Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA MASALAH PSIKOSOSIAL PADA


PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

DISUSUN OLEH:

NAMA : NURHALIMAH SALEH

NIM : 20 04 040

KELOMPOK :3

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROFESI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH


1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negative
terhadap diri sendiri, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional
maupun kronis atau menahun.
Menurut NANDA (2015) Harga diri rendah didefinisikan sebagai
evaluasi diri negative yang berkembang sebagai respons diri terhadap
hilangnya atau berubahnya perawatan diri pada seseorang yang
sebelumnya memiliki evaluasi diri negative.
Menurut Damiyanti (2012) harga diri rendah situasional yaitu
terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami istri, perasaan malu karena sesuatu (korban pemerkosaan).
2. Penyebab
Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan
koping individu akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab
harga diri rendah juga dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan atau
pergaulan.
Menurut NANDA (2015) factor yang memengaruhi harga diri
rendah meliputi factor predisposisi dan presipitasi yaitu:
a. Factor predisposisi
1) Factor yang memengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan
dari orang tua, seperti tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua
yang terlalu mengekang, sehingga anak menjadi frustasi dan
merasa tidak berguna lagi serta merasa rendah diri.
2) Factor yang memengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal
diri seperti dituntut untuk selalu berhasil dan tidak boleh berbuat
salah, sehingga anak kehilangan rasa percaya diri.
b. Factor presipitasi, ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
misalnya ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan
mental sehingga keluarga merasa malu dan rendah diri. Pengalaman
traumatic juga dapat menimbulkan harga diri rendah seperti
penganiayaan seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang
dirawat di rumah sakit dengan pemasangan alat bantu yang tidak
nyaman baginya. Respon terhadap trauma umumnya akan mengubah
arti trauma dan kopingnya menjadi represi dan denial.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Carpetino (1998) dalam buku Kartika Sari (2015) tanda
dan gejala pada harga diri rendah yaitu;
a. Data subjektif
1) Menginteropeksi diri sendiri
2) Perasaan diri yang berlebihan
3) Perasaan tidak mampu dalam semua hal
4) Selalu merasa besalah
5) Sikap selalu negative terhadap diri sendiri
6) Bersikap pesimis dalam kehidupan
7) Mengeluh sakit fisik
8) Pandangan hidup yang terpolarisasi
9) Menentang kemampuan diri sendiri
10) Menjelek-jelekkan diri sendiri
11) Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan
12) Menolak atau menjauh dari umpan balik positif
13) Tidak mampu menentukan tujuan
b. Data objektif
1) Produktivitas menjadi menurun
2) Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri
3) Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain
4) Penyalahgunaan suatu zat
5) Tindakan menarik diri dari hubungan social
6) Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu
7) Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan
8) Gampang tersinggung dan mudah marah
4. Rentang Respon
Respon individu terhadap konsep dirinya dimulai dari respon
adaptif dan maladaptive. Menurut Keliat dalam Ade Herman (2011)
rentang respon digambarkan sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Keracunan identitas Depersonalisasi

