MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING :
Ns.DAUFI SAPUTRA, S.Kep
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Komunikasi Terapeutik Pada pasien marah-marah, komplain dan juga rewel ”. Makalah ini
kami susun dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan maksimal. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap
makalah “komunikasi teurapeutik pada pasien marah-marah, komplain dan juga rewel ” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi komunikasi terapeutik dalam keperawatan.
2. Mengetahui definisi marah, komplain, dan rewel dalam keperawatan.
3. Mengetahui penyebab pasien menjadi marah, komplain, dan rewel
4. dalam keperawatan
5. Mengetahui tingkat marah pada pasien..
6. Mengetahui sikap dan cara meredam kemarahan, komplain, dan rewel
7. pada pasien melalui komunikasi terapeutik.
8. Mengetahui teknik komunikasi terapeutik yang dapat mengatasi
9. kemarahan, komplain, dan rewel pada pasien.
10. Memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan Dua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Komunikasi yang dinilai dalam penelitian
ini adalah komunikasi yang menggunakan tahapan komunikasi teraupetik yang dilakukan
perawat di Rawat jalan yaitu: a) Tahapan pre interaksi yang merupakan tahap mengenali
kemampuan yang dimiliki sebelum kontak dengan pasien; b) Tahap orientasi merupakan
tahap perawat mengenali yang dirasakan oleh pasien; c) Tahap kerja merupakan hal paling
utama untuk mencapai suatu tujuan; d) Tahap terminasi merupakan tahap akhir dari
pertemuan, tahap ini perawat menciptakan realita perpisahan, mengevaluasi hasil tindakan
yang dilakukan dan merencanakan kontak tindak lanjut.
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan
individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan
publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok
kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada
tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara
terapeutik.
2. Sarkasme
Karakteristik yang dimunculkan adalah melontarkan sindiran yang
menyakitkan, mengeraskan suara dan sikap yang dapat membuat orang lain
tidak suka.
3. Kemarahan dingin
Biasanya ditandai dengan menjauhkan diri dengan orang lain selama beberapa
waktu, menjaga jarak, menolak menunjukkan apa yang menjadi masalah dan
cenderung menghindari pembicaraan yang emosional.
4. Permusuhan
Menunjukkan suatu gejolak perasaan; meninggikan volume suara;
menunjukkan tanda-tanda frustasi dan kekesalan pada orang lain.
5. Agresif
Suara yang meninggi, melontarkan kata-kata keras dan atau menghina,
memiliki pikiran atau gambaran mental untuk menyakiti orang lain dan
menumpahkan kemarahan dengan menyentuh, mendorong, menghadang atau
memukul.
2.5 Sikap Dan Cara Meredam Kemarahan, Komplain, Dan Rewel Pada Pasien Melalui
Komunikasi Terapeutik
Tantangan bagi penyedia layanan kesehatan adalah bagaimana menangkap dan menggunakan
informasi untuk secara produktif meningkatkan kualitas, keamanan dan aksesibilitas sistem
perawatan, keluhan dan komentar lain dari konsumen merupakan alat belajar yang berharga.
Keluhan atau komplain dari pelanggan harus diterima oleh suatu perusahaan, tidak terkecuali
rumahsakit baik itu kepemilikan pemerintah maupun swasta.
Dengan adanya keluhan maka rumah sakit dapat terus melakukan perbaikan terhadap
pelayanan yang diberikan. Besar atau kecilnya suatu keluhan apabila tidak dikelola dengan
cepat, tepat dan akurat akan berdampak pada citra sebuah rumah sakit.Menangani keluhan
dapat menjadi upaya efektif dalam menyelesaikan masalah sebelum menjadi lebih buruk.
Penanganan keluahn merupakan umpan balik untuk meningkatkan pelayanan rumahsakit, jika
hal tersebut tidak ditangani oleh rumahsakit dapat berakibat berkurangnya kunjungan dan
kepercayaan pasien. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen komplain yang baik dalam hal
menerima, mengelola, memutuskan, memecahkan serta mencari sarana penyelesaian kasus
komplain pasien dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan mutu dan citra dari
rumahsakit.
Keluhan atau komplain pelayanan adalah ekspresi perasaan keidakpuasan atas standar
pelayanan, tindakan atau tidak adanya tindakan pemberi pelayanan yang berpengaruh
terhadap pelanggan. Prosesnya berawal dari konsumen merasakan ketidakpuasan setelah
menerima pelayanan atau melakukan transaksi. Salah satu yang menjadi penyebab terjadinya
komplain. Pada dasarnya pelanggan yang mengeluh karena merasa tidak puas ada beberapa
penyebabnya.
Menurut Soeharto A. Majid (2009:149) banyak hal yang dapat menimbulkan terjadi keluhan
dari klien, seperti :
a. Pelayanan yang diharapkan dari kita tidak seperti yang mereka harapkan
b. Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menunggu tanpa penjelasan
c. Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak ada yang mau mendengarkan
d. Tidak ada yang mau bertanggung jawab terhadap suatu kesalahan
e. Adanya kegagalan dalam komunikasi, dll.
Selain itu marah dapat terjadi khususnya ketika perasaan seseorang akibat pengalaman yang
tidak memuaskan atau mengganggu. Luapan tersebut akibat tekanan yang terlampau besar.
Kemarahan dalam bentuk komplain atau keluhan bisa disampaikan langsung pada pihak
terkait, tapi bisa juga disampaikan pada pihak-pihak luar.
Komplain atau keluhan adalah saran dan masukan berupa kritikan dan atau keberatan yang
disampaikan secara lisan ataupun tertulis dari pihak eksternal maupun internal rumah sakit
mengenai kinerja yang dihasilkan oleh rumah sakit/perusahaan. Pasien yang marah/komplain
umumnya dianggap menyebalkan karena berimplikasi pada penumpukan pekerjaan dan
menghabiskan waktu.
Tapi bila disikapi secara benar, akan menjadi hal yang menyenangkan dan menguntungkan.
klien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena kebutuhan, gagasan, dan
pengharapan mereka tidak terpenuhi. Karena itu kunci utama meredam kemarahan mereka
adalah dengan berusaha memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka.
Klien/costumer yang marah biasanya ingin: Didengar, Dimengerti, Dihormati, Diberi
permintaan maaf, Diberi penjelasan Ada tindakan perbaikan dalam waktu yang tepat. Maka
dari itu diperlukannya strategi meredam kemarahan pasien, yaitu :
1. Dengarkan dan biarkan klien melepaskan kemarahannya.
Perlu di pahami bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan perasaan dan
emosi, emosi selalu menutupi maksud klien yang sesungguhnya. Dengarkan
dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi klien yang lelah, gelisa,
sakit, khawatirakan vonis dokter, dll. Tatap mata klien dan focus, hal yang
merintangi konsentrasi kita pada klien (telepon, tamu lain,dll) Ulangi setiap
fakta yang dikemukakan klien, sebagai tanda kita benar-benar mendengarkan
mereka.
4. Kemarahan costumer
Gunakan kata-kata seperti “Saya mengerti kalau ibu menjadi marah. Ibu benar,
kalau saya jadi ibu mungkin saya juga akan marah. Saya berjanji hal seperti ini
tidak akan terjadi lagi di kemudian hari”.
5. Permohonan maaf
Dalam rangka meredamkan marah kita harus meminta maafapapun yang
terjadi Permohonan maaf dapat disampaikan tanpa harus mengakui kesalahan,
karena sering kali terjadi kesalahan justru ada pada customer/klien yang belum
memahami peraturan Misalnya : “saya mohon maaf atas kesalahpahaman ini,
atau saya mohon maaf atas kesulitan yang telah ibu alami”.
6. Perlihatkan empati
Perlu dipahami perbedaan antara Simpati: Berhenti pada rasa kasihan. saya
simpati dengan korban bencana alam, Empati memahami masalah
klien/customer dan berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaiki. Pahami
persepsi klien/customer dan tempatkan pada posisi klien.
Penanganan keluhan yang efektif memiliki dua kata kunci yaitu kecepatan penanganan atas
keluhan dan penyelesaian keluhan. Barlow & Moller (1996) menambahkan beberapa langkah
yang dilakukan oleh pelaksana penanganan keluhan agar Complain Handling tersebut efektif,
yaitu :
1. Mengucapkan terima kasih
2. Menjelaskan betapa kita menghargai keluhannya
3. Meminta maaf untuk kesaahan yang kita perbuat
4. Berjanji untuk melakukan sesuatu terhafap keluhan atau masalah tersebut
secepatnya
5. Menanyakan mengenai informasi yang diperlukan
6. Mengoreksi kepuasan pasien
7. Memeriksa kepuasan pasien
8. Mencegah kesalahan yang akan datang
2.6 Teknik Komunikasi Terapeutik yang Dapat Mengatasi Kemarahan, Komplain dan
Rewel Pada Pasien
2.6.1 Teknik Komunikasi Pada Pasien Marah
Teknik berkomunikasi terapeutik untuk mengatasi klien marah Ruang konsultasi bisa jadi
selalu penuh dengan emosi, khususnya dari pasien. Ketika pasien tidak bisa mengontrol
emosi, dokter dan perawat terkadang perlu mengatasinyadengan komunikasi terapeutik.
Berikut beberapa cara bagaimana bisa menangani pasien atau anggota keluarga pasien yang
marah:
1. Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam
Ketika menghadapi orang sakit, Anda mungkin akan menemukan berbagai
reaksi emosi. Sesaat setelah mulai bekerja, Anda perlu mempersiapkan diri
untuk menghadapi ketidaknyamanan yang mungkin muncul. Anda juga perlu
mengidentifikasi kapan sesuatu akan berubah menjadi buruk, berdasarkan
bahasa tubuh pasien.
2. Tunjukkan empati
Ketika ada pasien marah, cara terbaik menghadapinya adalah mendengarkan
dan menunjukkan empati dari pada ikut berdebat dan berargumen. Sulit
mengetahui akar penyebab kemarahan, bisa jadi karena mereka sedang
kesakitan, ketakutan, atau hal lain. Dokter perlu tetap sabar dan mendengarkan
keluhan pasien mereka, meskipun kadang tidak masuk akal. Agar bisa
melakukannya, cobalah posisikan diri Anda di posisi mereka dan rasakan sakit
yang mereka rasakan. Anda mungkin tidak perlu menghiraukan ketika mereka
mengeluarkan kata-kata kasar ke diri Anda.
5. Hiburlah mereka
Jika Anda telah berusaha meredakan amarah pasien dan tidak berhasil, biarkan
saja pasien marah. Tidak ada orang yang sempurna, dan jika pasien
inginmarah, biarkan mereka sedikit marah, karena Anda tahu Anda telah
memberi yang terbaik dan Anda tahu tidak Ada lagi yang bisa.Anda lakukan.
Ingatlah untuk tetap tenang dan berusaha menghibur mereka, dan sampaikan
bahwa Anda memahami perasaan mereka. Biarkan keberuntungan,
pelampiasan, dan waktu akan menyelesaikannya.
DAFTAR ISI
Barlow, J., & Moller, C. (1996). A Complain is a Gift. San Francisco: Berret-
Koehler.
Heny Siswanti, S. (2017). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan
Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah yang Dirawat di RS
Sultan Hadirin Kabupaten Jepara. VIII(2), 84-88.
Kaihatu, T., Baengs, A., & Indrianto, A. (2015). Manajemen Komplain.
Yogyakarta: Andi Offset.
KBBI. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Mustafidah, A. (2014). Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Emosi Marah.
, 16-17.
Susanti, R., Husni, D., & Fitriyani, E. (2014, Desember). Perasaan Terluka
Membuat Marah. Jurnal Psikologi, X (2), 103-109.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320382-S-Nurul%20Afriani.pdf (diakses pada
tanggal 2 November pukul 10.00 WIB)
http://rsjd-surakarta.jatengprov.go.id/spo-penanganan-keluhansaran-
masukanmelalui-customer-service/ (diakses pada tanggal 2 November
pukul 10.00 WIB)
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25629/1/RAAFIKA%20
WULANDARI%20-%20fkik.pdf (diakses pada tanggal 2 November pukul
10.00 WIB)
https://www.academia.edu/6036410/Panduan_komunikasi_pelayanan_RSA_2006
(diakses pada tanggal 2 November pukul 10.00 WIB)