Anda di halaman 1dari 13

MODEL PENGEMBANGAN MEDIA BERBASIS TI

disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Pengembangan Media Berbasis TI yang diampu
oleh Dr. Arif Rijadi, M.Si., M.Pd. dan Ahmad Syukron, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Kelompok 2

Firnanda Khoirun Nisa (190210402005)

Refi Azizah Gunawan (190210402013)

Rismatul Faizah (190210402027)

Ika Nur Qomariyah Hasanah (190210402034)

Qurrotun Nabila (190210402042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menulis dan menyelesaikan makalah “Model Pengembangan
Media Pembelajaran Berbasis TI”. Tidak lupa pula, shalawat dan salam yang tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. yang merupakan rahmat bagi seluruh alam.

Pada penulisan makalah ini banyak yang berperan penting di dalamnya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih pula kepada pihak-pihak yang terkait hingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan. Dan juga, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
juga pembacanya.

Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih belum bisa dikatakan sempurna. Oleh
karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima berbagai kritik dan saran yang diberikan
oleh pembaca. Dan Saya mohon maaf atas kesalahan-kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan
pada penulisan makalah ini.

Cukup sekian yang dapat penulis sampaikan, terimakasih dan selamat membaca.

Jember, 08 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Model ASSURE............................................................................................................6
2.2 Model PIE......................................................................................................................8
2.3 Model Hannafin dan Peck.............................................................................................9
2.4 Model Roblyer.............................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat pada abad ke 21 ini
sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar di berbagai bidang termasuk dalam bidang
Pendidikan. Berkembangnya teknologi Pendidikan mengarah pada proses pembelajaran yang
dilakukan anatara guru dan murid. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang sistematis
dengan tanggung jawab untuk mempengaruho peserta didik agar memiliki sifat dan tabiat
yang sesuai dengan cita-cita Pendidikan (Achmad Munib, 2004). Dalam dunia Pendidikan
peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk
mengajar murid sehingga dapat memahami materi. Pembelaaran yang disesuaikan dengan
perkembangan teknologi informasi menyebabkan terjadinya perubahan dan prgeseran
paradigma Pendidikan (Hujair, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi
informasi dalam proses pembelajaran di kelas sudah menjadi suatu kebutuhan sekaligus
tuntutan.
Dalam penggunaan teknologi informasi guna proses pembelajaran berkaitan dengan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu dikembangan aneka model media pembelajaran
yang kreatif, inovatif, interaktif, dan juga esensial bagi peserta didik. Hal ini bertujuan agar
siswa tidak merasa bosan dalam proses pembelajaran sehingga transfer of knowledge dapat
berjalan dengan lancar. Oleh karena ini peran media dalam proses pembelajaran menjadi
penting karena akan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih bervariasi dan tidak
membosankan. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran yang akan dibahas adalah
model-model pengembangan media belajar yang berbasis teknologi informasi (IT) seperti
pengembangan media terkait desain atau mekanismenya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana model-model pengembangan produk media belajar berbasis TI (Teknologi


Informasi) ?
2. Bagaimana efektivitas model-model pengembangan produk media belajar berbasis TI
(Teknologi Informasi) ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui model-model pengembangan produk media belajar berbasis TI


(Teknologi Informasi)
2. Untuk mengetahui efektivitas model-model pengembangan produk media belajar berbasis
TI (Teknologi Informasi)

1.4 Manfaat

1. Manfaat teoritis : Dari penulisan makalah mengenai model-model pengembanga produk


media belajar berbasis TI dapat dijadikan referensi atau informasi untuk penulisan
makalah atau artikel selanjutnya terkait media pembelajaran berbasis TI
2. Manfaat praktis : Dari pemaparan aneka model-model pengemabangan media belajar
berbasis TI dapat direalisasikan dalam proses pembelajaran untuk menunjang siswa
dalam memahami materi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model ASSURE

Model ASSURE adalah perencaan pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan


pembelajaran didalam kelas. Lalu apa saja langkah langkah yang dilakukan dalam pembentukan
model pembelajaran assure antara lain :

