Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`an adalah mukjizat abadi, yang diturunkan kepada Rasulullah .sebagaihidayah bagi manusia dan
pembeda antara yang hak dan batil. Di samping itu al-Qur`anditurunkan oleh Allah SWT dalam bahasa
Arab yang sangat tinggi susunan bahasanya dankeindahan balaghah nya. Bangsa Arab sejak dahulu
mempunyai lahjah (dialek) yang beragamantara satu kabilah dan kabilah yang lain, baik dari segi
intonasi, bunyi maupun hurufnya,namun bahasa Quraisy mempunyai kelebihan dan keistimewaan
tersendiri, ia lebih tinggi dari pada bahasa dan dialek yang lain. Al-Qur`an adalah firman Allah S.W.T yang
diturunkankepada Rasulullah SAW dengan perantara malaikat Jibril diberikan kedalam kalbu
(hati)Rasulullah SAW dengan menggunakan bahasa Arab, menjadi hujjah serta merupakan ibadah bagi
yang membacanya. Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan manusia.Kebudayaan
adalah hasil ciptaan budi daya untuk manusia itu sendiri. Masyarakat tumbuholeh kebudayaan, tidak
mungkin ada kebudayaan tanpa masyarakat melahirkan kebudayaansendiri.

Kesenian sebagai penjelmaan rasa keindahan pada umumnya adalah untuk kesejahteraan hidup. Rasa
itu disusun dan dinyatakan oleh pikiran dan perasaan sehingga iamenjadi bentuk yang dapat disalurkan
dan dimiliki. Intisari kesenian adalah menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Berdasarkan
ajaran agama bahwa membaca al-Qur`andengan seni baca, penuh keindahan suara adalah dalam rangka
ibadah dan da’wah. Karenalagu yang indah sesuai dengan kaidah kaidah SBA (Seni Baca Al-Qur`an)
dapatmengantarkan suatu bacaan lebih meresap ke dalam hati sanubari pembacanya maupun
pendengarnya.

Tujuan dari Rasulullah SAW membaca al-Qur`an dengan memakai laguadalah untuk mencontohkan
kepada umat Islam agar mau belajar dan tertarik untuk membacaal-Qur`an. Dengan demikian
melagukan bacaan ayat suci al-Qur`an adalah seni baca yangtinggi nilainya dalam ajaran agama Islam.
Dikalangan sahabat sendiri dan juga qari’kenamaan yang disayang Nabi SAW seperti : Abdullah bin
Mas’ud dan juga Abu Musa Al-Asy’ari ketika membaca al-Qur`an juga sering dilagukan. Dengan demikian
menunjukkan bahwa zaman Nabi dan sahabat, membaca al-Qur`an dengan lagu yang merdu sudah
ada.Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju sebenarnyamasyarakat
masih bisa belajar tilawah melalui media elektronik (MP3, VCD, dan lain lain),tetapi kenyataannya masih
ada mahasiswa belajar tilawah Qur`an, padahal belajar tilawah al-Qur`an tidak wajib hukumnya.

B.Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan Nagham Al-Qur’an?

2.Bagaimana Sejarah dan Perkembangannya Nagham Al-Qur’an ?

3.Bagaimana macam–macam Lagu / Irama dalam Al-Qur’an ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Lagu (nagham)

Lagu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ragam suara yang berirama baikketika bercakap,
bernyanyi ataupun berbicara. Lagu terdiri dari berbagai macam suara danirama nada. Di samping itu
irama juga memberi corak tertentu kepada suatu lagu. Setiap panjang-pendek dan tinggi-rendahnya
nada-nada ditentukan oleh lagu. Lagu Al-Quran adalah berbagai variasi nada dan irama yang diterapkan
ketika membaca ayat Al-Quran. Adapundalam melagukan Al-Quran diperkenankan untuk tetap
memperhatikan dan mengikuti kaidahtartil yang tertuang dalam disiplin ilmu Tajwīd. Memperindah
lantunan bacaan Al-Quranmerupakan ibadah serta sebagai sarana dakwah dan syiar Islam. Lantunan Al-
Quran dengansentuhan seni mampu menyejukkan dan menggetarkan hati para pendengarnya.
Senimembaca Al-Quran merupakan memperindah bacaan Al-Quran dengan sentuhan irama lagusesuai
dengan hukum Tajwīd yang berlaku. Melalui sentuhan lagu ketika membaca Al-Qurandapat membuat
pembaca dan pendengar semakin menikmati keindahan seni. Lagu Al-Quranharus disesuaikan dengan
hukum dan aturan yang terdapat pada ilmu Tajwīd. Membaca Al-Quran dengan tanpa disertai hukum
tajwid sangat tidak diperkenankan. Istilah seni membacaAl-Quran di Indonesia dikenal dengan ilmu
Nagham Al-Quran. Kata Nagham ‫ نغم‬berasal dari bahasa Arab yang berarti irama atau lagu. Adapun
istilah lain yang semakna dengan Naghamyakni sebagai berikut :

1. Tarannum ‫ترنم‬
Menurut Aḥmad bin Faris dalam Mu'jam Maqāyis al-Lugah, pengertian Tarannum ialah (melagukan
suara).

َ‫ يقل ترمن إذا رم جع صوتته‬.‫رنم( الراء والنون والميم أ تصي لل صحيح في الصوات‬

“Huruf (Ra’ Nun-Mim)

Merupakan akar kata yang asli dari kalimat Tarannum, hal ini digunakan untuk menunjukkan makna
melagukan suara dan melenggokkan suara." Tarannum ialah melagukan Qasidah dengan menggunakan
alat musik. Sehingga Tarannum banyak terkait dengan not balok. Berbeda dengan penyebutan
Tarannum di Malaysia yang dikaitkan dengan tilawah Al-Quran. Istilah Tarannum Al-Quran sama dengan
penyebutan Nagham Al-Quran di Indonesia yakni melagukan Al-Quran.

2. At-Taganni
Kata At-Tagannῑ diambil dari “al-Gina", yaitu lagu yang bisa membuat hati riang gembira atau
menyenangkan hati. Menurut Abū Al-‘Abbas sebagaimana yang dikutip oleh Lubaib Sa’ῑd dalam kitabnya
“at-Taganni bi Al-Qur’an” mengatakan bahwa lagu (gina’) dinamakan demikian, karena pelakunya
memang kaya dan tidak bertujuan mencapai popularitas.

‫َ ويفر‬،‫َ لنهَ يستغنى بهَ صاحأبهَ عن كثير من الحأاديث‬،‫ ويقال إن الغناء إنما سمى غناء‬:‫وقال أبو العباس‬

‫َ ويؤثره عليها‬،‫إليهَ منها‬


Ketika melagukan sesuatu, seorang harus mengetahui situasi dan kondisinya. Lagu yang menggelorakan
semangat juang dapat diterapkan saat situasi perang, begitu juga dengan lagu yang sendu dapat
diterapkan pada saat ada berita duka, atau teringat kepada kampung halaman. Adapun jika situasinya
riang gembira, lagu yang cocok adalah yang lagu yang mempunyai nada riang, dan seterusnya.

3. Talḥin ‫تلحن‬
Kata Talḥin atau al-Laḥn berasal dari kata ‫ لحن‬yakni suara yang diperdengarkan. Jamaknya ialah ‫ الحان‬dan
‫ اللحون‬yaitu melagukan bacaan dengan

mendengungkan atau meninggikan di dalam bacaannya Sajaqli Zadah yang dikutip oleh Labib

Sa’id dalam kitab At-Tagannῑ Bi Al-Qur`ān, kata al-Laḥn memiliki dua arti yakni;
a. Al-Khaṭa` fῑ Al-Qur`ān yakni kesalahan dalam membaca Al-Quran. Istilah ini banyak digunakan dalam
MTQ di Indonesia seperti Laḥn Jālῑ yakni kesalahan besar yang disebabkan dapat merubah makna, Laḥn
Khāfῑ yakni kesalahan ringan yang terdapat pada hukum-hukum huruf.
b. At-Taganni Bi Al-Quran yakni suara yang bagus, merdu yang menyenangkan, menghibur dan mampu
menggetarkan hati. Pemaknaan Talḥin terkadang terkait dengan not balok sehingga sering juga
digunakan untuk selain Al-Quran, seperti Nasyid dan Qashidah.

4. Taṭrῑb ‫ريب‬CCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCCC‫تط‬
Kata ini diambil dari "aṭ-Ṭarb", yaitu senang, kegembiraan, bersenandung, mendendangkan dan
melagukan Al-Quran sehingga membaca mad bukan pada tempatnya atau menambahnya. Ibnu Manẓur
mengartikan ‫ريب‬CCC‫ تط‬yakni berasal dari kata ‫رب‬CCC‫ ط‬ialah mengembangkan, memanjangkan, dan
memperindah suara. Adapun Ibn Faris dalam “Mu’jam Maqāyis” mengatakan bahwa akar kata yang
terdiri dari :

ُ ‫ )ةخففةّ أت‬: arti mempunyai’ Ba’-Ra’-Ṭagembira pada


riang perasaan (‫يره‬CC‫صيب ال رر أج تل من شدةة سرور أو غ‬
seseorang). Akar kata ‫ طرب‬tersebut juga memiliki arti َ، َ‫ صوته في ررب وط‬.(suara memanjangkan (‫) إذا مرده‬

B. Macam-macam Lagu Al-Quran

Menurut Khadijah Ṣhalihah jenis aliran lagu Al-Quran memiliki dua macam. Hal ini dapat dilihat dari
sejarah timbul, tumbuh dan berkembangnya lagu-lagu Al-Quran, di antaranya:

1. Lagu Makkawi yakni lagu-lagu yang tumbuh dan berkembang di sekitar Jazirah Arab bagian Timur dan
di Makkah. Lantunan lagunya menggambarkan suasana dan dialek bahasa lingkungan tersebut. Pada
periode terdahulu para Qori Indonesia sering melantunkan lagu Makkawy saat membaca Al-Quran.
Adapun nama-nama lagu Makkawi tersebut yakni Hijaz, Mayya, Raqby, Banjaka dan lain-lain.
2. Lagu Miṣri yakni lagu-lagu Arab model Mesir yang tumbuh dan berkembang pesat di lembah sungai
Nil. Lagu model Mesir tersebut syahdu didengar dan terasa begitu lembut. Perkembangan lagu model
Mesir ini sangat pesat di seluruh dunia Islam, termasuk Indonesia. Hal ini terbukti pada tahun 2006
hampir 99% masyarakat di Indonesia melantunkan lagu model Mesir saat membaca Al-Quran. Para Qari
dan Qariah Indonesia melantunkan ayat Al-Quran dengan menggunakan maqam al-Arabiah yakni Bayati,
Hijāz, Ṣabā, Rast, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
a. Lagu Bayati
Menurut Muhsin Salim yang dikutip oleh Misbahul Munir menyatakan bahwa lagu Bayati berasal dari
bahasa Arab yakni dari kata “Bait” ( ‫ ) بيت‬yang berarti rumah. Sebagian orang berasumsi bahwa setiap
orang mengawali aktifitas dengan keluar rumah dan pada akhirnya kembali kerumah. Oleh sebab itu,
maqam ini biasa dibawakan untuk memulai dan mengakhiri bacaan Al-Quran. Lagu ini juga identik
dengan makna keindahan, kesenangan dan kebahagiaan. Maqam ini sangat terkenal di Mesir. Biasanya
masyarakat Mesir melantunkan lagu ini untuk upacara penyerahan mempelai dan juga biasa digunakan
pada paduan suara misa suci di gereja.

Adapun contoh syair dari lagu Bayati yakni :

ْ َ‫اب ال َّرشَا ِد َوا‬


‫ظهَا َرا‬ َ َ‫ فَاَب‬۰۞۰ ‫ى َعلَى ْال َع َوالِ ِم اَ ْسفَا َرا‬
َ َ‫ان اَ ْسب‬ َّ ِ‫نُوْ رُالنَّب‬

‫ َو ْانَ َح َّل َما َعقَد َْال ُغ َواةَ ِمنَ ْال ُع َرى‬۰۞۰ ‫لَ َّمااَتَىئ خَ ْير ُْاالَن َِام بِ ِد ْينِ ِه‬

b. Lagu Hijaz
Lagu ini lahir di kawasan Saudi Arabia yakni kampung Hijaz (dekat danau Luṭ). Lagu ini identik dengan
makna kebrutalan dan kekerasan. Gerakan pada lagu ini memberikan kesan ketegasan dan memberi
dorongan semangat. Sebagian orang mengatakan bahwa lagu ini sering dikumandangkan oleh
penggembala unta di Padang Pasir. Lagu ini terkesan sangat indah yang mampu memberi kepuasan bagi
para pembaca dan pendengar.
Berikut merupakan contoh syair lagu Hijaz :

ِ ‫اض ُم ِطلَّةً • تُ ْز ِريْ بِ َوجْ ِه َذا‬


‫ت خَضْ ٍر عَا ِطرًا‬ ِ َ‫اورْ َدةً َو ْسطَ الرِّ ي‬
َ

c. Lagu Ṣabā
Lagu Ṣabā memiliki karakter halus dan lembut. Lagu ini mampu menggugah perasaan emosi jiwa serta
bernuansa penuh kesedihan. Alunan lembut yang mendayu mampu meresap jiwa dan menimbulkan
perasaan betapa agungnya mukjizat Al-Quran.

Berikut ini contoh syair lagu Ṣabā :

‫ح ْالفُ َؤا ِدى‬ ْ ‫اَ َرى طَ ْيرًاعَل َى ْال ُغصْ ِن يُنَا ِدى • اَت‬
ِ ْ‫َت بُ ْش َرى لِ َمجْ رُو‬
d. Lagu Rast
Lagu Rast berasal dari Iran kemudian digunakan oleh qari Hijaz. Karakter lagu Rast dinamis dan penuh
semangat. Gerakan yang lincah dan alunan nadanya lembut. Maqam Rast identik dengan makna
perintah atau larangan.
Adapun contoh syair lagu Rast sebagai berikut :

‫يَا َسيِّ َد ْال َكوْ نَ ْي ِن يَا َعلَ َم ْالهُدَى • يَا بَ ْد َر تِ ٍّم فِي ْال ُوجُوْ ِد َعلَى ْال َمدَى‬

e. Lagu Jiharkah
Maqam ini menggunakan irama raml atau minor, terkesan sangat manis didengar, iramanya
menimbulkan perasaan yang dalam. Lagu ini sering dialunkan pada saat takbiran hari raya Idul Fitri
maupun Idul Adha.
Berikut adalah contoh syair lagu Jiharkah :

‫هللَا ُ زَ ا َد ُم َح َّمدًا تَ ْع ِظ ْي ًما • َوهَبَاهُ فَضْ اًل ِّم ْن لَّ ُد ْنهُ َع ِم ْي ًما‬

f. Lagu Sikah

Menurut Muhsin Salim dalam buku khadijah Shalihah menyatakan bahwa Sikah berasal dari bahasa
Persi yang artinya gerincing gitar. Karakteristik pada maqam Sikah yakni budaya ketimuran, merakyat,
mudah dikenali dan familiar. Lagu Sikah sangat popular dikalangan rakyat Mesir. Dia memiliki
keistimewaan dengan alunan yang cemerlang. Lagu ini cocok untuk ayat Al-Quran dengan nuansa
harapan dan doa.
Adapun contoh lagu Rast sebagai berikut :

‫ْث اَل • أُ ٌّم تُ َرجَّى فِي النَّ َجا ِة َواَل أَب‬


ُ ‫يَا َم ْن ي َُرجَّى فِي ْالقِيَا َم ِة َحي‬

g. Lagu Nahawand

Maqam Nahawand berasal dari Hamadan (Persi). Karakter sedih dari lagu Nahawand membuat lagu ini
sangat sesuai untuk melantunkan syair atau ayat-ayat yang bernuansa kesedihan.
Berikut contoh syair dari lagu Nahawand :

َ ‫إِلَى َك ْم َذا التَّ َجالِّى ِو َذا التَّ َجانِّى • إِ َّما يَ ْكفِ ْي‬
‫ك يَا ُغصْ نَ التَّ َسانِّى‬

Demikian tadi 7 macam lagu Al-Quran yang terkenal di Indonesia. Lagu-lagu tersebut banyak digunakan
saat event Musabaqah Tilawatil Al-Quran baik tingkat Nasional maupun Internasional. Dari ke-7 maqam
tersebut, berkembang lagi nama-nama maqam yang terpopuler, seperti Bayati Syuri, Bayati KḤusaini,
Ajam, Ajam Usyairan, Bustanikar, Hijaz Kard, Hijaz Kard Kurd, Nikriz, Usyaq, Mahur, Zanjaran, Sabr,
Salalim, Sikah Turki, Sikah Iraqi, Sikah Raml, Huzam.
Sebenarnya, macam-macam lagu itu lebih dari 130 macam, akan tetapi 7 macam lagu tersebut yang
sangat popular di Indonesia. diantara macam lagu yang belum dikena di Indonesia yaitu Rāḥatu Al-
Arwāḥ, Nau `aṡar, Maṣmūdῑ, ‘Ajam Fals, Kirdān, Syāhināz, Ṭaraz Jadῑd, Sūznāk, Rās Fals, dan Aperkūrd.
Tingkatan-tingkatan nada dalam Tausyikh disesuaikan dengan susunan tangga nada dalam tilawah Al-
Quran yaitu terdiri dari tangga nada yaitu nada Qarar, nada Nawā, nada Jawab, nada Jawābul Jawāb.
Jenis lagu menurut Qari Indonesia yang bernama Daman Huri memiliki 19 macam di antaranya yakni
Bayati, Misri, Hijaz I dan II, Lasta Alam Nawa, Sika, Banjaka, Rakbi, Shaba, Mayah, Nahawand, Rast,
Jiharkah, Suli, Ajami, Usysyak, Raml, Nukrasy, Syirki, Magrur.
Perkembangan seni membaca Al-Quran di Indonesia lebih maju dibandingkan dengan Mesir. Meskipun
seni membaca Al-Quran di Indonesia masih berpegang pada rumus-rumus lagu Mesir. Hal ini terbukti
dengan banyaknya Qari`/Qari`ah Indonesia yang berhasil menjuarai Musabaqah Tilawatil Quran di
berbagai perlombaan seni membaca Al-Quran. Qari`/Qari`ah Indonesia hingga saat ini masih mengagumi
lagu-lagu Mesir terutama lagu Umi Kulsum. Menurut Khadijah, lagu lagu yang dinyanyikan Umi Kulsum
menggunakan rumus lagu Al-Quran seperti Bayyati, Ṣabā, Hijaz dan lain sebagainya. Meskipun demikian,
Umi Kulsum kurang ahli dalam bidang seni membaca Al-Quran.

C. Sekilas Mengenai Sejarah Lagu Al-Quran


Al-Quran merupakan kitab suci sebagai petunjuk bagi umat manusia yang diturunkan oleh Allah Swt
kepada Nabi Muḥammad Saw melalui malaikat Jibril. Cahaya Al-Quran mampu menerangi jalan bagi
manusia untuk menempuh kebahagiaan. Kitab suci manapun tidak bisa menandingi perhatian seperti
yang dilakukan umat Islam terhadap Al-Quran. Perhatian tersebut mulai dari tulisan, bacaan dan hafalan
hingga pemahaman. Salah satu yang menjadi perhatian terhadap Al-Quran yakni mengenai bacaannya
baik dari segi tata cara mengeluarkan makhraj huruf hingga melagukannya dengan indah. Membaca Al-
Quran dengan baik sesuai dengan tata cara baca akan menambahkan keimanan dan ketenangan. Ketika
Al-Quran dibacakan dengan baik ditambah dengan suara yang indah dan merdu maka bacaan tersebut
akan mampu menggetarkan hati.
Ibnu Manzhur memaparkan asal mula lagu Al-Quran dalam kitab Lisān al- ‘Arāb itu memiliki dua
pendapat. Pendapat pertama mengatakan bahwa lagu Al-Quran itu berasal dari nyanyian budak-budak
kafir yang tertawan ketika perang melawan kaum muslimin. Pendapat kedua mengatakan bahwa lagu
Al-Quran itu berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Selanjutnya nyanyian bangsa Arab
tersebut digunakan untuk melagukan Al-Quran. Letak geografis jazirah Arab sangat potensial untuk
maju. Jazirah Arab menjadi jalur lalu lintas perdagangan dari dua kekuatan yang sama-sama besar yaitu
ke Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim dingin.

Secara umum kondisi alam padang pasir terutama yang berada di pedalaman mendorong penduduknya
hidup selalu berpindah-pindah. Suatu kondisi kehidupan yang sangat melelahkan berjalan di bawah terik
matahari, menembus ganasnya gurun pasir dan diselimuti dinginnya angin malam. Hiburan bagi mereka
disaat beristirahat adalah mendengarkan nyanyian, mungkin ada sebagian dari seorang perempuan yang
bertugas menghibur kaum lelaki. Para penyanyi sambil menari dan menuangkan minuman keras kepada
kaum lelaki. Begitulah gambaran kultur Jahiliyah dalam melepaskan lelah dari Orang Quraisy biasa
Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panasdan ke negeri
Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-
penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang Amat besar dari Tuhan
mereka. Oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu
kepada merekamenempuh perjalanan yang sangat jauh. Meskipun mereka bangsa Arab yang hidup
dipedalaman dalam keterbelakangan, namun pada sisi budaya seni yang berhubungan dengan tarik
suara demikian semaraknya. Tradisi seni suara itu hanya sebagai pelampiasan dari rasa lelah yang
membutuhkan suasana baru sehingga bisa membuat otot-otot syaraf yang tegang menjadi lebih rileks.

Keindahan bacaan Al-Quran mampu menciptakan kerinduan yang semakin mendalam. Bangsa Arab
semakin hari semakin meninggalkan ajaran nenek moyang mereka. Sehingga menjadikan Islam sebagai
pilihan agamanya Jika benar bahwa lagu Al-Quran itu berasal dari nyanyian, tentu dapat
dirumuskandengan not balok. Sebagian besar para musisi mengakui kebenaran tersebut, akan tetapi
kenyataannya tidak semua lagu dapat dirumuskan ke dalam not balok, termasuk lagu-lagu Al-Quran.
Menurut Muhsin Alatas, not balok tidak dapat membantu dengan sempurna untuk mempelajari lagu-
lagu Al-Quran, karena lagu Al-Quran mengandung perasaan yang sangat dalam, sedangkan menurut KH.
Mukhtar Lutfi El-Anshori, lagu Al-Quran tidak dapat dirumuskan ke dalam not balok karena lagu Al-
Quran bersumber pada perasaan dan dibantu oleh alat musik biola. Pada masa awal Islam pembacaan
Al-Quran dilakukan dengan beberapa cara baca, baik dengan nada pelan (tahqiq) atau sedang (tadwir)
atau sedikit cepat (hadr) semuanya dilakukan dengan bersahaja, mengalir dengan alami begitu saja dari
seorang pembaca Al-Quran.

D. Perkembangan Nagham Al-Quran di Indonesia


Nagham Al-Quran mulai berkembang di Indonesia belum dapat diketahui dengan pasti waktunya. Akan
tetapi dapat diperkirakan dengan masuk dan berkembangnya agama Islam masuk ke Negara Indonesia
ini yakni sejak Syekh Maulana Mālik Ibrāhῑm. Sejak agama Islam masuk ke Indonesia para Muballig dan
Kiai mulai mengajarkan agama Islam kepada rakyat dan penduduk Indonesia. Pada masa permulaan itu
yang diajarkan oleh para kiai dan muballigh yakni membaca Al-Quran. Pengajian Al-Quran ini pada
umumnya dilakukan secara individual dan dengan suka rela, namun lama-kelamaan pengajian seperti ini
menjadi besar dan berkembang dengan pesat. Mereka membaca Al-Quran secara klasik dengan
Mujawwad, tahqiq dan tartil, akan tetapi lagu dan iramanya masih belum kelihatan tangga nadanya.
Keadaan seperti ini berlangsung selama beberapa abad sampai menjelang abad ke 20 Masehi.

Lagu-lagu Makkah mulai berkembang pada permulaan abad ke-20. Hal ini ditandai dengan perhubungan
antara Indonesia dan Negara-negara Arab semakin lancar. Kesempatan tersebut digunakan dengan baik
oleh para Kiai dan Ustad untuk menuntut ilmu pengetahuan agama secara langsung di tempat turunnya
Al-Quran Al-Karim yaitu Makkah Al-Karamah. Para jamaah haji-pun memanfaatkan kesempatan
tersebut. Semakin banyak masyarakat Indonesia yang belajar ilmu agama di Makkah maupun Madinah.
Ketika merasa cukup belajar, sebagian mereka ada yang menetap di sana dan ada juga yang kembali ke
Indonesia.

Mereka yang kembali ke Indonesia mengembangkan ilmu agama Islam yang sudah diperoleh. Salah satu
ilmu agama Islam yang dikembangkan di Indonesia yaitu membaca Al-Quran dengan nagham (lagu)
seperti yang mereka peroleh dari Mekkah yang kemudian dikenal dengan lagu Makkawi. Lagu Makkawi
ialah lagu-lagu Mekkah. Kegiatan belajar mengajar Al-Quran di Indonesia semakin pesat terutama lagu
Makkawi. Hal ini menghasilkan para Qari` dan Ḥāfiẓ di seluruh Nusantara. Semakin bertambahnya para
Ḥāfiẓ (penghafal 30 juz) Al-Qur’an sebagai hasil pengajaran pada pesantren Al-Qur’an di beberapa kota
di Indonesia, maka dirasa perlu adanya pembinaan dan pengembangan baca dan hafalan Al-Qur’an.

Pada tahun 1971 didirikanlah Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) di Jakarta oleh KH.Muḥammad
Dahlan (mentri agama waktu itu), KH. A. Zaini Miftah, Prof. KH.Ibrāhῑm Ḥusain dan DR. H. Ibnu Sutomo.
Adapun ilmu yang dipelajari di PTIQ adalah Tahfidz Al-Qur’an (hafalan) yang dibina oleh KH. A. Zaini
Miftah dan Nagham (lagu Al-Qur’an) yang dibina oleh H. Sayid Muḥammad Assirry.PTIQ juga
mendatangkan guru besar khusus dari Universitas Al-Azhar KairoMesir, seperti syekh Sa’id Syarif dan
syekh ‘Abdul Qadir ‘Abdul Azhim. Kedua guru besar tersebut ahli dalam bidang Al-Qur’an, khususnya
nagham, qira’at, sab’ah, dan rasam’Uṡmāni. Di samping itu didatangkan pula guru besar pribumi
tamatan Mekkah,yaitu KH. Azra’i ‘Abd. Rauf dari Medan Sumatera Utara.Uraian di atas dapat dipahami
bahwa yang memiliki andil dalam perkembangan seni membaca Al-Qur’an yakni kehadiran PTIQ, sebagai
perguruan Al-Qur’an akademik pertama di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata nagham secara etimologi paralel dengan kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Sedangkan
secara terminologi nagham adalah mengenakkan suara, menyanyikannya, menghiasi bacaan, dan
melembutkannya sesuai dengan kaidah -kaidah yang telah diketahui. Kata nagham kemudian dirangkai
dengan al-Qur’an menjadi nagham al-Qur’an yang artinya membaca al Quran dengan irama (seni) atau
suara yang indah dan merdu atau melagukan al-Quran secara baik dan benar tanpa melanggar aturan-
aturan bacaan.
Menurut Ibnu Manzur dalam kitabnya Lisanul ‘Arab jus 19 halaman 376, bahwa dari segi sejarahnya asal
mula lagu Al-Qur’an ada dua pendapat.Pendapat yang pertama mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu
bersal dari nyanyian budak-budak kafir yang tertawan ketika perang melawan kaum Muslimin. Pendapat
kedua mengatakan bahwa lagu Al-Qur’an itu berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab.
Selanjutnya nyanyian bangsa Arab tersebut digunakan untuk melagukan Al-Qur’an. Sampai di sini terjadi
kekaburan tentang siapa yang yang memindahkan nyanyian tersebut kapada melagukan Al-Qur’an.
Dengan demikian terdapat dua persoalan dalam sejarah lagu Al-Qur’an. Pertama adalah tentang asal
mula lagu Al-Qur’an, dan yang kedua tentang orang pertama yang memindahkan nyanyian itu menjadi
lagu Al-Qur’an. Macam – macam lagu atau irama Al-Qur’an seperti ; bayati, shoba, nahwan, hijaz, rost,
sika, dan jiharka.
B. Saran
Akhirnya pemakalah mengucapkan banyak terima kasih terhadap penyelesaiaan makalah ini, disamping
itu kami para makalah mengharapkan adanya saran dari pembaca dari pemikiran ilmu agama islam yang
lebih baik dan serta sempurna, guna untuk memperbaiki makalah kami yang serba kekurangan. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Aḥmad Syahid, Sejarah dan Pengantar Ilmu Nagham dalam buku, Bunga Rampai Mutiara
Al-Quran, jakarta:2005
Shalihah,khadijatus, Perkembangan Seni Baca Al-Quran dan Qiraat Tujuh di Indonesia ,pustaka
alhusna:jakarta, 1983 cet 1.
M. Misbachul Munir, Pedoman Lagu-Lagu Tilawatil Quran dilengkapi Tajwid dan Qasidah,
apollo:surabaya,1997
Kamus lisanul arab,ibnu manzur, 2005.

Anda mungkin juga menyukai