Anda di halaman 1dari 7

Jurnal neutrino:Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 10, No.2, October 2017(p.

10-13) [10]

PERANCANGAN PERANGKAT DETECTION UNTUK


AIR TERPADU Cu MENGGUNAKAN SENSOR RED
DIODE LASER DAN PHOTODIODA

Frida Agung Rakhmadi*, Siti Rofikhoh


Department of Physics, Science and Technology of Faculty, Sunan Kalijaga
Yogyakarta Jl. Marsda Adisucipto No.1 Yogyakarta 55281

Recieved: 31th July 2017; Revised: 9th October 2017; Accepted: 30th October 2017

ABSTRAK

Penelitian tentang pembuatan sistem deteksi air terkontaminasi Cu berdasarkan laser dioda
merah dan sensor fotodioda telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik sensor fotodioda, untuk membuat dan menguji sistem deteksi air terkontaminasi Cu
berdasarkan laser dioda merah dan sensor fotodioda. Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap:
karakterisasi sensor fotodioda, pembuatan sistem akuisisi data, pengolahan dan analisis data
sampel pelatihan, pembuatan sistem deteksi, dan implementasi sistem deteksi pada sampel uji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sensor fotodioda yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki fungsi transfer V = 0,0156 * I + 1,1897 dengan hubungan input-output sangat kuat (r =
0,989); sensitivitas 0,0156 volt / lux; pengulangan adalah 98,31%; dan saturasi untuk intensitas
cahaya> 200 lux. Sementara itu, tingkat keberhasilan penerapan sistem deteksi pada air
terkontaminasi Cu adalah 97,5%.

Kata Kunci: Deteksi; Cu; Laser Dioda Merah; Sensor fotodioda

Pengantar

Air adalah salah satu elemen penting dalam kehidupan manusia. Sekitar tiga
perempat dari tubuh manusia terdiri dari air. Selain itu, air tanah di sekitar kita
juga turut berperan dalam kehidupan manusia, seperti untuk minum, memasak,
mandi, dan lain-lain. Oleh karena itu, sebagai bagian dari rasa syukur kami kepada
Tuhan S.W.T., maka air di lingkungan kita harus dijaga dengan baik.

Seiring dengan kemajuan kehidupan manusia, kebutuhan akan air bersih juga
semakin meningkat. Namun, kita sering menghadapi air di lingkungan kita yang
tidak lagi dalam kondisi bersih, tetapi sudah terkontaminasi polutan. Jika
keberadaan polutan air tidak dipertimbangkan, di masa depan, kita dapat
mengalami krisis air bersih.

Salah satu polutan air yang paling umum adalah logam berat. Saat ini, keberadaan
logam berat dalam air mudah ditemukan. Ini adalah efek negatif dari
perkembangan industri logam di mana industri tidak memiliki unit penyimpanan /
pemrosesan limbah logam jadi bahwa limbah logamnya dibuang langsung ke
lingkungan.

Upaya menjaga air bersih harus selalu dilakukan sepanjang zaman. Salah satu
upaya yang bisa dilakukan adalah pemantauan air bersih dari logam berat. Salah
satu jenis logam berat adalah logam Cu. Penelitian ini akan fokus pada deteksi air
yang terkontaminasi dengan logam tembaga (Cu).

Alat yang paling umum digunakan untuk mendeteksi keberadaan Cu dalam air
adalah Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Alat deteksi ini memiliki
kelebihan dalam hal kemudahan operasi, kecepatan pembacaan data, dan
kepekaannya terhadap perubahan konsentrasi sampel yang terdeteksi.1 Namun,
tidak semua laboratorium memilikinya karena peralatannya yang relatif mahal dan
biaya perawatan yang tinggi. . 2

Untuk menutupi kelemahan AAS, beberapa jenis penelitian tentang


pengembangan metode deteksi Cu telah dilakukan. Selain AAS, keberadaan Cu
dapat dideteksi menggunakan elektromagnetik dan
fluoresensi.4

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kekayaan peralatan deteksi air


terkontaminasi Cu. Dalam penelitian ini, alat deteksi air yang terkontaminasi Cu
dibuat dengan menggunakan laser dioda merah dan sensor fotodioda. Penggunaan
dioda laser merah dan sensor fotodioda didasarkan pada konsumsi daya yang
rendah dan kemudahan pengadaan.

 
Metode

Penelitian perancangan perangkat deteksi air terkontaminasi Cu menggunakan


laser dioda merah dan sensor fotodioda dilakukan dalam lima fase: karakterisasi
sensor fotodioda, pembuatan sistem akuisisi data, sampling data dan pengolahan
sampel pelatihan, pembuatan sistem deteksi, dan implementasi perangkat deteksi
pada sampel uji. Kelima fase dijelaskan sebagai berikut.

Karakterisasi sensor fotodioda dilakukan untuk menentukan karakter fungsi


transfer dan faktor korelasi sensor fotodioda, sensitivitas, pengulangan, dan
saturasinya. Karakterisasi sensor dilakukan dengan memvariasikan intensitas
input laser dioda merah dan mengukur tegangan keluaran sensor fotodioda.
Intensitas data input dari laser dioda merah dan tegangan output sensor fotodioda
diproses lebih lanjut sedemikian rupa untuk mendapatkan fungsi transfer sensor
fotodioda dan faktor korelasinya, sensitivitas, pengulangan, dan kejenuhannya.

Manufaktur sistem akuisisi data dilakukan melalui dua tahap: manufaktur


perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras dibuat berdasarkan diagram
blok seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Power Red Diode Sample Photodiode Arduino
LCD
Supply Laser Container Sensor Uno

Gambar 1. Blok diagram perangkat keras sistem akuisisi data

Pengumpulan data dari sampel pelatihan bertujuan untuk mengetahui batas output
dari sistem akuisisi data untuk air normal (air dengan kontaminan Cu ≤ 2 ppm)
dan air abnormal (air dengan kontaminan Cu>

2 ppm) .5 Setiap variasi konsentrasi Cu dilakukan pengulangan data yang


mengambil 10 kali, kemudian dihitung rata-rata dan ketidakpastiannya. Dari hasil
pengolahan data, diperoleh "nilai batas" untuk dimasukkan dalam pembuatan
sistem deteksi.

Pembuatan sistem deteksi dilakukan dengan mengganti perangkat lunak perangkat


lunak sistem akuisisi data dengan perangkat lunak sistem deteksi. Pengganti
dilakukan dengan memasukkan "nilai batas" antara air yang dapat terkontaminasi
Cu dan tidak diizinkan itu 4.11 volt.

Implementasi sistem deteksi bertujuan untuk menguji apakah sistem deteksi yang
telah dibuat mampu mengenali sampel uji dengan benar atau tidak. Ketika alat
deteksi diuji dalam air terkontaminasi Cu dengan konsentrasi ≤2 ppm, sistem
seharusnya

tampilkan skrip "NORMAL" di layar LCD. Sebaliknya, jika sistem deteksi diuji
pada air terkontaminasi Cu dengan konsentrasi> 2 ppm, sistem harus
menampilkan skrip "ABNORMAL" pada layar LCD.

Hasil dan Diskusi

Karakterisasi Sensor Photodiode

Hasil karakterisasi sensor diperoleh bahwa sensor fotodioda memiliki fungsi


transfer V = 0,0156 * I + 1,1897 dengan faktor korelasi r = 0,989, sensitivitas
0,0156 volt / lux, pengulangan 98,31%, dan saturasi> 200 lux. Gambar 2
menggambarkan karakteristik sensor yang digunakan dalam penelitian ini.

Fungsi transfer menunjukkan bahwa intensitas yang lebih besar dari sinar laser
dioda merah yang terdeteksi oleh sensor fotodioda, tegangan output sensor
fotodioda juga lebih besar dengan kesamaan linier. Sementara itu, nilai faktor
korelasi 0,989 memberikan informasi bahwa tingkat hubungan antara variabel
intensitas cahaya dan tegangan sangat kuat.6 Fungsi transfer dan faktor
korelasinya berlaku untuk intensitas cahaya 25-200 lux. Peneliti tidak dapat
memproduksi cahaya dengan intensitas <25 lux. Fungsi transfer dan faktor
korelasinya juga tidak berlaku untuk cahaya dengan intensitas> 200 lux, karena
pada intensitas cahaya> 200 lux sensor memiliki saturasi yang berkelanjutan.

Gambar 2. Karakteristik fotodioda


sensor yang digunakan dalam penelitian ini.

Nilai sensitivitas sensor fotodioda 0,0156 volt / lux memberikan informasi bahwa
peningkatan intensitas cahaya dioda laser merah 1 lux akan menghasilkan
tegangan output 0,0156 volt. Dengan demikian, sensor fotodioda yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki sensitivitas kecil karena sensor memberikan output
kecil ke input.7
Nilai pengulangan sensor fotodioda 98,31% menunjukkan bahwa dalam
pengukuran berulang sensor fotodioda mampu menghasilkan nilai yang sama
untuk setiap pengukuran, dengan tingkat kesamaan 98,31%. Nilai pengulangan
sensor fotodioda telah memenuhi persyaratan minimum yang disyaratkan oleh
Standar Nasional Indonesia (SNI) 95,00% dan Standar Internasional (SI) 97,00% .
8

Sistem Deteksi
diserap dan sebagian akan dilanjutkan. Sinar laser yang melewati sampel akan
dideteksi oleh sensor fotodioda, diubah menjadi tegangan. Tegangan output yang
dihasilkan oleh sensor fotodioda akan menjadi input untuk mikrokontroler
Arduino Uno R3. Mikrokontroler akan memproses nilai tegangan dari sensor dan
membandingkannya dengan tegangan referensi. Hasilnya ditampilkan pada LCD
16x2.
Gambar 3. Sistem deteksi Cu Air yang terkontaminasi

Implementasi Sistem Deteksi

Hasil implementasi sistem deteksi pada sampel pelatihan disajikan pada Tabel 1

Table 1. The implementation result of


detection system on training
samples.
Sensor Output
No Cu (ppm)
(volt)
1 1 4,246 ± 0,005
2 2 4,115 ± 0,006
3 3 3,964 ± 0,005
4 4 3,824 ± 0,005
Sistem deteksi yang telah dibuat ditunjukkan pada Gambar 3.

Langkah kerja sistem deteksi pada Gambar 3 dimulai dengan menghubungkan


daya adaptor ke sumber tegangan DC 9 volt. Selanjutnya, sampel air
terkontaminasi Cu dimasukkan ke dalam botol 15 ml, kemudian ditempatkan
dalam wadah sampel. Selanjutnya, sakelar ditekan, sehingga LCD dan laser dioda
merah akan menyala sebagai indikator bahwa alat siap digunakan. Sinar laser
merah pada sampel, sebagian Tabel 1 menunjukkan bahwa hubungan antara
tingkat konsentrasi logam Cu dalam air dan tegangan sensor fotodioda berbanding
terbalik. Semakin tinggi konsentrasi logam Cu dalam air, semakin rendah
tegangan output sensor fotodioda. Besarnya tegangan output sensor fotodioda
dipengaruhi oleh jumlah pasangan elektron-lubang yang dihasilkan oleh jumlah
intensitas cahaya yang ditangkap oleh sensor fotodioda.6 Semakin tinggi
konsentrasi logam Cu dalam air, maka cahaya yang diserap oleh air akan semakin
banyak, sehingga cahaya dilewatkan semakin sedikit. Karena cahaya dilewatkan
kurang dan kurang, pasangan elektron-lubang terbentuk juga kurang, sehingga
tegangan output sensor fotodioda semakin kecil.
Hasil penerapan sistem deteksi pada sampel uji memiliki keberhasilan 97,50%.
Keberhasilan sistem deteksi telah memenuhi standar minimum yang disyaratkan
oleh SNI dan SI. Dengan demikian, sistem deteksi air yang terkontaminasi logam
Cu yang telah dibuat menggunakan laser merah dan sensor fotodioda mampu
mengenali sampel uji air yang terkontaminasi dengan logam Cu dengan baik.
Dengan demikian, sistem deteksi ini dapat menjadi alternatif dalam pemantauan
air yang terkontaminasi dengan logam Cu. Kelebihan dari sistem yang telah
dibuat adalah murah dalam pembuatan, portabel, dan mudah dalam
pengoperasian.

Kesimpulan

Satu set sistem deteksi air terkontaminasi Cu menggunakan dioda laser merah dan
sensor fotodioda telah berhasil diproduksi. Sensor fotodioda yang digunakan
dalam sistem ini memiliki karakteristik: 1) fungsi transfer V = 0,0156 * I + 1,1897
dengan hubungan input-output yang sangat kuat, 2) sensitivitas 0,0156 volt / lux,
3) pengulangan 98, 31%, dan 4 ) saturasi pada nilai masukan intensitas cahaya>
200 lux. Implementasi sistem deteksi pada air terkontaminasi Cu memiliki
keberhasilan 97,50%.

Untuk pengembangan di masa mendatang, disarankan untuk melakukan hal


berikut: 1) Sistem deteksi ini dapat dikembangkan dengan mengganti dengan
sensor cahaya lain seperti sensor phototransistor, 2) Parameter intensitas cahaya
dapat diganti dengan parameter lain seperti konduktivitas, 3) Indikator untuk
menampilkan output tidak hanya pada LCD tetapi melalui suara menggunakan
buzzer dan indikator LED, 4) Terapkan sistem deteksi ini ke objek lain.

Referensi

1. Supriyanto C.S., Kamal, Z. Analisis Kontaminasi Logam Berat Pb, Cu dan Cd


pada Ikan Air Tawar dengan Metode Atomic Absorption Spectrometry (AAS).
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir III. 2012: 147-152. (di
Indonesia)

2. Kristianingrum, S. Modifikasi Metode Analisis Merkuri dalam Lingkungan


Akuatik. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Aplikasi
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 2007. (di Indonesia)

3. Rakhmadi, F.A., Dewi, A.R., Azizi, A.F. Desain Alat Deteksi untuk Cu
Terkontaminasi Air Menggunakan Prinsip Induksi. Jurnal Ilmiah Fisika Indonesia.
2015 April; 5 (1): 79-85.
4. Jung, K.H., Oh, E.T., Park, H.J., Lee, K.Y. Pengembangan Reseptor Peptida
Baru dari Fluorescent Probe dengan Afinitas Femtomolar untuk Cu + dan Deteksi
Cu+ di Golgi Apparatus.

5. Kusnaedi, Pengolahan Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya;
2010. (di Indonesia)

6. Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta; 2007. (di Indonesia)

7. Fraden, J. Handbook Of Modern Sensor: Fisika, Desain, dan Aplikasi, 4nd-Ed,


New York: Springer-Verlag, 2010.

8. Suryono. Workshop Peningkatan Kualitas Dosen dan Siswa Penelitian.


Yogyakarta: Jurusan Fisika UIN Sunan Kalijaga. 2012.(di Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai