Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PENDEKATAN ANALITIS DALAM CERPEN “KITA GENDONG

BERGANTIAN” KARYA HARI BUDIONO

Jurnal ini disusun sebagai tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Apresiasi Prosa yang diampu
oleh Siswanto, M.Pd, M.A.

Disusun Oleh :

Rismatul Faizah (190210402027)

Agung Budi Santoso (190210402031)

Allivia Hilda Rahmi (190210402032)

Qurrotun Nabila (190210402042)

rismafaizah200@gmail.com, agungbudisantoso1404@gmail.com,
alliviahildarahmi7@gmail.com, qurrotunnabila88921@gmail.com

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
analitis dijelaskan satu persatu unsur
intrinsik yang membangun dan menciptakan
ANALISIS PENDEKATAN ANALITIS citra dalam cerpen “Kita Gendong
DALAM CERPEN “KITA GENDONG Bergantian”. Kemudian dalam pembahasan
BERGANTIAN” KARYA HARI di sertai dengan contoh secara lengkap.
BUDIONO
Kata kunci : Cerpen “Kita Gendong
(Kajian Apresiasi Prosa) Bergantian” Karya Hari Budiono, Analisis
Oleh Pendekatn Analitis.

Rismatul Faizah¹, Agung Budi Santoso²,


Allivia Hilda Rahmi³, dan Qurrotun Nabila⁴. ABSTRACT
rismafaizah200@gmail.com, The purpose of this research was to analyze
agungbudisantoso1404@gmail.com, the intrinsic elements that build literary
alliviahildarahmi7@gmail.com, creativity in Hari Budiono’s short story
qurrotunnabila88921@gmail.com “Kita Gendong Bergantian” by using an
analytical approach. The short story “Kita
Gendong Bergantian” has an appeal for
readers, which in the story discusses the side
of life and struggles under Japanese rule.
ABSTRAK
The research method used by research is
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis descriptive analysis method. Based on the
unsur-unsur intrinsik yang membangun cipta research that has been done, it can be seen
sastra dalam cerpen “Kita Gendong that the analytical analysis contained in the
Bergantian” karya Hari Budiono dengan short story by “Kita Gendong Bergantian” is
pendekatan analitis. Cerpen “Kita Gendong in the form of intrinsic elements that build
Bergantian” ini memiliki daya tarik untuk literary works, including : themes, point of
pembaca, yang mana dalam cerita view, language style, plot, characters and
membahas mengenai sisi kehidupan dan characterizations, settings, and messages.
perjuangan di bawah kekuasaan Jepang. The form of analysis from the analytical
Metode penelitian yang digunakan oleh approach is explained one by one the
peneliti adalah metode analisis deskriptif. intrinsic elements that build and create the
Berdasarkan penelitian yang sudah image in the short story “Kita Gendong
dilakukan, dapat diketahui bahwa analisis Bergantian”. Then in the discussion
analitis yang terkandung dalam cerpen karya accompanied by complete examples.
“Kita Gendong Bergantian” berupa unsur
Keywords : Short story “Kita Gendong
intrinsik yang membangun karya sastra
Bergantian” written by Hari Budiono,
antara lain : tema, sudut pandang, gaya
analytical approach analysis.
bahasa, alur, tokoh dan penokohan, latar,
dan amanat. Wujud analisis dari pendekatan
PENDAHULUAN METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Metode penelitian yang digunakan dalam


penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu
Menurut Aminuddin (2010:44),
menguraikan. Metode deskriptif dalam
Pendekatan Analitis adalah suatu
penelitian ini dimanfaatkan untuk
pendekatan yang berusaha memahami
mendeskripsikan bagain yang terdapat di
gagasan, cara pengarang menampilkan atau
dalam cerpen dengan pendekatan analitik
mengimajikan ide-idenya, sikap pengarang
dari cerpen yang berjudul “Gendong
dalam menampilkan gagasan-gagasannya,
bergantian” karya Budi Darma. Selain itu,
elemen intrinsik dan mekanisme hubungan
salah satu cara menganalisis cerpen ini yaitu
dari setiap elemen instrinsik itu, sehingga
menggunakan cara diskusi antar anggota
mampu membangun adanya keselarasan dan
kelompok untuk menentukan hasil penelitian
kesatuan dalam rangka membangun totalitas
secara menyeluruh dan membaca cerpen
bentuk maupun totalitas maknanya.
yang akan dianalisis secara berulang-ulang
Berangkat dari hal tersebut, kami hendak sehingga dapat menumbuhkan interferensi
mengurai setiap unsur dalam cerpen dinamis dengan cerpen yang dianalisis.
berjudul “Kita Gendong Bergantian” karya Dalam data ini, data data dikumpulkan dan
Budi Darma dengan menggunakan diuraikan menjadi beberapa bagian yang
pendekatan analitik agar pembaca dapat sesuai dengan pendekatan yang diambil
dengan mudah memahami setiap unsur sehingga dapat dipahami untuk kemudian
intrinsik yang terkandung di dalam cerpen diinterpretasikan. Tahap pertama yaitu
tersebut. dengan melakukan pencarian data dalam
media digital. Hal ini dilakukan agar penulis
1.2 Rumusan Masalah dapat menentukan bagian yang perlu
 Apa hakikat dan pendekatan dianalisis. Tahap kedua adalah mencari
analitik?
daftar pustaka yang berhubungan dengan
 Bagaimana langkah-langkah
pendekatan analisis cerpen yang digunakan.
pendekatan yang dipakai?
 Bagaimana penerapan pendekatan PEMBAHASAN
kepada prosa yang dipilih?
Sebagaimana yang telah dibahas di atas,
1.3 Tujuan cerpen “Kita gendong Bergantian”
 Untuk mengetahui hakikat dan mengandung beberapa unsur intrinsik yang
pendekatan analitis membangun dan mencipta citra cerpen, yaitu
 Untuk memahami langkah-langkah sebagai berikut:
yang dipakai
 Untuk memahami penerapan 1. Tema
pendekatan kepada prosa yang Tema adalah sesuatu yang menjadi
dipilih. pokok masalah/pokok pikiran dari
pengarang yang ditampilkan dalam
karangannya atau singkatnya disebut
dengan dasar dari cerita. Tema yang 1) Sudut pandang orang pertama adalah
menjadi dasar dari penulisan cerita pendek sudut pandang yang diambil langsung ng
berjudul "Kita Gendong Bergantian" adalah dari pengarang, pengarang berfungsi sebagai
Sulitnya kehidupan di tengah penjajahan pelaku yang terlibat langsung dalam cerita,
Jepang. terutama sebagai pelaku utama. Pelaku
Kutipan: Sejak Jepang datang tujuh utamanya(aku, saya. Kata ganti orang
bulan yang lalu, udara selalu dipenuhi oleh pertama jamak : kami, kita).
bau kelaparan, kesengsaraan, dan kematian. 2) Sudut pandang orang ketiga adalah
Karena itu, ketika melihat dua mayat sudut pandangyang diambil dengan cara
tergeletak di pinggir jalan, dia tidak heran. pengarang berada di luar cerita, ia
Dia terus berjalan, dan, tiba-tiba, di menuturkan tokoh-tokoh di luar, tidak
hadapannya muncul seorang perempuan terlibat dalam cerita. Pelaku utamanya (ia,
buta: “He! Dengarkan saya. Ayah kamu dia, mereka,kata ganti orang ketiga jamak,
akan mati. Sebentar lagi kamu akan lupa nama-nama lain). Dalam cerita pendek yang
kata-kata saya. Lupa bahwa kamu pernah berjudul "Kita Gendong Bergantian
bertemu saya.” menggunakan sudut pandang orang ketiga
Kutipan 2 : Meskipun semua orang pelaku utama. Karena pengarang berada di
gatal-gatal diserang kudis, tidak ada satu luar cerita dan menceritakan tokoh utama
orang pun berani menggaruk-garuk. Kalau secara langsung. Posisi pengarang pada
berani, Peket merasa diejek, dan cerita dengan sudut pandang persona ketiga