Keterangan:
a. Respon adaptif adala respon yang dihadapi klien bila klien
menghadapi suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik,
antara lain:
1) Aktualisasi diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi
mandiri termasuk persepsi mas lalu akan diri dan perasaannya.
2) Konsep diri positif, menunjukkan individu akan sukses dalam
menghadapi masalah.
b. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi
masalah dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut.
Respon mal-adaptif gangguan konsep diri adalah:
1) Gangguan harga diri, transisi antara respon konsep diri positif dan
mal-adaptif.
2) Kekacauan identitas, kekacauan diri kacau atau tidak jelas
sehingga tidak memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
3) Depersonalisasi, tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian
yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan dengan orang lain
secara intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina
hubungan baik dengan orang lain.
5. Mekanisme Koping
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping
jangka pendek dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka
pendek tidak memberikan hasil yang telah diharapkan individu, maka
individu dapat mengembangkan mekanis koping jangka panjang (Direja,
2011). Mekanisme tersebut mencakup sebagai berikut:
a. Jangka Pendek
1) Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu:
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv secara terus
menerus.
2) Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat
sementara, misalnya ikut kelompok sosial, agama, dan politik).
3) Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara
misalnya perlombaan.
b. Jangka Panjang
1) Penutupan identitas: terlalu terburu-buru mengadopsi identitas
yang disukai dari orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan
keinginan atau potensi diri sendiri.
2) Identitas Negatif: asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-
nilai dan harapan masyarakat.
6. Penatalaksanaan
Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita
Harga Diri Rendah yaitu:
a. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi
dengan orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena
jika klien menarik diri, klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk
lagi.
b. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada klien
harga diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan
menggunakan stimulasi atau diskusi untuk mengetahui pengalaman
atau perasaan yang dirasakan saat ini dan untuk membentuk
kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan
membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien,
mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data
tentang klien agar dapat mengidentifikasi, mengenal maslah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik mental, sosial, dan
lingkungan (Rohmah, 2009).
Jadi pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan
diagnosa keperawatan:
a. Pengumpulan data
Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai statuskesehatan
dan kemungkinan adanya masalah yang memerlukan intervensi dari
perawat. Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif, yaitu
didapat secara nyata dan melaui observasi atau pemeriksaan langsung
oleh perawat. Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan
secara lisan oleh klien dan keluarganya. Adanya data ini di dapat
melalui wawancara perawat pada klien dan keluarganya. Untuk dapat
menjaring data yang diperlukan, umumnya yang dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar
memudahkan dalam pengkajian.
1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan,
agama, pekerjaan, status marital, suku/bangsa, alamat, nomor
medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
2) Alasan masuk
Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan dan
tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang kerumah
sakit, dan Apa yang sudah dilakukan klien/keluarga sebelum atau
sesudah berobat kerumah sakit.
3) Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri seseorang (Stuart, 2006).
a) Riwayat ganguan jiwa
b) Pengobatan
c) Aniaya
d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
4) Pengkajian fisik
Tanda-tanda vital, Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi, suhu, dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi
badan.
5) Pengkajian psikososial
a) Genogram
Kaji meliputi gambaran klien dengan tiga generasi ke atas,
pola asuh, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan dengan anggota keluarga lainnya. Keluarga dari
klein sebelumnya pernah mengalami penyakit gangguan
kejiwaan, pola asuh yang kurang dari orang tuanya saat/sejak
dari kecil, jarang diikitsertakan dalam pengambilan
keputusan, dan hubungan klien dengan keluarga lainnya
kurang harmonis. Penjelasan: Jelaskan klien tinggal dengan
siapa dan apa hubungannya, jelaskan masalah yang terkait
dengan pola asuh kelurga terhadap klien dan anggota keluarga
lainnya, pola komunikasi,pola pengambilan keputusan, dan
faktor herediter (Azizah, 2011).
b) Konsep diri
- Gambaran diri
Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan tidak
ada keluhan apapun.
- Identitas diri
Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya,
status sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak
berdaya dan rendah diri sehingga tidak mempunyai status
yang dibanggakan atau diharapkan dikeluarga maupun
masyarakat
- Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas,
ketegangan peran dan merasa tidak mampu dalam
melaksanakan tugas.
- Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga,
sekola, tempat kerja, masyarakat),harapan klien terhadap
penyakitnya.
- Harga diri
Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan
martabat, menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata
dan perasaan dirinya lebih penting.
c) Hubungan social
- Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu
atau meminta dukungan
- Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.
- Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.
- Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan
mengeksploitasi orang lain
d) Spiritual
- Falsafah hidup
Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan
ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya
terhadap sakit serta dengan penyembuhannya.
- Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin
terhadap Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan
sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan
kegiatan keagamaan.
e) Status mental
- Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang
minat untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran
dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan
tanda adanya depresi atau skizoprenia. Bila seorang
perempuan yang mempunyai ketakutan seksual mungkin
berpakaian netral, tetapi apabila wanita berpaian, bersolek,
dan berprilaku seakan-akan hendak membangkitkan
rangsangan seksual maka adanya kemungkinan hysteria.
Bau badan karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu
gangguan jiwa (Marammis, 2005).
- Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara
rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep,
2009).
- Aktivitas motorik Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi
penurunan aktivitas interaksi Yosep, 2009).
- Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan
hidup yang pesimis (Yosep, 2009).
- Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu
berespon bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep,
2009).
- Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung
(Yosep, 2009).
- Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam
atau member perintah. (Keliat, 2006).
- Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara
tentang sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit,
tetapi samapai pada tujuan pembicaraan). Tangensial
(pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan). Kehilangan asosiasi (pembicaraan
tidak memiliki hubungan antara satu kalimat dengan
kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Fight of
ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu toipik ke
topik lain, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak
sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti
secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian
dilanjutkan kembali). Perseverasi (pembicaraan yang
diulang berkali-kali). Jelaskan apa yang dilakukan klien
ketika wawancara. Masalah keperawatan sesuai dengan
data. (Keliat, 2006).
- Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak
diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep,
2009)
- Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan
sedasi (klien mengatakan malu bila bertemu orang lain
karena dirinya mengalami gangguan jiwa) diperoleh
melalui wawancara dan observasi, stupor (gangguan
motorik seperti ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang
dipertahankan dalam waktu lama, tetapi klien menyadari
semua yang terjadi dilingkunganya) diperoleh melalui
observaasi, orientasi waktu, tempat, dan orang cukup jelas
diperoleh melaui wawancara, jelaskan data objektif dan
data subjektif yang terkait dengan hal-hal diatas. Masalah
keperawatan sesuai dengan data, jelaskan apa yang
dilakukan klien saat wawancara (Keliat, 2006).
- Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek
ataupun memori jangka panjang (Keliat, 2006).
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau
tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu
lama, karena merasa cemas. Dan biasanya tidak
mengalami gangguan dalam berhitung (Keliat, 2006).
- Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain,
contohnya: berikan kesempatan pada klien untuk memilih
mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum
mandi, setelah diberikan penjelasa klien masih tidak
mampu mengambil keputusan), jelaskan sesuai data yang
terkait. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat:
2006).
- Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak
menyadari mempunyai gangguan jiwa. (Keliat: 2006).
b. Analisa Data
Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data
menghubungkan data tersebut dengan konsep diri, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Rohman, 2009).

2. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola
interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok ketika
perawat secara legal mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan, atau mencegah perubahan (Rohmah, 2009).
Menurut Fitria (2009) masalah keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan gangguan harga diri rendah adalah:
a. Gangguan harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
d. Isolasi social
e. Resiko prilaku kekerasan

3. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah
mengurangi, mengatasi maslah-maslah yang telah di identifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah dengan efektif
dan efisien (Rohmah, 2009).
Berdasarkan diagnosa diatas pelaksaan ditetapkan dalam suatu
tujuan, kriteria evaluasi, intervensi, dan rasional. Tujuan umum berfokus
pada penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dan didapat jika
serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian sistem dari diagnosa tertentu, tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Jika harga diri klien sangat rendah berarti mereka gagal untuk
merawat diri mereka sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan perawat
untuk memenuhi kebutuhan lain seperti kebutuhan nutrisi, kebutuhan
rasa aman dan nyaman serta tindakan keperawatan untuk meningkatkan
harga diri klien. Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah
pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan
keperawatan (Purba et al, 2008).

a. Tindakan keperawatan pada pasien:


1) Tujuan
a) Pasien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.

b) Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan


c) Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan

d) Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai


kemampuan

e) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya


2) Tindakan Keperawatan
a) Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien. Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien, saudara dapat:

 Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah


kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien
dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali


bertemu pasien penilaian negatif.

b) Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat


digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat:

 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih


dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.

 Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar


yang aktif

c) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang


sesuai dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan adalah:

 Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang


dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari

 Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat


pasien lakukan secara mandiri, mana aktivitas yang dapat
memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas
apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun
bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.

d) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan


pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat
melakukan:

 Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan


kegiatan (yang sudah dipilih pasien) yang akan dilatihkan.

 Bersama pasien dan keluarga mempragakan beberapa


kegiatan yang akan dilakukan pasien.
 Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan pasien.

e) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai


kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan. Untuk
mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara
dapat melakukan hal-hal berikut:

 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan


yang telah dilatihkan.

 Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan


pasien setiap hari.

 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan


perubahan setiap aktivitas.

 Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama


pasien dan keluarga.

 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah


pelaksanaan kegiatan.

 Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas


yang dilakukan pasien.

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
dirumah menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

1) Tujuan:
a) Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasikan
kemampuan yang dimiliki.
b) Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai
kemampuan.

c) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai


dengan latihan yang dilakukan, dan memberi pujian atas
keberhasilan pasien.

d) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan


kemampuan pasien.

