Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengobatan herbal sudah dikenal masyarakat Indonesia
secara luas sejak zaman dahulu. Pengobatan tersebut menggunakan
ramuan-ramuan dengan bahan dasar dari tumbuh-tumbuhan dan
segala sesuatu yang berada di alam. Pengobatan herbal ini banyak
diminati oleh masyarakat karena biasanya bahan-bahannya dapat
ditemukan dengan mudah di lingkungan sekitar masyarakat. Selain
itu, di masa lalu pengobatan seperti ini memang satu-satunya
pengobatan yang dikenal masyarakat dan diwariskan secara turun-
temurun menurut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Saat ini, pengobatan herbal kembali populer karena adanya
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dengan menggunakan
bahan-bahan alami yang tidak memiliki efek samping. Selain itu
pengobatan herbal juga lebih murah dan mudah ditemukan di
sekeliling kita.
Pengobatan herbal adalah pengobatan yang menggunakan
semua bahan alami yang mengandung zat-zat atau bahan-bahan yang
bersifat terapi atau penyembuhan. Pada umumnya kandungan zat-zat
di dalam bahan-bahan pengobatan herbal tidak hanya bersifat
menyebuhkan tetapi juga meningkatkan daya tahan tubuh secara
signifikan. Hal inilah yang mendorong pengembangan pengobatan
herbal di berbagai bidang industri pengobatan herbal pun semakin
menjamur di berbagai tempat, hal ini sejalan dengan “Minyak mint
banyak digunakan sebagai bahan baku industri makanan, minuman,
dan farmasi yaitu sebagai obat antiseptik, minyak angin, dan bahan
pasta gigi”. (Retnowati, Rurini, 2013).
Pengobatan herbal biasanya juga dapat ampuh dan efektif.
Ada banyak kasus mengenai penyakit-penyakit yang tidak dapat
diobati secara medis, ternyata dapat disembuhkan dengan
pengobatan herbal, meskipun ini memakan waktu yang cukup lama.
Pengobatan herbal pun tidak didasarkan pada obat-obatan herbal
yang sudah tersertifikasi, tetapi memanfaatkan resep dan pengalaman
turun-temurun yang diwariskan secara lisan.
Pengobatan herbal juga sangat populer karena harga bahan-
bahannya yang murah. Bahkan, kita pun bisa membudidayakannya
dengan mudah sebagai apotek hidup. Harga bahan-bahan tersebut
biasanya lebih mahal kalau sudah diolah dan disertifikasi secara
standar medis. Namun jika ingin memanfaatkannya yang benar-benar
alami, harganya sungguh murah dan terjangkau. Kalau kita hidup di
pedesaan, bahkan bisa ditemukan hampir disetiap rumah penduduk.
Selain alasan-alasan yang sudah disebutkan di atas,
pengobatan herbal juga menjadi lebih populer karena penerapannya
yang sangat mudah dan sederhana. Dan jika ada sedikit kekurangan
atau kelebihan dosis, tidak terlalu memberikan dampak negatif
karena semua bahannya alami. Namun, alangkah baiknya, bila
mengguna-
kan obat herbal untuk pengobatan tertentu mematuhi aturan dan dosis
yang telah diterapkan. Tujuannya agar hasil dan penyembuhannya
dapat diperoleh secara maksimal.
Tanaman herbal banyak ragamnya, tetapi dalam makalah ini
penulis akan coba mengupas khasiat dan manfaat salah satu tanaman
herbal yang sudah tidak asing lagi yaitu daun mint atau peppermint
(Mentha piperita L.). Daun ini mempunyai aroma yang
menyegarkan, aroma wangi dari daun mint ini disebabkan oleh
kandungan minyak atsiri berupa minyak menthol.
Banyak orang bingung mengolah daun mint. Sebagian orang
menganggap daun mint hanya sebatas hiasan kue, hiasan puding, atau
hiasan minuman saja. Padahal daun ini bisa ditambahkan pada
berbagai hidangan seperti, campuran salad, campuran jus, campuran
teh atau tumisan. Sebagian produsen pasta gigi juga telah
menggunakan daun mint ini sebagai rasa yang alami. Daun mint juga
digunakan untuk merawat gigi dari mikroba dan kuman. Rajin
mengonsumsi daun mint juga akan membuat mulut tetap sehat dan
nafas menjadi segar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk
mempelajari masalah tanaman herbal sebagai obat yang dapat
dimanfaatkan untuk penyembuhan berbagai macam penyakit dalam
kesehatan masyarakat melalui karya tulis yang berjudul
“MANFAAT SERTA KHASIAT DARI DAUN MINT (Mentha
piperita L.) UNTUK DIJADIKAN OBAT-OBATAN HERBAL”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk sajian obat herbal ?
2. Bagaimana daun mint bisa digunakan sebagai obat herbal ?
3. Bagaimana kandungan yang terdapat dalam daun mint ?
4. Bagaimana peranan daun mint sebagai obat dalam kesehatan
masyarakat ?

C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui bentuk sajian daun mint sebagai obat herbal.
2. Untuk mengetahui kegunaan daun mint sebagai obat herbal.
3. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam daun mint.
4. Untuk mengetahui peranan daun mint sebagai obat herbal dalam
kesehatan masyarakat.

D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan
baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini
berguna sebagai pengembangan pengetahuan mengenai daun mint
yang dapat digunakan sebagai obat herbal serta bagaimana bentuk
sajian daun mint untuk obat herbal.
Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuan khususnya tentang khasiat dan manfaat daun mint
sebagai obat herbal.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang pengetahuan mengenai
daun mint sebagai obat herbal baik secara teoritis maupun secara
praktis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyajian Obat Herbal


Beberapa macam tumbuhan diolah dengan cara khusus
dan dimanfaatkan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit
tertentu, hal ini sependapat dengan Hedi Dewoto bahwa
“Definisi obat herbal ialah bahan atau ramuan bahan yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun
telah digunakan dalam pengobatan berdasarkan pengalaman”.
(Dewoto, Hedi, 2008).
Penyajian obat herbal bermacam-macam berikut contoh
penyajiannya:
1. Jamu (kunyit, jahe)
2. Dioleskan (getah pisang, getah daun betadin)
3. Dimakan langsung (pepaya, kunyit)

B. Manfaat Daun Mint sebagai Obat Herbal


Obat herbal terbuat dari tumbuhan yang alami dan
diproses tanpa bahan kimiawi, jadi hasil atau efek samping yang
dihasilkan tidak terlalu tinggi. “Pengobatan herbal memiliki
efek samping lebih rendah daripada obat-obat kimiawi”.
(Maharani, Sabrina, 2013:11). Menurut kutipan tersebut, bahwa
obat herbal lebih aman karena proses pembuatannya sangat
alami.
Minyak mint banyak digunakan sebagai bahan baku
industri makanan, minuman, dan farmasi yaitu sebagai obat
antiseptik, minyak angin, dan bahan pasta gigi. (Retnowati,
Rurini, 2013). Pendapat ini membuktikan bahwa minyak mint
tidak hanya digunakan dalam makanan atau minuman, tetapi
dapat dijadikan sebagai obat.

Gambar 1. Daun mint


C. Kandungan yang Terdapat dalam Daun Mint
Kandungan dalam daun mint sangat banyak, hal ini
sejalan dengan kutipan berikut “Minyak mint mengandung
golongan senyawa monoterpendan telah diketahui aktifitasnya
sebagai antibakteri dan insektisida. Pada penelitian
Sastrohamidjojo melaporkan bahwa komponen utama minyak
mint yaitu mentol, menton, dan mentil asetat”. (Retnowati,
Rurini, 2013).
“Minyak atsiri 1-2%, menthol 80-90%, menthon, d-
piperiton, heksanolfenil-asetat, etil amil karbinol, dan
neomentol”. (Tresno Adi, Lukas, 2008:67).
Komponen utama penyusun minyak mint dari daerah dhameta
antara lain: menton (27,1 %), mentol (20,3 %), piperiton
oksida(6,5 %), iso-menton (4,1 %), dan eukaliptol (4, 0 %).
Sedangkan komponen penyusun minyak mint yang berasl dari
daerah patiala menunjukan adanya komponen karvon (60,3 %),
limonen (19,3 %), trans-dihidrokarvon (6,4 %), germakren D
(2,4 %), dan trans-kariofilen (1,5 %). (Retnowati, Rurini, 2013).

“Penelitian Yustisia melaporkan bahwa komponen


utama penyusun minyak mint dengan metode distilasi uap-air
yang berasal dari Batu, Indonesia yaitu karbon (64,0 %),
piperito oksida (16,9 % ), limonen (8,6 %), karyofilen oksida
(2,8 %), dan bourbonen (2,6 %)”. (Retnowati, Rurini, 2013).
D. Khasiat Daun Mint
Khasiat daun mint tidak perlu diragukan lagi karena
sudah banyak penelitian mengenai itu, seperti kutipan berikut
“Berkhasiat sebagai pelega perut, obat batuk, mencret, pusing,
pilek, susah tidur, dan sesak napas. Secara tidak langsung dapat
mengatasi hipertensi.” (Tresno Adi, Lukas, 2008:67).
Kesehatan adalah suatu kenikmatan yang luar biasa
tinggi nilainya yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada para
hamba-Nya. Sehat adalah keadaan baik yang dirasakan oleh
seluruh badan serta bagian-bagiannya dan terbebas dari rasa
sakit. Dengan didukung oleh keadaan sehat kita dapat
melakukan segala aktivitas dengan lancar dan nyaman. Oleh
karena itu, sehat adalah salah satu kebutuhan manusia yang
mendasar yang senantiasa ingin dicapai, di samping kebutuhan
dasar lainnya seperti sandang, pangan, dan papan.
Dengan digunakannya untuk mencapai keadaan sehat,
maka sudah menjadi hal yang lumrah bagi manusia untuk
menjaga staminanya dengan mengonsumsi berbagai makanan
yang bergizi dan suplemen vitamin dan mineral. Di saat badan
merasa sakit, orang akan berusaha mencari obat untuk
menyembuhkan penyakitnya. Semua itu adalah usaha mencapai
keadaan sehat.
Secara tidak sadar selama ini kita sering kali menyiksa
diri dengan makan seenaknya. Sesuai dengan ungkapan
sebagian orang yang mengatakan “hidup itu untuk dinikmati!
Untuk apa menyiksa diri dengan tidak boleh makan ini dan itu”.
Tentu saja ungkapan tersebut salah. Ungkapan yang benar
adalah menikmati hidup yang hanya sekali ini, tanpa gangguan
penyakit-penyakit akibat pola makan yang salah.
Kenikmatan hidup baru tercapai jika setiap detik dari
kehidupan anda menjadi bermakna tidak hanya bagi diri sendiri,
tetapi juga bagi orang di sekeliling kita. Hidup kita akan
senantiasa menyenangkan jika selalu berada dalam keadaan
sehat, bugar dan berproduktivitas tinggi. Untuk itu, pola makan
yang salah harus diubah secara berangsur sehingga tercipta
suatu kondisi yang menunjukan tubuh anda mampu secara
sempurna mengolah dan menyerap berbagai makanan dan
minuman secara berimbang yang berujung pada perbaikan
metabolisme tubuh.
Inti dari perbaikan pola makan adalah fungsi
pencernaan. Pasalnya, kemunculan Sebagian besar penyakit
degenerative (menurunnya fungsi jaringan tubuh) berawal dari
terganggunya fungsi pencernaan. Karena itu, anggapan yang
berkembang di masyarakat bahwa penyakit dapat diturunkan
kepada turunan (anak atau cucu), tidaklah sepenuhnya benar.
Yang bisa diturunkan adalah bentuk fisik misalnya bentuk
wajah dan rambut, sedangkan penyakit degeneratif hanya bisa
terjadi akibat pola makan yang sehat di dalam keluarga.
Obat herbal adalah bahan atau ramuan yang bisa berupa
tumbuhan, hewan, bahan mineral. Seperti mengkudu, pasak
bumi, temulawak dan banyak lagi yang lainnya. Campuran dari
semua bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan
masyarakat untuk pengobatan dan diterapkan sesuai norma
yang berlaku di masyarakat. Obat herbal disebut juga sebagai
obat alternatif, obat alamiah, atau tradisional yang sudah
dimanfaatkan sejak lama.
Pengobatan menggunakan tumbuh-tumbuhan telah lama
ada dalam peradaban manusia dan diwariskan secara turun-
temurun. Keampuhannya dalam mengobati penyakit tidak
diragukan lagi oleh dunia kedokteran modern. Berbagai jenis
penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan melalui
pengobatan modern, ternyata bisa diatasi dengan pengobatan
alami, seperti penyakit darah tinggi, gangguan saraf, diabetes,
dan jantung. Efek sampingnya yang minimal menjadi nilai
tambah. Beberapa pasien memang ada yang mengalami efek
samping setelah menggunakan obat herbal, tapi hal itu lebih
dikarenakan pasien tersebut memiliki alergi terhadap zat yang
terkandung dalam obat herbal tersebut.
Berikut ini beberapa keuntungan menggunakan obat
herbal jika dibandingkan dengan obat modern:
1. Efek samping sangat kecil karena berasal dari sumber alami
2. Menghilangkan akar penyakit. Efek obat herbal bersifat
menyeluruh, sehingga tidak hanya mengobati penyakit tapi
juga meningkatkan sisitem kekebalan tubuh untuk melawan
penyakit
3. Bahan-bahannya mudah diadapat. Tanaman obat herbal
banyak ditemukan disekitar kita dan dapat dengan mudah
dibudidayakan.
4. Bebas dari racun/toksin. Obat herbal mengandung zat anti
racun dan memiliki kemampuan mengeluarkan racun dari
dalam tubuh.
5. Bahan mudah diolah. Tidak perlu teknologi tinggi untuk
mengolah obat herbal.
6. Bisa mengobati banyak penyakit secara bersamaan. Obat
herbal tidak hanya berkhasiat menyembuhkan satu penyakit,
tetapi dapat digunakan untuk pengobatan lebih dari satu
penyakit.
Mentha piperita L., secara umum tanaman ini lebih
dikenal sebagai peppermint atau daun mint. Mint atau yang
dikenal dengan bijanggut / janggut (sunda). Untuk beberapa
daerah, digunakan sebagai ekstrak atau pengobatan tradisional
rumah tangga yang populer untuk meredakan batuk dan pilek.
Jenis tanaman ini banyak jenisnya terdiri dari 40 jenis lebih
dari genus yang sama. Daun mint berasal dari genus Mentha.
Mint memiliki batang persegi dan daun aromatik. Tanaman ini
dapat menyebar secara vegetatif dengan stolon dapat menjadi
tanaman liar di kebun. Bunga-bunganya kecil dan berwarna
ungu pucat, pink, atau putih. 
Daun mint umum digunakan sebagai penyedap
makanan dan untuk menambah keharuman parfum. Mint juga
digunakan dalam pembuatan obat-obatan. Beberapa varietas
mint, seperti sage dan thyme merupakan bumbu kuliner yang
banyak digunakan. Mint digunakan pula untuk berbagai produk
seperti permen karet, pasta gigi, penyegar napas, dan permen.
Beberapa varietas mint dapat digunakan sebagai pengusir
hama, sementara yang lain berguna untuk memutihkan gigi,
menghilangkan kram menstruasi, atau ditanam sebagai
tanaman hias. Tanaman mint ditemukan tumbuh di semua
bagian dunia. Tanaman mint paling cocok ditanam pada tanah
yang lembab, subur, dan dengan sinar matahari cukup.
Bagian yang banyak digunakan dari tumbuhan mint
adalah daunnya. Daun mint yang memiliki aroma khas, segar,
manis, dengan efek mendinginkan sesudahnya. Efek
mendinginkan tersebut karena mengandung zat menthol. Daun
mint dimanfaatkan dalam keadaan segar atau dikeringkan. Di
berbagai belahan dunia seperti India, daun mint dijadikan
sebagai bumbu penyedap masakan. Daun mint juga dijadikan
untuk teh, minuman, jelly, permen, sirup, hingga es krim. Di
timur tengah, mint digunakan sebagai pelengkap masakan
daging kambing. Ada pun di Amerika dan Inggris, mint sering
digunakan untuk saus dan jelly.                  
Bukan sekedar memiliki rasa dan aroma yang khas
dengan sensasi rasa dingin, daun mint juga memiliki banyak
khasiat. Daun mint di dunia barat masih banyak digunakan
sebagai obat tradisional untuk batuk, pelega tenggorokan,
pilek, dan asma. Mint juga digunakan untuk membersihkan
luka dan sebagai obat kumur. Daun mint selain dikonsumsi
secara langsung, juga di suling hingga menghasilkan minyak
atsiri. Minyak atsiri dan menthol yang dikandungnya,
digunakan untuk berbagai keperluan industri. Antara lain untuk
antiseptik, obat kumur, penyegar mulut, pemberi rasa pada
makanan, minuman, permen, sirup. Mint juga digunakan untuk
obat–obatan, sabun, shampo, hingga pasta gigi dan berbagai
produk lainnyan.
Menthol dari minyak atsiri juga digunakan sebagai
bahan dalam berbagai kosmetika dan parfum, juga popular
untuk aromaterapi. Minyak mint juga digunakan untuk
insektisida karena cukup ampuh menghalau berbagai macam
serangga termasuk semut, ngengat, dan kecoa.
Beberapa diantara manfaat dari daun mint adalah
sebagai berikut:
1. Menjaga kesehatan sistem pencernaan
Daun mint kaya akan kandungan antioksidan serta
nutrisi tumbuhan atau fitonutrien yang mampu untuk menjaga
kesehatan sistem pencernaan.
2. Meredakan nyeri otot
Daun mint memberikan efek anestesi yang baik untuk
menenangkan sistem pencernaan, ketika dikonsumsi. Selain itu,
daun mint juga bisa digunakan untuk minyak pijat.
Menggunakan minyak daun mint disertai dengan teknik pijatan
lembut akan meredakan nyeri otot serta dapat mengurangi rasa
sakit.
3. Melegakan pernapasan
Daun mint mengandung menthol, sehingga sering
digunakan juga sebagai bahan baku obat flu yang banyak dijual
dipasaran. Aroma menthol yang terdapat pada daun mint
memiliki sifat anti inflamasi, sehingga nantinya akan membuka
saluran pernapasan. Selain itu, daun mint juga akan membantu
mengobati infeksi akibat dari serangan bakteri. Karena daun
mint memiliki sifat antibakteri. Daun mint akan melonggarkan
bronkus bagi para pengidap asma sehingga akan melancarkan
pernapasan. Untuk melegakan pernapasan anda bisa menghirup
aroma daun mint secara langsung maupun meminum air
rendaman daun mint.
4. Menjaga kesehatan gigi dan mulut
Daun mint memiliki banyak kandungan yang bersifat
antibakteri serta antiinflamasi di dalamnya. Kedua sifat yang
baik ini akan membuat mulut anda tetap segar serta dapat
mencegah terjadinya kerusakan pada gigi.
5. Meredakan batuk
Selain berguna untuk menyegarkan mulut,
mengkonsumsi air daun mint juga dapat melegakan
tenggorokan sehingga dapat meredakan batuk serta mengurangi
dahak.
6. Mengurangi stres
Aroma daun mint yang segar serta kandungan
antioksidannya yang kuat mampu mengurangi stres serta
membuat tubuh dan pikiran anda menjadi lebih tenang.
7. Mengurangi rasa mual
Mengkonsumsi air daun mint sangat baik untuk orang
yang sering mengalami mual. Aroma serta rasa menthol pada
daun mint dapat meredakan rasa mual.
8. Meningkatkan daya tahan tubuh
Daun mint kaya akan kandungan vitamin dan mineral,
seperti vitamin B kompleks, C, D, E, fosfor serta kalsium.
Berbagai vitamin dan mineral tersebut akan membantu
meningkatkan daya tahan tubuh anda, sehingga akan terhindar
dari berbagai macam penyakit.
9. Meringankan gejala maag
Berbagai gejala penyakit maag, seperti rasa panas
pada bagian dada maupun mual akan berkurang setelah
mengkonsumsi air daun mint. Daun mint memiliki sifat
mencegah kejang pada saluran pencernaan yang bisa saja
disebabkan oleh adanya diare, tukak lambung, gastritis dan lain
sebagainya.
10. Mengurangi bau mulut
Rasa daun mint yang menyegarkan akan dapat
mengurangi bau mulut yang tak sedap. Teh yang terbuat dari
daun mint yang sudah dikeringkan maupun yang masih segar
sangat efektif untuk mengurangi bau mulut yang tak sedap
dengan cara mengurangi bakteri penyebab bau mulut. Selain
itu, daun mint juga akan menjaga mulut anda tetap dalam
kondisi lembab serta dapat merangsang produksi air liur.
Kandungan daun mint yang paling menonjol adalah
antioksidannya, serta mengandung beberapa vitamin seperti
vitamin A, vitamin C, vitamin D dan vitamin E. Pada daun mint
juga terdapat kandungan mineral yang bermanfaat bagi tubuh,
yaitu kalsium dan fosfor. Kandungan terbanyak dalam daun mint
adalah minyak atsiri. Minyak atsiri adalah zat berbau yang
terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak
menguap, minyak esteris, minyak esensial karena pada suhu
kamar mudah menguap.  Istilah esensial dipakai karena minyak
atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya, sehingga minyak atsiri
daun mint  merupakan minyak yang mudah menguap yang berasal
dari tanaman mint (Mentha piperita L).
Ada beberapa teknik mengolah herbal atau tanaman obat,
yaitu dengan cara merebus, menyeduh, membuatnya sebagai
serbuk, atau ekstrak tanaman obat dalam bentuk kapsul maupun
dimakan secara langsung sebagai lalapan.
Sadar atau tidak, seberapa besar pengaruh obat herbal bagi
tubuh kita terutama untuk tujuan pengobatan, ternyata juga
dipengaruhi oleh bentuk sajian obat herbal yang sering
dikonsumsi.
Teknik pengolahan dengan cara merebus cukup mudah
dan paling banyak digunakan masyarakat ketika membuat ramuan
atau obat herbal. Hanya dengan merebus daun atau bagian
tumbuhan lainnya, kemudian langsung diminum atau ditambah
pemanis gula atau madu. Kemudian cara lainnya cukup diseduh
langsung dengan menggunakan air panas ataupun dingin. Atau
dibuat serbuk dengan cara ditumbuk lalu diseduh dengan
menggunakan air dingin maupun panas, adapun sebagian
masyarakat menjadikan daun mint sebagai lalapan dan sering juga
terdapat di rumah-rumah makan.
Pemanfaatan daun mint sebagai obat dijadikan berbagai
produk dan dimanfaatkan oleh pelaku-pelaku usaha. Selain
digunakan secara langsung sebagai obat, daun mint juga bisa
digunakan diberbagai produk pasaran, misalnya digunakan dalam
produk sampo, obat batuk¸ obat kumur, pasta gigi, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Obat herbal adalah bahan atau ramuan yang bisa berupa
tumbuhan, hewan, atau bahan mineral. Seperti mengkudu, pasak
bumi, temulawak dan yang lainnya. Campuran dari semua bahan
tersebut secara turun-temurun telah digunakan masyarakat untuk
pengobatan dan diterapkan sesuai norma yang berlaku di
masyarakat.
Salah satu tanaman obat herbal yang sering digunakan
yaitu daun mint (Mentha piperita L.). Selain banyak digunakan
sebagai bumbu masakan, hiasan makanan atau sekedar lalapan,
daun mint juga dipercaya menjadi salah satu obat herbal yang
kaya akan manfaat dan khasiat. Dengan banyak kandungannya
seperti: vitamin A, vitamin C, vitamin D dan vitamin E, mineral,
fosfor, serta kandungan paling banyak yaitu minyak atsiri. Selain
digunakan secara langsung sebagai obat, daun mint juga bisa
digunakan pada produk-produk pasaran, misalnya sampo, pasta
gigi, obat kumur, obat batuk, minyak gosok, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Lukas Tersono. (2008). Tanaman Obat dan Jus Untuk


Mengatassi Penyakit Jantung, Hipertensi, Kolestrol, dan Strok.
Jakarta: PT Agromedia Pustaka

Aziza, Siti Alfisyah Nur. Dkk (2013). Isolasi dan karakterisasi


terhadap minyak mint dari daun mint segar hasil distilasi uap.
Vol 2. Tersedia: https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+rurini+retnowati&oq=jurnal+
rurini+r#d=gs_qabs&p=&u=%23p%3DwvN1vSEmCxEJ. (12
September 2018).

Dewoto, Hedi R. (2017). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia


menjadi Fitofarmaka. [online] vol 57. Tersedia:
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+hedi+dewoto&oq=#d=gs_qa
bs&p=&u=%23p%3Dmzw9hJBDlVUJ. (12 September 2018).

Maharani, Sabrina. (2013). Herbal sebagai obat bagi penderita


penyakit mematikan. Jogjakarta: A PLUS BOOK

Anda mungkin juga menyukai