Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
173112420150051
UNIVERSITAS NASIONAL
2018
PENDAHULUAN
Pada saat ini, kita hidup di zaman globalisasi atau bisa juga disebut zaman
modernisasi. Modernisasi sendiri dalam ilmu sosial merujuk pada bentuk transformasi dari
keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan
kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik. Modernisasi mencakup banyak bidang,
contohnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan manusia akan teknologi
juga didukung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Perkembangan teknologi berkembang secara drastis dan terus berevolusi hingga sekarang dan
semakin mendunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi dan penemuan yang
sederhana hingga sangat rumit. Bahkan, kurang dari 10 tahun terakhir, teknologi handphone
yang awalnya hanya sebuah alat komunikasi nirkabel berkembang menjadi alat komunikasi
yang dapat mengambil foto, merekam video, mendengarkan musik, dan mengakses internet
dalam hitungan detik. Menurut mantan Menteri dan Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Armida Alisjahbana, kemajuan teknologi di Indonesia masih rendah.
Ada beberapa indikator yang membuktikan rendahnya tingkat teknologi di Indonesia, seperti
kurangnya kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi kebijakan
masih lemah, dan sedikitnya jumlah ilmuwan di Indonesia. Berdasarkan data United Nation
for Development Program (UNDP) pada tahun 2013, indeks pencapaian teknologi Indonesia
berada pada urutan ke-60 dari 72 negara. Ukurannya berdasarkan kepada penciptaan
teknologi yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan
teknologi, difusi inovasi teknologi mutakhir yng diukur dari jumlah pengguna internet dan
besaran sumbangan ekspor teknologi terhadap barang ekspor, difusi inovasi teknologi lama
yang dilihat dari jumlah pengguna telepon dan pemakai listrik, tingkat pendidikan penduduk
berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, dan angka partisipasi kasr
penduduk yang menempuh pendidikan tinggi di bidang iptek. Berdasarkan beberapa fakta
yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di Indonesia masih sangat rendah bahkan bisa dibilang tertinggal jika dibandingkan
negara-negara lain. Hendaknya, kita terus meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi untuk memajukan negara kita.
I.2 Problematika
Pengalaman negara-negara maju dan negara baru maju menunjukkan bahwa kekuatan
ekonomi berakar pada kemampuan teknologi dan inovasi yang dimiliki. Kemampuan
teknologi yang tinggi telah memberikan kekuatan untuk bersaing dan peluang dalam kancah
perdagangan internasional yang kompetitif. Sulit untuk dibantah bahwa kemampuan
teknologi yang dimiliki oleh suatu bangsa akan sangat menentukan daya saing, sehingga
semua negara di dunia berusaha untuk mengejar ketertinggalannya dalam penguasaan Iptek.
Keberhasilan negara-negara baru maju di Asia Timur tidak dapat diulang dengan mudah di
negara berkembang tapi perlu diciptakan kondisi tertentu dan berupaya mengatasi masalah-
maslah dalam pengembangan IPTEK seperti akan diuraikan di bawah ini:
Belum ada satupun univesitas yang layak disebut sebagai Universitas Riset yang
sanggup menghasilkan pertahun 50 doktor dengan karya ilmiah berreputasi internasional.
Banyak perguruan tinggi menomorsatukan pendidikan sarjana strata 1 dengan berbagai
macam model rekrutmen, untuk menarik dana masyarakat. Pendidikan pasca sarjana,
terutamapendidikan doktor, sebagai pendidikan berbasis riset belum dianggap sebagai motor
penggalian dana yang berarti. Kerjasama penelitian pascasarjana dengan industri juga masih
amat langka.16
Komunikasi ilmiah antar peneliti dan profesional dalam PT yang sama juga rendah, sehingga
kohesivitas peneliti di PT juga rendah. Penggunaan sumber daya bersama (resource sharing)
antar laboratorium PT juga rendah, akibatnya justru utilisasi peralatan laboratorium tersebut
juga rendah.
I.3 Dampak terhadap Pertahanan Nasional
PEMBAHASAN
Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang
berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar
dari berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara
agar dapat menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki
kemampuan, keuletan, dan daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional. Kondisi atau
situasi dan juga bisa dikatakan sikon bangsa kita ini selalu berubah-ubah tidak statik.
Ancaman yang dihadapi juga tidak sama, baik jenisnya maupun besarnya. Karena itu
ketahanan nasional harus selalu dibina dan ditingkatkan, sesuai dengan kondisi serta ancaman
yang akan dihadapi dan inilah yang disebut dengan sifat dinamika pada ketahanan nasional.
Gatra ketahanan nasional Indonesia disebut Asta Gatra (delapan gatra), yang terdiri
atas Tri Gatra (tiga gatra) dan panca gatra (lima gatra). Unsur atau gatra dalam Ketahanan
Nasional Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gatra ideology
2. Gatra politik
3. Gatra ekonomi
4. Gatra sosial budaya (sosbud)
5. Gatra pertahanan dan keamanan (hankam)
Unsur, elemen atau faktor yang mempengaruhi kekuatan/ketahanan nasional suatu Negara
terdiri atas beberapa aspek. Para ahli memberikan pendapatnya mengenai unsur-unsur
kekuatan nasional suatu Negara.
Penduduk suatu negara menentukan kekuatan atau ketahanan nasional negara yang
bersangkutan, faktor yang berkaitan dengan penduduk negara meliputi dua hal berikut.
Wilayah turut pula menentukan kekuatan nasional negara. Hal yang terkait dengan wilayah
negara meliputi:
Bentuk wilayah negara dapat berupa negara pantai, negara kepulawan atau negara
continental
Luas wilayah negara; ada negara dengan wilayah yang luas dan negara dengan
wilayah yang sempit (kecil)
Posisi geografis, astronomi dan geologis negara
Daya dukung wilayah negara; ada wilayah yang habitable dan ada wilayah
yangunhabitable.
Dalam kaitannya dengan wilayah negara, pada masa sekarang ini perlu dipertimbangkan
adanya kemajuan teknologi, kemajuan informasi dan komunikasi. Suatu wilayah yang pada
awalnya sama sekali tidak mendukung kekuatan nasional, karena penggunaan teknologi maka
wilayah itu kemudian menjadi unsur kekuatan nasional negara. Misalnya, wilayah kering
dibuat saluran atau sungai buatan.
Hal-hal yang berkaitan dengan unsur sumber daya alam sebagai elemen ketahanan nasional,
meliputi:
Potensi sumber daya alam wilayah yang bersangkutan mencakup sumber daya alam
hewani, nabati dan tambang
Kemampuan mengeksplorasi sumber daya alam
Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhitungkan masa depan dan
lingkungan hidup
Kontrol sumber daya alam.
d. Unsur atau gatra di Bidang Ideologi
Ideologi adalah seperangkat gagasan, ide, cita dari sebuah masyarakat tentang
kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk tujuan yang harus dicapai dan cara-cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. (Ramlan Surbakti, 1999). Ideologi itu berisikan
serangkaian nilai (norma) atau sistem dasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang
dimiliki dan dipegang oleh suatu masyarakat atau bangsa sebagai wawasan atau pandangan
hidup mereka.
Ideologi mengandung ketahanan suatu bangsa oleh karena idiologi bagi suatu bangsa
memiliki dua fungsi pokok, yaitu:
Sebagai tujuan atau cinta-cinta dari kelompok masyarakat yang bersangkutan, artinya
nilai-nilai yang terkandung dalam idiologi itu menjadi cita-cita yang hendak dituju
secara bersama.
Sistem politik yang dipakai yaitu apakah sistem demokrasi atau nondemokrasi
Sistem pemerintahan yang dijalankan apakah sistem presidensiil atau parlementer
Bentuk pemerintah yang dipilih apakah republik atau kerajaan
Suatu negara yang dibentuk apakah sebagai negara kesatuan atau negara serikat.
Pemilihan suatu bangsa atas politik penyelenggaraan bernegara tertentu saja tergantung pada
nilai-nilai dan aspirasi bangsa yang bersangkutan. Dalam realitasnya, sebuah bangsa bias
mengalami beberapa kali perubahan dan pergantian politik penyelenggaraan bernegara.
Misalnya negara Prancis dari bentuk kerajaan menjadi republik.
Bangsa Indonesia sekarang ini telah berketetapan untuk mewujudkan negara Indonesia yang
bersusunan kesatuan, berbentuk republik dengan sistem pemerintahan presidensiil. Adapun
sistem politik yang dijalankan adalah sistem politik demokrasi (Pasal 1 ayat (2) UUD 1945).
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu negara merupakan kekuatan nasional negara
yang bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung
dalam upaya pemberian dan distribusi kebutuhan warga negara. Kemajuan pusat di bidang
ekonomi tertentu saja menjadikan negara yang bersangkutan tumbuh sebagai kesatuan dunia.
Contoh, Jepang dan Cina.
Setiap negara memiliki sistem ekonomi dalam rangka mendukung kekuatan ekonomi
bangsanya. Sistem ekonomi secara garis besar dikelompokan menjadi dua macam yaitu
sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi sosialis. Suatu negara dapat pula
mengembangkan sistem ekonomi yang dianggap sebagai cerminan dari nilai dan idiologi
bangsa yang bersangkutan. Contoh, bangsa Indonesia menyatakan sistem ekonomi Pancasila
yang bercorak kekeluargaan.
Unsur budaya di masyarakat juga menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-
hal yang dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang
dihadapi bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya nasyarakatnya. Contohnya,
bangsa Indonesia yang heterogen berbeda dengan bangsa Israel atau bangsa Jepang yang
relatif homogen.
Pengembangan integrasi nasional menjadi hal yang amat penting sehingga dapat memperkuat
kekuatan nasionalnya. Integrasi bangsa dapat dilakukan dengan 2 (dua) strategi kebijakan,
yaitu “assimilationist policy” dan “bhinneka tunggal ika policy” (Winarno, 2002). Strategi
pertama dengan cara penghapusan sifat-sifat cultural utama dari komunitas kecil yang
berbeda menjadi sebuah kebudayaan nasional. Strategi kedua dengan cara penciptaan
kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan lokal, Tidak dapat ditentukan strategi
mana yang paling benar. Negara dapat pula melakukan kombinasi dari keduanya. Kesalahan
dalam strategi dapat mengantarkan bangsa yang bersangkutan ke perpecahan bahkan perang
saudara. Misal, perpecahan etnis di Yugoslavia, pertentangan antara suku Huttu dan Tutsi di
Rwanda, perang saudara antara bangsa Sinhala dan Tamil di Sri Lanka.
Negara dapat melibatkan rakyatnya dalam upaya pertahanan negara sebagai bentuk dari hak
dan kewajiban warga negara dalam membela negara. Upaya melibatkan rakyat menggunakan
cara yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan politik pertahanan yang dianut oleh negara.
Politik pertahanan negara disesuaikan dengan nilai filosofis bangsa, kepentingan nasional dan
konteks zamannya.
Bangsa Indonesia dewasa ini menetapkan politik pertahanan sesuai dengan Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara. Pertahanan negara Indonesia bersifat
semesta dengan menempatkan tentara sebagai komponen utama pertahanan.
Ketahanan Nasional Indonesai dikelola berdasarkan unsur Astagrata yang meliputi unsur-
unsur (1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) idiologi, (5) politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya, dan (8) pertahanan keamana. Unsur (1) geografi, (2) kekayaan
alam, (3) kependudukan disebut Trigatra. Unsur keamanan disebut Pancagatra.
Kebutuhan Nasional adalah suatu pengertian holistik, dimana terdapat saling
hubungan antara gatra dalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagrata). Kualitas Pancasila
dalam kehidupan nasional Indonesai tersebut terintegrasi dan dalam integrasinya dengan
Trigrata. Keadaaan kedelapan unsur tersebut mencerminkan kondisi Ketahanan Nasional
Indonesia, apabila ketahanan nasional kita kuat atau lemah. Kelemahan disalahsatu gatra
dapat mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan memengaruhi kondisi secara keseluruhan.
Ketahanan Nasional Indonesia bahkan merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap
gatranya, melainkan suatu hasil keterkaitan yang integrative dari kondisi dinamik kehidupan
bangsa di seluruh aspek kehidupan.
II.3 Problematika Pertahanan Nasional (Kerawanan TANAS)
Faktor-faktor yang mengganggu ketahanan nasional adalah berbagai macam bentuk tindakan
maupun pemikiran yang mengancam ketahanan nasional suatu negara. Faktor-faktor
pengganggu ini dapat disebut sebagai ancaman ketahanan nasional. Ancaman ketahanan
nasional dapat dikategorikan sebagai berikut :
Ancaman dari luar, yaitu segala ancaman terhadap ketahanan nasional yang berasal
dari luar negeri.
Ancaman dari dalam, yaitu segala ancaman terhadap ketahanan nasional yang berasal
dari dalam negeri.
Ancaman fisik, yaitu segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu ketahanan
nasional suatu negara yang dilakukan dengan tindakan secara fisik, seperti serangan
senjata, penghilangan nyawa manusia, perusakan fasilitas, terorisme, konflik
berdarah, dan lain-lain baik berasal dari dalam maupun luar negeri.
Ancaman ideologis, yaitu segala bentuk ancaman yang dapat mengganggu ketahanan
nasional suatu negera yang dilakukan dalam tataran pemikiran, seperti perang
ideologi, arus globalisasi, kepentingan politik, dan lain-lain baik berasal dari dalam
maupun dalam negeri.
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Usul/Saran
Semakin berkembangnya zaman, teknologi juga akan semakin maju. Maka itulah,
ketahanan nasional yang ada di Indonesia ini mengikuti era globalisasi dan perkembangan
teknologi yang semakin maju. Perlu pengawasan dari pemeritah atas penggunaan teknologi
saat ini demi terjaganya ketahanan bangsa Indonesia.