Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Tn. N DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE


(CHF)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Belajar Lapangan


Stase Keperawatan Dasar Profesi

Dosen Pembimbing Mata Kuliah : Rahayu Setyowati, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :
Muhammad Rahmat Arifin
(21149011040)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YPIB MAJALENGKA
TAHUN 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

A. Definisi
Congestive heart failure terkadang disebut gagal jantung kongestif,
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan
fungsi jantung. CHF dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi distolik) dan atau
kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo dkk. 2015).
CHF adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu
mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan pengisian vena normal (Arif Muttaqin, 2009).
Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan
kelebihan beban (overload) cairan dan perfusi jaringan yang buruk.
Mekanisme terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan
kontraktilitas jantung (disfungsi sistolik) atau pengisian jantung (diastole)
sehingga curah jantung lebih rendah dari nilai normal. Curah jantung yang
rendah dapat memunculkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan
peningkatan beban kerja jantung dan pada akhirnya terjadi resistensi
pengisian jantung. (Smeltzer, 2013)
Congestive heart failure adalah suatu keadaan serius, dimana
jumlah darah yang dipompa oleh j antung setiap menitnya (cardiac output/
curah jantung) tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan
oksigen dan zat-zat makanan. (Dwi Sunar Prasetyono, 2012)
Congestive heart failure merupakan sidrom klinis yang kompleks
dengan gejala-gejala yang tipikal dari sesak napas (dispneu) dan mudah lelah
fatigue) yang di hubungkan dengan kerusakan fungsi maupun struktur yang
diganggu dari jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel untuk
mengisi dan mengeluarkan darah kesirkulasi. (Syamsudin, 2011)

B. Klasifikasi
The New York Herat! Association (NYHA) menetapkan metode
pertama klasifikasi berdasarkan jumlah aktifitas yang di perlukan untuk
memunculkan gejala. Kelas I tidak menunjukkan adanya keterbatasan
aktifitas. Kelas II adalah diagnosis ketika gejala pada taraf ringan dan dan
hanya saat aktifitas tertentu. Kelas III ditandai dengan timbulnya gejala saat
beraktifitas, kecuali hanya saat pasien istirahat. Diagnosis Kelas IV di buat
ketika gejala terlihat meskipun pasien sedang istirahat.
Tabel 1. Klasifikasi gagal jantung menurut fungsi NYHA
Kelas I Aktifitas fisik tidak dibatasi

Kelas II Aktifitas fisik terbatas

Kelas III Marked limitation of activity

Kelas IV Activity severly limited

Tabel 2. Klasifikasi gagal jantung menurut ACC/AHA


Kelas A Orang yang beresiko tinggi
Kelas B Struktur jantung tidak normal
tanpa perkembangan gejala.
Kelas C Gejala gagal jantung di rasakan

dengan friksi ejeksi (blood


output) normal atau menurun.
Kelas D Gejala jantung pada fase akhir

atau telah sulit disembuhkan


(fase refraktori).
C. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum gagal jantung dapat
di sebabkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan menjadi :
a) Disfungsi Miokard
1) Iskemia miokard
Penyakit yang ditandai oleh berkurangnya aliran darah ke
otot jantung. Biasanya terjadi sekunder terhadap penyakit arteri
koroner/ penyakit jantung koroner, dimana aliran darah melalui
arteri terganggu.
2) Infark miokard
Kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner pada
area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen
(iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati (nekrosis miokard)
3) Miokarditis
Miokarditis adalah peradangan atau inflamasi pada
miokardium. Peradangan ini dapat disebabkan oleh penyakit
reumatik akut dan infeksi virus seperti cocksakie virus, difteri ,
campak, influenza , poliomielitis, dan berbagai macam bakteri,
rikettsia, jamur, dan parasit.
4) Kardiomiopati
Kardiomiopati yang secara harfiah berarti penyakit
miokardium, atau otot jantung, ditandai dengan hilangnya
kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara
normal. Kondisi semacam ini cenderung mulai dengan gejala
ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini
terjadi kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga jantung
tidak mampu berkontraksi secara normal.
b) Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)
1) Stenosis aorta
Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan atau
penyumbatan pada katup aorta. Penyempitan pada katup aorta ini
mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga
menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta.
Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 4 kuncup yang akan
menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.
2) Hipertensi iskemik
Peningkatan tekanan darah secara cepat (misalnya
hipertensi yang berasal dari ginjal atau karena penghentian obat
antihipertensi pada penderita hipertensi esensial) bisa
menimbulkan hilangnya kemampuan kompensasi jantung
(dekompensasi).
3) Koartasio aorta
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang
biasanya terjadi pada titik dimana duktus arteriosus tersambung
dengan aorta dan aorta membelok ke bawah.
c) Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)
1) Insufisiensi katub mitral dan trikuspidalis
2) Tranfusi berlebihan
d) Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
1) Anemia
Dengan keberadaan anemia, kebutuhan oksigen untuk
jaringan metabolisasi hanya bisa dipenuhi dengan kenaikan curah
jantung. Meskipun kenaikan curah jantung bisa ditahan oleh
jantung yang normal, jantung yang sakit dan kelebihan beban
(meski masih terkompensasi) mungkin tidak mampu menambah
volume darah yang dikirim kesekitarnya. Dalam hal ini, kombinasi
antara anemia dengan penyakit jantung yang terkompensasi
sebelum bisa memicu gagal jantung dan menyebabkan tidak
cukupnya pasokan oksigen kedarah sekitarnya.
2) Tirotoksikosis
Tiroktosikosis adalah suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu
kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu
jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan. Tirotoksikosis
sebagai akibat dari produksi tiroid, yang merupakan akibat dari
fungsi tiroid yang berlebihan.
3) Biri-biri
4) Penyakit paget

D. Patofisiologi
a) Mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan mengganggu
kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel kiri yang
menurun mengurangi cardiac output dan meningkatkan volume
ventrikel.
Dengan meningkatnya volume akhir diastolik ventrikel (EDV)
maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir diastolik kiri (LEDV).
Meningkatnya LEDV, akan mengakibatkan pula peningkatan tekanan
atrium (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung ke
dalam anyaman vaskuler paru-paru meningkatkan tekanan kapiler dan
vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru
melebihi tekanan osmotik vaskuler, maka akan terjadi transudasi cairan
melebihi kecepatan draenase limfatik, maka akan terjadi edema
interstitial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan
merembes ke alveoli dan terjadi edema paru.
b) Respon kompensatorik
1) Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas
adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan
kekuatan kontraktil akan meningkat untuk menambah cardiac
output (CO), juga terjadi vasokontriksi arteri perifer untuk
menstabilkan tekanan arteri dan retribusi volume darah dengan
mengurangi aliran darah ke organ-organ yang rendah
metabolismenya, seperti kulit dan ginjal agar perfusi ke jantung
dan ke otak dapat di pertahankan. Vasokontriksi akan
meningkatkan aliran balik vena kesisi kanan jantung yang
selanjutnya akan menambah kekuatan kontriksi.
Meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem renin
angiotensin aldosteron ( RAA). Aktivitas RAA menyebabkan
retensi Na dan air oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel-
ventrikel tegangan tersebut. Peningkatan beban awal ini akan
menambah kontraktilitas miokardium
2) Atropi ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung
adalah hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding
3) Efek negatif dari respon kompensatorik
Pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan
namun pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala,
meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat gagal
jantung.
Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kekuatan kontraktilitas dini mengakibatkan
bendungan paru-paru, vena sistemik dan edema, fase kontruksi
arteri dan redistribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan
pada anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan tanda serta
gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih yang dikeluarkan
dan kelemahan tubuh. Vasokontriksi arteri juga menyebabkan
beban akhir dengan memperbesar resistensi terhadap ejeksi
ventrikel, beban akhir juga kalau dilatasi ruang jantung. Akibat
kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen juga
meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi miokard dan
perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika kebutuhan miokard akan
oksigen tidak terpenuhi maka akan terjadi iskemik miokard,
akhirnya dapat timbul beban miokard yang tinggi dan serangan
gagal jantung yang berulang. (Wijaya & Putri 2013).
E. Patway
F. Manifestasi Klinis

a) Gagal Jantung Kiri


1) Kongesti pulmonal : dispnea (sesak), batuk, krekels paru, kadar
saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi
jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa di deteksi melalui auskultasi.
2) Dispnea saat beraktifitas (DOE), ortopnea, dispnea nocturnal
paroksismal (PND).
3) Batuk kering dan tidak berdahak diawal, lama kelamaan dapat
berubah menjadi batuk berdahak.
4) Sputum berbusa, banyak dan berwarna pink (berdarah).
5) Krekels pada kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi
krekels diseluruh area paru.
6) Perfusi jaringan yang tidak memadai.
7) Oliguria (penurunan urin) dan nokturia (sering berkemih dimalam
hari)
8) Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala
seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah,
ansietas, sianosis, kulit pucat atau dingin dan lembab.
9) Takikardia, lemah, pulsasi lemah, keletihan.
b) Gagal Jantung Kanan
1) Kongesti pada jaringan visceral dan perifer.
2) Edema estremitas bawah (edema dependen), hepatomegali, asites,
(akumulasi cairan pada rongga peritoneum), kehilangan nafsu
makan, mual, kelemahan, dan peningkatan berat badan akibat
penumpukan cairan. (Smeltzer, 2016)
Pada anak dan bayi :
1) Takikardia (denyut jantung >160 kali/menit pada anak umur di
bawah 12 bulan; >120 kali/menit pada umur 12 bulan -5 Tahun
2) Hepatomegali, peningkatan tekanan vena jugularis dan edema
perifer (tanda kongestif)
3) Irama derap dengan crakles/ronki pada basal paru
4) Pada bayi napas cepat (atau berkeringat, terutama saat di beri
makanan; pada anak yang lebih tua edema kedua tungkai,
tangan atau muka, atau pelebaran vena leher

5) Telapak tangan sangat pucat, terjadi bila gagal jantung di


sebabkan oleh anemia. (Nurarif & Kusuma, 2016)

G. Komplikasi
a) Edema paru akut terjadi akibat gagal j antung kiri
b) Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)

c) Episode trombolitik
Thrombus terbentuk karna imobilitas pasien dan gangguan sirkulasi
dengan aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah.

d) Efusi pericardial dan tamponade jantung


Masuknya cairan kekantung pericardium, cairan dapat meregangkan
pericardium sampai ukuran maksimal. COP menurun dan aliran balik
vena ke jantung tamponade jantung. (Wijaya & Putri, 2013)

H. Pemeriksaan Penunjang
a) Elektro kardiogram (EKG)
Hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, disritmia,
takikardia, fibrilasi atrial.

b) Uji stress
Merupakan pemeriksaan non-infasif yang bertujuan untuk menetukan
kemungkinan iskemia atau infark yang terjadi sebelumnya.

c) Ekokardografi
Ekokardografimodel M (berguna untuk mengealuasi volume balik
dan kelainan regional, model M paling sering di pakai dan di tayangkan
bersama EKG). Ekokardografi dua dimensi (CT-scan) Ekokardografi
Doppler (memberikan pencitraan dan pendekatan transesofageal
terhadap jantung).
d) Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagaljantung kanan dan gagal jantung kiri stenosis
katub atau insufisiensi.
e) Radiografi dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, perubahan dalam
pembuluh darah abnormal.
f) Elektrolit
Mungkin berubah karna perpindahann cairan/ penurunan fungsi
ginj al, terapi diuretik.
g) Oksimetri nadi
Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika Congestive
Heart Failure (gagal jantung) menjadi kronis.
h) Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan
(dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
i) Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukan penurunan fungsi ginjal.
Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
j) Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukan hiperaktifitas tiroid
sebagai pre pencetus gagal jantung (Nurarif & Kusuma, 2016).
I. Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:


a) Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan
konsumsi oksigen dengan pembatasan aktivitas.
b) Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan
digitalisasi.
c) Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan
vasodilator.
Terapi non farmakologi:
a) CHF Kronik
1) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan
aktifitas.
2) Diet pembatasan natrium menghentikan obat-obatan yang
memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada
ginjal menyebabkan retensi air dan natrium.
3) Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
(Wijayaningsih, 2013).
4) Olahraga secara teratur, diet rendah garam, mengurangi berat
badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari
rokok. (Huda & Kusuma, 2016)
b) CHF Akut
1) Oksigenasi (ventilasi mekanik).
2) Pembatasan cairan.

Terapi farmakologi :
a) Memperbaiki daya pompa jantung.
1) Therapi Digitalis : Ianoxin. Untuk meningkatkan kekuatan
kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung.
2) Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan
tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisi \dan
mengurangi edema.
3) Obat Inotropik : Amrinone (Inocor), Dopamine (Intropin)
b) Pengendalian retensi garam dan cairan
1) Diet rendah garam. Untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema.
2) Diuretik : chlorothiazide (Diuril), Furosemide (Lasix),
Sprionolactone (aldactone). Diberikan untuk memacu eksresi
natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan harus hati - hati karena
efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3) Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor : captropil,
enalopril, lisinopril. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk
mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh
ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan
peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel
kiri dapat diturunkan.
4) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung
dan menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
5) Infusi intravena : nesiritida, milrinzne, dobutamin. (Smeltzer, 2016)

J. Pencegahan
Menurut Soegondo (2011) ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegah gagal jantung, diantaranya:
a) Mengonsumsi makanan sehat yang mengandung banyak serat, seperti
sayur-sayuran, buah-buahan, gandum, ikan, dan daging, serta
menghindari asupan garam yang berlebihan. Selain dari bayam, zat
besi juga bisa didapatkan dari suplemen. Hindari makanan yang
mengandung lemak jenuh, seperti jeroan, daging kambing, kerang,
kuning telur, dan udang. Selain itu batasi asupan gula dan garam.
b) Menjaga berat badan pada batasan sehat dan melakukan langkah-
langkah penurunan berat badan jika diperlukan.
c) Berhenti merokok bagi seorang perokok. Jika bukan perokok maka
upayakan untuk menghindari asap rokok agar tidak menjadi perokok
pasif.
d) Tidak mengonsumsi minuman keras.
e) Berolahraga secara teratur, melakukukan aktivitas atau olahraga yang
dapat membuat jantung sehat, seperti bersepeda atau berjalan kaki,
minimal dua setengah jam per minggu.
f) Menjaga kadar kolesterol dan tekanan darah pada batas sehat, karena
kedua hal tersebut dapat meningkatkan resiko gagal jantung.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Tanggal Pengkajian :
Tanggal Masuk Rs :
1. Identitas Klien
Nama : ________________________________________
Umur : ________________________________________
Jenis Kelamin : ________________________________________
Pendidikan : ________________________________________
Agama : ________________________________________
Pekerjaan : ________________________________________
Status Marital : ________________________________________
Alamat : ________________________________________
Diagnosa Medis : ________________________________________
Sumber Biaya : ________________________________________
Sumber Informasi : ________________________________________
2. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama: Biasanya klien dirawat dirumah sakit dengan
keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan juga pusing
 P : Apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri
 Q : Seberapa berat keluhan nyeri terasa
 R : Lokasi dimana keluhan nyeri dirasakan
 S : Skala nyeri yang dirasakan dengan rentang 1-10
 T : Kapan keluhan nyeri mulai ditemukan/dirasakan
2) Alasan Masuk RS:...............................................................
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Riwayat Alergi (obat, makanan, binatang, lingkungan) :..........
2) Riwayat Kecelakaan:..................................................
3) Riwayat Dirawat di RS kapan, alasan dan berapa lama) :.........
4) Riwayat Pemakaian Obat :..................................................
c. Riwayat Kesehatan Keluarga ( Genogram dan Keterangan )
( Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi
faktor resiko)
d. Riwayat Psikososial dan Spiritual
1) Adakah orang yang terdekat dengan pasien :.........................
2) Interaksi dalam Keluarga :....................................
 Pola Komunikasi :....................................
 Pembuat Keputusan :....................................
 Kegiatan Kemasyarakatan :....................................
3) Dampak Penyakit pasien pada keluarga :................................
4) Masalah yang mempengaruhi pasien :....................................
5) Mekanisme koping terhadap pasien :....................................
( ) Pemecahan Masalah ( ) Minum Obat
( ) Makan ( ) Cari Pertolongan
( ) Tidur ( ) Lain-lain (mis: marah,diam)
Sebutkan :
6) Persepsi pasien terhadap penyakitnya
 Hal yang sangat dpikirkan saat ini :...........
 Harapan setelah menjalani perawatan :...........
 Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :...........
7) Tugas perkembangan menurut usia saat ini
( ) Menikah ( ) Bekerja
8) Sistem Nilai Kepercayaan
 Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
 Aktivitas agama / kepercayaan yang dilakukan :
e. Kondisi Lingkungan Rumah
( Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini )
f. Pola kebiasaan sehari-hari (sebelum dan setelah sakit)
1) Pola Nutrisi
 Frekuensi Makan :
 Nafsu Makan :
 Keluhan :
 Jenis Makanan :
 Makanan yang tidak disukai / alergi / pantangan :
 Kebiasaan sebelum makan :
2) Pola Eliminasi
 BAK
- Frekuensi :
- Warna :
- Keluhan yang berhubungan dengan BAK :
- Jumlah / volume :
 BAB
- Frekuensi :
- Warna :
- Bau :
- Konsistensi :
- Keluhan :
- Penggunaan laksatif / pencahar :
3) Pola Personal Hygiene
 Mandi
- Frekuensi :
- Waktu :
- Keluhan :
 Oral Hygiene
- Frekuensi :
- Waktu :
- Keluhan :
 Cuci Rambut
- Frekuensi :
- Keluhan :
4) Pola istirahat dan tidur
 Lama tidur :
 Waktu :
 Kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur :
 Keluhan/masalah :
5) Pola aktivitas dan latihan
 Jenis latihan / olah raga :
 Frekuensi :
 Lama latihan :
 Keluhan :
6) Kebiasaan Lain
 Merokok
- Frekuensi :
- Jenis :
- Jumlah :
- Lama Pemakaian :
 Ketergantungan obat / minum minuman keras
- Frekuensi :
- Jumlah :
- Lama Pemakaian :
- Alasan/keluhan :

3. Pengkajian Fisik
Dinarasikan secara lengkap untuk setiap teknik pemeriksaan fisik
Keadaan Umum :
BB :
TB :
Tanda – tanda Vital : TD = …… R= ……… N = …… S =
……
a. Sisitem Penglihatan
 Inspeksi :
 Palpasi :
 Fungsi penglihatan :
b. Sistem Pendengaran
 Inspeksi :
 Perkusi :
 Fungsi pendengaran :
c. Sistem Wicara
 Kesulitan/gangguan wicara :
d. Sistem Pernafasan
 Inspeksi :
 Palpasi :
 Perkusi :
 Auskultasi :
e. Sistem Kardiovasculer
1) Sirkulasi perifer :
2) Jantung
 Inspeksi :
 Palpasi :
 Perkusi :
 Auskultasi :
f. Sistem Hematologi :
g. Sistem Saraf Pusat
 Tingkat Kesadaran :
 Peningkatan Tekanan IC :
 Glasgow coma scale : E= M= V=
h. Sistem percernaan
 Inspeksi :
 Perkusi :
 Auskultasi :
 Palpasi :
i. Sistem Endokrin
 Inspeksi :
 Perkusi :
 Palpasi :
j. Sistem Urogenital
 Inspeksi :
 Perkusi :
 Palpasi :
k. Sistem Integumen
 Inspeksi :
 Palpasi :
l. Sistem muskuloskeletal
 Kekuatan tonus otot :
 ROM :
 Inspeksi :
 Palpasi :
m. Sistem kekebalan tubuh
 Suhu : .......... C
 BB sebelum sakit : ...........Kg
 BB sesudah sakit : ...........Kg
 Pembesaran kelenjar getah bening (inspeksi dan palpasi)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang CHF untuk menegakan diagnosis dapat
dinilai melalui pemeriksaan darah lengkap, EKG dan Foto Thorax
5. Penatalaksanaan Medis (Terapi Farmakologis)
Terapi farmakologis yang dapat diberikan pada penderita Kolelitiasis
yaitu terapi farmakologis seperti V-Block 2 x 3,125, Keterolac 1 ampul
(Ekstra).
6. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS :- klien mengatakan sesak Hambatan Upaya Nafas Pola nafas tidak
nafas. effektif
DO : - penggunaan otot bantu
pernafasan
- RR : 27 x/mnt
- Terpasang Oksigen Nasal
Canul 3 lt/menit
2. DS : - klien mengatakan Gagal jantung kongestif Resiko penurunan

tenaganya lemah, cepat curah jantung

lelah dan sesak nafas

DO : - tampak gelisah dan lelah

- Di pasang oksiden nasal


canul 3 lt/menit

7. Diagnosa Keperawatan
Tgl
Tanggal Tanda
No Masalah Diagnose Kep Ket
Teratasi Tangan
Muncul
1. Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hambatan
upaya nafas

2. Resiko penurunan curah jantung


berhubungan dengan gagal jantung
kongestive
8. Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses perencanaan keperawatan
meliputi penetapan tujuan perawatan, penetapan kriteria hasil, pemilihan
intervensi yang tepat, dan rasionalisasi dari intervensi dan
mendokumentasikan rencana perawatan. Perencanaan keperawatan adalah
suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan
awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, dan siapa yang melakukan dari semua tindakan
keperawatan (Lestari et al., 2019).
Intervensi Keperawatan yang biasa muncul pada klien BPH dan
mengalami pembedahan adalah:
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI) Kriteria Hasil
(SLKI)
1. Pola Nafas Tidak Effektif Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
(D.0005) asuhan keperawatan (I.010014)
selama ......................... XObservasi:
Penyebab : ...... Maka pola 1. Monitor frekuensi
 Depresi pusat pernapasan napas meningkat irama,kedalaman dan
 Hambatan upaya nafas dengan kriteria upaya nafas
(mis. Nyeri saat bernapas, hasil: 2. Monitor Pola nafas
kelemahan otot abnormal ( mis, takipnea,
pernapasan) Pola Napas bradipnea, hiperventilasi,
 Deformitas dinding dada (L.01004) kusmaul, cheyne stokes,
 Deformitas tulang dada 1. Dispnea biot, atasik)
gangguan neuromuscular berkurang 3. Monitor adanya batuk

 Gangguan neurologis 2. Oropnea efektif

(mis. berkurang 4. Monitor adanya

Elektroensefalogram 3. Penggun aan otot produksi sputum

[EEG] positif, cedera bantu pernafas 5. Auskultasi bunyi nafas


kepala, gangguan kejang an berkurang 6. Monitor sirkulasi

4. Pola nafas oksigen

Gejala dan Tanda Mayor: normal 7. Monitor nilai AGD

 Dyspnea 8. Monitor hasil x-ray


thorax

Gejala dan tanda Minor Terapeutik:


1. Atur interval pemantauan
 Ortopnea
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
Pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2. Risiko Penurunan Curah Setelah dilakukan Perawatan Jantung Dukungan


Jantung (I.02075) Tiduri
(D.0011) asuhan keperawatan
selama ......................... Observasi:
X Memfasilitasi
Faktor Risiko :  Observasi tanda dan siklus tidur dan
 Perubahan afterload ...... Maka curah gejala penurunan curah terjaga yang
 Perubahan frekuensi jantung meningkat jantung teratur
jantung dengan kriteria  Monitor Tekanan darah
 Perubahan irama jantung hasil:  Monitor saturasi oksigen
 Perubahan kontraktilitas (L.02008)  Monitor keluhan nyeri
 Perubahan preload  Kekuatan nadi  Monitor EKG 12 sadapan
periper  Monitor aritmia
Kondisi Klinis Terkait: meningkat  Monitor nilai
 Gagal jantung kongestif  Aritmia menurun  laboratorium jantung
 Sindrom koroner akut  Lelah menurun
 Gangguan katup jantung  Edema menurun Terapeutik:
(stenosis/regurgitasi  Dispnea  Posisikan pasien semi
aorta, pulmonalis, menurun fowler/fowler
trikuspidalis, atau  S3 dan S4  Berikan diet jantung yang
mitralis) menurun sesuai
 Atrial/ventricular septal  Tekanan darah  Berikan oksigen untuk
defect  mempertahan kan
membaik
 Aritmia  saturasi oksigen >94%

Edukasi:
 Anjurkan aktivitas fisik
sesuai toleransi
 Ajarkan pasien dan
Keluarga mengukur
intake dan output

9. Implementasi

Implementasi yang merupakan kompnen dari proses keperawatan


adalah kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang dperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari
proses keperawatan. Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan
kesehatan,implementasi mungkin dimulai secara lansung setelah
pengkajian.
Berikut merupakan format implementasi :
No Tanggal Tindakan dan respon Tanda tangan

10. Evaluasi dan Catatan Perkembangan


Evalusi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan criteria hasil, klien bisa keluar dari
siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassessment). Secara
umum, evaluasi ditujukan untuk :
a. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
c. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
(Asmadi, 2018)
Berikut merupakan format dalam melakukan dokumentasi evaluasi dan
catatan perkembangan:
No Tgl Diagnose kep Cat. Perkmb Ttd
DAFTAR PUSTAKA

Akatsuki. (2011). Peran Perawat Dalam Penanganan Gagal Jantung. Di akses 31


Januari 2017. http://eprints.ums.ac.id/22046/2/BAB_I.pdf

Anurogo, Wulandari. (2012). 45 Penyakit yang di temukan di Masyarakat


(pengenalan, pencegahan & alternativepengobatannya). Yogyakarta:
Andi Offset

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogjakarta:


DIVA Press

Doenges Marilynn. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Di
akses 9 Maret 2017. http://kti-munir.blogspot.co.id/2011/03/gagal-
jantung- kongestif- chf.html

Fathoni. (2010). Informasi Kedokteran dan kesehatan Gagal Jantung. Di akses 20


Januari 2017. http://www.informasikedokteran.com/2015/09/gagal-
jantung.html
Judith, dkk. (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosis Nanda,
Intervensi Nic, Kriteria HasilNoc. Edisi 9. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

Kabo. (2012). Tanda gejala gagal jantung. Di akses 31 Januari 2017.


http://repository.wima.ac.id/3141/2/Bab%201.pdf

Nurarif, Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis : Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Jogja

Prasetyono, Dwi Sunar (2012). Daftar Tanda dan Gejala Ragam Penyakit.
Yogyakarta: Fleshbooks
Smeltzer S, Brenda G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Suddarth. Vol 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer S. (2016). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika

Wijayaningsih Sari. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta Timur: KDT

Anda mungkin juga menyukai