hukumannya berat. Hari itu, Peket menutup “dia” berada di luar cerita. Tokoh dalam
pidatonya dengan perintah, untuk cerita ditampilkan menggunakan nama atau
membantu para pahlawan Jepang dalam dengan kata ganti “dia”, khususnya untuk
pertempuran melawan Sekutu keparat. tokoh utama. Kata ganti seperti “dia” atau
Perintahnya: besok pagi semua murid harus “ia” digunakan sebagai variasi dari nama
mengumpulkan buah jarak dan iles-iles tokoh. Penyebutan nama atau ganti yang
sebanyak-banyaknya. Buah jarak bisa berulang dapat membantu pembaca
dijadikan bensin, dan iles-iles bisa mengetahui tokoh yang sedang diceritakan.
dikeringkan menjadi makanan. Setelah Kutipan : Setelah pidato dan perintah
berhenti sekejap, perintah disambung: dikumandangkan, semua murid serta guru
besok setiap guru harus membawa dua harus berbaris rapi seperti serdadu Jepang,
puluh nyamuk mati, dan setiap murid harus masuk ke kelas, lalu Peket masuk ke
membawa tiga puluh nyamuk mati. beberapa kelas secara acak. Minggu lalu
Nyamuk, kata Peket menirukan gaya Peket masuk kelas Misbahul untuk
Jepang, adalah musuh bersama. Jangan memamerkan keperkasaannya. Begitu
heran, makin banyak nyamuk, malaria masuk kelas, dia mengeret Darsini, murid
makin mengganas. perempuan, dan mendudukkannya di kursi
guru.
2. Sudut Pandang Dia tidak terima, karena waktu upacara
Sudut pandang adalah posisi/kedudukan bendera tadi Darsini membongkok beberapa
pengarang dalam membawakan cerita. Sudut kali, menggaruk-garuk kudisnya. Darsini
pandang dibedakan atas : menggeletar, Bu Guru Siti menggelatar,
semua murid menggeletar ketakutan.
Beberapa kutu busuk berjalan-jalan bebas di  Hiperbola:
baju Darsini, dan juga baju Bu Guru Siti.  Sejak Jepang datang tujuh bulan
Baju mereka juga dipenuhi jahitan di sana- yang lalu, udara selalu dipenuhi
sini, seperti baju rombengan. oleh bau kelaparan, kesengsaraan,
“Kamu anak pelacur, ya?" Tidak ada satu dan kematian.
murid pun, termasuk Darsini, yang mengerti  Tongkat komandonya diselipkan di
makna pelacur. Tubuh Darsini diguncang- ketiak, lalu dengan lagak
guncang keras, akhirnya Darsini menjawab: berwibawa dia menembakkan
“Ayah saya penggali kubur.” “Kamu anak matanya ke semua guru dan murid
pelacur, ya?” “Ibu saya tukang memandikan di lapangan.
mayat."  Dengan kecepatan kilat, Peket
Peket berdam-deham agak lama, memancing melayangkan tongkat komandonya
dahak kental, lalu membuka mulut Darsini, ke kepala Misbahul.
dan memuntahkan dahak kental ke mulut
Darsini.  Personifikasi:
3. Gaya Bahasa  Jangan heran, makin banyak
nyamuk, malaria makin
Menurut Keraf (2005: 113), gaya mengganas.
bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran  Kabar angin mengatakan, Jepang
melalui bahasa secara khas yang sengaja mengembangbiakkan kutu
memperlihatkan jiwa dan kepribadian busuk.
penulis sebagai pemakai bahasa. Untuk itu,  Peket berdam-deham agak lama,
gaya seorang penulis dalam menggunakan memancing dahak kental, lalu
bahasa tidak sama dengan penulis lain. Gaya membuka mulut Darsini, dan
bahasa juga merupakan cerminan dari memuntahkan dahak kental ke
mulut Darsini.
kemampuan penulis dalam menggunakan
 Tanpa ampun, mitraliur dan granat
bahasa untuk menulis cerpen menjadi
menghajar pasukan Indonesia.
dengan menarik dan lebih hidup. Cerpen
yang ideal ialah cerpen yang dapat
 Metafora:
memainkan indera pembaca untuk turut
 Memang dia sudah mendengar,
merasakan setiap kejadian yang diceritakan, ibunya diculik, dan dia juga sudah
seolah pembaca masuk ke dalam peristiwa, mendengar, ibunya dijadikan gula-
dan merasakan apa yang dirasakan oleh gula oleh kepala penjara Koblen.
tokoh. Tolok ukur keberhasilan suatu gaya  Asosiasi:
bahasa dapat ditentukan dari penggunaan  Misbahul dan Umar berboncengan
diksi dan majas yang bervariasi dan naik kuda, bagaikan terbang,
ekspresif. menuju ke Don Bosco.

