Anda di halaman 1dari 2

Spirit Silaturahmi Berpuisi (4)

KIAT MENJERAT TEMA TERDAHSAT


|.|Seduhan Kopi Kustawa Esye|.|

Puisi sebenarnya merupakan luapan perasaan paling sensitif penyairnya. Baik


sensitivitas kasih sayangnya, romantisme cintanya, rindu dedamnya, amarah
sakit hatinya, kritis korektifnya bahkan kekawatiran dan misteri mistisnya.

RENTETAN gejolak hati itulah yang dapat dijadikan tematik menulis puisi.
Tema, adalah pokok pikiran yang akan disampaikan kepada pembaca atau publik
melalui puisi ciptaan kita. Lebih jelasnya, puisi merupakan wahana penyampai
ide, gagasan dan luapan emosi penulisnya kepada pembaca.

Karena itulah, peristiwa apa saja, di mana saja dan kapan saja dapat dijadikan
tema penulisan puisi. Baik peristiwa yang menjadikan hati serta perasaan kita
bersuka cita, demikian juga berduka cita dengan berbagai ekses yang
menyertanya.

Walaupun demikian, bukan berarti seluruh perasaan tadi kita tuangkan dalam
sebuah atau satu judul puisi. Puisi yang indah dan memikat hati pembaca,
masing-masing judul harus memiliki tematik yang berbeda. Andaikan antara satu
puisi dengan puisi lainnya memiliki kesamaan tema utama, itu pun harus
dibedakan dengan sub-sub tema berlainan. Itulah perlunya menentukan dan atau
memfokuskan tema terlebih dahulu, sebelum kita menulis puisi.

Kiat memilah dan memilih tema spesifik ini, selain untuk lebih mempermudah
langkah berikutnya, dimaksud juga agar tidak salah arah membidik sasaran
tujuan menulis puisi, terkait penciptaan puisi sebagai media penyampaian ide
serta gagasan kita kepada pembaca. Salah satu langkah paling mudah dan tepat,
pilihlah pengaalaman batin yang kita rasakan paling berkesan, paling menarik,
paling memikat, serta paling memukau atau paling dahsat.

Agar puisi yang kita tulis lebih dapat menarik dan memikat pembaca, pilih juga
tematik yang memiliki kedekatan emosional perasaan masyarakat. Konkritnya
apa yang juga sering dilihat, didengar, dirasakan dan menyentuh perasaan paling
dalam, bahkan mengaduk-aduk perasaan maupun membangkitkan empatik
mayoritas umat manusia.

Beberapa diantaranya, mengangkat tema tentang musibah bencana alam, wabah


penyaakit (Covid-19 maupun lainnya), kemiskinan, dan beragam keresahan
sosial kemasyaratan. Tidak kalah menariknya, adalah tema tentang cinta, dengan
beragam kompleksitas eksesnya. Baik sensitivitas kasih sayangnya,
romantismenya, rindu dedamnya, amarah sakit hatinya, kritis korektifnya bahkan
kekawatiran dan atau misteri mistisnya.
Bukan saja cinta yang dimaknai secara sempit, seperti hubungan asmara antara
pria dan wanita. Tema cinta yang dimaksud, adalah spirit spiritual cinta yang lebih
komplek dan luas makna hakikinya. Baik cinta kita kepada Allah Yang Maha
Kuasa, cinta terhadap alam semesta sebagai ayat-ayat Keagungan-Nya, demikian
juga cinta kasih terhadap sesama umat manusia.

Kenapa tema cinta lebih menarik?


Dikarenakan, seluruh umat manusia di dunia pernah merasakan keragaman dan
kompleksitasnya cinta. Selebihnya, tematik cinta juga tidak akan lekang ditelan
jaman dan lapuk digerogoti peradaban. Semenjak eranya Nabi Adam hingga jaman
milenial ini, tema cinta tetap menarik dan memikat perhatian publik. Baik yang
terkait sensitivitas suka cita maupun duka cita, termasuk didalamnya romantisme,
rindu dendam, sakit hati dan lainnya.

Nah, setelah dapat memilah dan memilih tema yang tepat, episode berikutnya Saya
uraikan materi kiat-kiat mengekspresikan inspirasi menjadi puisi. Kutipan puisi di
bawah ini, dapat dijadikan ilustrasi betapa dahsatnya tema cinta yang berekses
kerinduan. Istimewanya (temanya bukan puisinya) lagi, selain sangat
menginspiratif juga ‘tidak basi’ dulang-ulang dibaca sepanjang jaman. |.|

Rindu yang Terkubur


Rinduku pernah terkubur
Perih di tanah pemakan tua
Nisannya lapuk
Tertutup rimba ilalang
Setelah sekian lama kau lupakan

Rinduku pernah terkubur


Merintih sepi menggores hati
Nisannya ‘tak wangi
Semerbak mawar melati
Setelah sekian waktu berlalu

Rinduku pernah terkubur


Lepas landas dari belantara
Rimba pengembaraan jiwa
Hingga hasrat ‘tak lagi membekas
Kandas dihempas hembusan nafas
Lereng Lawu 1993

*) Dikutip dari Antologi Puisi ‘Kembara’


Karya Kustawa Esye

Anda mungkin juga menyukai