Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan berpengaruh


pada Usaha Harapan Hidup (UHH) di Indonesia. UHH di Indonesia pada Tahun
2000-2005 adalah 66,4 tahun, meningkat menjadi 69,65 tahun pada 2011 dan
diperkirakan meningkat menjadi 71,7 tahun pada Tahun 2020.
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui
ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000). Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010)
berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan
karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan adanya
jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi satu sama lain yang
ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling tergantung dan mempengaruhi dalam
rangka mencapai tujuan (Leininger, 1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau
lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup
dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama
lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota
dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Kejadian hipertensi di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut hasil survei
RISKESDAS (2013) kejadian hipertensi mencapai 26,5 %. Kejadian hipertensi
tertinggi terjadi di Bangka Belitung yaitu 30,9%, disusul Kalimantan Selatan
sebanyak 30,8% dan Kalimantan Timur sebanyak 29,6%. Kejadian hipertensi di
Yogyakarta juga cukup tinggi yaitu 25,7%. Kejadian hipertensi lebih banyak terjadi
pada penduduk perkotaan (26,1%) dibandingkan dengan perdesaan (25,5%). Sekitar
45,9% terjadi pada usia 55-64 tahun. Meningkatnya usia seseorang dapat berdampak
pada peningkatan tekanan darah.
Penanganan hipertensi dilakukan dengan dua cara yaitu terapi farmakologis dan
terapi nonfarmakologis. Terapi farmakologis menggunakan obat-obatan untuk
menurunkan tekanan darah seperti golongan diuretik tiazid, diuretik loop, diuretik
hemat kalium, penghambat reseptor aldosteron, ACE inhibitor, angiotensin II
antagonis, dan vasodilator langsung seperti hydralazine dan minoxidil (JNC 8, 2014).
Hipertensi selain mendapat terapi farmakologis, juga perlu dilakukan terapi
nonfarmakologis dalam hal modifikasi gaya hidup seperti mempertahankan berat
badan ideal, kurangi asupan natrium, batasi konsumsi alkohol, menurunkan stres dan
menghindari rokok (Wijaya & Putri, 2013). Selain modifikasi gaya hidup, terapi
nonfarmakologis juga terdiri dari terapi komplementer seperti akupuntur, teknik
relaksasi (latihan napas dalam, guided imagery, relaksasi otot progresif) (NIH, 2015).

1. TUJUAN
1) Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi non farmakologi terhadap keluarga Ny H diharapkan
dapat menurunkan tekanan darah.
2) Tujuan Khusus
a. Untuk menurunkan tekanan darah.
b. Untuk mengajarkan kepada keluarga terapi nonfarmakologi terkait
hipertensi

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
3. IMPLEMENTASI
(Terlampir)

4. Keberhasilan NOC
(Terlampir)

Anda mungkin juga menyukai