2) Tindakan Keperawatan:
a) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada
pada pasien.

b) Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien


dan memuji pasien atas kemampuannya.

c) Anjuran keluarga untuk memotivasi pasien dalam melakukan


kegiatan yang sudah dilatihkan pada pasien dengan perawat.

d) Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan perubahan


perilaku pasien.
4. Pohon Masalah

Pohon Masalah Harga Diri Rendah : Gangguan Konsep Diri


ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Ny. R
Usia : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Toraja
Bahasa dominan : Toraja
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Makale
Tanggal masuk : 05 April 2021
Tanggal pengkajian: 10 April 2021
Ruang rawat : HDU (High Dependency Unit)
Nomor rekam medik: 241197
Diagnosa medis : CKD Stage V
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet : Tidak ada

KELUHAN UTAMA
Klien datang dengan kesadaran menurun, dan tiba-tiba 1 hari ini BAK sedikit
dan klien adalah pasien Hemodialisa. Keluarga juga mengatakan bahwa Ny. R
sering berputus asa dan bosan hidup karena memikirkan penyakitnya.

PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR


Fisik
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 155 cm
Tanda-tanda vital : TD 151/70 mmHg, P 22x/i, N 86x/i, S 37,4℃
Riwayat pengobatan fisik: Klien mendapat seluruh perawatan dan pengobatan
di rumah sakit
Hasil pemeriksaan laboratorium/visum/dll

Masalah keperawatan: -

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)
Ringan Sedang √ Berat Panik

PERILAKU √ PERILAKU √
Tenang Menarik diri √
Ramah Bingung
Pasif √ Disorientasi
Waspada Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi √
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguan perhatian √ Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi √ Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatic
Tremor √ Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya:
Masalah keperawatan: Ansietas sedang

KELUARGA
GENOGRAM

Tipe keluarga

Nuclear family Diad family

Extended family Single parent family

Pengambilan keputusan
Kepala keluarga Istri

Orang tua √ Bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga


Kepala keluarga √ Istri

Orang tua Anak

Lain-lain, sebutkan:

Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga, jelaskan:


Berkumpul bersama keluarga. Liburan bersama, dan berdiskusi bersama
dalam setiap pengambilan keputusan.
Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat, jelaskan:
Mengikuti kegiatan bakti sosial di sekitar lingkungannya saat masih sehat.
Masalah keperawatan: -

RIWAYAT SOSIAL
Pola social
Teman/orang terdekat: Suami dan anak-anak
Peran serta dalam kelompok: Pasien mengatakan tidak terlalu sering
berinteraksi dengan orang lain dan klien lebih suka menyendiri
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Pasien malu karena
sekarang ia tidak bisa seperti dulu danklien mengatakan malu dengan
kondisinya jika bergaul takut adanya penolakan dan dicela oleh teman-
temannya.
Obat-obatan yang dikonsumsi
Adakah obat herbal/obat lain yang dikonsumsi diluar resep: Tidak ada
Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini:
Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alcohol untuk mengatasi
masalahnya: Tidak
Masalah keperawatan: Harga diri rendah

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
1. Cacat fisik
Ada, jelaskan
Tidak ada, jelaskan: Secara keseluruhan pasien menyukai apa yang

ada pada dirinya.
2. Kontak mata
Ada, jelaskan: Ada kontak mata tapi kadang terputus.

Tidak ada, jelaskan
3. Pakaian
Tidak rapi, jelaskan: Pasien tampak kumal dan kurang rapi

Penggunaan tidak sesuai
4. Perawatan diri
Jelaskan: Pasien tampak bersih, kuku pendek.
Masalah keperawatan:
Tingkah laku

Tingkah Laku √ Jelaskan


Resah Pasien resah dengan kondisinya saat ini

yang tak kunjung sembuh
Agitasi
Letargi
Sikap
Ekspresi wajah √ Ekspresi wajah murung
Lain-lain
Masalah keperawatan: Harga diri rendah

Pola komunikasi

POLA KOMUNIKASI √ POLA KOMUNIKASI √


Jelas Aphasia
Koheren Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat √
Fligh of ideas Sukar berbicara
Lainnya:
Masalah keperawatan: -
Mood dan Afek

PERILAKU √ JELASKAN
Senang
Sedih √ Pasien merasa sedih karena penyakitnya tak
kunjung sembuh
Patah hati
Putus asa √ Pasien sudah merasa putus asa dengan
kondisinya, tidak tau harus berbuat apa lagi
Gembira
Euporia
Curiga
Lesu √ Pasien merasa terbebani dengan kondisinya
saat ini
Marah/Bermusuhan
Lain-lain:
Masalah keperawatan: Keputusasaan

Proses pikir

PERILAKU √
Jelas
Logis
Mudah diikuti
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat √
Curiga
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang √
Masalah keperawatan: -
Persepsi

PERILAKU √ JELASKAN
Halusinasi
Ilusi
Depersonalisasi
Derealisasi

Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-lain:
Masalah keperawatan: -
Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu : Pasien mengetahui waktu saat dilakukan pengkajian
Tempat : Pasien mengetahui dia berada dimana
Orang : Pasien mengetahui siapa saja orang di sekitarnya
Situasi : Pasien tidak merasa nyaman dengan situasinya akibat
penyakitnya
2. Memori

Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat
jangka panjang
Gangguan daya ingat
jangka pendek
Gangguan daya ingat
saat ini
Paramnesia, sebutkan
Hipermnesia, sebutkan
Amnesia, sebutkan
3. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih
Tidak mampu
berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung
sederhana
Masalah keperawatan: -

IDE-IDE BUNUH DIRI


Ide-ide merusak diri sendiri/orang lain
Ya Tidak √
Jelaskan
Masalah keperawatan: -

KULUTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?
Selama dirawat pasien sudah tidak pernah lagi melakukan kegiatan
keagamaan/ibadah
2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan
spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Tidak
3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu?
-
Budaya yang diikuti
Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan?
-
Tingkat perkembangan saat ini: Dewasa akhir
Masalah keperawatan: -

MASALAH KEPERAWATAN
Data Masalah Keperawatan
DS:
a. Pasien mengatakan merasa malu
pada dirinya sendiri dan orang
lain karena penyakitnya
b. Pasien merasa semua adalah
kesalahannya karena tidak
mendengarkan nasihat dari
orang terdekatnya semasa masih
sehat
c. Pasien mengatakan dirinya tidak
berguna lagi karena penyakit Harga diri rendah situasional
yang dialaminya
DO:
a. Pasien tampak lesu dan tidak
bersemangat
b. Pasien selalu menunduk dan
menghindari kontak mata
dengan perawat
c. Pasien menjawab dengan
bimbang
d. Pasien tampak sedih

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan peran sosial

PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Harga diri rendah Setelah dilakukan Promosi harga diri
situasional tindakan keperawatan 1. Identifikasi budaya,
berhubungan diharapkan harga diri agama, ras, jenis
dengan perubahan pasien meningkat kelamin, dan usia
peran sosial dengan kriteria hasil: terhadap harga diri
1. Penilaian diri 2. Identifikasi focus
positif meningkat pelatihan keterampilan
2. Kontak mata social
meningkat 3. Motivasi untuk berlatih
3. Perasaan malu keterampilan social
menurun 4. Berikan umpan balik
4. Perasaan tidak positif (mis. pujian atau
mampu penghargaan) terhadap
melakukan kemampuan sosialisasi
apapun menurun 5. Libatkan keluarga
selama latihan
keterampilan social, jika
perlu
6. Jelaskan tujuan melatih
keterampilan social
7. Jelaskan respond an
konsekuensi
keterampilan social
8. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan akibat masalah
yang dialami
9. Anjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap
interaksi
10. Edukasi keluarga untuk
dukungan keterampilan
social
11. Latih keterampilan
sosia, secara bertahap
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Klien : Ny. R


Ruangan :-
Hari, tanggal : Senin, 12 April 2021

Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan
Harga diri rendah 1. Mengidentifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan S:
situasional usia terhadap harga diri Pasien mengatakan merasa rendah
berhubungan dengan Hasil: Budaya toraja, agama kristen, jenis kelamin diri akibat kondisinya saat ini
perubahan peran perempuan, usia memasuki lansia sehingga lebih rentan O:
sosial tentang harga diri Pasien tampak sedih
2. Mengidentifikasi focus pelatihan keterampilan social A:
Hasil: Fokus keterampilan social berinteraksi dengan Masalah belum teratasi
orang sekitar P:
3. Memberikan umpan balik positif (mis. pujian atau Lanjutkan intervensi
penghargaan) terhadap kemampuan sosialisasi
Hasil: Menggunakan komunikasi terapeutik verbal dan
non verbal untuk memuji kemampuan bersosialisasi pasien
4. Menganjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah
yang dialami
Hasil: Pasien mengungkapkan perasaannya akibat
kondisinya saat ini, pasien masih merasa rendah diri
5. Mengedukasi keluarga untuk dukungan keterampilan
social
Hasil: Keluarga mampu mengetahui cara memberikan
dukungan terhadap sosialasi yang akan dilakukan oleh
pasien
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita. (2013). Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:


Salemba Medika.

Herdman, T.H. (2012). International Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran.


Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai