Penulis:
Email Penulis:
NIM:
Fakultas:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " Detektor Geiger Muller " dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
sangat berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kedepannya dapat
dijadikan pembelajaran dalam penyusunan makalah kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah komunikasi kesehatan dengan judul “Detektor
Geiger Muller” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................5
1.4 Metode Penelitian....................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................6
A. Pengertian detektor geiger muller..............................................................6
B. Prinsip kerja detector Geiger muller...........................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan...............................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................10
Daftar Pustaka:...................................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Radiasi adalah teknik transfer energi non-konduktif dari sumber ke lingkungan. Ada
dua sifat yang berbeda dari radiasi nuklir:
Indra manusia tidak dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan atau memantau secara
langsung ada tidaknya partikel radiasi nuklir karena manusia tidak memiliki sensor
biologis untuk partikel radiasi nuklir. Peralatan nuklir, di sisi lain, dapat mendeteksi
dan mengukur radiasi radioaktif pada manusia. Akibatnya, manusia sepenuhnya
bergantung pada teknologi nuklir untuk mendeteksi dan menggunakan partikel radiasi
nuklir. Detektor adalah bahan peka radiasi yang menghasilkan respons yang serupa
dengan yang dijelaskan di atas saat terpapar radiasi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya radiasi radioaktif, diperlukan suatu alat, khususnya
meter radiasi yang mendeteksi besaran, energi, atau dosis radiasi.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu detector geiger muller?
5
BAB II
PEMBAHASAN
Detektor Geiger Müller adalah sebuah alat pengukur radiasi ionisasi. Pencacah Geiger
bisa digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan beta.
Detektor Geiger Muller menggunakan ruang berisi gas untuk mendeteksi radiasi.
Prinsip fungsi detektor Geiger Muller, yang menggunakan media gas, diuraikan. Dan
tegangan memiliki dampak yang signifikan pada proses operasi, sehingga tegangan
merupakan fitur yang membedakan di antara banyak detektor lainnya.
Geiger Muller, fisikawan Jerman Barat, menciptakan detektor atau penghitung untuk
mendeteksi radiasi pada tahun 1928. Dalam banyak hal, detektor GM berbeda dari
detektor proporsional. Perkalian ionisasi (longsoran) terjadi tidak hanya di anoda,
tetapi hampir di seluruh ruangan. Longsoran juga dipicu oleh efek fotolistrik, yang
dihasilkan oleh eksitasi atom molekul berisi gas. Akibatnya, ionisasi berlipat ganda
dengan cepat dan terus menerus di seluruh isi tabung deteksi. Ketinggian pulsa hanya
dibatasi oleh pemadaman mendadak sebagai akibat dari ini (pemadaman), Misalnya,
awan ion yang lebih tebal dapat menyebabkan kekuatan medan listrik berkurang
secara signifikan. Akibatnya, tinggi pulsa tidak lagi dipengaruhi oleh energi radiasi
partikel pengion, sehingga ideal untuk menghitung radiasi partikel beta. Detektor
Geiger terbuat dari silinder logam dengan kawat mengalir melaluinya
6
B. Prinsip kerja detector Geiger muller
Geiger menemukan detektor partikel alfa pertama yang berhasil. Partikel beta dan
radiasi pengion lainnya dapat dihitung dalam versi penghitung ini yang lebih baru.
Penghitung Geiger-Müller, diperkenalkan pada Juli 1928, adalah peralatan listrik
modern pertama yang digunakan dalam penelitian radiasi.
• Katoda adalah elektroda negatif, yaitu dinding tabung logam. Jika tabung terbuat
dari kaca, bagian dalamnya harus dilapisi logam tipis.
• Anoda adalah kawat tipis atau batang tungsten yang melewati pusat tabung.
Elektroda positif adalah anoda.
• Isi silinder adalah gas bertekanan rendah, umumnya campuran atom tunggal dan
poliatomik (gas yang paling banyak digunakan adalah Ar dan He)
Gas pengisi akan terionisasi jika radiasi mencapai tabung. Pada detektor Geiger-
Muller, jumlah pasangan elektron-ion yang dihasilkan tidak sebanding dengan energi
partikel radiasi yang datang. Elektron primer adalah produk sampingan dari ionisasi.
Medan listrik akan terbentuk antara dua elektroda karena anoda dan katoda memiliki
tegangan yang berbeda. Jika dibandingkan dengan elektron yang mengalir deras
menuju anoda (+), ion positif akan bermigrasi ke arah dinding tabung (katoda) dengan
kecepatan yang jauh lebih lambat. Besarnya tegangan V menentukan seberapa cepat
benda bergerak. Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan elektron dan ion
bervariasi tergantung pada gas yang digunakan. Elektron akan dapat mengionisasi
atom di sekitarnya karena energinya yang relatif tinggi. Ini menghasilkan
pembentukan pasangan elektron-ion sekunder. Sehingga terjadi pelepasan terus
menerus, pasangan elektron-ion sekunder ini masih dapat menimbulkan pasangan
elektron-ion tersier, dan seterusnya (avalensi).
Peristiwa pelepasan elektron sekunder, atau longsoran, akan lebih besar dan lebih
banyak elektron sekunder akan dihasilkan jika tegangan V dinaikkan lebih tinggi lagi.
7
Akibatnya, muatan negatif elektron mengelilingi dan melindungi anoda,
menghentikan proses ionisasi. Ion positif dapat membuat lapisan pelindung positif
pada permukaan dinding tabung karena perjalanannya ke katoda lambat. Efek muatan
ruang menggambarkan kondisi ini. Tegangan tertinggi yang mencegah elektron
terkumpul di anoda menciptakan efek muatan ruang. Detektor tidak lagi sensitif
terhadap kedatangan partikel radiasi dalam keadaan ini. Akibatnya, efek muatan ruang
harus dihindari dengan menaikkan tegangan V. Tegangan V ditambahkan untuk
menghasilkan pelepasan pada anoda, memungkinkan detektor berfungsi normal sekali
lagi. Karena elektron memperoleh lebih banyak energi kinetik karena penambahan
tegangan V, pelepasan muatan dapat terjadi.
Saat tegangan dinaikkan, semakin banyak elektron yang dilepaskan. Jenis radiasi dan
energi (energi) radiasi yang datang tidak lagi menjadi faktor terjadinya peristiwa
longsoran elektron sekunder pada tegangan tertentu. Akibatnya, pulsa yang dihasilkan
memiliki ketinggian yang sama. Akibatnya, energi partikel radiasi yang masuk tidak
dapat dihitung menggunakan detektor Geiger Muller. Detektor akan rusak jika
tegangan V dinaikkan bahkan lebih tinggi dari tegangan operasi Geiger Muller, karena
komposisi molekul gas atau campuran gas tidak dalam rasio aslinya atau ada peristiwa
pelepasan terus menerus.
Jumlah ion yang dihasilkan sebagai akibat dari peningkatan tegangan yang diterapkan
pada detektor berisi gas digunakan untuk membagi area tegangan kerja. Dimulai
dengan tegangan terendah, bagi tegangan sebagai berikut:
III. = luas ruangan sebanding dengan jumlah orang dalam ruangan (tidak dibahas)
8
Ionisasi oleh Alpha berada di atas, sedangkan ionisasi oleh Beta berada di bawah.
Detektor ionisasi dan detektor proporsional masih dapat membedakan jenis radiasi dan
energi radiasi datang di daerah tegangan kerja, seperti yang ditunjukkan oleh kedua
grafik. Akibatnya, analisis spektrum energi dapat dilakukan dengan menggunakan
detektor ionisasi dan proporsional. Detektor Geiger Muller, di sisi lain, tidak mampu
membedakan antara berbagai jenis radiasi dan tingkat energinya.
Karena konsep detektor Geiger Muller adalah menghitung partikel radiasi selama
radiasi masih dapat dipantau, ukuran sudut datang dari sumber radiasi tidak
berpengaruh pada jumlah hitungan yang diamati. Tidak seperti detektor lain, seperti
detektor kilau, di mana sudut datang dari sumber radiasi mempengaruhi jumlah pulsa
yang dibuat, jumlah pulsa yang dihasilkan oleh detektor ini tidak tergantung pada
sudut datang dari sumber radiasi.
• Mudah digunakan.
9
• Dibandingkan dengan jenis detektor lainnya, efisiensi detektor lebih rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Detektor Geiger Muller meupakan salah satu detektor yang berisi gas.. Konsep
operasi detektor Geiger Muller, yang menggunakan media gas, diuraikan.
- Tabung
3.2 Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.
10
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Daftar Pustaka:
Gayani, D., & Indasah, I. (2005). Pencacah Radiasi Nuklir dengan Detektor Gm dalam
Bentuk Kartu Antarmuka di Ibm-pc. Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia
(Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology), 1(2), 15.
Maulany, G. J., Manggau, F. X., Jayadi, J., Waremra, R. S., & Fenanlampir, C. A. (2018).
Radiation detection of alfa, beta, and gamma rays with geiger muller
detector. International Journal of Mechanical Engineering and Technology, 9(11), 21-
27.
11