Gaya bahasa yang digunakan dalam  Repetisi:


cerpen “Kita Gendong Bergantian” karya  Dua guru ini, dan semua guru lain
Budi Darma sebagai berikut: dan semua murid, tidak ada yang
memakai sepatu. Sepatu tidak lain
adalah barang mewah. Lalu siapa  Misbahul, anak Surabaya dari
yang memakai sepatu. Ya Peketlah, Kampung Kedung Buntu, berjalan
dialah satu-satu orang yang menuju ke sekolahnya, SD
sanggup memiliki sepatu. Kedondong. Sejak Jepang datang
 Darsini menggeletar, Bu Guru Siti tujuh bulan yang lalu, udara selalu
menggelatar, semua murid dipenuhi oleh bau kelaparan,
menggeletar ketakutan. kesengsaraan, dan kematian.
Karena itu, ketika melihat dua
 Sarkasme: mayat tergeletak di pinggir jalan,
 “Begundal Jepang! Anjing!” sambil dia tidak heran.
memukuli Peket.  Dia terus berjalan, dan, tiba-tiba, di
hadapannya muncul seorang
perempuan buta:
4. Alur/Plot  Di sekolah dia melihat peristiwa
yang sering terjadi semenjak Peket
Menurut Stanton (2012: 28), alur diangkat oleh Jepang untuk menjadi
merupakan tulang punggung cerita, sebab kepala sekolah.
sebuah cerita tidak akan pernah seutuhnya Dikatakan alur maju karena semua
dimengerti tanpa adanya pemahaman peristiwa yang terjadi dan dikisahkan di
terhadap peristiwa-peristiwa yang saling cerpen “Kita Gendong Bergantian” karya
berkait, berhubungan kausalitas, dan saling Budi Darma merupakan peristiwa yang
berpengaruh, selain itu alur hendaknya terjadi di masa kini dan hanya satu kalimat
memiliki bagian awal, tengah, dan akhir saja yang menjurus pada kias balik masa
yang nyata, meyakinkan dan logis, dapat lalu, tetapi tidak sampai memengaruhi alur
menciptakan bermacam kejutan, dan cerita.
memunculkan sekaligus mengakhiri
ketegangan-ketegangan. 5. Tokoh dan Penokohan

Sederhananya, alur merupakan unsur Tokoh adalah orang-orang yang


yang penting dalam cerpen karena alur atau
ditampilkan dalam karya naratif atau karya
plot mengatur bagaimana seharusnya
peristiwa demi peristiwa saling berkaitan drama. Tokoh ditafsirkan oleh pembaca
satu sama lain, dan bagaimana tokoh yang dapat memiliki sikap dan
digambarkan serta berperan dalam peristiwa
kecenderungan tertentu seperti yang
yang semuanya terikat dalam suatu
kesatuan. diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dalam dilakukan melalui tindakan
Alur yang digunakan dalam cerpen
“Kita Gendong Bergantian” karya Budi (Nurgiyanto, 2002:165). Maka tokoh dalam
Darma ialah alur maju. sebuah cerita adalah pelaku yang mengalami

 Kutipan:
atau melakukan peristiwa yang dimunculkan Peket adalah “Mari kita antarkan Pak Peket
oleh penulis (Febriana, 2018). ke rumahnya.”

I. Tokoh Utama b. Peket

Tokoh utama merupakan tokoh yang


Peket merupakan tokoh utama dari cerita
diutamakan penceritaannnya di dalam karya
ini karena cerita ini menceritakan bagaimana
sastra prose yang bersangkutam. Tokoh
kejamnya seorang Peket kepada pribumi.
utama merupakan tokoh yang paling banyak
Peket tokoh yang antagonis dan pesuruh
diceritakan, baik sebagi pelaku kejadian
Jepang yang kejam terhadap pribumi dan
maupun dikenai kejadian. Tokoh tamaini
memiliki perilaku yang jorok . Hal tersebut
sangat menentukan perkembangan plot
terbukti pada kalimat “Peket berdam-deham
secara keseluruhan. Ciri dari tokoh utama
agak lama, memancing dahak kental, lalu
adalah selalu hadir dalam setiap peristiwa
membuka mulut Darsini, dan memuntahkan
dan dapat ditemui dalam cerita, memiliki
dahak kental ke mulut Darsini.” dan kalimat
dialog paling banyak.
yang menunjukkan perilaku jorok yaitu
a. Misbahul “Peket berjalan mondar-mandir sambil
sesekali membongkok, menggaruk-garuk
Misbahul merupakan tokoh utama yang
kakinya. Kudis. Dan kudis telah menyerang
protagonist dari cerita ini karena memiliki
semua penduduk semenjak dua bulan
peranan penting dalam cerita ini. Misbahul
setelah Jepang datang.Bukan hanya itu.
merupakan anak yang sabar dan tidak
Kadang-kadang Peket berdeham-deham,
pernah melawan ketika Peket sedang
lalu melontarkan dahak kental dari
menggunjingnya mengenai ayah dan ibunya.
mulutnya.”
Meskipun demikian, Misbahul tetap
membantu Peket yang sedang dalam II. Tokoh Sampingan atau Tokoh
kesusahan. Hal tersebut terbukti pada Tambahan
kalimat “Dia berjalan terus, sampai
akhirnya mencapai sekolahnya.” Dan yang Tokoh sampingan atau tokoh

membuktikan bahwa Misbahul adalah tambahan adalah tokoh yang bukan menjadi

sorang anak yang baik dan tetap membantuk pusat kedudukan dalam cerita, tetapi
kehadirannya di cerita sangat diperlukan
untuk membentuk cerita an mendukung Guru Siti, tapi entah mengapa, Bu Guru Siti
tokoh utama. Hal ini merupakan ciri dari berhasil merebut tongkat Peket.”
tokoh sampingan karena hanya sedikit c. Umar
kemunculannya pada cerita atau terdapat Umar merupakan tokoh sampingan
kaitannya dengan tokoh utama baik secara protagonis. Umar adalah teman Misbahul
langsung dan tidak langsung. yang baik hati. Hal tersebut dapat dibuktikan
berdasarkan kalimat yag tertera “Misbahul
a. Darsini
agak ragu-ragu, tapi Umar, pemilik kuda,
Darsini merupakan tokoh sampingan
mengikhlaskan.”
protagonis. Darsini adalah anak yang
d. Ibu Misbahul
pendiam dan penakut meski mendapatkan
Ibu Misbahul merupakan tokoh
perlakuan yang buruk dari Peket. Hal
sampingan. Ibu Misbahul adalah seorang ibu
tersebut dibuktikan berdasarkan kalimat
yang menyayangi anaknya, Misbahul. Hal
yang telah tertera “Peket berdam-deham
tersebut terbukti berdasarkan kalimat
agak lama, memancing dahak kental, lalu
“Misbahul ditarik oleh ibunya, lalu
membuka mulut Darsini, dan memuntahkan
melompat ke parit. Barang siapa berani
dahak kental ke mulut Darsini.”
berada di jalan pada waktu ada sirene,
b. Bu guru Siti
pasti celaka.”
Tokoh Bu. Siti merupakan tokoh
e. Ayah Misbahul
sampingan protagonis. Seorang guru yang
Ayah Misbahul merupakan tokoh
pemberani dan jujur. Hal ini dapat
sampingan yang hanya diceritakan oleh
dibuktikan pada kalimat “”Umar. Sakit.
Misbahul. Ayah Misbahul merupakan tokoh
Sudah memberi tahu lewat temannya,
yang lemah dan tidak dapat berbuat banyak
Misbahul,” kata Bu Guru Siti.” dan kalimat
saat disiksa oleh serdadu Jepang. Hal
yang menunjukkan bahwa dia merupakan
tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat
guru yang pemberani adalah “Bu Guru Siti
“Dia lari, dan melihat tetangga-
hilang, setelah melawan Peket ketika Peket
tetangganya memukuli ayahnya. Dekat
membentak-bentaknya karena Bu Guru Siti
ayahnya ada orang berkelejatan, sekarat.
tidak berhasil mengumpulkan lima ratus
Ayahnya tumbang. Serdadu Jepang
nyamuk mati selama dua hari. Peket
memerintahkan tetangga-tetangganya untuk
menggamparkan tongkatnya ke kepala Bu
menginjak-injak tubuh ayah Misbahul.”
laki-laki, menyandang pedang dan golok
f. Tetangga Misbahul menghadang.“Jangan ke sana. Bahaya.
Tetangga Misbahul merupakan tokoh Boleh saya pakai kudanya? Saya siap
sampingan, karena hanya muncul sesekali mati.””
dalam cerita. Tetangga Misbahul memiliki
sikap yang penakut. Hal tersebut terbukti
6. Latar/Setting
pada kalimat “Serdadu Jepang
memerintahkan tetangga-tetangganya untuk Latar (setting) merupakan latar
terjadinya suatu hal di dalam sebuah cerita.
menginjak-injak tubuh ayah Misbahul. Latar di dalam cerita itu sendiri terdiri dari
Tidak ada yang mau……. Sebuah tembakan beberapa macam, yaitu:
menghantam salah seorang tetangga, a) Latar Tempat
langsung menggelepar. Terpaksalah
Latar tempat menjelaskan lokasi terjadinya
tetangga-tetangganya menginjak-injak ayah
kejadian tersebut di dalam sebuah cerita.
Misbahul.” Lokasi tersebut bisa berupa tempat yang luas
g. Serdadu Jepang maupun sempit, misal negara ataupun hanya
sebuah desa. Bisa di luar ataupun di dalam,
Serdadu Jepang merupakan tokoh
seperti di kamar atau di lapangan. Mungkin
sampingan karena muncul sesekali dalam saja sebuah nama tempat pada sebuah
cerita. Serdadu Jepang merupakan penjajah daerah tertentu dan masih banyak lagi.
yang kejam dan jahat. Hal tersebut terbukti Dan pada cerpen “Kita Gendong
pada kalimat “Serdadu Jepang Bergantian” ini latar tempatnya terdiri dari:
memerintahkan tetangga-tetangganya untuk  Surabaya, Kampung Kedung Buntu,
menginjak-injak tubuh ayah Misbahul. SD Kedondong.
Tidak ada yang mau……. Sebuah tembakan Kutipan: Misbahul, anak Surabaya
menghantam salah seorang tetangga, dari kampung Kedung Buntu,
langsung menggelepar.” berjalan menuju ke sekolahnya, SD
Kedondong.
h. Seorang laki-laki
Seorang laki-laki merupakan tokoh  Pinggir jalan

sampingan, karena hanya muncul sesekali Kutipan: Karena itu, ketika melihat
dalam cerita. Seorang laki-laki memiliki dua mayat tergeletak di pinggir
jalan, dia tidak heran.
sikap yang baik hati. Hal tersebut dapat
dibuktikan berdasarkan kalimat “Seorang  Sekolah
Kutipan: Di sekolah dia melihat Kutipan: Satu, disiksa di Gedung
peristiwa yang sering terjadi Kenpetai, di alun-alun.
semenjak Peket diangkat oleh Jepang
menjadi kepala sekolah.  Alun-alun

 Panggung Kutipan: Satu, disiksa di Gedung


Kenpetai, di alun-alun.
Kutipan: …dengan gaya percaya diri
yang sangat besar Peket naik ke  Penjara Koblen
panggung. Kutipan: Dua, masuk penjara
 Lapangan Koblen.

Kutipan: …lalu dengan lagak  Dekat rumah Misbahul


berwibawa dia menembakkan Kutipan: Mendekati rumahnya,
matanya ke semua guru dan murid di Misbahul mendengar tembakan,…
lapangan.
 Indonesia
 Tokyo
Kutipan: Pasukan Sekutu akan
Kutipan: Setelah usai, semua orang masuk ke Indonesia,…
harus membongkok-bongkok ke
arah Tokyo, kiblat semua makhluk  Don Bosco, Jl. Tidar
jajahan Jepang.
Kutipan: …disusul pertempuran di
 Tempat umum Don Bosco, gudang senjata Jepang
di Jl. Tidar.
Kutipan: …Jepang dan begondal-
begondalnya, termasuk Peket,  Medan pertempuran
menyebarkan kutu busuk ke tempat-
tempat umum. Kutipan: Jepang sudah merampas
semua senjata tajam penduduk,
 Kelas ternyata banyak orang berlari menuju
medan pertempuran membawa
Kutipan: …semua murid serta guru golok,…
harus berbaris rapi seperti serdadu
Jepang, masuk ke kelas,…  Jalan Arjuna

 Depan Kutipan: Misbahul ingat, pada suatu


hari ketika dia sedang berjalan di Jl.
Kutipan: Dengan suara menggelegar, Arjuna,…
Peket memerintah Misbahul untuk
maju ke depan.  Parit

 Gedung Kenpetai
Kutipan: Misbahul ditarik oleh Kutipan: Dan kudis telah menyerang
ibunya, lalu melompat ke parit. semua penduduk semenjak dua
bulan setelah Jepang datang.
b) Latar Waktu
 Beberapa saat sebelum lonceng
Sedangkan latar waktu menejalskan waktu berbunyi
terjadinya kejadian tersebut. Waktu itu bisa
disampaikan secara langsung dan tidak Kutipan: Beberapa saat sebelum
langsung. Pada penyampaian waktu secara lonceng berbunyi, semua orang harus
langsung ini, misalnya 12 Januari 1999, berdiri rapi…
pukul 09.00 WIB. Sedangkan untuk yang
tidak langsung, seperti sore itu, pada zaman  Setelah usai
dahulu. Kutipan: Setelah usai, semua orang
Begitupula yang ada di dalam cerpen ini. harus membongkok-bongkok…
Terdapat latar waktu yang disebutkan di  Saat Peket berpidato
dalam cerpen tersebut yaitu:
Kutipan: Tibalah saatnya Peket
 Sejak Jepang datang tujuh bulan berpidato.
yang lalu
 Hari itu
Kutipan: Sejak Jepang datang tujuh
bulan yang lalu, udara selalu Kutipan: Hari itu, Peket menutup
dipenuhi oleh… pidatonya dengan perintah…

 Ketika dia pulang dari sekolah  Besok pagi

Kutipan: …ketika dia pulang dari Kutipan: Perintahnya: besok pagi


sekolah, melihat ayahnya dihajar semua murid harus mengumpulkan
oleh… buah jarak…

 Semenjak Peket diangkat oleh  Setelah berhenti sekejap


Jepang untuk menjadi kepala sekolah
Kutipan: Setelah berhenti sekejap,
Kutipan: Di sekolah dia melihat perintah disambung…
peristiwa yang sering terjadi
 Besok
semenjak Peket diangkat oleh
Jepang untuk menjadi kepala Kutipan: …besok setiap guru harus
sekolah. membawa dua puluh nyamuk mati…
 Semenjak dua bulan setelah Jepang  Setelah jam malam berlaku
datang
Kutipan: Setelah jam malam Kutipan: Bu Guru Siti hilang,
berlaku, Jepang dan begondal- setelah melawan Peket ketika Peket
begondalnya,… membentak-bentaknya…

 Setelah pidato dan perintah  Selama dua hari


dikumandangkan
Kutipan: …lima ratus nyamuk mati
Kutipan: Setelah pidato dan perintah selama dua hari.
dikumandangkan, semua murid serta
guru harus…  Pada suatu hari

 Minggu lalu Kutipan: Misbahul ingat, pada suatu


hari ketika dia sedang berjalan di Jl.
Kutipan: Minggu lalu Peket masuk Arjina,…
kelas Misbahul…
 Pada waktu ada sirene
 Waktu upacara bendera tadi
Kutipan: Barang siapa berani berada
Kutipan: Dia tidak terima, karena di jalan pada waktu ada sirene, pasti
waktu upacara bendera tadi Darsini celaka.
menggeletar,…
 Waktu itu
 Ketika Misbahul akan pulang
Kutipan: Betul, waktu itu ada
Kutipan: Ketika Misbahul akan seorang laki-laki berusaha…
pulang, Peket bersiul-siul…

 Hampir satu minggu


c) Latar Suasana
Kutipan: “Ibumu minggat, kan?
Sudah hampir satu minggu dia Sesuatu berupa keadaan batiniyah yang
tidak di rumah, kan?” dirasakan oleh tokoh maupun lingkungan di
sekitar tokoh tersebut. Bisa ditandai dengan
 Lima hari yang lalu adanya kata yang berupa kata sifat, seperti
marah, menangis dan lain sebagainya.
Kutipan: Lima hari yang lalu
ibunya hilang. Dan latar suasana yang ada di dalam
cerpen ini yaitu sebagai berikut:
 Setiap kali disuapi
- Sengsara
Kutipan: Setiap kali disuapi, dia
teringat dahak pekat… Kutipan: …udara selalu dipenuhi oleh
bau kelaparan, kesengsaraan dan
 Setelah melawan Peket; ketika Peket kematian.

- Menakutkan dan menegangkan


Kutipan: Darsini menggeletar, matanya membasah. Memang
Bu Guru Siti menggeletar, semua dia sudah mendengar, ibunya
murid menggeletar ketakutan. diculik, dan dia juga sudah
mendengar, ibunya dijadikan
- Amarah gula-gula oleh kepala penjara
Kutipan: (1) Dengan suara Koblen.
menggelegar, Peket memerintah - Belas kasih dan empati
Misbahul untuk maju ke depan.
(2) …Bu Guru Siti berhasil
Kutipan: Setelah Misbahul dan Umar
merebut tongkat Peket, lalu
berteriak: “Begundal Jepang! menyadari bahwa laki-laki itu tidak lain
Anjing!” sambil memukuli adalah Peket, mereka lari mendekatinya.
Peket.
Mata, hidung, dan mulut Peket mengalirkan
- Ketakutan, kepasrahan dan darah. Peket meraung-raung sambil
keterpaksaan.
bergelimpangan untuk menahan rasa sakit.
Kutipan: (1)…Peket bersiul-siul
sambil mempermainkan jari-
Misbahul dan Umar berpandang-pandangan,
jarinya, persis seperti seorang tuan
memanggil anjingnya, Misbahul kemudian, tanpa sadar Misbahul berkata:
gemetaran, tapi apa boleh buat.
(2) Sebuah tembakan
“Mari kita antarkan Pak Peket ke
menghantam salah seorang
tetangga, langsung menggelepar. rumahnya.”
Terpaksalah tetangga-
tetangganya menginjak-injak ayah “Ya,” kata Umar. “Kita gendong
Misbahul.
bergantian.”
- Kesakitan
7. Amanat
Kutipan: Kepala Misbahul
diremas-remas dengan kekuatan Amanat merupakan pesan tersirat
penuh, untunglah Misbahul bisa dari keseluruhan cerita yang
memendam rasa sakit. disajikan oleh penulis untuk
pembacanya. Dan pesan yang bisa
- Kesedihan
dipetik dari cerita ini sanatlah
Kutipan: (1) Misbahul menangis banyak. Salah satunya yaitu, sebesar
terisak-isak. Memang, ibunya apapun kekuasaan yang kita miliki,
pergi tanpa kabar. (2) Misbahul janganlah kita bertindak sewenang-
pulang, menunduk lesu, wenang dan menindas orang-orang
yang lemah. Karena tidak selamanya
kita hidup dalam keadaan senang, cara penulis menyampaikan dan
tapi juga aka nada susah yang menggambarkan gagasannya, sikap penulis
datang. Dan tentu saja kita dalam menampilkan ide-idenya, unsur
memerlukan orang lain untuk intrinsik dan hubungan dari setiap unsur
membantu dalam kesusahan kita. instrinsik itu, sehingga mampu membangun
satu lagi yang bisa dipetik dalam adanya keselarasan dan kesatuan dalam
cerpen ini, seburuk-buruknya sikap rangka membangun totalitas bentuk maupun
dan perlakuan orang lain terhadap totalitas maknanya.
kita, jangan sampai membuat kita
berhenti untuk berbuat baik kepada Langkah pertama yang harus dilakukan
mereka. Karena sejatinya, ketulusan dalam pendekatan ini yaitu memahami
itu akan hadir di dalam hati yang terlebih dahulu mengenai unsur intrinsik itu
ikhlas. sendiri. Kemudian menerapkannya untuk
menganalisis unsur intrinsik dari sebuah
KESIMPULAN karya prosa fiksi.

Pendekatan Analitis merupakan


pendekatan yang berupaya memahami ide,

DAFTAR PUSTAKA MUHAMMADIYAH 2


PALEMBANG DALAM
Puspitasari, A. C. (2017). HUBUNGAN MENEMUKAN UNSUR ALUR,
KEMAMPUAN BERPIKIR
PENOKOHAN DAN LATAR
KREATIF DENGAN
CERITA PENDEK. Jurnal FKIP.
KEMAMPUAN MENULIS
CERPEN (Studi Korelasional pada Diakses pada laman
Siswa SMA Negeri 39 Jakarta). http://eprints.binadarma.ac.id/1974/
Jurnal SAP Vol. 1, 249-258. pada 15 Januari 2021.

https://lakonhidup.com/2020/11/29/kita- https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-latar-
gendong-bergantian/ (diakses pada dalam-cerita (diakses pada 15
13 Januari 2021) Januari 2021)

http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_ https://www.academia.edu/8275472/Pendek
pencarian/114774 (diakses pada 13 atan_analitis (diakses pada tanggal 5
Januari 2021) Januari 2021)

Wiwindasari, Wiwindasari. https://www.scribd.com/document/3662319


(2013). PENERAPAN MEMBACA 84/Pendekatan-analitis (diakses
PEMAHAMAN SISWA KELAS XI pada tanggal 5 Januari 2021)
SEKOLAH MENENGAH ATAS
Febriana, T. E. (2018). ANALISIS UNSUR AUTUMS KARYA IWAN
INTRINSIK (TOKOH, ALUR, dan SETYAWAN UNTUK SISWA SMP
LATAR) MENGGUNAKAN BUDI MULIA MINGGIR KELAS
PENDEKATAN SAINTIFIK PADA VIII SEMESETER I. Skripsi, 29.
NOVEL 9 SUMMERS 10

Anda mungkin juga menyukai