RENTETAN gejolak hati itulah yang dapat dijadikan tematik menulis puisi.
Tema, adalah pokok pikiran yang akan disampaikan kepada pembaca atau publik
melalui puisi ciptaan kita. Lebih jelasnya, puisi merupakan wahana penyampai
ide, gagasan dan luapan emosi penulisnya kepada pembaca.
Karena itulah, peristiwa apa saja, di mana saja dan kapan saja dapat dijadikan
tema penulisan puisi. Baik peristiwa yang menjadikan hati serta perasaan kita
bersuka cita, demikian juga berduka cita dengan berbagai ekses yang
menyertanya.
Walaupun demikian, bukan berarti seluruh perasaan tadi kita tuangkan dalam
sebuah atau satu judul puisi. Puisi yang indah dan memikat hati pembaca,
masing-masing judul harus memiliki tematik yang berbeda. Andaikan antara satu
puisi dengan puisi lainnya memiliki kesamaan tema utama, itu pun harus
dibedakan dengan sub-sub tema berlainan. Itulah perlunya menentukan dan atau
memfokuskan tema terlebih dahulu, sebelum kita menulis puisi.
Kiat memilah dan memilih tema spesifik ini, selain untuk lebih mempermudah
langkah berikutnya, dimaksud juga agar tidak salah arah membidik sasaran
tujuan menulis puisi, terkait penciptaan puisi sebagai media penyampaian ide
serta gagasan kita kepada pembaca. Salah satu langkah paling mudah dan tepat,
pilihlah pengaalaman batin yang kita rasakan paling berkesan, paling menarik,
paling memikat, serta paling memukau atau paling dahsat.
Agar puisi yang kita tulis lebih dapat menarik dan memikat pembaca, pilih juga
tematik yang memiliki kedekatan emosional perasaan masyarakat. Konkritnya
apa yang juga sering dilihat, didengar, dirasakan dan menyentuh perasaan paling
dalam, bahkan mengaduk-aduk perasaan maupun membangkitkan empatik
mayoritas umat manusia.
Nah, setelah dapat memilah dan memilih tema yang tepat, episode berikutnya Saya
uraikan materi kiat-kiat mengekspresikan inspirasi menjadi puisi. Kutipan puisi di
bawah ini, dapat dijadikan ilustrasi betapa dahsatnya tema cinta yang berekses
kerinduan. Istimewanya (temanya bukan puisinya) lagi, selain sangat
menginspiratif juga ‘tidak basi’ dulang-ulang dibaca sepanjang jaman. |.|