Anda di halaman 1dari 5

Nama : Qurrotun Nabila

NIM : 190210402042

Kelas : A

Kala Subuh

Badan terbangun kala subuh

Menyucikan diri dan hati

Bercumbu dengan dinginnya dini hari

Kemalasan datang tanpa bosan

Hamba datang hanya karena ada keperluan

Tapi Engkau menerima dengan keikhlasan

Hamba bersujud dengan setengah hati

Tapi Engkau memeluk dengan sepenuh hati

Betapa berdosanya Hamba ini

Hingga hati tak mampu menenangkan diri

Tangan menengadah sembari memohon tanpa malu

Hingga subuh terasa begitu cepat berlalu


Cantik Gerakmu

Lembut gemulai cantik gerakmu

Pinggul mengalun ikut tempo

Kaki melangkah tentu arah

Alunan merdu jadi temanmu

Membelai sampur,

Bak putri turun dari kayangan

Membius mata

Membekukan tatap

Tubuh terpaku tak ingin berlalu

Tampilkan apik penuh kesempurnaan


Negara Kesatuan

Pintu sudah dibukakan

Kunci pun sudah diberikan

Tapi apa yang Anda lakukan?

Merusak semua yang ada di dalamnya

Mengobrak-abrik tatanan menjadi tidak karuan

5 tiang yang sudah ditegakkan

Kau kikis perlahan dengan dalih perbaikan

Inikah yang disebut negara kesatuan

Semuanya egois

Kepentingan rakyat diabaikan

Kami menangis, tidak kau dengarkan

Kami menjerit engkau tertawa cekakakan

Apa masih kurang semua penindasan yang Anda lakukan?

Kepada kami, rakyat kecil yang tak tau menau mengenai perpolitikan
Pergi

Bulan dan bintang malam ini tidak mau menampakkan diri.

Angin yang setiap sore bersayup,tidak mau mendinginkan badan lagi.

Hujan, yg seharusnya menetes deras tidak mau jatuh lagi di latar rumah ku.

Begitu pun kamu, yang sekarang sudah pergi

Tidak mau melihat bahkan melirik

Tidak mau bersuara ataupun berbisik

Mungkin ini memang sudah suratan

Aku percaya takdir Tuhan itu bukan untuk memberikan kepahitan

Maka yang aku harapkan

Aku bisa lekas mengikhlaskan

Dan kau diberikan kebahagiaan


Kalung Abu-Abu Berlalu

Melintas pada satu punggung beribu rusuk

Menjejalkan memasuki lorong, berganti

Ku rebahkan tubuh ini pada kursi yang saling berhadap

Saling bertatap pada anak adam

Riuh gemuruh bercampur kesibukan diri sendiri

Terlihat pada kaca yang musam sedikit retak, petak sawah serta bayang pohon yang merebah ke
timur

Sesekali terdengar melodi khas palang pintu, yang menghalau laju besi besi bermotor

Dan aku pun terbang kembali

Demi sangkar esok

Anda mungkin juga menyukai