Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HERPES

Stase Keperawatan Medikal Bedah


(KMB)

Gloriana Tio Fhania


214291517028
Konsep Dasar

Definisi

 Herpes merupakan penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan pada kulit yang berwarna
kemerahan dan berisi cairan. Penyakit herpes termasuk dalam penyakit jangka panjang dan virusnya bisa
bertahan seumur hidup di dalam tubuh seseorang (Rizal, 2020).

 Herpes adalah erupsi kulit yang menyebar yang disebabkan oleh virus herpes dan ditandai oleh
pembentukan vesikel kecil yang mengelompok (Dorland, 2017).

 Herpes merupakan radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air
pada dasar peradangan dan berkelompok (Dewasty, 2007).
Etiologi
Herpes Simpleks : disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) & dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
a) HSV tipe 1 : menyebabkan demam seperti pilek dengan menimbulkan luka di bibir semacam sariawan. HSV jenis
ini ditularkan melalui bercumbu oral atau bertukar alat makan seperti sendok – garpu (misalnya suap-suapan
dengan teman yg terinteksi virus ini).
b) HSV tipe 2 : dapat menyebabkan luka di daerah alat vital sehingga suka disebut genital herpes, yang muncul luka-
luka di seputar penis atau vagina. HSV 2 ini juga bisa menginfeksi bayi yang baru lahir jika dia dilahirkan secara
normal dari ibu penderita herpes, HSV-2 ini umumnya ditularkan melalui hubungan seksual.

Herpes Zoster
• Penyebab dari herpes zoster adalah infeksi Varicella Zoster Virus (VZV) yakni juga menyebabkan cacar air
(chickenpox). Penderita herpes zoster adalah mereka yang sebelumnya pernah mengalami cacar air.
• Penyebab aktifnya kembali virus hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun, pada kebanyakan kasus yang terjadi,
penyebab herpes zoster adalah sistem kekebalan tubuh yang menurun, sehingga tubuh rentan terkena infeksi.
Patofisiologi
 Infeksi virus HSV tipe 1 terutama ditularkan melalui kontak langsung dengan saliva yang
terkontaminasi sekret tubuh orang yang terinfeksi. Sementara HSV tipe 2 terutama menular pada
saat hubungan seksual. Virus HSV sangat pandai mengelabui sistem imun tubuh manusia melalui
beberapa mekanisme. Cairan berkumpul di antara lapisan epidermis dan dermis, sehingga terjadi
pembentukan vesikel. Cairan kemudian diabsorbsi dan meninggalkan keropeng.
 Patofisiologi herpes zoster adalah melalui infeksi laten dan reaktivasi Varicella Zoster Virus
(VZV). Infeksi VZV primer menyebabkan varicella atau cacar air (chickenpox) yang ditandai
dengan ruam kulit dan vesikel, yang umumnya bersifat ringan dan self limiting. VZV ditularkan
melalui droplet (airborne) atau kontak langsung dengan lesi.
Manfestasi Klinis 2. HSV Tipe 2 :
◦ Rasa gatal dan sakit saat buang air kecil
1. HSV Tipe 1 : ◦ Keluarnya cairan dari kemaluan dan benjolan
◦ Demam di selangkangan
◦ Muncul koreng yang menyakitkan pada
◦ Nyeri otot
kemaluan, anus, pantat atau paha.
◦ Lemas
◦ Rasa nyeri, gatal dan rasa terbakar
pada tempat infeksi 3. Herpes Zoster :
◦ Timbul blister, yaitu lesi kulit seperti ◦ Nyeri pada kulit
melepuh yang pecah dan mengering, ◦ Timbul ruam pada kulit
blister akan mengakibatkan luka ◦ Nyeri ruam pada satu sisi tubuh
dengan rasa nyeri ◦ Munculnya gejala penyerta lain, seperti
demam, nyeri kepala, tidak enak badan, tidak
nafsu makan, dan sensitif terhadap cahaya.
Komplikasi
1. Herpes Simpleks 2. Herpes Zoster
◦ Penyakit menular seksual, seperti HIV. ◦ Pstherpetic neuralgia : rasa nyeri yang berlangsung
◦ Proktitis (radang rektum) selama berbulan-bulan setelah sembuhnya penyakit
◦ Meningitis ◦ Kebutaan : dapat muncul saat penyakit tsb
menyebabkan peradangan pada saraf mata
◦ Gangguan saluran kemih
◦ Otot yang melemah : saat adanya peradangan pada
◦ Infeksi pada bayi baru lahir
saraf otot tertentu yang menyebabkan penurunan
kekuatan pada otot saraf
◦ Infeksi bakteri : terjadi jika bakteri masuk ke dalam
luka lepuh yang sudah pecah
◦ Bercak putih pada ruam : terjadi saat rusaknya
pigmen pada kulit
Penatalaksanaan Medis
1. Herpes Simpleks
◦ Herpes tipe I (labialis rekuren)
◦ Antivirus : Terapi acyclovir tablet 20mg 5x/hari, vitamin B kompleks, obat kumur Listerine
3x/hari, serta pemberian paracetamol.
◦ Herpes tipe II (genetalia)
◦ Antivirus : Terapi acyclovir 3 x 400mg/hari atau 5 x 200mg/hari per oral selama 5-7 hari.
 
2. Herpes Zoster
◦ Antivirus : Terapi acylovir 5 x 800mg selama 7-10 hari, disertai analgesik sesuai derajat nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
1. Herpes Simpleks
• Tzanck Smear
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Direct Fluorescent Assay (DFA)
• EIA (Enzyme Immunoassay)
• Tes Serologik IgM dan IgG tipe spesifik

2. Herpes Zoster
• Enzyme Immunoassay)
• Tes Serologik IgM dan IgG tipe spesifik
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
◦ Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medik.
◦ Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita yang ketempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang
timbul.
◦ Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.
Pada beberapa kasus, timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit
yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis.
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan
vesikulasi hebat.
◦ Riwayat penyakit dahulu
Sering diderita oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau memiliki penyakit
seperti ini.
◦ Riwayat penyait keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
◦ Riwayat psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada muka atau yang dapat dilihat orang,
biasanya mengalami ganguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, harga diri,
penamplan peran/identitas diri. Reaksi yang timbul adalah :
Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
Menarik diri dari kontak sosial.
Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
Pola Fungsi Gordon
◦ Aktivitas/istirahat
Tanda : kurang tidur/gangguan tidur : gangguan hubungan seksual, emosional dan menstruasi pada wanita, sering
berganti-ganti pasangan; hubungan seksual tidak aman; malaise.
◦ Sirkulasi
Tanda : kulit hangat, demam; peningkatan TD/nadi akibat demam, nyeri, ansietas, kemerahan di sekitar vulva;
sakit kepala.
◦ Eliminasi
Tanda : rebas purulent pada wanita; disuria (nyeri saat berkemih); rasa terbakar/melepuh.
◦ Makanan/cairan
Tanda : anoreksia, penurunan BB akibat ansietas
◦ Nyeri/kenyamanan
Tanda : nyeri pada area vulva/genetalia; nyeri pada otot (mialgia); radang pupula dan vesikel yang berkelompok di
permukaan genital; gatal.
Pemeriksaan Fisik
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon klien terhadap nyeri akut secara
fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut
jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah. Pada perilaku dapat juga dijumpai
menangis, merintih atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10
untuk orang dewasa. Untuk anak-anak pilik skala yang sesuai dengan usia perkembangannya, bisa
menggunakan skala wajah (NRS) untuk mengkaji nyeri sesuai usia, serta libatkan anak dalam
pemilihan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Herpes Simpleks
• Tzanck Smear
• Polymerase Chain Reaction (PCR)
• Direct Fluorescent Assay (DFA)
• EIA (Enzyme Immunoassay)
• Tes Serologik IgM dan IgG tipe spesifik

2. Herpes Zoster
• Enzyme Immunoassay)
• Tes Serologik IgM dan IgG tipe spesifik
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2) Gangguan intergritas kulit/jaringan b/d neuropati perifer (kerusakan lapisan kulit)
3) Hipertermia b/d proses penyakit (infeksi)
4) Gangguan citra tubuh b/d perubahan fungsi tubuh (proses penyakit)
Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
DX
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
agen tindakan keperawatan Observasi
pencedera selama 2 jam, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis diharapkan tingkat nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
(inflamasi) dapat menurun, dengan
kriteria hasil : 3. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 4. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Meringis menurun 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
 Gelisah menurun 6. Istirahatkan klien
 Frekuensi nadi
Edukasi
membaik
7. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik, jika perlu.
NO. SDKI SLKI SIKI
DX

2. Gangguan intergritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan intergritas kulit (I.11353)


kulit/jaringan b/d Observasi
keperawatan selama 3x24jam, - Identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit
neuropati perifer
(kerusakan lapisan kulit) diharapkan intergritas kulit dan Trapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam tirah baring
jaringan meningkat dengan kriteria - Hindari produk berbahan dasar alkohol untuk
hasil : menghindari kulit kering
Edukasi
- Kerusakan jaringan menurun
- Anjurkan minum air yang cukup
- Kerusakan lapisan kulit - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
menurun - Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan diet TKTP
- Elastisitas meningkat
- Perfusi jaringan meningkat
NO. SDKI SLKI SIKI
DX
3. Hipertermia b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia (I.15506)
proses penyakit keperawatan selama 3x24jam,
Observasi
(infeksi) diharapkan termoregulasi
membaik dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hipertermia
 Menggigil menurun - Monitor suhu tubuh
 Suhu tubuh membaik
- Monitor kadar elektrolit
 Tekanan darah membaik
Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Hindari pemberian antipiretik/aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
No. SDKI SLKI SIKI
DX

4. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh (I.09305)


tubuh b/d perubahan keperawatan selama
Observasi
fungsi tubuh (proses 3x24jam, diharapkan citra
penyakit) tubuh meningkat dengan - Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
kriteria hasil : perkembangannya
 Verbalisasi perasaan
- Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
negatif tentang perubahan
tubuh menurun sosial
 Verbalisasi kekhawatiran Terapeutik
pada penolakan/rekasi
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
orang lain menurun
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
- Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis.
luka, penyakit)
Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
4. Implementasi
◦ Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau
intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan
untuk melaksanakan intervensi (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018)

5. Evaluasi
◦ Evaluasi keperawatan adalah fase terakhir dalam suatu proses keperawatan. Proses evaluasi dalam
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing
(Achjar, 2010).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai