Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PENGARUH KEMAJUAN INDUSTRI TEKNOLOGI IT PADA PERTAHANAN


NASIONAL INDONESIA”

Dosen Pengampu:

DRS. MONANG DJIHADO HARAHAP, S.I.P., M.Si.

Disusun Oleh:

GLORIANA TIO FHANIA

173112420150051

UNIVERSITAS NASIONAL

2018
PENDAHULUAN

I.1 Kondisi Kekinian

Pada saat ini, kita hidup di zaman globalisasi atau bisa juga disebut zaman
modernisasi. Modernisasi sendiri dalam ilmu sosial merujuk pada bentuk transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan
kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Modernisasi mencakup banyak bidang,
contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan manusia akan teknologi
juga didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang dan
semakin mendunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi dan penemuan yang
sederhana hingga sangat rumit. Bahkan, kurang dari 10 tahun terakhir, teknologi handphone
yang awalnya hanya sebuah alat komunikasi nirkabel berkembang menjadi alat komunikasi
yang dapat mengambil foto, merekam video, mendengarkan musik, dan mengakses internet
dalam hitungan detik. Menurut mantan Menteri dan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana, kemajuan teknologi di Indonesia masih rendah.
Ada beberapa indikator yang membuktikan rendahnya tingkat teknologi di Indonesia, seperti
kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi kebijakan
masih lemah, dan sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia. Berdasarkan data United Nation
for Development Program (UNDP) pada tahun 2013, indeks pencapaian teknologi Indonesia
berada pada urutan ke-60 dari 72 negara. Ukurannya berdasarkan kepada penciptaan
teknologi yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan
teknologi, difusi inovasi teknologi mutakhir yng diukur dari jumlah pengguna internet dan
besaran sumbangan ekspor teknologi terhadap barang ekspor, difusi inovasi teknologi lama
yang dilihat dari jumlah pengguna telepon dan pemakai listrik, tingkat pendidikan penduduk
berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, dan angka partisipasi kasr
penduduk yang menempuh pendidikan tinggi di bidang iptek. Berdasarkan beberapa fakta
yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia masih sangat rendah bahkan bisa dibilang tertinggal jika dibandingkan
negara-negara lain. Hendaknya, kita terus meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk memajukan negara kita.
I.2 Problematika

Pengalaman negara-negara maju dan negara baru maju menunjukkan bahwa kekuatan
ekonomi berakar pada kemampuan teknologi dan inovasi yang dimiliki. Kemampuan
teknologi yang tinggi telah memberikan kekuatan untuk bersaing dan peluang dalam kancah
perdagangan internasional yang kompetitif. Sulit untuk dibantah bahwa kemampuan
teknologi yang dimiliki oleh suatu bangsa akan sangat menentukan daya saing, sehingga
semua negara di dunia berusaha untuk mengejar ketertinggalannya dalam penguasaan Iptek.
Keberhasilan negara-negara baru maju di Asia Timur tidak dapat diulang dengan mudah di
negara berkembang tapi perlu diciptakan kondisi tertentu dan berupaya mengatasi masalah-
maslah dalam pengembangan IPTEK seperti akan diuraikan di bawah ini:

1.      Keterbatasan Sumber Daya Iptek


            Masih terbatasnya sumber daya iptek tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001
adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
Selain itu rasio anggaran iptek terhadap PDB sejak tahun 2000 mengalami penurunan, dari
0,052 persen menjadi 0,039 persen pada tahun 2002. Rasio tersebut jauh lebih kecil
dibandingkan rasio serupa di ASEAN. Sementa. Kecilnya anggaran iptek berakibat pada
terbatasnya fasilitas riset, kurangnya biaya untuk operasi dan pemeliharaan.

2.      Belum Berkembangnya Budaya Iptek


Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai iptek yang
mempunyai penalaran obyektif, rasional, maju, unggul dan mandiri. Pola pikir masyarakat
belum berkembang ke arah yang lebih suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih suka
membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekedar
menggunakan teknologi yang ada.

3.      Belum Optimalnya Mekanisme Intermediasi Iptek


Belum optimalnya mekanisme intermediasi iptek yang menjembatani interaksi antara
kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan pengguna. Masalah ini dapat terlihat dari belum
tertatanya infrastruktur iptek, seperti institusi yang mengolah dan menterjemahkan hasil
pengembangan iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam
sistem produksi.
4.      Belum Terkaitnya Kegiatan Riset dengan Kebutuhan Nyata
Kegiatan penelitian yang tidak didorong oleh kebutuhan penelitian yang jelas dan
eksplisit, menyebabkan lembaga-lembaga litbang tidak memiliki kewibawaan sebagai sebuah
instansi yang memberi pijakan saintifik bagi kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.
Salah satu dampak langsung dengan adanya kegiatan riset yang tidak didasari oleh kebutuhan
yang jelas adalah terjadinya inefisiensi yang luar biasa akibat duplikasi penelitian atau
plagiarisme.
Dampak lainnya adalah merapuhnya budaya penelitian sebagai pondasi kelembagaan
ristek, seperti yang terjadi pada sektor pendidikan. Pendidikan di Indonesia dapat dikatakan
telah gagal membudayakan rasa ingin tahu, budaya belajar dan apresiasi yang tinggi pada
pencapaian ilmiah.

5.      Masih Rendahnya Aktifitas Riset di Perguruan Tinggi


Perguruan tinggi yang diharapkan menjadi sebuah pusat keunggulan (centre of
excellence) juga belum berhasil mengarusutamakan penelitian dan pengembangan dalam Tri
Dharma Perguruan Tingginya. Hal ini berakibat pada:
1. Terjadi brain draining tenaga peneliti ke kegiatan-kegiatan non-penelitian
2. Pengusangan bahan-bahan belajar
3. Penurunan relevansi pendidikan dan layanan masyarakat
4. Pendidikan pascasarjana, terutama tingkat Doktor (S-3) tidak berkembang
5. Kekayaan intelektual PT tidak berkembang, dan
6. Kelas kreatif dan kewirausahaan (enterpreneurships) tidak berkembang.

Belum ada satupun univesitas yang layak disebut sebagai  Universitas Riset yang
sanggup menghasilkan pertahun 50 doktor dengan karya ilmiah berreputasi internasional.
Banyak perguruan tinggi menomorsatukan pendidikan sarjana strata 1 dengan berbagai
macam model rekrutmen, untuk menarik dana masyarakat. Pendidikan pasca sarjana,
terutamapendidikan doktor, sebagai pendidikan berbasis riset belum dianggap sebagai motor
penggalian dana yang berarti. Kerjasama penelitian pascasarjana dengan industri juga masih
amat langka.16
Komunikasi ilmiah antar peneliti dan profesional dalam PT yang sama juga rendah, sehingga
kohesivitas peneliti di PT juga rendah. Penggunaan sumber daya bersama (resource sharing)
antar laboratorium PT juga rendah, akibatnya justru utilisasi peralatan laboratorium tersebut
juga rendah.
I.3 Dampak terhadap Pertahanan Nasional

 Dampak positif dibidang pertahanan keamanan

1. Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap


dilaksanakannya hak-hak asasi manusia.
2. Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih
profesional, transparan, dan akuntabel.
3. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi sebatas
penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara yang profesional.
4. Rakyat merasa terlindungi dari ancaman pihak yang tidak bertanggung jawab
menghancurkan negara.
5. Rakyat punya impian dengan nasib bangsanya sendiri bukan dari dorongan pihak
manapun.
6. Rakyat adpat menentukan haknya sendiri dalam membangun bangsa sesuai dasar
dasar negara yang ada.
7. Rakyat akan mempunyai kesadaran akan cinta tanah air dan bangsa

 Dampak negatif dibidang pertahanan dan keamanan

1. Peran masyarakat dalam menjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara


semakin berkurang karena hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab pihak
tentara dan polisi.
2. Perubahan dunia yang cepat, mampu mempengaruhi pola pikir masyarakat secara
global. Masyarakat sering kali mengajukan tuntutan kepada pemerintah dan jika
tidak dipenuhi, masyarakat cenderung bertindak anarkis sehingga dapat
mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
3. Jika terlalu ketat dalam pertahanan dikuatirkan kehidupan rakyat tidak
berkembang.
4. Jika terlalu ketat dikuatirkan menambah ketakutan yang berlebihan tentang aparat
pertahanan bangsa.
5. Jika terlalu ketat dikuatirkan malah menjadi terisolasi.
6. Pada dasarnya terlalu berlebihan itu tidak baik.

PEMBAHASAN

II.1 Arti Ketahanan Nasional bagi Suatu Negara

Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar
dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara
agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki
kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional. Kondisi atau
situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-ubah tidak statik.
Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya. Karena itu
ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman
yang akan dihadapi dan inilah yang disebut dengan sifat dinamika pada ketahanan nasional.

II.2 Unsur-Unsur dalam Ketahanan Nasional

Gatra ketahanan nasional Indonesia disebut Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri
atas Tri Gatra (tiga gatra) dan panca gatra (lima gatra). Unsur atau gatra dalam Ketahanan
Nasional Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:

Tiga aspek kehidupan alamiah (Tri Gatra), yaitu:

1. Gatra letak dan kedudukan geografi


2. Gatra keadaan dan kekayaan alam
3. Gatra keadaan dan kemampuan penduduk
Lima aspek kehidupan sosial (Panca Gatra)

1. Gatra ideology
2. Gatra politik
3. Gatra ekonomi
4. Gatra sosial budaya (sosbud)
5. Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)

1.      Gatra dalam Ketahanan Nasional

Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara
terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara.

Penjelasan Atas Tiap Gatra dalam Ketahanan Nasional:

a.      Unsur atau Gatra Penduduk

Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut.

 Aspek kualitas mencakup tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan


kepribadian.

 Aspek kualitas yang mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran; perataan


dan perimbangan penduduk di tiap wilayah negara. Terkait dengan unsur penduduk
adalah faktor moral nasional dan karakter nasional. Moral nasional menunjukan pada
dukungan rakyat secara penuh terhadap negaranya kita menghadapi ancaman.
Karakter nasional menunjukan pada ciri-ciri khusus yang dimiliki suatu bangsa
sehingga bias dibedakan dengan bangsa lain. Moral dan karakter nasional
mempengaruhi ketahanan suatu bangsa.
b.      Unsur atau Gatra Wilayah

Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan wilayah
negara meliputi:

 Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara
continental
 Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil)
 Posisi geografis, astronomi dan geologis negara
 Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah
yangunhabitable.

Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang ini perlu dipertimbangkan
adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi. Suatu wilayah yang pada
awalnya sama sekali tidak mendukung kekuatan nasional, karena penggunaan teknologi maka
wilayah itu kemudian menjadi unsur kekuatan nasional negara. Misalnya, wilayah kering
dibuat saluran atau sungai buatan.

c.       Unsur atau Gatra Sumber Daya Alam

Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional,
meliputi:

 Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati dan tambang
 Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam
 Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan
lingkungan hidup
 Kontrol sumber daya alam.
d.      Unsur atau gatra di Bidang Ideologi

Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang
kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti, 1999). Ideologi itu berisikan
serangkaian nilai (norma) atau sistem dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang
dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan
hidup mereka.

Ideologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu:

 Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya
nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju
secara bersama.

  Sebagai sarana pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat


yang banyak dan beragam itu bersedia menjadikan idiologi sebagai milik bersama dan
menjadikannya bersatu.

e.       Unsur atau Gatra di Bidang Politik

Politik penyelenggaraan bernegara amat memengaruhi kekuatan nasional suatu negara.


Penyelenggara bernegara dapat ditinjau dari beberapa aspek, seperti:

 Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi
 Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer
 Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan
 Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.

Pemilihan suatu bangsa atas politik penyelenggaraan bernegara tertentu saja tergantung pada
nilai-nilai dan aspirasi bangsa yang bersangkutan. Dalam realitasnya, sebuah bangsa bias
mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian politik penyelenggaraan bernegara.
Misalnya negara Prancis dari bentuk kerajaan menjadi republik.
Bangsa Indonesia sekarang ini telah berketetapan untuk mewujudkan negara Indonesia yang
bersusunan kesatuan, berbentuk republik dengan sistem pemerintahan presidensiil. Adapun
sistem politik yang dijalankan adalah sistem politik demokrasi (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945).

f.       Unsur atau Gatra di Bidang Ekonomi

Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara
yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung
dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang
ekonomi tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia.
Contoh, Jepang dan Cina.

Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi
bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula
mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi
bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi Pancasila
yang bercorak kekeluargaan.

g.      Unsur atau Gatra di Bidang Sosial Budaya

Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-
hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang 
dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya,
bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang
relatif homogen.

Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga dapat memperkuat
kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi kebijakan,
yaitu “assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy” (Winarno, 2002). Strategi
pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil yang
berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan
kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat ditentukan strategi
mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi dari keduanya. Kesalahan
dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke perpecahan bahkan perang
saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.

h.      Unsur atau Gatra di bidang Pertahanan Keamanan

Pertahanan keamanan suatu negara merupakan unsur pokok terutama dalam


menghadapi ancaman militer negara lain. Oleh karena itu, unsur utama pertahanan keamanan
berada di tangan tentara (militer). Pertahanan keamanan negara juga merupakan salah satu
fungsi pemerintahan negara.

Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari hak
dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat menggunakan
cara yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang dianut oleh negara.
Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa, kepentingan nasional dan
konteks zamannya.

Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat
semesta dengan menempatkan tentara sebagai komponen utama pertahanan.

Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang meliputi unsur-
unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan
alam, (3) kependudukan disebut Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.

            Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling
hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila
dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan
Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional
Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan disalahsatu gatra
dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi kondisi secara keseluruhan.
Ketahanan Nasional Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative dari kondisi dinamik kehidupan
bangsa di seluruh aspek kehidupan.
II.3 Problematika Pertahanan Nasional (Kerawanan TANAS)

Faktor-faktor yang mengganggu ketahanan nasional adalah berbagai macam bentuk tindakan
maupun pemikiran yang mengancam ketahanan nasional suatu negara. Faktor-faktor
pengganggu ini dapat disebut sebagai ancaman ketahanan nasional. Ancaman ketahanan
nasional dapat dikategorikan sebagai berikut :

a.       Berdasarkan asal datangnya ancaman

 Ancaman dari luar, yaitu segala ancaman terhadap ketahanan nasional yang berasal
dari luar negeri.
 Ancaman dari dalam, yaitu segala ancaman terhadap ketahanan nasional yang berasal
dari dalam negeri.

b.      Berdasarkan bentuk ancaman

 Ancaman fisik, yaitu segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu ketahanan
nasional suatu negara yang dilakukan dengan tindakan secara fisik, seperti serangan
senjata, penghilangan nyawa manusia, perusakan fasilitas, terorisme, konflik
berdarah, dan lain-lain baik berasal dari dalam maupun luar negeri.
 Ancaman ideologis, yaitu segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu ketahanan
nasional suatu negera yang dilakukan dalam tataran pemikiran, seperti perang
ideologi, arus globalisasi, kepentingan politik, dan lain-lain baik berasal dari dalam
maupun dalam negeri.

1. Contoh ancaman fisik dari luar


a. Penyerangan tentara Amerika ke Irak
b.  Serangan rudal Israel ke Palestina
c. Penembakan kapal patroli Indonesia oleh Malaysia
d. Agresi militer Belanda di Indonesia
e. Penjajahan bangsa Eropa di Indonesia

2. Contoh ancaman ideologi dari luar

a. Perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet


b. Masuknya berbagai kebudayaan dan paham baru dari luar negeri
c. Adanya campur tangan politik dari badan-badan asing di dalam negeri
d. Maraknya media propaganda asing
e. Adu domba yang dilakukan pihak asing
f. Pemberlakuan aturan-aturan tertentu yang dilakukan oleh pihak asing yang
merugikan negara lain, seperti larangan terbang maskapai penerbangan Indonesia
ke Eropa

3. Contoh ancaman fisik dari dalam

a. Teror bom Solo


b. Penyerangan antar suku di Papua
c. Tawuran antar warga di Makassar
d. Penjarahan toko milik etnis Tionghoa oleh warga pribumi
e. Kerusuhan massa di Jakarta
f. Perusakan kantor walikota oleh warga yang marah
g. Kekejaman aparat keamanan terhadap mahasiswa saat demonstrasi tahun 1998
h. Perusakan dan vandalisme terhadap fasilitas umum

4. Contoh ancaman ideologi dari dalam

a. Munculnya paham-paham radikal dan ekstrimis dari dalam negeri


b. Munculnya berbagai aliran sesat di Indonesia
c.  Provokasi dari kelompok masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat
lainnya yang mengandung unsur SARA
d. Adanya stereotipe tertentu yang terbentuk dalam suatu masyarakat dalam menilai
masyarakat lainnya
e. Sikap apatis terhadap pemerintah
f. Sikap mau menang sendiri dalam masyarakat suatu Negara
g. Permainan kotor para politisi dan pejabat Negara
h. Kurangnya kecintaan terhadap produk dalam negeri

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Demikianlah satu uraian singkat tentang perkembangan teknologi dan industri


pertahanan yang kita perlukan. Apabila usaha ini kita lakukan dengan serieus Indonesia akan
mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Namun di pihak lain kita juga harus siap bahwa
negara lain yang disaingi industri pertahanannya akan kurang senang kepada kita. Hal
demikian mempengaruhi politik luar negeri Indonesia. Untuk mencegah timbulnya persepsi
yang salah, maka diperlukan diplomasi yang cerdik dan pandai serta penyebaran informasi
yang luas bahwa Indonesia bukan membentuk kemampuan yang bermaksud menyerang.
Melainkan semata-mata untuk dapat menyelenggarakan pertahanan negaranya secara mandiri
dan efektif. Indonesia sebagai bangsa yang berpedoman kepada Pancasila sebagai dasar
negara tetap bertujuan memelihara perdamaian dunia dan kesejahteraan internasional serta
memberikan sumbangan bagi perwujudannya .

III.2 Usul/Saran

Semakin berkembangnya zaman, teknologi juga akan semakin maju. Maka itulah,
ketahanan nasional yang ada di Indonesia ini mengikuti era globalisasi dan perkembangan
teknologi yang semakin maju. Perlu pengawasan dari pemeritah atas penggunaan teknologi
saat ini demi terjaganya ketahanan bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai