BLOK 15 MODUL 5
PERAWATAN BEDAH PERIODONTAL
Disusun oleh:
Kelompok 2
Tutor:
drg. Verry Asfirizal, M. Kes
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Blok 15
modul 5 yang berjudul “Perawatan Bedah Periodontal” tepat pada waktunya.
Laporan ini kami susun dari berbagai sumber referensi dan juga hasil diskusi
kelompok kecil kami.
1. Dr. drg. Lilies Anggarwati Astuti, Sp. Perio selaku Dosen Penanggung Jawab
untuk modul Perawatan Bedah Periodontal.
2. drg. Verry Asfirizal, M. Kes selaku Tutor kelompok 2 yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
3. Teman-teman kelompok 2 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil
(DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini sangat
terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok
kecil (DKK) ini. Akhirnya, kami menyelesaikan laporan ini dan berharap dapat
memberikan manfaat dan sumber pengetahuan yang sangat berguna bagi seluruh
masyarakat.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Penulisan
Diskusi ini dilakukan dengan harapan agar mahasiswa dan para pembaca dapat
mengetahui tentang tujuan bedah periodontal, indikasi & kontraindikasi bedah
periodontal, macam-macam bedah periodontal, prosedur bedah periodontal dan
komplikasi bedah periodontal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario
3
4. Bedah periodontal merupakan fase kedua dari terapi periodontal berupa
tindakan perawatan untuk mengontrol kelainan periodontal dan memperbaiki
kondisi anatomis. Bedah periodontal juga merupakan terapi periodontal untuk
membuat jaringan granulasi dan memperbaiki jaringan periodontal yang
dilakukan ketika tidak bisa dilakukan perawatan non bedah.
6. Defek tulang merupakan kerusakan pada tulang dengan keadaan patologis dan
merupakan manifestasi klinis terjadinya periodontitis yang biasanya terjadi
inflamasi pada jaringan periodontal.
7. Resesi gingiva adalah kondisi ketika gusi turun kebawah sehingga permukaan
akar gigi terlihat,yang merupakan salah satu gejala dari periodontitis dan
terjadi perubahan posisi kearah lebih apical. Resesi gingiva juga merupakan
defek pada gingiva yang menyebabkan terbukanya akar gigi kearah bukal.
Pengertian lain yaitu CEJ terbuka sehingga marginal gingiva menjauhi CEJ
sehingga gigi terlihat lebih panjang.
8. Resorpsi tulang alveolar merupakan suatu proses kompleks, yang dapat terjadi
pada periodontitis dan merupakan proses dimana sel tulang menglami
perombakan yang disebabkan oleh reaksi osteoklas. Resorpsi tulang alveolar
juga dapat didefiniskan sebagai perubahan fisiologis yang menyebabkan
pengurangan dari tulang alveolar.
4
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari bedah periodontal?
7. Apa macam-macam dari bedah periodontal?
8. Bagaimana prosedur dari bedah periodontal?
9. Apakah bisa terjadi komplikasi pada bedah periodontal? Jika ada apa saja
komplikasinya?
10. Apa instruksi yang diberikan kepada pasien pasca perawatan bedah
periodontal?
2. Apa yang dapat disimpulkan dari seluruh hasil pemeriksaan intraoral dan
radiografi pasien?
Poket normal 1-3 mm, jika lebih berarti ada pembengkakn pada gingiva,
dari kedalaman poketnya pasien mengalami periodontitis tahap awal
CAL lebih dari 5 mm berarti periodontitis berat atau periodontitis yang
tidak dirawat, sehingga terjadi kehilangan perlekatan gigi
Resesi gingiva, tidak menandakan hubungan patologis
PBI grade 4, bersifat spontan
BOP, ada pada tanda periodontitis
Gigi mobile derajat 2, ada 4 derajat yaitu 0,1,2,3
Resorpsi tulang alveolar, berhubungan dengan periodontitis yang biasanya
menandakan kerusakan pada tulang alveolar
Kesimpulannya: pasien mengalami periodontitis kronis karena gambaran
klinis periodontitis kronis yaitu adanya CAL.
5
sehingga harus dilanjutkan ke bedah periodontal. Terapi insial hanya
menghilangkan factor etiologi.
6
6) Pasien memerlukan estitika
7) Pembesaran pada gingiva
8) Gangguan akses pada control plak
9) Terdapat defek jaringan lunak
10) Area dengan kontur tulang tidak teratur
11) Poket yang tidak hilang setelah dilakukan perawatan pertama
12) Setelah dilakukan terapi inisal yang tidak berhasil
13) Kontur tulang yang tidak teratur
14) Adanya poket infraboni
Kontraindikasi
1) Pasien tidak kooperatif
2) Kelainan kardiovaskular
3) Hipertensi tidak terkontrol
4) Diabetes tidak terkontrol
5) Pasien perokok
6) Pasien dengan OH buruk
7) Pasien dengan penyakit hati
8) Pasien dengan gangguan neurologi
9) Gangguan metabolism
10) Control plak buruk
11) Pada alasan medis: terapi radiasi dan gangguan pendarahan
12) Infeksi akut
13) Prognosis buruk
14) Gigi yang tidak dapat dipertahankan
15) Gigi masih bisa dipertahankan
16) Pada pasien yang menjali terapi koagulan
17) Pasien usia lanjut
7
Klasifikasi lain
1) Kelas pertama: Gingivectomy, Flap
2) Kelas kedua: Bone graft, Regenerasi jaringan
3) rosedur tetutup: ENAP, ENAP yang dimodifikasi
4) Prosedur terbuka: gingivectomy, gingivoplasty
9. Apakah bisa terjadi komplikasi pada bedah periodontal? Jika ada apa saja
komplikasinya?
1) Perdarahan, 12 jam pertama pasca pembedahan masih dianggap normal,
dibagi 3 yaitu primer, raksioner, dan sekunder
2) Sensitivitas perkusi
8
3) Trauma pada jaringan
4) Pembengkakan pascaoperasi
5) Infeksi pascaoperasi
6) Penyembuhan lambat
7) Sakit pascaoperasi
8) Pembengkakan jaringan
9) Hilangnya kesadaran
10) Hipersensitivitas akar
11) Penyembuhan yang tertunda
12) Trismus
13) Perubahan rasa
14) Kerusakan saraf
10. Apa instruksi yang diberikan kepada pasien pasca perawatan bedah
periodontal?
1) 24 jam pertama pasien diinstruksikan untuk tidak menggunakan sedotan,
makan makanan padat
2) Pembengkakan bisa kompres air es
3) Pasien merokok, dihindari karena bisa menghambat proses penyembuhan
4) Selama 1-2 hari pasien diberi tau untuk tidak olahraga yang berat
5) Menghindari makan dan minum pada jam pertama pascaoperasi
6) Menggunakan analgesic jika pasien merasakan sakit
7) Menggunakan obat kumur
8) Jika terjadi pendarahan tidak berhenti hubungin dokter
9) Penggunaan antibiotic untuk kasus tertentu
10) Tidak meludah secara berlebihan
11) Melepas jahitan kedokter
Bedah Periodontal
9
2.6 Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan bedah periodontal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi bedah
periodontal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang macam-macam bedah periodontal
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prosedur bedah periodontal
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang instruksi bedah periodontal
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang komplikasi bedah periodontal
2.8 Sintesis
1 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan bedah periodontal
Terapi untuk penyakit periodontal, yang mencakup banyak teknik dan
prosedur, tergantung pada status penyakit dan tujuan dari hasil akhir.
Permasalahan periodontal yang masih dini dapat dikoreksi dengan terapi fase
I, yaitu terdiri dari pengangkatan biofilm, scaling, dan root planing bila
diperlukan. Tetapi banyak kasus yang sedang hingga lanjut tidak dapat
diselesaikan tanpa pembedahan dalam mengakses permukaan akar untuk
root planing dan mengurangi atau menghilangkan kedalaman poket. Terapi
fase bedah juga disebut sebagai terapi fase II.12
Bedah periodontal bertujuan untuk pembersihan/debridemen akar
dengan penglihatan langsung atau aksesibilitas instrumen ke permukaan
akar, mengurangi atau menghapus area retensi plak yang memicu infeksi
(terutama poket periodontal), menghilangkan peradangan, menciptakan
lingkungan rongga mulut yang kondusif untuk kontrol plak, meningkatkan
regenerasi jaringan periodontal, membentuk sulkus gingiva untuk
memudahkan pengendalian penyakit periodontal (menghilangkan poket),
memperbaiki karakteristik morfologi gingiva dan tulang alveolar abnormal
yang mengganggu kontrol plak, koreksi defek mukogingiva, melakukan
prosedur atau perawatan pemotongan akar untuk memperbaiki morfologi
untuk pemeliharaan kebersihan mulut yang lebih mudah, eliminasi penyakit
jaringan-terapi resektif, membuat ruang embrasure yang mudah dibersihkan
dan tepat, mempersiapkan lingkungan periodontal yang sesuai untuk
perawatan restoratif dan prostodontik, serta untuk peningkatan estetik.8,17
10
Membersihkan Akar dengan Penglihatan Langsung (Access Flap)
Permukaan akar dapat terlihat secara klinis baik dengan mencerminkan
flap gingiva atau setelah eksisi gingiva (gingivektomi). Plak dan kalkulus
kemudian dapat dihilangkan dari semua permukaan akar, termasuk furkasi,
ketidakteraturan, dan lain-lain dengan penglihatan langsung.17
Menghapus Infeksi
Yang paling penting untuk flora mikroba subgingiva adalah poket
periodontal itu sendiri. Furkasi terbuka, ketidakteraturan akar, fusi, alur dan
struktur mulut lainnya juga penting. Kantong periodontal dapat dihilangkan
dengan operasi flap atau gingivektomi (terapi resektif). Seseorang juga dapat
mencoba untuk menyembuhkan cacat, terutama kantong tulang, melalui
prosedur bedah regeneratif. Iregularitas, fusi, dan alur akar yang disebutkan
di atas dapat dikurangi melalui odontoplasti secara hati-hati.17
Menghapus Peradangan
Prosedur klinis yang dijelaskan di atas (debridement akar atau
perencanaan dan pengurangan ceruk) mengarah pada penghapusan penyebab
peradangan periodontal. Gejala klinis aktivitas seperti eksudasi, perdarahan
dan nanah dihilangkan. Bebas dari inflamasi selalu mengarah pada
konsolidasi jaringan gingiva, penyusutan atau resesi gingiva, serta
menghasilkan pengurangan kedalaman poket yang kurang lebih jelas.17
11
residual lebih sedikit, dan juga kolonisasi oleh mikroorganisme
periodontopatik (anaerobik) berkurang secara signifikan setelah penggunaan
prosedur bedah yang lebih radikal.17
12
Penyakit kardiovaskular (hipertensi yang tidak terkontrol, Angina
Pectoris, Myocardial Infraction, terapi koagulan, Rheumatic
Endocarditis, lesi jantung kongenital, dan heart vascular implants).
Transplantasi organ.
Kelainan darah.
Kelainan hormonal (diabetes yang tidak terkontrol dan disfungsi dari
adrenal).
Kelainan hematologic (penyakit parkinson, multiple sclerosis, dan
epilepsy).
Merokok (ini lebih merupakan faktor pembatas daripada
kontraindikasi).
13
sistemik, masalah psikologi, atau faktor lainnya. Perlu diketahui
bahwa tujuan eliminasi poket pada pasien ini ialah untuk
compromised dan memperbaiki prognosis. Klinisi harus melakukan
pendekatan ini hanya ketika teknik bedah yang di indikasikan tidak
dapat di lakukan serta kedua klinisi dan pasien memahami
kekurangannya.
c. Kuretase biasanya dilakukan dengan recall visits, sebagai metode
untuk pemeliharaan pada area yang mengalami inflamasi rekuren dan
kedalaman poket.12
Kontraindikasi
Karena kuretase menyebabkan penyusutan yang cepat pada jaringan
gingiva maka hal ini harus dihindari dilakukan pada gigi anterior rahang
atas dimana estetika sangat penting. 13
Teknik Kuretase
a. Teknik dasar
1) Kuretase gingiva: terdiri dari pengangkatan jaringan lunak yang
mengalami inflamasi di samping dinding poket dan epitel
junctional.
2) Kuretase subgingiva: mengacu pada prosedur yang dilakukan
pada apikal ke junctional epitel dan pemutusan perlekatan
jaringan ikat sampai ke tulang puncak.
b. Teknik lainnya
1) Excisional New Attachment Procedure (ENAP): ialah bertujuan
untuk memungkinkan penyusutan jaringan lunak secara
menyeluruh, membuat akses yang lebih baik ke permukaan akar.
Keunggulannya dibanding kuretase subgingiva tradisional ialah
definitif, eksisi bersih dari epitel junctional dan jaringan yang
terletak dibawah dengan probabilitas yang lebih besar dari
perlekatan klinis baru.
2) Kuretase ultrasonik: penggunaan perangkat ultrasonik telah
direkomendasikan untuk kuretase gingiva
3) Kuretase kimia: sejak awal dalam pengembangan prosedur
periodontal, penggunaan obat kaustik telah direkomendasikan
untuk menginduksi kuretase kimia dari dinding lateral poket atau
bahkan penghapusan epitel secara selektif.
4) Kuretase laser: saat ini telah dikembangkan penggunaan diode
laser dengan penggabungan kuretase untuk menghapus lapisan
14
ulserasi epitel, mengurangi pencemaran sulkus, dan untuk
membersihkan permukaan akar. 6,12
2. Gingivektomi
Gingivektomi berarti eksisi gingiva dengan menghilangkan dinding
poket sehingga dapat diperoleh visibilitas dan aksesibilitas untuk
penghilangan kalkulus secara sempurna dan penghalusan akar
menyeluruh. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang menguntungkan
untuk penyembuhan gingiva dan pengembalian kontur fisiologis
gingiva.12
Berikut merupakan indikasi dan kontraindikasi dalam melakukan
prosedur gingivektomi.
Indikasi
a. Eliminasi poket supraboni, terlepas dari kedalamannya.
b. Eliminasi pembesaran gingiva.
c. Eliminasi abses periodontal supraboni.12
Kontraindikasi
a. Diperlukannya bedah tulang atau pemeriksaan morfologi tulang.
b. Situasi dimana pada bagian bawah poket berada lebih apikal dari
mukogingiva junction.
c. Pertimbangan estetik, terutama pada rahang atas anterior.12
3. Gingivoplasti
Gingivoplasti ialah pembentukan ulang gingiva untuk membuat
kontur gingiva dengan bentuk yang lebih fisiologis agar terbentuk gingiva
tanpa adanya poket. Adanya penyakit pada gingiva dan periodontal
biasanya menghasilkan deformitas pada gingiva, dimana hal ini menjadi
tempat kondusif untuk akumulasi plak dan debris makanan, dimana hal
tersebut akan memperpanjang dan memperburuk proses penyakit. Contoh
deformitas yakni seperti gingival clefts, kreater pada papilla interdental
yang disebabkan acute necrotizing ulcerative gingivitis, dan pembesaran
gingiva. Gingivoplasti dapat dilakukan dengan pisau periodontal, scalpel,
rotary coarse diamond stones, ataupun elektroda.12
4. Osseous surgery
Ialah sebuah prosedur perubahan tulang alveolar untuk menghilangkan
suatu deformitas yang disebabkan oleh suatu proses penyakit periodontal
atau disebabkan oleh faktor lainnya seperti eksostosis dan gigi
supraerupsi. Osseus surgery dapat bersifat aditif maupun subtraktif.
15
a. Additive osseous surgery: mencakup prosedur yang ditujukan untuk
memulihkan tulang alveolar ke tingkat semula. Menghasilkan hasil
yang ideal pada terapi periodontal.
b. Subtractive osseous surgery: dirancang untuk mengembalikan bentuk
tulang alveolar yang sudah ada sebelumnya ke tingkat yang sudah ada
ataupun sedikit lebih apikal dari tingkat ini. Prosedur ini ialah sebagai
alternatif terhadap metode additive dan digunakan ketika prosedur
additive tidak layak.12
5. Periodontal flap
Flap periodontal ialah bagian dari pembedahan gingiva dan/ mukosa
yang dipisahkan dari jaringan di bawahnya, dimana hal ini ialah untuk
memberikan akses dan visibilitas ke tulang dan permukaan akar. Flap juga
memungkinkan gingiva dipindahkan ke lokasi yang berbeda pada pasien
dengan keterlibatan mukogingiva.
Klasifikasi flap periondontal
a. Berdasarkan paparan tulang setelah refleksi flap.
Flap diklasifikasikan menjadi full-thickness (mukoperiosteal) flaps
dan partial-thickness (mukosa) flaps.
b. Berdasarkan penempatan flap setelah operasi.
Flap diklasifikasikan menjadi nondisplaced flaps dan displaced flaps.
c. Berdasarkan manajemen papila.
16
Flap diklasifikasikan menjadi konvensional flap dan papilla
preservation flaps.12
6. Mucogingival surgery
Masalah mukogingiva termasuk resesi gingiva, vestibular dangkal,
luas attached gingiva yang tidak adekuat dan frenulum yang
menyimpang. Istilah mucogingival surgery dikenalkan oleh Friedman,
yakni suatu prosedur bedah yang dirancang untuk melestarikan attached
gingiva, memperbaiki penyimpangan frena atau perlekatan otot dan untuk
meningkatkan kedalaman vestibulum. Istilah ini sekarang diganti dengan
“mucogingival therapy”, dimana mencakup area yang lebih luas, baik non
surgical dan prosedur surgical untuk mengkoreksi defek pada morfologi,
posisi, dan/ jumlah jaringan lunak dan dukungan tulang sekitar bagi gigi
maupun implan.1
17
a. Membran Non-resorbable.
b. Membran Resorbable.4
Kuretase Gingiva.6
Teknik dasar
1. Prosedur kuretase gingival diawali anestesi local
2. Selanjutnya pilih kuret misalnya kuret yang dipilih, Gracey #13-14
untuk permukaan mesial, Gracey #11-12 untuk permukaan distal.
Kuretase juga dapat dilakukan dengan 4R-4L Columbia Universal
kuret.
3. Instrumen dimasukkan ke lapisan dalam dinding poket, dan kemudian
dilakukan pengerokan sepanjang jaringan lunak, biasanya dalam
stroke horizontal. Dinding poket harus didukung oleh tekanan jari
lembut pada permukaan eksternal
4. Kuret tersebut ditempatkan di bawah tepi potongan epitel junctional
untuk merusaknya. Selama kuretase subgingival, jaringan yang ada
antara bawah poket dan puncak alveolar dikeluarkan dengan
gerakanmenyendoki, gerakan kuret pada permukaan gigi. Daerah
yang memerah untuk menghilangkan kotoran, dan sebagian
disesuaikan dengan gigi dengan tekanan jari yang lembut.
18
1. Anestesi: Anestesi lokal yang memadai diberikan pada tempat yang
dipilih.
2. Insisi: Insisi bevel internal diberikan dengan pisau bedah No. 15 atau No.
11, dari margin gingiva ke titik di bawah bagian bawah poket. Tujuannya
adalah untuk memotong bagian dalam dari dinding jaringan lunak poket,
di sekitar gigi.
3. Pengangkatan jaringan: Jaringan yang dipotong dan granulasi dibuang
dengan kuret. Root planing dilakukan setelah itu.
4. Irigasi: Irigasi area dengan saline.
5. Penjahitan: Perkirakan tepi luka dan tempatkan jahitan yang sesuai.
6. Instruksi pascaoperasi diberikan setelahnya.
19
dikerok. Pada area tersebut kemudian harus ditutup dengan semacam kain
kasa antibakteri atau diberikan larutan desinfektan.
20
(Lindhe, J. (2008). Clinical Periodontology and Implant Dentistry 5th
Edition.)
21
3. Dengan rekonturing tulang, kontur "fisiologis" tulang alveolar dapat
dibentuk kembali.
4. Ujung koronal dari bukal dan lingual flap ditempatkan pada puncak
tulang alveolar dan diamankan pada posisi ini dengan jahitan
interdental.
1. Sayatan intracrevicular.
22
(Lindhe, J. (2008). Clinical Periodontology and Implant Dentistry 5th
Edition.)
1. Langkah 1: Ini adalah insisi bevel internal yang di awal dari 0,5
sampai 1 mm dari margin gingiva dan diarahkan ke puncak alveolar.
Sayatan pelepasan vertikal tidak diperlukan (berbeda dengan flap
Widman).
23
(Reddy, S. (2011). Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics 3rd
Edition.)
24
1. Setelah insisi pelepasan vertikal, insisi bevel terbalik dibuat melalui
gingiva dan periosteum untuk memisahkan jaringan inflamasi yang
berdekatan dengan gigi dari flap.
25
(Lindhe, J. (2008). Clinical Periodontology and Implant Dentistry 5th
Edition.)
26
(Lindhe, J. (2008). Clinical Periodontology and Implant Dentistry 5th
Edition.)
4. Flap diganti dan jahitan ditempatkan pada aspek palatal dari area
interdental.
27
(Bathla, S. (2017). Textbook of Periodontics)
2. Langkah II: Insisi pelepasan lateral atau vertikal: Ini dibuat pada sudut
garis mesiofasial dan distofasial dari gigi yang berdekatan. Sayatan
horizontal dibuat di bagian atas papila.
28
(Bathla, S. (2017). Textbook of Periodontics)
29
3. Langkah III: Scaling dan planing: Scaling dan planing dilakukan pada
permukaan akar dengan bantuan kuret.
4. Langkah IV: Penjahitan: Flap kemudian dijahit ke tingkat koronal ke
posisi pretreatment untuk menutupi resesi. Tutupi area tersebut
dengan paket periodontal.
30
(Dibart, S. (2006). Practical Periodontal Plastic Surgery)
8. Dengan 2 tahun setelah operasi, ada cakupan 100% dari permukaan akar.
31
5 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang instruksi bedah periodontal
32
b. Pembengkakan
Pembengkakan adalah hasil dari peradangan di daerah yang
dioperasi. Biasanya muncul dalam 24 jam setelah operasi dan dapat
meningkat selama 24 jam lagi. Biasanya mulai berkurang pada hari
ketiga dan biasanya mereda pada hari keempat pasca operasi.
Pembengkakan yang terus-menerus mungkin disebabkan oleh
peradangan atau pendarahan yang persisten, jadi penghilangan
penyebab peradangan diindikasikan. 11
Aplikasi dingin 11
Kompres es diterapkan selama sekitar 20 menit dan kemudian
diangkat selama 20 menit. Rejimen ini akan diulang selama 6-
8 jam setelah operasi.
Menggunakan rangsangan dingin secara terus menerus lebih
disukai daripada intermiten karena mengaktifkan mekanisme
fisiologis yang melindungi jaringan permukaan dari radang
dingin, menghasilkan peningkatan aliran darah di tempat
operasi.
Aplikasi kompres es intermiten disarankan untuk dihentikan
setelah 8 jam karena aliran darah berkurang tidak diinginkan
lagi dan dapat menggagalkan penyembuhan jaringan dengan
mengganggu respon inflamasi.
Aplikasi moist heat 11
Ecchymosis dapat terjadi di mana mungkin ada perubahan
warna wajah eksternal atau pembengkakan ketika darah bocor
ke jaringan sekitarnya dari pembuluh yang rusak selama
operasi.
Menerapkan moist heat ke jaringan wajah di atas lokasi bedah
dianjurkan setelah 18-24 jam operasi. Jika dilakukan segera,
dapat menyebabkan peningkatan kecenderungan perdarahan
dan pembengkakan.
Ketika ekimosis berkembang, moist heat dapat membantu
meningkatkan pertukaran cairan dan mempercepat resorpsi zat
pewarna dari jaringan hingga seminggu atau lebih setelah
operasi.
Cara terbaik untuk menerapkan moist heat adalah dengan
membasahi handuk katun kecil dengan air keran panas dan
tahan terhadap jaringan wajah selama 30 menit atau sesering
jadwal harian memungkinkan.
33
Setelah setiap 10-15 menit, rendam handuk dengan air panas
lagi. Handuk panas juga dapat dibungkus dengan kantong
plastik dan diletakkan di wajah, dengan bantalan panas listrik
yang menahannya. Ini akan mempertahankan suhu konstan
selama periode aplikasi.
34
dengan saran bahwa narkotika hanya boleh digunakan jika obat non-
narkotika yang diresepkan tidak efektif. 11
Lokken et al. telah menunjukkan bahwa memulai terapi ibuprofen pra-
bedah menunda onset dan mengurangi intensitas nyeri pasca-bedah ke
tingkat yang lebih besar daripada analgesik oral tradisional. 11
35
metabolisme protein, keterlambatan angiogenesis, dan gangguan
kontraksi luka semuanya berkontribusi pada keterlambatan
penyembuhan luka pada pasien malnutrisi berat. Penyembuhan luka
tentu melibatkan penggunaan energi. Akibatnya, status gizi pasien
berdampak. 11
Meskipun protein dapat digunakan sebagai sumber energi, fungsi
utamanya adalah untuk mendorong proliferasi sel dan sintesis protein;
oleh karena itu, menggunakan protein sebagai sumber energi
dianggap berbahaya. Penyembuhan tulang sangat penting dalam
banyak operasi maksilofasial. Protein telah terbukti memainkan peran
penting dalam penurunan sirkulasi limfosit T dan B, serta gangguan
fagositosis neutrofil, adalah penyebab umum. Semua hal di atas dapat
terjadi sebagai akibat dari periode rehabilitasi yang panjang. Ketika
kebutuhan energi pasien meningkat sebagai akibat dari pembedahan,
trauma, atau kondisi medis lainnya, asupan kalori harus meningkat
serta kekuatan perbaikan patah tulang. Pasien malnutrisi juga lebih
rentan terhadap infeksi. Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan cukup
kalori, ia masuk ke katabolisme untuk mendapatkan energi dan
substrat yang dibutuhkan untuk tetap hidup. 11
Untuk mencegah cedera pada tempat yang dioperasi pada hari-hari
awal, pasien harus disarankan untuk hanya makan makanan semi-
padat, diikuti dengan asupan makanan yang cukup. 11
b. Kebersihan mulut
Pemeliharaan kebersihan mulut memainkan peran penting untuk
keberhasilan prosedur periodontal. Instruksi berikut harus diberikan
kepada pasien: Gigi yang tidak terlibat dalam operasi harus disikat
dan menggunakan benang gigi seperti yang diinstruksikan
sebelumnya. Gigi di dalam area yang dioperasi harus disikat dengan
lembut dan menggunakan benang gigi hanya setelah 24 jam. Sedikit
pendarahan diharapkan, tetapi menghilangkan plak penting untuk
meningkatkan penyembuhan. 11
Dalam kasus di mana membran resorbable telah digunakan untuk
GTR atau emdogain untuk mewujudkan regenerasi, pasien disarankan
untuk tidak menyikat atau menggunakan benang gigi di dalam area
yang dioperasi selama beberapa minggu setelah operasi. Untuk
meningkatkan kontrol plak, pasien disarankan untuk menggunakan
obat kumur sebagai berikut: Air garam hangat yaitu setengah sendok
teh per cangkir air hangat dapat digunakan selama dua puluh empat
jam setelah operasi dengan frekuensi 2-3 bilasan setiap hari. Obat
36
kumur yang mengandung klorheksidin biasanya digunakan 24 jam
setelah operasi. Hasil yang diinginkan diperoleh dengan berkumur
selama satu menit dengan satu atau dua sendok makan larutan CHX
0,12-0,20 persen dua kali sehari (pagi dan sore). 11
Kontrol plak pascaoperasi merupakan variabel yang paling penting
dalam menentukan hasil jangka panjang dari pembedahan
periodontal. Asalkan tingkat pengendalian infeksi pasca operasi yang
tepat ditetapkan, sebagian besar teknik perawatan bedah akan
menghasilkan kondisi yang mendukung pemeliharaan periodonsium
yang sehat. Meskipun ada faktor lain yang bersifat lebih umum yang
mempengaruhi hasil pembedahan (misalnya status sistemik pasien
pada saat operasi dan selama penyembuhan), kekambuhan penyakit
merupakan komplikasi yang tak terelakkan, terlepas dari teknik bedah
yang digunakan, pada pasien yang tidak diberikan perawatan pasca
bedah yang tepat. perawatan bedah dan pemeliharaan. 10
Karena kebersihan mulut yang dilakukan sendiri sering dikaitkan
dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan selama fase pasca-bedah
segera, pembersihan gigi profesional yang dilakukan secara teratur
adalah cara yang lebih efektif untuk pengendalian infeksi mekanis
setelah operasi periodontal. Segera setelah operasi, lakukan
pembilasan sendiri dengan bahan antiplak yang sesuai, mis.
