Referat
Referat
Disusun Oleh:
Pembimbing:
REFERAT
Gangguan Waham dan Penyalahgunaan Zat Psikoaktif : Aibon
Telah diterima dan disetujui sebagai tugas ujian Kepaniteraan Klinik Kesehatan
Jiwa Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang periode 18 Oktober - 31 Oktober 2021.
ii
KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan referat yang berjudul ”Gangguan Waham dan
Penyalahgunaan Zat Psikoaktif : Aibon”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Abdullah Sahab, Sp. KJ,
MARS selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan
dan penyusunan referat ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Waham merupakan keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan inteligensi dan latar belakang
kebudayaannya meskipun sudah dibuktikan hal itu mustahil. Keyakinan
tentang dirinya yang dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
(delusion of control). Waham yang lain dapat berupa waham tentang dirinya
yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan tetentu dari luar (delusion of influence),
waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah pada kekuatan tertentu
dari luar (delusion of passivity), dapat pula berupa “delusional perception”
suatu pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. .1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etiologi Waham
1. Faktor Biologis
2. Faktor Psikodinamika
6
memiliki waham kejar telah merepresi impuls homoseksualnya.
Menurut teori klasik dinamik dari impuls homoseksual adalah
serupa untuk pasien wanita dan pasien pria.
B. Klasifikasi Waham
7
3. Menurut Onsetnya
b. Waham Sekunder
8
kehilangan seluruh uangnya akan mempercayai bahwa ia akan
dipenjara karena tidak bayar hutang). Beberapa waham sekunder
kelihatannya memiliki sebuah fungsi integratif membuat pengalam
asli menjadi lebih dapat dimengerti pasien seperti contoh pertama
diatas. Yang lainnya kelihatan sebaliknya menambah rasa
penyiksaan atau kegagalan seperti pada contoh ketiga.
a. Mood Waham
b. Persepsi Waham
c. Memori Waham
9
5. Waham Berdasarkan Temanya
10
g. Waham Agama Waham yang berisi nilai agama, lebih sering
terjadi pada abad daripada masa sekarang, agaknya mencerminkan
bagian terbesar bahwa agama dijalankan dalam kehidupan
orang-orang biasa dimasa lalu. Suatu keyakinan agama yang tidak
biasa dan dipegang dengan kuat ditemui diantara anggota
kelompok agama minoritas, dapat disarankan untuk berbicara
kepada anggota yang lain sebelum menentukan apakah ide-ide itu
abnormal atau tidak.
11
- Pengendalian pikiran (thought control) Keyakinan bahwa
pikiran pasien dikendalikan oleh orang atau tenaga lain
12
7. Kesesuaian antara Waham dengan mood
b.Waham yang tidak sejalan dengan mood: Waham dengan isi yang
tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood
netral.
Maraknya perilaku menghirup uap lem aibon kini bukan sesuatu yang
asing lagi bagi para remaja. Kegiatan seperti ini sudah menjadi suatu hal yang
lazim dan sering diperlihatkan oleh mereka. Kebiasaan remaja
mengkonsumsi lem aibon seolah sudah menjadi kebutuhan sehari – hari bagi
mereka. Dampak umum yang terjadi pada remaja pengguna lem aibon
mengakibatkan mereka tidak mempunyai masa depan yang cemerlang.
Selalin dampak umum, perilaku menghirup aibon juga akan membawa
dampak negatif terhadap tubuh. Dampak tersebut diantaranya adalah organ
fisik tubuh remaja mengalami penurunan aktivitas, anggota tubuh menjadi
rusak, mulai dari daya berpikir menurun, jantung, paru – paru, hati, sel darah
menjadi terganggu. Jantung akan lambat memompa darah sehingga
memperlambat oksigen menuju ke otak bila mereka melakukan aktivitas
menghirup lem yang berlebihan akan menyebabkan remaja tersebut
mengalami pusing bahkan bisa hingga pingsan.7
13
karena merasa pusing. Pusing yang dimaksud disini adalah sedang
menghadapi suatu masalah, serta rasa penasaran yang mendorong
mereka untuk ingin tahu tentang lem yang membuat mereka merasa
terpuaskan setelah menghirup aroma lem.7
3. Faktor Ketergantungan
14
Suatu keadaan, keinginan atau dorongan yang tak tertahankan
karena sudah merasa nyaman sehingga sulit untuk melepaskan
seperti
c. Perilaku Maladaptif
15
B. Dampak Penyalahgunaan Zat Psikoaktif : Aibon10,11
Zat yang terkandung dalam lem Aibon dan sejenisnya bukan hanya
dapat memabukkan dan merusak sel-sel saraf otak penggunanya.
Bahkan, jika digunakan dalam jangka waktu lama, dapat membuat
penggunanya tidak normal dan sakit hingga kemudian meninggal
dunia. Dalam lem Aibon terkandung zat Lysergic Acid Diethyilamide
atau LSD. Zat tersebut sejenis zat hirup yang sangat mudah ditemui di
produk lem perekat. Pengaruhnya sangat luar biasa bagi penggunanya.
16
“Efeknya dapat menjadi nikmat yang luar biasa, sangat tenang dan
mendorong perasaan nyaman. Selain itu, anak-anak yang ngelem
menunjukkan tanda-tanda fisik seperti matanya memerah, kepala
pusing dan kondisi emosionalnya meningkat” (hasil wawancara
dengan masyarakat)
17
penggunanya. Bau lem yang dihirup lewat saluran pernapasan
berpengaruh pada bagian pernapasan sebelum akhirnya sampai ke otak
dan menyebabkan halusinasi.
18
Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan
memberikan perhatian dan kasih sayang. Pihak sekolah harus melakukan
pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya, karena
biasanya kegiatan menghirup lem aibon sering terjadi di pojok-pojok
sekitar lingkungan sekolah. Yang tak kalah penting adalah, pendidikan
moral dan keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa. Karena salah
satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran setan ini
adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap,
sehingga perbuatan seperti ini pun, akhirnya mereka jalani. Oleh sebab
itu, mulai saat ini, selaku pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua,
harus sigap dan waspada, yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak
yang masih rentan akan pengaruh tidak baik.Banyak hal yang masih bisa
dilakukan dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan
menghirup lem aibon. Ada tiga tingkat, yaitu : (1) Sebelum
penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran
informasi mengenai bahaya menghirup lem aibon, pendekatan melalui
keluarga, dll. Instansi pemerintah, lebih banyak berperan pada tahap
intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui
berbagai media yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga; (2)
Pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)
antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan
Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu
untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif
secara bertahap; dan (3) Upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah
memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya Fase
sosialiasi dalam masyarakat, agar pelaku mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa
kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan,
mengembangkan kegiatan alternatif, dll.
19
BAB III
KESIMPULAN
Perilaku menghirup lem aibon pada remaja disebabkan karena rasa ingin tahu,
kondisi keluarga yang tidak harmonis, ketergantungan terhadap lem, serta
pengaruh teman sebaya berupa ajakan bahkan juga ikut – ikutan yang
menimbulkan seorang remaja terjerumus dalam perilaku menghirup lem.
Penggunaan lem memiliki dampak diantaranya adalah organ fisik tubuh remaja
mengalami penurunan aktivitas, anggota tubuh menjadi rusak, mulai dari daya
berpikir menurun, jantung, paru – paru, hati, sel darah menjadi terganggu.
Bahan pembuatan Adhesive atau lem, banyak mengandung bahan yang sangat
berbahaya yang mengandung beberapa bahan kimia seperti Trichloroethylene,
Toluene dan Lysergic Acid Diethyilamide atau LSD. Zat kimia tersebut
mempengaruhi sistem saraf dan melumpuhkan, zat yang dihirup dalam lem Aibon
menjadikan penggunanya merasa bahagia hingga aktivitas sang pengguna
akhirnya berkurang lantaran halusinasi yang dialami.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock. 2009. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi Dua, Jakarta:
Indonesia.
4. Goldman HH, Foreman SA. 2000. Glossary of Psychiatry Sign and symptom
Review of General Psychiatry. Ed. Goldman HH. Singapore. Mc. Graw-Hill
Companies.
21
9. Murni Tamrin, dkk. 2013. Studi Perilaku ”Ngelem” pada Remaja Di Kec.
Paleteang Kab. Pinrang.repository.Unhas.ac.id/bitstream/han
dle/123456789/5566/JURNI.pdf?sequence1
10. Chomariah, Siti. 2015. Perilaku Menghisap Lem pada Anak Remaja (Studi
Kasus di Kota Pekanbaru). Jurnal Jom FISIP, 2(2): 1-11.
11. Flavianus, Darman. 2006. Mengenali Jenis dan Efek Buruk Narkoba. Jakarta:
Visimedia. 2006.
22