1. Analisis siswa ( Analyze learner characteristics )

Menganalisis karakteristik siswa yang akan melakukan kegiatan belajar antara lain adalah
karatertistik umum, karateristik pengetahuan yang telah dimiliki dan gaya belajar tiap siswa.
Proses menganalisis termasuk hal yang paling penting karena dengan hal ini pendidik dapat
memilihkan atau membangun bahan belajar yang baik dan sesuai dengan latar belakang
muridnya. Dengan adanya bahan belajar yang sesuai murid akan lebih mudah memahami
pembelajaran yang berkaitan dengan apa yang dijelaskan dalam kegiaataan belajar dengan
mudah model dan baahan yang tepat, proses mengalisis murid yang sesuai dan ketepatan guru
dalam menyampaikan pembelajaran akan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Menentukan standar dan tujuan belajar ( State standart and objectives )

Dalam hal ini yang perlu ditentukan adalah bagaimana gambaran kompetensi yang perlu
dimiliki pleh siswa bagaimana pembelajaran dan tujuannya. Hal tersebut akan membantu
menunjukkan hasil pembelajaran dan penguaasan materi setiap siswa. Sebelum dimulainya
pembelajaran menentukan objektif akan membantu guru mencapai sasaran yang ditetapkan dan
menetapkan yang diperlukan siswa. Sehingga, objektif pengajaran adalah hal yang juga penting
untuk dicapai karena hal tersebut dapat memberikan panduan untuk guru dalam melakukan
pembelajaran dalam kelas, bahan pembelajaran dan aktifitas murid yang dapat membantu
mencapai objektif.

3. Metode, media, dan bahan ajar ( Select methods, media, and materials)

Guru perlu mengetahui bagaimana murid dalam pembelajaran, pembelajaran yang ingin
dicapai dalam bentuk media atau bahan pembelajaran sebelum suatu materi pembelajaran
diberikan kepada murid guru harus mampu memilih metode media dan bahan pembelajaran yang
sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai materi yang diajarkan. Memilih metode
belajar yang sesuai adalah hal yang penting dalam aktifitas pembelajaran. Selain metode media
juga berperan penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran, agar pesan dalam
pembelajaran dapat tersampaikan dengan lebih mudah kepada murid. Media juga harus sesuai
dengan tingkatan siswa. Model assure memiliki 5 prinsip dalam penggunaan media, antara lain
Preview yaitu memastikan media yang digunakan sesuai, tidak bermasalah membantu pelajar
serta pembelajaran dapat lebih mudah dan memberi pengalaman baru untuk murid. Penggunaan
media yang di dasarkan ataas 5 prinsip kemungkinan akan menghasilkan pembelajaran yang
menyenangkan.

Memilih bahan pembelajaran perlu memperhatikan kepaduan isi dengan materi


pembelajaran bahasn ajar seperti buku teks lembar latihan buku materi dan bahan lainnya
diharapkan mampu merangsang pelajar untuk memberikan semangat dan minat untuk belajar
dalam model ini penyediaan bahan ajar adalah yang mampu merangsang tingkah laku dan minat
belajar siswa.

4. Memanfaatkan sumber ( Ultilyze resources )

Sebelum point ke 3 digunakan diperlukan uji sumber yang memastikan bahwa poin ke 3
dapat digunakan dan memiliki fungsi yang efektif untuk pembelajaran. Mencari sumber melalui
internet dalam menyediakan bahan belajar adalah salah satu hal yang bermanfaat dengan cara
diaplikasikan dengan bahan ajar dari guru. Pemilihan dan penggunaan metode dan media
menjadi daya tarik untuk pembelajaran. Namun pemilihan dan penggunaanya harus di sesuaikan
dengan murid.

5. Mewajibkan partisipasi siswa (Require learners participacions)

Dalam poin ini Keterlibatan siswa secara aktif Dengan materi yang sedang diajarkan
adalah hal yang diperlukan. Dengan keterlibatan secara aktif kegiatan mempelajari materi akan
lebih mudah. Hal ini disebut dengan pembelajaran berpusat kepada murid Pembelajaran ini
mampu merangsang minat dan tingkah laku murid dalam proses belajar mengajar contohnya
dalam tugas kuis latihan kerja diskusi dan kerja kelompok atau proyek. Aktivitas belajar yang
sedemikian rupa mampu memberikan pengalaman belajar baru kepada murid karena tidak
sebanding dengan materi guru saat menerangkan materi di kelas. Proses belajar ini juga dapat
memotivasi murid yang pasif untuk turut terlibat dalam proses pembelajaran.

6. Evaluasi dan revisi ( Evaluate and revise)

Penilaian adalah proses melihat bagaimana hasil Pengajaran dan pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa dan guru. Proses menilai ini dilakukan apabila proses pembelajaran telah
selesai. Tahap menilai atau evaluasi Dilakukan untuk menilai seberapa efektivitas pembelajaran
dan hasil belajar yang dihasilkan. Tahap revisi dilakukan apabila hasil dari penilaian dirasa
kurang cukup. Tahap revisi juga membantu Pendidik untuk melihat kelemahan atau kekurangan
siswa dan proses pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena itu guru perlu bakat dan kreatif
dalam melakukan Penilaian atau evaluasi dan revisi terhadap murid kedua proses ini dilakukan
agar dapat memperoleh Gambaran yang sesuai atau lengkap tentang kualitas sebuah program
pembelajaran di kelas.

Kesimpulan model pembelajaran ini dapat dijadikan pembinaan bahan media pengajaran dan
pembelajaran. Ada pula manfaat dan keterbatasan atau kekurangan pada model ini yaitu
memiliki manfaat untuk mengembangkan sendiri model pembelajaran oleh pengajar , Komponen
pembelajaran yang digunakan lengkap, dan yang terakhir adalah peserta didik dapat terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Kekurangan dari model pembelajaran ini
adalah yang pertama, tidak dapat mengukur dampak dari proses belajar, yang kedua adalah
Adanya tambahan tugas yang diberikan oleh guru dan yang terakhir adalah perlu diadakannya
upaya yang khusus dalam mengarahkan siswa bagaimana mempersiapkan pembelajaran yang
dilakukan di kelas.

2.2 Model PIE

Model PIE (Plan, Implement, & Evaluate) merupakan model pengembangan media yang
dikembangkan oleh Timothy Newby, Donald A. Stepich, James D. Lehman, James D. Russell,
Anne Ottenbreit-Leftwich di dalam buku mereka yang berjudul Educational Technology for
Teaching and Learning tahun 2011. Model ini dikhususkan untuk pengembangan media
pembelajaran berbasis teknologi. Adanya model PIE ini didasarkan pada teknologi yang semakin
berkembang dari masa ke masa. Model PIE memberikan pandangan kepada pendidik dan
pengembang media tentang bagaimana mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi.

Model PIE terdiri dari 3 komponen yang saling bertautan. Ketiga komponen itu merupakan
akronim dari PIE yaitu Plan (rencana), Implement (implementasi), & Evaluate (evaluasi).

1. Plan (rencana)
Pada komponen Plan (rencana) berfokus pada perencanaan pengembangan media
pembelajaran. Pada komponen ini beberapa pertanyaan harus terjawab diantaranya kapan
media akan digunakan? Mengapa perlu menggunakan media tersebut? Bagaimana cara
memperoleh hasil belajar yang maksimal dengan media tersebut? Dari Plan ini pendidik
menghasilkan ringkasan berupa gambaran produk, RPP, dan/ cetak biru. Plan (rencana)
dapat membantu pendidik dan pengembang media pembelajaran, dalam menggambarkan
dengan jelas bagaimana pengetahuan dan keterampilan peserta didik sebelum
digunakannya media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut dan
bagaimana pengetahuan dan keterampilan berdasarkan sasaran pembelajaran yang telah
ditentukan, mengetahui jenis media dan teknologinya, bahan yang diperlukan dalam
pengembangan media pembelajaran tersebut, dan strategi pembelajaran yang digunakan
untuk meminimalisir adanya kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan yang
sudah dimiliki sebelumnya dan yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik.
2. Implement (implementasi)
Implement diambil dari bahasa Inggris yang berarti implementasi. Implementasi
dalam KBBI V berarti pelaksanaan, penerapan. Pada implementasi ini difokuskan kepada
pelaksanaan atas perencanaan yang telah dirancang. Implementasi ini didasarkan pada
kendala atau hambatan yang kemungkinan akan terjadi ketika menggunakan media yang
telah dipilih. Selain itu, pada implementasi ini juga dilaksanakannya berbagai aktifitas
yang dapat menunjang pelaksanaan pembelajaran. Pendidik bertanggungjawab untuk
memperhatikan dan mengelola pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung.
3. Evaluate (evaluasi)
Pengartian evaluasi menurut Fruchey (1973 dalam Suarta, 2017) diartikan sebagai
kegiatan yang dirangkai oleh tahap pengumpulan informasi, penetapan kriteria,
membentuk penilaian, menyimpulkan, dan menentukan keputusan. Umunya evaluasi
diartikan sebagai kegiatan pengukuran. Dalam hal ini, evaluasi merupakan kegiatan yang
berfokus pada pengukuran dan penilaian terhadap media, teknologi, strategi, dan bahan
pembelajaran yang digunakan. Pendidik hendaknya merefleksi serta membandingkan
antara apa yang telah dicapai dengan tujuan awal pembelajaran. Evaluasi ini bermanfaat
sebagai tolok ukur tentang apakah media pembelajaran dapat digunakan kembali atau
perlu direvisi.

2.3 Model Hannafin dan Peck

Model Hannafin dan Peck adalah model pengembangan media pembelajaran yang
menitikberatkan pada produk, yang memiliki 3 tahap. Hannafin dan Peck (1988 dalam
Pratomo & Irawan, 2018) menyatakan bahwa proses penilaian dan pengulangan harus
mengikutsertakan proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan
ketiga tahap secara berkelanjutan. Ketiiga tahap tersebut diantaranya ialah:
1. Analisis kebutuhan
Pada tahap ini seorang pendidik maupun pengembang media pembelajaran menentukan
kebutuhan yang perlu disiapkan dalam menentukan media pembelajaran termasuk tujuan
pembelajaran dan objek media pembelajaran yang akan dibuat, pengetahuan dan kepandaian
yang diperlukan kelompok belajar, dan bahan dan alat yang diperlukan dalam pengembangan
media pembelajaran. Sebelum lanjut ke tahap ke dua, Hannafin dan Peck mengharuskan
dilakukannya penilaian terhadap hasil tersebut.
2. Sketsa atau rancangan
Pada tahap ini segala informasi yang terdapat pada tahap analisis kebutuhan diidentifikasi
ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan dibentuknya media pembelajaran tersebut.
Fase ini bertujuan untuk mengidentiikasikan dan mndokumenkan kaida yang baik untuk
mencapai tujuan pembentukkan media. Salah satunya berupa document board (papan dokumen)
yang mengikuti urutan kegiatan pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objektif media
pembelajaran seperti yang diperoleh dalam tahap analisis kebutuhan.
3. Pengembangan dan Implementasi
Pada tahap ini dicapainya penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Penilaian formatif merupakan penilaian selama proses pengembangan media,
sedangkan penilaian sumatif merupakan penilaian setelah media selesai dikembangkan.
Dokumen story board akan dijadikan patokan bagi pembuatan diagram alur yang dapat
membantu proses pembuatan media pembelajaran. Pada tahap ini juga dilakukan penilaian
kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian. Hasil
dari proses penilaian dan pengujian ini digunakan dalam proses mengubah dan menyesuaikan
media pembelajaran untuk mencapai kadar media yang diingkan oleh pendidik maupun
pengembang media.

Kelebihan :
1. Menekankan proses penilaian dan pengulangan yang melibatkan ketiga fase
2. Dapat menentukan apa yang dibutuhkan
3. Dapat menghasilkan produk pembelajaran, karna model ini berorientasi pada produk

Kekurangan
1. Hanya dapat digunakan untuk masalah tertentu (tidak umum)
2. Lebih condong dalam pembuatan media, karena model ini berorientasi pada produk

2.4 Model Roblyer

Model Roblyer ini dikenal dengan model TIP yaitu Tchnology Integration Planing
(Perencanaan Integrasi Teknologi). Model TIP ini dikembangkan oleh M. D. Roblyer pada tahun
2003, Model TIP merupakan cara sistematis untuk menintgrasikan media dan teknologi ke dalam
pembelajaran melalui lima fase yakni:

1. Menentukan Keuntungan Relatif

Fase pertama model TIP merupakan penentu keuntungan yang menintegrasikan media
dan teknologi ke dalam pembelajaran. Hal ini penting untuk mengetahui berbagai aspek
memungkinkan integrasi dilakukan termasuk mengkaji beberapa aspek seperti dikemukakan oleh
Rogers (2003) yaitu:

a. Kesesuaian (compatibility)
Kesesuaian integrasi teknologi ke dalam pembelajaran yang memungkinkan
seorang pengembang mendapatkan informasi secara komprehensif tentang nilai-nilai
budaya, keyakinan, dan kepercayaan yang dianut termasuk pandangan orang, lembaga,
atau institusi tentang perlu atau tidaknya media teknologi itu dikembangkan dalam
pembelajaran.
b. Kesulitan (complexity)
Tingkat kesulitan pengguna media dan teknologi juga perlu dikaji secara
mendalam pembelajaran yang menggunakan alat bantu teknologi harus betul-betul
menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efesien. Efektif artinya melakukan aktivitas
pembelajaran dengan menggunakan media dan teknologi dengan tepat sesuai tujuan.
Sedangkan efesien arrtinya melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
media dan teknologi dengan waktu yang ringkas.
c. Keterujian (trialability)
Keterujian yang merujuk pada kemudahan untuk melakukan uji coba terlebih
dahulu sebelum digunakan secara menyeluruh.
d. Keteramatan (observability)
Keteramatan merupakan bentuk pengamatan langsung melihat bagaimana
seseorang menggunakan suatu inovasi baru termasuk kesiapan berbagai komponen dalam
organisasi untuk mendukung proses integrase media dan teknologi dalam pembelajaran.
2. Menentukan tujuan

Pada tahap ini pendidik menentukan pengetahuan dan keerampilan yang ingin dipelajari
oleh peserta didik sekaligus mentapkan instrument penilaian untuk mengukur dan menilai
pelajaran yang telah diperoleh peserta didik dengan mnggunakan media dan teknologi yang telah
diintergrasikan.

3. Merancang Strategi Integrasi

Pada bagian ini pendidik perlu menentukan strategi mengajar dan bentuk aktivitas yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam strategi integrasi media dan teknologi, perlu
mempertimbangkan seperti karakteristik topik-topik bahan pembelajaran, kebutuhan peserta
didik, dan metode yang sesuai dengan lingkunagn belajar.

4. Menyediakan Lingkungan Belajar

Penyediaan lingkungan belajar merujuk pada pengaturan dan pengelolaan tempat, sarana
dan prasaran yang memungkinkan diterapkan teknologi scara efektif dalam pembelajaran.
Kemudahan penggunaan teknologi secara efektif dalam pembelajaran ditentukan oleh
penyediaan perangkat lunak dank eras, serta dukungan teknis dari pengambil kebijakan.

5. Mengevaluasi dan Merevisi

Setelah semua itu terungkap atau terlaksana, langkah selanjutnya adalah melakukan revisi
berdasarkan berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada. Pengembang dapat mengkaji apa
yang telah berjalan dengan baik dan yang harus diperbaiki. Selanjutnya melakukan revisi
berdasarkan berbagai kelemahan dan keterbatasan yang ada.

Produk pengembangan media pembelajaran berbasis TI, salah satunya diciptakan oleh
mahasiswa Universitas Jember. Adlina, Dewi Herliana dan Pungky Habib mahasiswa
Universitas Jember yang menciptakan media hologram ini. Media pembelajaran yang diberi
nama Hologram Literary ini memanfaatkan teknologi Hologram tiga dimensi (3D Hologram).
Media ini dapat dipakai dalam proses pembelajaran materi Hikayat dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk tingkat SMA sederajat. Cara konvensional yang selama ini diterapkan dalam
penyampaian materi Hikayat cenderung membosankan. Karena siswa hanya bisa membayangkan
tokoh dan alur dari cerita yang dibacakan. Dengan memanfaatkan 3D Hologram ini siswa bisa
melihat langsung bagaimana karakter tokoh, suasana dan lingkungan dalam cerita. Sehingga
siswa tidak mudah bosan karena selain mendengar mata mereka juga melihat apa yang mereka
dengarkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Model-model produk pengembangan media pembelajaran berbasis TI yaitu model


ASSURE dengan contoh medianya yaitu Stick Figures, Papan Kantong dan Flashcards.
Kemudian terdapat model PIE, yang terdiri dari 3 komponen yang saling berkaitan yaitu
Model PIE terdiri dari 3 komponen yang saling berkaitan yaitu, Plan (rencana),
Implement (implementasi), & Evaluate (evaluasi). Model yang ketiga adalah model
Hannafin dan Peck, dengan contoh medianya berupa permainan ular tangga yang
dikembangkan dengan berbasis multimedia. Selanjutnya yaitu model Model Roblyer.
Model ini dikenal dengan model TIP yaitu Tchnology Integration Planing (Perencanaan
Integrasi Teknologi). Model TIP ini dikembangkan oleh M. D. Roblyer pada tahun 2003,
Model TIP merupakan cara sistematis untuk menintgrasikan media dan teknologi ke
dalam pembelajaran melalui lima fase yakni menentukan keuntungan relative,
menentukan tujuan, merancang strategi integrasi, menyediakan lingkungan belajar dan
mengevaluasi/merevisi.

3.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mahasiswa atau pembaca dapat


mengetahu apa saja model-model pengembangan media pembelajaran berbasis TI serta
efektifitasnya. Selain itu mahasiswa, khususnya para calon pengajar ini nantinya dapat
menggunakan, mengembangkan hingga berinovasi lagi terkait model-model
pengembangan media pembelajaran berbasis TI dalam kegiatan belajar mengajar
nantinya. Dengan ditulisnya makalah ini pula, diharapkan dapat memantik pembaca
untuk dapat menulis makalah dengan topic tersebut, tapi dengan pengembangan hal-hal
lain yang terdapat di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Samhudi, M. R. (2021). Pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi informasi. STAI


KH. ABDUL KABIER, 1(1), 1-10.
http://www.diklogi.com/2021/03/model-pengembangan-media-pembelajaran.html?m=1
https://media.neliti.com/media/publications/159673-ID-pengembangan-media-pembelajaran-
interakt.pdf
https://www.academia.edu/36342579/Model_Desain_Pembelajaran_doc_doc
https://www.e-jurnal.com/2016/05/pengembangan-multimedia-interaktif_93.html?m=1
Pratomo, Adi dan Irawan, Agus. 2015.Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Berbasis
Web Menggunakan Metode Hannafin dan Peck. Jurnal POSITIF, Tahun I, No. 1.
Politeknik Negeri Banjarmasin: Banjarmasin.
http://repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/6425/1/2uZeDwAAQBAJ.pdf
http://www.diklogi.com/2021/03/model-pengembangan-media-pembelajaran.html
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39441/1/SUKIMAN%20-%20PENGEMBANGAN
%20MEDIA%20PEMBELAJARAN.pdf
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPE/article/download/11005/7233/
http://etheses.uin-malang.ac.id/21486/1/18770031.pdf
Yaumi, Muhammad. (2018). Penerapan Model Assure dalam Pengembangan Media dan
Teknologi Pembelajaran PAI. PDF online researchgate
https://www.researchgate.net/publication/329355066_Penerapan_Model_Assure_dalam_P
engembangan_Media_dan_Teknologi_Pembelajaran_PAI
Kurniawan, K. U., Parmiti, D. P., & Tastra, I. D. K. (2016). Pengembangan Multimedia Ular
Tangga Model Hannafin Dan Peck Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ipa
Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap Di Smp Negeri 6 Singaraja Tahun Pelajaran
2015/2016. Jurnal Edutech Undiksha, 4(2).

https://unej.ac.id/3d-hologram-bikin-belajar-makin-menyenangkan/

Link Video: https://youtu.be/WgSDETRxavQ

Anda mungkin juga menyukai