pembilasan dua kali sehari dengan larutan klorheksidin 0,1-0,2%,
dianjurkan. Meskipun kerugian yang jelas dengan penggunaan
klorheksidin adalah pewarnaan gigi dan lidah, ini biasanya tidak
menghalangi kepatuhan. Namun demikian, penting untuk kembali ke
dan mempertahankan tindakan kebersihan mulut mekanis yang baik
sesegera mungkin. Hal ini sangat penting karena berkumur dengan
klorheksidin, berbeda dengan kebersihan mulut mekanis yang
dilakukan dengan benar, tidak mungkin memiliki pengaruh pada
rekolonisasi plak di subgingiva.10
c. Hipersensitivitas gigi
Hipersensitivitas akar paling sering disebabkan oleh paparan
permukaan akar ke lingkungan mulut sebagai akibat dari resesi atau
instrumen permukaan akar. Prosedur scaling dan root planning dapat
menghilangkan 20-50 mikrometer sementum, sehingga membuat
tubulus dentin terbuka terhadap rangsangan eksternal. Telah
ditunjukkan bahwa operasi flap dengan reduksi tulang berakhir pada
tingkat ketidaknyamanan tertinggi dengan paparan tulang yang dapat
menyebabkan hipersensitivitas dentin. 11
37
Dalam kasus seperti itu, yakinkan pasien bahwa ini adalah efek
samping standar yang terkait dengan karakter bedah periodontal,
terutama bedah pengurangan poket. Dorong pasien untuk
menggunakan agen desensitisasi, seperti pasta gigi yang mengandung
kalium nitrat (misalnya, Sensodyne®) atau arginin dan kalsium
karbonat (misalnya, Colgate® Sensitive Pro-Relief™).
Pertimbangkan untuk menerapkan pernis fluoride atau sealer tubulus
dentin (misalnya, Super Seal®) untuk membantu mengurangi gejala,
jika hipersensitivitas dentin tidak hilang setelah 1-2 bulan. Jadwalkan
kunjungan bulanan sampai peningkatan yang signifikan sering
terlihat. 11
d. Periodontal dressing
Pembalut bedah periodontal digunakan untuk menjaga lokasi
pembedahan dan membuat pasien tetap nyaman. Pembalut biasanya
mengeras selama beberapa jam. Dalam kebanyakan kasus, balutan
dibiarkan di dalam mulut selama 7-14 hari untuk kenyamanan pasien
dan untuk melindungi area yang dioperasi dari trauma atau iritasi. 11
Jika pembalut periodontal digunakan, pasien harus diberitahu
tentang fungsi pelindungnya dan didesak untuk menjaganya agar
tidak rusak. Di area mulut yang tidak terpengaruh oleh operasi, pasien
disarankan untuk mengikuti praktik kebersihan mulut yang normal.
Menyikat gigi disarankan hanya pada permukaan gigi yang digigit di
tempat-tempat di mana ada pembalut. 11
e. Olahraga
Untuk pasien yang sehat, pembatasan aktivitas hanya memerlukan
perubahan kecil dalam tingkat aktivitas sehari-hari. Selama 1-2 hari
pertama setelah operasi, hindari aktivitas apa pun yang secara
signifikan meningkatkan tekanan darah, seperti joging atau olahraga
berat apa pun. 11
Hal ini untuk mencegah penggumpalan intravaskular pada
pembuluh darah yang terputus akibat peningkatan tekanan hidrostatik.
Pada hari ketiga setelah operasi, perlahan-lahan kembali ke tingkat
latihan berat rutin pasien akan dimulai, dengan normal kembali dalam
waktu satu minggu. Pasien yang secara medis terganggu atau yang
lanjut usia mungkin perlu membatasi aktivitas mereka untuk jangka
waktu yang lebih lama: Pasien harus diminta untuk mengunyah pada
sisi yang tidak dioperasi jika pembedahan dilakukan pada satu
kuadran. Sehingga tidak terjadi cedera di lokasi yang dioperasikan.
Pasien harus disarankan untuk tidak minum minuman berkarbonasi
38
setelah operasi karena dapat menghambat proses penyembuhan
dengan mengganggu pembentukan gumpalan. Hindari minum jus atau
minuman lain dengan menggunakan sedotan. Pasien harus disarankan
untuk menghentikan semua kebiasaan seperti merokok dan
mengunyah tembakau setelah prosedur pembedahan karena dapat
menunda penyembuhan di tempat pembedahan. 11
Tinjauan Kunjungan
Ini adalah praktik yang baik untuk meninjau semua pasien bedah selambat-
lambatnya satu minggu setelah operasi. Pada saat ini semua pembalut dan
jahitan periodontal dapat dilepas. Dimana penyembuhan terjadi dengan niat
utama, jahitan dapat dilepas sedini 48 jam tetapi tidak lebih dari empat sampai
lima hari. Setelah waktu ini jahitan hanya berfungsi sebagai iritasi pada
jaringan (Selvig dan Torabinejad, 1996). Jahitan harus diseka dengan obat
kumur klorheksidin sebelum dilepas untuk menghindari kontaminasi saluran
jahitan dengan bakteri, yang dapat menyebabkan berkembangnya abses
jahitan. 2
39
A. Komplikasi umum yang terjadi setelah operasi periodontal
- Infeksi pasca operasi
Mikroorganisme oral pada luka adalah salah satu penyebab infeksi.
Proses penyembuhan luka dapat terganggu oleh mikroorganisme
patologis yang menghasilkan racun serta menurunkan respon imun
dan menghambat pembentukan kolagen. Hal ini dapat dicegah dengan
pemberian antibiotik profilaksis seperti amoksisilin.18
- Pendarahan
Setelah prosedur bedah periodontal, pendarahan yang terjadi berkisar
dari kebocoran kecil atau mengalir di tempat hingga pendarahan yang
luas di area operasi. Pendarahan pasca operasi selalu bervariasi.
Pendarahan pada 12 jam pertama setelah pembedahan masih dianggap
normal. Namun, pendarahan yang persisten dapat berpengaruh pada
proses penyembuhan luka. Pendarahan pada pasien bedah dapat
diklasifikasikan menjadi:
Pendarahan primer, merupakan pendarahan yang terjadi pada saat
operasi yaitu selama periode intraoperatif. Pendarahan ini
sebagian besar teratasi selama operasi.
Pendarahan reaksioner, terjadi 2-3 jam setelah operasi karena
hilangnya efek vasokonstriktor dibawah anestesi.
Pendarahan sekunder, terjadi hingga 2 minggu setelah operasi
yang terjadi akibat infeksi. Pendarahan sekunder sering
disebabkan oleh erosi pembuluh darah dari penyebaran infeksi
karena luka yang terkontaminasi.
Dalam kasus pendarahan ringan, dapat ditangani dengan menekankan
kompres selama 15-20 menit. Apabila pendarahan persisten, maka
agen hemostatik seperti gelfoam atau kolagen microfibrillar dapat
digunakan.15,18
- Pembengkakan
Bengkak merupakan reaksi tubuh akibat peradangan. Normalnya,
pembengkakan diharapkan ada dan terlihat lebih jelas beberapa hari
setelah operasi dan akan mencapai maksimum dalam 2-3 hari pasca
operasi. Pembengkakan yang diharapkan biasanya sebanding dengan
luas dan durasi operasi. Pembengkakan akan mereda dalam 4-5 hari
dalam kasus apabila tidak digunakan antibiotik, kortikosteroid, dan
lain-lain. Namun, apabila bengkak terus berlanjut maka kemungkinan
akan mengganggu penyembuhan luka. Pemberian antibiotik dan
steroid dianjurkan untuk pra atau pasca operasi untuk mencegah
pembengkakan yang dapat mengganggu proses penyembuhan.15,18
40
- Pembentukan bekas luka
Pembentukan bekas luka atau biasa dikenal juga dengan fibrosis
sangat bervariasi tergantung pada situs anatomi. Sebagian besar luka
oral tidak menyebabkan bekas luka yang serius. Namun, fibrosis dapat
terjadi ketika tulang yang menopang dasar luka tidak sehat. Selain itu,
inflamasi persisten dapat menyebabkan penyembuhan luka tertunda
dan menyebabkan fibrosis.18
- Nyeri post-operatif
Nyeri pasca operasi yang dialami dalam 3 hari pertama setelah operasi
dianggap normal dan akan semakin berkurang selama fase
penyembuhan. Nyeri pasca operasi dapat terjadi akibat prosedur
pembedahan yang ekstensif dan lama, penanganan jaringan yang
buruk (termasuk insisi dengan instrumen yang tumpul, trauma
jaringan dan anestesi lokal yang buruk), pengetahuan yang buruk
tentang anatomi bedah yang dapat meningkatkan risiko komplikasi
seperti cedera saraf. Obat-obatan tertentu seperti obat anti-inflamasi
non-steroid (NSAID) dapat digunakan untuk menghilangkan rasa
sakit.18
- Hipersensitivitas akar
Hipersensitivitas akar dianggap normal pasca bedah periodontal
karena akan berkurang secara bertahap dalam jangka waktu 2 minggu.
Perawatan bedah periodontal biasanya melibatkan debridemen
permukaan akar dan resesi jaringan lunak pasca operasi akan lebih
mengekspos tubulus dentin sehingga menyebabkan hipersensitivitas
akar. Meskipun hipersensitivitas akan menurun sekitar 2 minggu,
hipersensitivitas akar dapat dikurangi dengan menggunakan agen
desensitisasi seperti sodium fluoride, stannous fluoride, dan lain-
lain.15
- Peningkatan mobilitas gigi
Kondisi ini dapat terjadi karena prosedur eksisi terutama dengan
retraksi flap dan pengangkatan jaringan interdental. Perlekatan ulang
awal terutama 10-14 hari setelah operasi dapat menjadi penyebab
mobilitas sementara yang diikuti dengan pembaruan perlekatan
gingiva ke tulang yang biasanya memerlukan waktu 30-45 hari.
Apabila setelah 30-45 hari mobilitas tetap terjadi, maka perlu
diidentifikasi faktor etiologi mobilitas dan dikoreksi dengan
penyesuaian oklusal kemudian dilakukan splinting untuk
menstabilkan gigi.15
- Trismus
41
Trismus pasca bedah periodontal dapat terjadi karena trauma, infeksi,
penempatan jarum yang tidak akurat, dan lain-lain. Untuk mengurangi
trismus dapat dilakukan dengan terapi panas, diet lunak, dan
penggunaan relaksan otot. Rasa sakit dapat diatasi dengan
memberikan obat analgesik.15
- Sensitivitas terhadap perkusi
Sensitivitas terhadap perkusi dapat terjadi karena perluasan inflamasi
ke ligamen periodontal. pada kasus seperti ini, pack periodontal harus
dilepas dan gingiva harus diperiksa untuk mengetahui area infeksi
atau iritasi yang terlokalisir. Sensitivitas terhadap perkusi juga dapat
disebabkan oleh pack periodontal yang berlebihan dan mengganggu
oklusi sehingga harus dilakukan pengurangan untuk memperbaiki
kondisi ini.14
42
longgar maka dapat menyebabkan terbukanya membran GTR atau
perpindahan cangkok. Sedangkan jika jahitan terlalu kuat maka dapat
menyebabkan devitalisasi jaringan. Komplikasi terkait jahitan dapat
dihindari dengan memilih jenis bahan jahitan yang tepat dan
penempatan jahitan dengan teknik yang tepat.15
- Komplikasi terkait periodontal pack
Komplikasi yang paling sering ditemui dari periodontal pack adalah
alergi pack/dressing dengan bahan eugenol. Baer dan Wertheimer
(1961) dalam menelitiannya menunjukkan bahwa periodontal
dressing dapat menyebabkan infiltrasi inflamasi yang lebih besar pada
tulang dan reaksi inflamasi yang lebih besar ketika dressing
ditempatkan langsung pada tulang dibandingkan dengan penempatan
dressing pada periosteum.15
- Abses pasca bedah periodontal
Ketika abses terjadi segera setelah bedah periodontal, biasanya hal ini
disebabkan akibat pengangkatan kalkulus subgingiva yang tidak
memadai atau karena adanya benda asing pada jaringan periodontal
seperti jahitan, perangkat regeneratif, atau pack periodontal. 9
43
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bedah periodontal bertujuan untuk pembersihan/debridemen akar dengan
penglihatan langsung atau aksesibilitas instrumen ke permukaan akar, mengurangi
atau menghapus area retensi plak yang memicu infeksi (terutama poket
periodontal), menghilangkan peradangan, memperbaiki karakteristik morfologi
gingiva dan tulang alveolar abnormal yang mengganggu kontrol plak, serta untuk
peningkatan estetik. Bedah periodontal diindikasikan pada area dengan kontur
tulang yang irregular, pocket pada gigi yang secara klinis untuk menghilangkan
iritasi akar secara menyeluruh yang memerlukan pembedahan, inflamasi persisten
di daerah dengan pocket yang sedang hingga dalam mungkin memerlukan
pendekatan bedah. Untuk kontraindikasinya pasien dengan penyakit
kardiovaskular (hipertensi yang tidak terkontrol, Angina Pectoris, Myocardial
Infraction, terapi koagulan, Rheumatic Endocarditis, lesi jantung kongenital, dan
heart vascular implants) dan lain-lain. Bedah periodontal sendiri terdapat beberapa
macam yaitu Kuretase gingiva, Gingivektomi, Gingivoplasti, Osseous surgery,
Periodontal flap, Mucogingival surgery, Guided Tissue Regeneration (GTR).
Instruksi pasca operasi merupakan langkah penting dalam mencapai hasil
pascaoperasi yang diinginkan. Pasien yang tidak memahami instruksi pascaoperasi
yang benar atau yang mengabaikannya berisiko mengalami konsekuensi yang tidak
menyenangkan. Penting bagi pasien untuk mengikuti semua instruksi pasca operasi
untuk meminimalkan risiko komplikasi. Komplikasi pasca operasi yang terjadi
setelah operasi periodontal dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu komplikasi
umum yang terjadi setelah operasi periodontal seperti infeksi pasca operasi,
pendarahan, pembengkakan, pembetntukan bekas luka, hipersensitivitas akar,
peningkatan mobilitas gigi dll. Adapun komplikasi yang terjadi akibat prosedur
pembedahan yang dilakukan terkait anastesi lokal, komplikasi terkait flap,
komplikasi terhadap suturing, komplikasi terkait periodontal pack dan abses pasca
bedah.
3.2 Saran
Dengan disusunnya laporan ini, diharapkan pembaca dapat mengerti dan
memahami mengenai bedah periodontal. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pihak. Dalam laporan ini kami memohon maaf jika terdapat tulisan atau
bahasa kami yang kurang berkenan. Dengan demikian kami mengharapkan kritik
dan saran atas laporan kami agar dapat membangun dan memotivasi sehingga bisa
membuat laporan lebih baik lagi.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
15. Suchetha A., Tanwar, E., Darshan BM., Apoorva SM., dan Bhat, D. (2018). Post-
operative Complication After Periodontal Surgery. International Journal of
Applied Dental Sciences, 4(4): 152-156.
16. Wagle, S. V., et al. (2021). Guided Tissue Regeneration. Journal of Oral Research
and Review, Vol. 13, No.1.
https://www.researchgate.net/publication/349294846_Guided_tissue_regeneratio
n
17. Wolf, H. F., et al. (2004). Color Atlas of Dental Medicine Periodontology. New
York: Thieme.
18. Young-Dan cho, Kyoung-Hwa Kim, Yong-Moo Lee, Young Ku dan Yang-Jo
Seol. (2021). Periodontal Wound Healing and Tissue Regeneration: A Narrative
Review. Journal Pharmaceuticals, 14(456). Peeran, S. W., Ramalingam, K.
(2021). Essentials of Periodontics & Oral Implantology. India: Saranraj JPC
Publication.
46