biasanya akan ditemukan aseton plasma
menjadi positif secara mencolok.
c. Mengecek osmolaritas serum, biasanya akan ditemukan adanya
peningkatan sebesar < 330m osm/It.
d. Mengecek gas darah arteri yang akan mendapatkan data bahwa pH
rendah dan adanya penurunan HCO3 (asidosis metabolik).
e. Adanya alkalosis respiratorik.
f. Mengecek trombosit darah, biasanya akan mengalami peningkatan pada
leukositosis, hemokonsentrasi, serta menunjukkan respons terhadap
stres atau infeksi.
g. Mengecek ureum atau kreatinin, biasanya akan mengalami peningkatan
atau bisa juga dengan nilai normal pada penurunan fungsi ginjal.
h. Mengecek amilase darah, biasanya akan mengalami mungkin
meningkat melebihi pankacatitis akut.
i. Mengecek insulin darah, biasanya akan mengalami penurunan hingga
habis.
j. Mengecek fungsi tiroid, biasanya akan ditemukan adanya peingkatan
aktivitas hormon tiroid yang membuat meningkatnya glukosa darah dan
kebutuhan akan insuln.
k. Mengecek urine, biasanya akan ditemukan adanya gula dan aseton
positif, BJ dan osmolaritas mungkin akan mengalami peningkatan.
l. Mengecek kultur, biasanya terdapat infeksi pada luka.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Diabetes Melitus,
Secara teori menurut ( Andra dan Yessie,2013), yaitu :
a. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,kehilangan
gastrik yang berlebihan (Mual,muntah)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lekosit/perubahan sirkulasi.
d. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
5. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Kekurangan Volume Cairan NOC : Keseimbangan Cairan NIC : Manajemen Cairan
berhubungan dengan diuresis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
osmotik,kehilangan gastrik yang selama 3 X 24 jam diharapkan - Monitor tanda – tanda vital pasien
berlebihan (Mual,muntah)
keseimbangan cairan pasien diabetes - Monitor status hidrasi (misalnya,
Definisi :
dengan kriteria hasil : membrane mukosa lembab, denyut
Penurunan cairan intravascular,
No Kriteria Awal Tujuan nadi adekuat, dan tekanan darah
interstisial, dan/ atau intraseluler. 1 Keseimbangan 1 5
ortostatik)
Ini mengacu pada dehidrasi, intake dan
- Monitor makanan atau cairan yang
kehilangan cairan saa tanpa output dalam
dikonsumsi dan hitung kalori harian
24 jam
perubahan pada natrium.
2 Berat badan 5 Terapi
Batasan Karakteristik : stabil - Tingkatkan asupan oral
- Perubahan status mental 3 Turgor kulit 5
4 Kelembaban 5 - Arahkan pasien mengenai status NPO
- Penurunan tekanan darah
membrane - Masukan kateter urin
- Penurunan tekanan nadi
mukosa
- Penurunan volume nadi 5 Hematokrit 5
Edukasi
- Penurunan turgor kulit
- Batasi asupan air pada kondisi
Indikator :
- Penurunan turgor lidah
pengenceran hiponatremia dengan
1. Berat
- Penurunan haluaran urin
serum Na di bawah 130 mEq per liter
2. Besar
- Penurunan pengisisan vena
Kolaborasi
- Kulit kering 3. Sedang - Berikan terapi IV, seperti yang
Faktor yang berhubungan : 4. Ringan ditentukan
- Kehilangan cairan aktif 5. Tidak ada - Berikan cairan dengan tepat
- Kegagalan mekanisme - Berikan diuretic yang diresepkan
regulasi
2 Perubahan nutrisi kurang dari NOC : Status NUtrisi NIC : Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
dengan ketidak cukupan insulin, selama …x 24 jam diharapkan pasien - Identifikasi adanya alergi alergi atau
penurunan masukan oral. mengetahui status nutrisi pasien diabetes intoleransi makanan yang dimiliki
Definisi dengan kriteria hasil : pasien
Asupan nutrisi tidak cukup untuk No Kriteria Awal Tujuan - Monitor kalori dan asupan
1 Asupan Gizi 1 5
memenuhi kebutuhan metabolic 2 Asupan 1 5 Terapi
Batasan Karakteristik makanan - Ciptakan lingkungan yang optimal
- Kram abdomen 3 Asupan cairan 1 5 pada saat mengkonsumsi makan
4 Energi 1 5
- Nyeri abdomen 5 Hidrasi 5
- Menghindari makanan Indikator Edukasi
- Berat badan 20% atau lebih 1. Tidak ada pengetahuan - Anjurkann keluarga untuk membawa
2. Pengetahuan terbatas
dibawah berat badan ideal 3. Pengetahuan sedang makanan favorite sementara pasien
- Diare 4. Pengetahuan banyak selama berada di rs
5. Pengetahuan sangat banyak
- Kurang makan - Anjurkan pasien mengenai modifikasi
- Penurunan berat badan diet yang diperlukan
dengan asupan makanan Kolaborasi
adekuat - Tentukan status gizi pasien
Faktor yang berhubungan - Atur diet yang diperlukan
- Faktor biologis - Beri obat – obatan sebelum makan.
- Faktor ekonomi
- Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
- Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan
makanan
3 Resiko tinggi infeksi berhubungan NOC : Keparahan Infeksi NIC : Manajemen Elektrolit / Cairan
dengan kadar glukosa tinggi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
penurunan fungsi lekosit/perubahan selama 3x24 jam, pasien menunjukkan - Monitor perubahan status paru atau
sirkulasi. perbaikan keparahan infeksi dengan jantung yang menunjukkan kelebihan
Definisi indikator : cairan dan dehidrasi
Mengalami peningkatan resiko No Kriteria Awal Tujuan - Monitor tanda – tanda vital yang
1 Kemerahan 1 5
terserang organisme patogenik 2 Vesikel yang 1 5 sesuai
Faktor – faktor resiko tidak mengeras - Monitor manisfestasi dari
- Penyakit krooni (DM, permukaannya ketidakseimbangan elektrolit
3 Cairan (luka) 1 5
obesitas)
yang berbau
- Pengetahuan yang tidak Terapi
cukup untuk menghindari busuk - Berikan cairan yang sesuai
4 Nyeri 1 5
pemanjanan patogen 5 Jaringan Lunak 1 - Berikan resep diet yang tepat untuk
- Pertahanan tubuh primer cairan tertentu atau pada
yang tidak adekuat Indikator : ketidakseimbangan elektrolit
- Vaksinasi tidak adekuat 1. Gangguan ekstrim Edukasi
- Pemanjanan terhadap patogen 2. Berat - Batasi cairan yang sesuai
- Malnutrisi 3. Sedang - Pastikan bahwa larutan intravena yang
4. Ringan mengandung elektrolit diberikan
5. Tidak ada gangguan. dengan aliran yang konstan dan sesuai
Kolaborasi
- Konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala ketidakseimbangan
cairan dan atau elektrolit menetap atau
memburuk
Haryono, Rudy dan Brigitta.(2019).Asuhan Keperawatan Pada Paien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Yogjakarta : Pustaka Baru press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.(2016). Standar Diagnosa keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia