Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Umat muslim, dalam hidupnya berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist
sebagai pedoman hidupnya. Dari kedua pedoman tersebut, umat muslim tidak perlu
khawatir dalam menjalani persoalan hidup. Segala apa yang menjadi persoalan, solusi,
peringatan, kebaikan dan ancaan termuat di dalam pedoman tersebut. Bahkan dalam Al-
Qur’andan Al Hadist permasalahan politik juga tertuang didalamnya.
Diantaranya membahas: prinsip politik islam, prinsip politik luar negeri islam.
Baikpolitik luar negeri dalam keadaan damai maupun dalam keadaan perang.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Fase-Fase Era Kenabian
2. Islam Dan Politik
3. Bukti-bukti Sejarah
4. Pengertian Politik dalam Islam
5. Konstribusi yang dilakukan agama islam dalam kehidupan politik berbangsa dan
bernegara
6. Tersiarnya islam di ndonesia
7. Pergerakan yang berada di Indonesia
8. Asas-asas sistem politik dalam Islam
9. Prinsip-prinsip sistem politik
10. Tujuan politik dalam islam
11. Dasar-dasar politik dalam Islam
12. Eksistensi Islam dan Hukum islam dalam sistem hukum di Indonesia

C. TUJUAN
1. Memberikan penjelasan tentang Fase-fase Era Kenabian
2. Memberikan Penjelasan tentang Islam dan Politik & Bukti-bukti sejarahnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. ERA KENABIAN
Era ini merupakan era pertama dalam sejarah Islam. Yaitu dimulai semenjak Rasulullah
SAW memulai berdakwah mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT hingga
meninggalnya beliau. Era ini paling baik jika kita namakan sebagai era "kenabian" atau"wahyu".
Karena era itu memiliki sifat tertentu yang membedakannya dari era-era yang lain. Ia merupakan
era ideal yang padanya ideal-ideal Islam terwujudkan dengan amat sempurna. Era ini terbagi
menjadi dua masa, yang keduanya dipisahkan oleh hijrah. Kedua fase itu tidak memiliki
perbedaan dan kelainan satu sama lain, seperti yang diklaim oleh beberapa orientalis. Bahkan
fase yang pertama merupakan fase yang menjadi titik tolak bagi fase kedua. Pada fase pertama,
embrio 'masyarakat Islam' mulai tumbuh, dan telah ditetapkan kaidah-kaidah pokok Islam secara
general. Kemudian pada fase kedua bangun 'masyarakat Islam' itu berhasil dibentuk, dan kaidah-
kaidah yang sebelumnya bersifat general selesai dijabarkan secara mendetail. Syari'at Islam
disempurnakan dengan mendeklarasikan prinsip-prinsip baru, dan dimulailah pengaplikasian dan
pelaksanaan prinsip-prinsip itu seluruhnya. Sehingga tampillah Islam dalam bentuk sosialnya
secara integral dan aktif, yang semuanya menuju kepada tujuan-tujuan yang satu.

B. PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM


Politik dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah siyasah. Oleh karena itu, di dalam
buku-buku para ulama salafush shalih dikenal istilah siyasah syar’iyyah, misalnya. Dalam Al-
Muhith, siyasah berakar kata sasa-yasusu. Dalam kalimat Sasa addawaba yasusaha siyasatan
berarti Qama ‘alaiha wa radlaha wa adabbaha (mengurusi, melihatnya, dan mendidiknya). Bila
dikatakan sasa al amra artinya dabbrahu (mengurusi/mengatur perkara). Asal makna siyasah
(politik) diterapkan pada pengurusan dan pelatihan pengembalaan.
. Menurut Hasan Al-Bana menyimpulkan bahwa pilar utama untuk membangun pilar kekuatan
utama ummat ialah: kesabaran (ash-shabru), keteguhan (ats-tsabat), kearifan (al-hikmah), dan
ketenangan ( al-anat) semua itu bersangkutan dengan kekuatan kejiwaan (al-quwwah an-
nafsiyah) suatu bangsa. Hasan Al-Banna menyimpulkan adanya lima babak yang akan dilalui
yaitu: kelemahan (adh-dho fu), kepemimpinan (az-zuaamah), pertarungan (ash-shiraa u), iman
(al-iman), dan pertolongan Allah (al-intishar).

C. KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM

Terdapat tiga pendapat di kalangan pemikir muslim tentang kedudukan politik dalam
syariat Islam. Yaitu :
Pertama, kelompok yang menyatakan bahwa Islam adalah suatu agama yang serbah
lengkap didalamnya terdapat pula antara lain system ketatanegaraan atau politik. Kemudian lahir
sebuah istilah yang disebut dengan fikih siasah (system ketatanegaraan dalam islam) merupakan
bagian integral dari ajaran islam. Lebih jauh kelompok ini berpendapat bahwa system
ketatanegaraan yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan oleh nabi
Muhammad SAW dan oleh para khulafah al-rasyidin yaitu sitem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa islam adalah agama dalam pengertian
barat. Artinya agamatidak ada hubungannya dengan kenegaraan. Menurut aliran ini nabi
Muhammad hanyalah seorang rasul, seperti rasul-rasul yang lain bertugas menyampaikan
risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan dan memimpin suatu
Negara.
Ketiga, menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat
didalamnya segala sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam
sebagaimana pandanagan barat yang hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran
ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak teredapat sistem ketatanegaraan, tetapai terdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa nabi kecuali sebagai rasul, meminjam istilah harun nasution,
kepala agama, juga beliau adalah kepala negara. Nabi menguasai suatu wilayah yaitu yastrib
yang kemudian menjadi Madinah Al-Munawwarah sebagai wilayah kekuasaan nabi sekaligus
manjadi pusat pemerintahannya dengan piagam Madinah sebagai aturan dasar kenegaraannya.
Sepeninggal nabi, kedudukan beliau sebagai kepala negara digantikan abu bakar yang
merupakan hasil kesepakatan tokoh-tokoh sahabat, selanjutnya disebut khalifah. Sistem
pemerintahannya disebut “khalifah”. Sistem “khalifah” ini berlangsung hingga kepemimpinan
berada dibawah kekuasaan khalifah terakhir, ali “karramah allahu wajhahu”.

D. DEMOKRASI DALAM ISLAM

Kedaulatan mutlak dan keesaan tuhanyang terkandung dalam konsep tauhid dan
peranan manusia yang terkandung. Dalam konsep khalifah memberikan kerangka yang
dengannya para cendikiawan belakangan ini mengembangkan teori politik tertentu yang
dianggap demokratis. Didalamnya tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan
rakyat, tekanan pada kesamaan derajat, manusia, dan kewajiban rakyat sebagai pengemban
pemerintahan.
Demokrasi islam dianggap sebagai sistem yang mengekuhkan konsep-konsep islam yang
sudah lama berakar, yaitu musyawarah {syura}, persetujuan {ijma’}, dan penilaian interpretative
yang mandiri {ijtihad}.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep-konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi islam dalam kerangka keesaan tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia
sebagai khalifah-Nya. Meskipun istilah-istilah ini banyak diperdebatkan maknanya, namunlepas
dari ramainya perdebatan maknanya didunia Islam, istilah-istilah ini memberi landasan yang
efektif untuk memahami hubungan antara islam dan demokrasi di dunia kontemporer.
Islam mengandung ajaran yang berlimpah tentang etika dan moralitas kemanusiaan, termasuk
etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari dimensi etika
dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam yang
komprehensif dan mencabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak politik.
Dengan demikian, muatan etika dalam wacana politik merupakan keniscayaan yang tak
terbantahkan.
Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik terkemuka (w.975 M) merumuskan syarat-syarat
seorang politisi sebagai berikut: Bersifat dan berlaku adil, Mempunyai kapasitas intelektual dan
berwawasan luas., Profesional., Mempunyai visi yang jelas, Berani berjuang untuk membela
kepentingan rakyat.
Politik dalam Islam menjuruskan kegiatan umat kepada usaha untuk mendukung dan
melaksanakan syari’at Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan. la bertujuan untuk
menyimpulkan segala sudut Islam yang syumul melalui satu institusi yang mempunyai syahk
siyyah untuk menerajui dan melaksanakan undang undang.
Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya: “Dan katakanlah: Ya Tuhan
ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan
berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang menolong.” (AI Isra’: 80).
MASYARAKAT MADANI
Masayarakat madani adalah masyarakat yang beradap, menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Karena itu
didalam ilmu filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga dikenal istilah
madinah atau polis, yang berarti kota yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban.
Masyarakat Madinah menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.

E. ASAS-ASAS SISTEM POLITIK ISLAM

1. HAKIMIYAAH ILAHIYYAH

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi


dalam sistem politik Islam hanyalah hak mutlak Allah. Hakimiyyah Ilahiyyah
membawa arti bahwa terasutama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah
di segi Rububiyyahdan Uluhiyyah.

2. RISALAH
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan manusia
sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad saw adalah suatu asas yang penting
dalam sistem politik Islam. Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili
kekuasaan tertinggi Allah dalam bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para
rasul meyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan
ucapan dan perbuatan.

3. KHILAFAH
Khilafah bererti perwakilan. Kedudukan manusia di atas muka bumi ini adalah
sebagai wakil Allah. Oleh itu, dengan kekuasaan yang telah diamanahkan ini, maka
manusia hendaklah melaksanakan undang-undang Allah dalam batas yang ditetapkan.
Di atas landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik tetapi hanyalah
khalifah atau wakil Allah yang menjadi Pemilik yang sebenar.

F. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM

1. MUSYAWARAH
Asas musyawarah yang paling utama adalah berkenaan dengan pemilihan ketua
negara dan oarang-oarang yang akan menjawab tugas-tugas utama dalam pentatbiran
ummat. Asas musyawarah yang kedua adalah berkenaan dengan penentuan jalan dan
cara pelaksanaan undang-undang yang telah dimaktubkan di dalam Al-Quran dan As-
Sunnah. Asas musyawarah yang seterusnya ialah berkenaan dengan jalan-jalan bagi
menetukan perkara-perkara baru yang timbul dikalangan ummat melalui proses ijtihad.

2. KEADILAN
Prinsip ini adalah berkaitan dengan keadilan sosial yang dijamin oleh sistem
sosial dan sistem ekonomi Islam. Dalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan
yang terkandung dalam sistem politik Islam meliputi dan merangkumi segala jenis
perhubungan yang berlaku dalam kehidupan manusia, termasuk keadilan di antara
rakyat dan pemerintah, di antara dua pihak yang bersengketa di hadapan pihak
pengadilan, di antara pasangan suami isteri dan di antara ibu bapa dan anak-anaknya.

3. KEBEBASAN
Kebebasan yang diipelihara oleh sistem politik Islam ialah kebebasan yang
berteruskan kepada makruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang
sebenar adalah tujuan terpenting bagi sistem politik dan pemerintahan Islam serta
menjadi asas-asas utama bagi undang-undang perlembagaan negara Islam.
4. PERSAMAAN
Persamaan di sini terdiri daripada persamaan dalam mendapatkan dan menuntut
hak, persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat-peringkat yang
ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berada di bawah
kuatkuasa undang-undang.
5. HAK MENGHISAB PIHAK PEMERINTAH
Hak rakyat untuk menghisab pihak pemerintah dan hak mendapat penjelasan
terhadap tindak tanduknya. Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak
pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan
urusan dan pentatbiran negara dan ummat. Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti
kewajipan setiap anggota dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan
menghapuskan kemungkaran. Dalam pengertian yang luas, ini juga bererti bahawa
rakyat berhak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusan-
keputusan pihak pemerintah.

G. TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM

Tujuan sistem politik Islam adalah untuk membangunkan sebuah sistem pemerintahan
dan kenegaraan yang tegak di atas dasar untuk melaksanakan seluruh hukum syariat
Islam. Tujuan utamanya ialah menegakkan sebuah negara Islam atau Darul Islam. Dengan
adanya pemerintahan yang mendukung syariat, maka akan tertegaklah Ad-Dindan berterusanlah
segala urusan manusia menurut tuntutan-tuntutan Ad-Dintersebut. Para fuqahak Islam telah
menggariskan 10 perkara penting sebagai tujuan kepada sistem politik dan pemerintahan Islam:
– Memelihara keimanan menurut prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ulamak
salaf daripada kalangan umat Islam.
– Melaksanakan proses pengadilan dikalangan rakyat dan menyelesaikan masalah
dikalangan orang-orang yang berselisih.
– Menjaga keamanan daerah-daerah Islam agar manusia dapat hidup dalam
keadaan aman dan damai.
– Melaksanakan hukuman-hukuman yang telah ditetapkan syarak demi melindungi
hak-hak manusia.
– Menjaga perbatasan negara dengan pelbagai persenjataan bagi menghadapi
kemungkinan serangan daripada pihak luar.
– Melancarkan jihad terhadap golongan yang menentang Islam.
– Mengendalikan urusan pengutipan cukai, zakat, dan sedekah sebagaimana yang
ditetapkan syarak.
– Mengatur anggaran belanjawan dan perbelanjaan daripada perbendaharaan
negara agar tidak digunakan secara boros atau kikir.
– Melantik pegawai-pegawai yang cekap dan jujur bagi mengawal kekayaan negara
dan menguruskan hal-ahwal pentadbiran negara.
– Menjalankan pengawalan dan pemeriksaan yang rapi dalam hal-hal awam demi
untuk memimpin negara dan melindungi Ad-Din.

H. BUKTI-BUKTI SEJARAH POLITIK ISLAM

a) SEJARAH POLITIK ISLAM MASUK KE INDONESIA


a.1. WAKTU
Pada baris besarnya ada dua pendapat tentang mula pertama islam masuk
ke Indonesia:
a Pendapat lama: Abad ke 13 Masehi. Dikemukakan oleh para sarjana
lama, antara lain N.H KROM dan VAN DEN BERG. Ternyata
pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan.
b Pendapat baru: Abad ke 7-8 Masehi. Para pendapat baru ini antara
lain H. AGUS SALIM, H.ZAINAL ABBAS: SAYEPALWI BIN TAHIR
AL-HADAD , H.M.ZAINUDDIN, HAMKA, NJUNED
PARIDURI, T.W.ARNOLD.
a.2. Tempat asal penyebaran Islam
Ada tiga pendapat mengenai tempat asal penyebaran Islam ke Indonesia:
a India (pendapat: SNOUCK HURGRONJ, H, KERAEMER & VAN
DEN BERG)
b Persia (pendapat P.A HOESAIN DJAJANINGRAT)
c Arab , Mekah (pendapat Buya HAMKA)
a. 3. Penyebar Islam
Ada dua pendapat tentang para penyebar Islam ke Indonesia:
a. Disebarkan oleh para saudagar muslim (MOEN: saudagar persia,
HUSEN NAINAR: saudagar India: HAMKA: saudagar Arab)
b. Disebarkan oleh para Mubaligh Muslim (SAYYIR ALWI, VAN
DEN BERG)

b) Beberapa Pergerakan Islam di Indonesia


– Ada pergerakkan sosial (yang bergerak dibidang kesosialan dalam Islam). Dan
untuk kepentingan Da’wah dan pendidikan Islam agar tersebar luas kemasyarakat.
– Ada pergerakkan politik untuk menghimpun kekuatan agar berkwantitas dan
berkwalitas.
J. DASAR-DASAR POITIK DALAM ISLAM
Nilai-nilai dasar politik dalam AL Qur’an dan Al Hadist.
K. EKSTENSI ISLAM dan HUKUM ISLAM dalam SISTEM HUKUM di
INDONESIA
Membahas mengenai kehidupan beragama dalam perspektif konstitusi dapat
dijelaskan bahwa setiap warga negara wajib untuk memeluk dan menjalankan agama, termasuk
Agama Islam. Hal ini menjadi suatu konsekuensi bagi pemeluk agama yang bersangkutan wajib
menjalankan syariat agama.
Prinsip-prinsip Hukum Islam yang dijadikan landasan ideal fiqih sebagimana dikatakan oleh
Juhaya S. Pradja yaitu:
1. Prinsip tauhidullah,
2. Prinsip insaniyah,
3. Prinsip tasamuh,
4. Prinsip ta’awun,
5. Prinsip silaturahim bain annas,
6. Prinsip keadilan, dan
7. Prinsip kemaslahatan.

I. Hakikat Tujuan Politik


Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan

mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik merupakan segala hal yang berkaitan

dengan penyelenggara negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan

yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat.

Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan

kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari atau

mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwasanya politik itu

baik. Sebab, politik merupakan usaha untuk mengurusi sebuah tatanan kenegaraan yang

tentunya mempunyai tujuan baik pula. Apabila kita mengaitkan dengan terminologi

islam, politik juga bisa disebut “siyasah” yang berarti mengurusi. Mengurusi di sini ialah,

condong kepada kebaikan. Oleh sebab itu, mari kita tegakkan kebaikan, dan melawan

kebatilan.

Tujuan politik ialah sebuah keadilan (justice). Ini disebabkan karena, keadilan merupakan

hal yang esensial bagi pemenuhan kecenderungan alamiah manusia. Bahkan Allah

mengharuskan untuk menegakkan keadilan walaupun dengan keluarga dan kerabat

terdekat kita. Surat al-Nisa Ayat 135, Allah berfirman:

‫ى نأنكفبسكقم أنبوٱقلوبلندقيبن نوٱ ق ن‬


‫لقنرببينن‬ ‫يى ونأينها ٱللبذينن نءانمكنواا ككوكنواا نقووبمينن ببٱقلبققسبط كشنهندآنء بللب نونلقو نعنل و ى‬
‫و‬

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi

saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum

kerabatmu.”

Namun, Thomas Hobbes meiliki pandangan lain, pada dasarnya manusia itu

mementingkan diri sendiri dan bersifat rasional. Oleh sebab itu, secara alamiah manusia

cenderung berkonflik dengan sesamanya. Sifat mementingkan diri sendiri tampak dalam
persaingan memperebutkan perolehan kekayaan, ketidakberanian demi keselamatan, dan

kemuliaan demi reputasi. Sifat individual inilah yang ditentang oleh islam.

Oleh sebab itu, dari adanya asumsi mayarakat bahwa politik itu buruk, sebenarnya telah

terpatahkan dengan pendapat yang ada di atas. Dengan demikian politik merupakan ilmu

yang sangat urgen yang “wajib” dimiliki setiap individu masing-masing. Karena di

dalamya mengandung sebuah kebaikan. Untuk mari berpolitik untuk menciptakan sebuah

keadilan yang semoga diridhoi oleh Allah SWT, amiin.[]

J. WAWASAN POLITIK DALAM AL-QURAN

Dalam Al-Quran ditemukan sekian banyak ayat yang berbicara tentang hukm (Arab). Pengamatan
sepintas, boleh jadi mengantarkan orang yang berkata, bahwa ada ayat Al-Quran yang secara tegas
mengkhususkannya hanya kepada dan bersumber dari Allah yakni ayat yang menyatakan,
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah (QS Al-An'am [6]: 57)
Kelompok Khawarij yang tidak menyetujui kebiiaksanaan Khalifah keempat Ali bin Abi Thalib pernah
mengangkat slogan yang bunyinya sama dengan redaksi penggalan ayat tersebut, tetapi ditanggapi oleh
Ali r.a. dengan berkata: "Kalimat yang benar, tetapi yang dimaksudkan adalah batil".
Memang ada empat ayat Al-Quran yang menggunakan redaksi tersebut, tetapi ada dua hal yang harus
digarisbawahi dalam hubungan ini.
Pertama, keempat ayat yang menggunakan redaksi tersebut dikemukakan dalam konteks tertentu.
Perhatikan ayat-ayat berikut:

Katakanlah, "Sesungguhnya aku dilarang menyembah apa-apa yang kamu sembah selain Allah".
Katakanlah, "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu. Sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian
dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". Katakanlah, "Sesungguhnya
aku berada di atas bukti yang nyata (Al-Quran). Bukanlah wewenangku untuk menurunkan azab yang
kamu tuntut disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum hanyalah hak Allah. Dia menerangkan
yang sebenarnya dan Dia Pemberi Keputusan yang baik" (QS Al-An'am [6]: 56-57).

K. AYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLITIK


qul innii nuhiitu an a'buda alladziina tad'uuna min duuni allaahi qul laa attabi'u
ahwaa-akum qad dhalaltu idzan wamaa anaa minaalmuhtadiina

56. Katakanlah: "Sesungguhnya aku dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah
selain Allah". Katakanlah: "Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah
aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat
petunjuk".

surah / surat : Al-An'am Ayat : 57

qul innii 'alaa bayyinatin min rabbii wakadzdzabtum bihi maa 'indii maa tasta'jiluuna
bihi ini alhukmu illaa lillaahi yaqushshu alhaqqa wahuwa khayru alfaasiliina

57. Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al-Qur'an) dari
Tuhanku [479], sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu
minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia
menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik".
[479] Maksudnya: Nabi Muhammad SAW mempunyai bukti yang nyata atas kebenarannya.

Oleh karena itu, pengkajian yang intensif terhadap Al-Qur’an dapat memicu kemajuan

pola pikir yang akan berdampak kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mengingat hal itu, maka penulis menyusun makalah yang berisi kajian salah satu ayat Al-

Qur’an yakni QS. Al-Baqarah [2] : 269 dengan judul “Kajian Ayat QS. Al-
Baqarah [2] : 269”

Ayat dan Terjemah :

‫صانبنها نوابلل نفتآنتقت أككنلنها ب‬


‫ضقعنفقيبن نفبإقن‬ ‫ضابت اللب نونتقثببيتتا بمقن أنقنكفبسبهقم نكنمنثبل نجلنٍةة بنرقبنوٍةة أن ن‬
‫نونمنثكل اللبذينن كيقنبفكقونن أنقمنوانلكهكم اقببتنغانء نمقر ن‬

‫صقبنها نوابلل نفنطلل نواللك بنما نتقعنمكلونن نب ب‬


﴾٢٦٥:‫صيلر ﴿البقرة‬ ‫لنقم كي ب‬

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya


karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka,
seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh
hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika
hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai).
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”

‫أننينويد أننحكدكقم أنقن نتككونن نلكه نجلنلة بمقن نبخيٍةل نوأنقعنناٍةب نتقجبر ي بمقن نتقحبتنها ا ق ن‬
‫لقننهاكر نللكه بفينهلا بملقن ككللل اللثنملنرابت نوأن ن‬
‫ص انبكه اقلبكنبلكر نونللكه‬

﴾٢٦٦:‫صالر بفيبه ننالر نفاقحنتنرنققت نك وذبلنك كينبليكن اللك نلككم اقلنيابت نلنعللكقم نتنتنفلككرونن ﴿البقرة‬ ‫ضنعنفاكء نفنأ ن‬
‫صانبنها إبقع ن‬ ‫كذلرليلة ك‬

“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun


kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
diamempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan,
kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai
keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras
yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu
memikirkannya.”
‫ض نونل نتنيلمكملوا اقلنخببيلنث بمقنلكه كتقنبفكقللونن نولنقسللكتقم‬ ‫نيا أنينها اللبذينن آنمكنوا أنقنبفكقوا بمقن نطلينبابت نما نكنسلقبكتقم نوبململلا أنقخنرقجنللا لن كللقم بملنن ا ق ن‬
‫لقر ب‬

﴾٢٦٧:‫ضوا بفيبه نواقعنلكموا أنلن اللن نغبنلي نحبميلد ﴿البقرة‬


‫ببتآبخبذيبه إبلل أنقن كتقغبم ك‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian


dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan
mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”

‫اللشقينطاكن نيبعكد ك كم اقلنف ق نر نونيقأكمكر ك قم بباقلنفقحنشابء نواللك نيبعكد ك قم نمقغبفنرتة بمقنكه نونف ق‬
﴾٢٦٨:‫ضتل نواللك نوابسلع نعبليلم ﴿البقرة‬

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan


menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan
untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.”

‫كيقؤبتي اقلبحقكنمنة نمقن نينشاكء نونمقن كيقؤنت اقلبحقكنمنة نفنققد كأوبتني نخقيترا نكبثيترا نونما نيلذلككر إبلل كأوكلو ا ق ن‬
﴾٢٦٩:‫لقلنبابب ﴿البقرة‬

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang


Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Politik merupakan pemikiran yang mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran
tersebut berupa pedoman, keyakinan hukum atau aktivitas dan informasi. Beberapa prinsip
politik islam berisi: mewujudkan persatuan dan kesatuan bermusyawarah, menjalankan amanah
dan menetapkan hukum secara adil atau dapat dikatakan bertanggung jawab, mentaati Allah,
Rasulullahdan Ulill Amr (pemegang kekuasaan) dan menepati janji. Korelasi pengertian politik
islam dengan politik menghalalkan segala cara merupakan dua hal yang sangat bertentangan.
Islam menolak dengan tegas mengenai politik yang menghalalkan segala cara.
Pemerintahan yang otoriter adalah pemerintahan yang menekan dan memaksakn
kehendaknya kepada rakyat. Setiap pemerintahan harus dapat melindungi, mengayomi
masyarakat. Sedangkan penyimpangan yang terjadi adalah pemerintahan yang tidak mengabdi
pada rakyatnya, menekan rakyatnya. Sehingga pemerintahan yang terjadi adalah otoriter. Yaitu
bentuk pemerintahan yang menyimpang dari prinsip-prinsip islam. Dalam politik luar negerinya
Islam menganjurakan dan menjaga adanya perdamain. Walaupun demikan islam juga
memporbolehkan adanya perang, namun dengan sebab yang sudah jelas karena mengancam
kelangsungan umat muslim itu sendiri. Dan perang inipun telah memiliki ketentuan-ketentuan
hukum yang mengaturnya. Jadi tidak sembarangan perang dapat dilakukan. Politik islam menuju
kemaslahatan dan kesejahteraan seluruh umat.

B. SARAN
Ada baiknya jika kita mempelajari tentang pemikiran terutama baik tentang
pertumbuhannya, hakikatnya, sifat-sifatnya atau tujuan-tujuannya, niscaya ia menyandang sifat
ini, yaitu sifatnya sebagai suatu pemikiran politik. Syarat ini merupakan faktor yang terpenting
dalam pertumbuhan pemikiran ini.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jabiri, Muhammad Abid. 2001. Agama, Negara: Dalam Penerapan Syariah. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana.
Ash-Shadr, Sayid Muhammad Baqir. 2001. Sistem Politik Islam: Sebuah Pengantar. Jakarta:
Lentera.
Azra, Azyumardi, Dr. 1996. Pergolakan Politik Islam: Dari Fundamentalisme, Modernisme
Hingga Post-Modernisme. Jakarta: Paramadina.
Nasution, Harun, Prof. Dr. 1974. Islam: Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Jilid I. Jakarta: UI Press.
Pulungan, J. Suyuthi. Dr. 1993. Fiqh Siyasah: Ajaran Sejarah Dan Pemikiran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Syadzali, Munawir. H. M.A. 1990. Islam Dan Tata Negara, Cet V. Jakarta: UI Press.
Syarif, Mujar Ibnu. Drs. M.Ag. 2003. Hak-Hak Politik Minoritas Non Muslim Dalam
Komunitas Islam: Tinjauan Dari Prespektif Politik Islam. Bandung: Angkasa.
Hasby, Subky, dkk.2007. BUKU DARAS.PPA Universitas Bramijaya ; Malang
RisalahUsrah 3 – Sistem-sistem Islam, Abu Urwah
SUMBER : http://khamriadhye.blogspot.com/
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH..............................................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH..............................................................................................................1

1.3 TUJUAN.......................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 A. ERA KENABIAN..........................................................................................................................2


2.2 B. PENGERTIAN POLITIK MENURUT ISLAM..............................................................................2
2.3 C. KEDUDUKAN POLITIK DALAM ISLAM..................................................................................3
2.4 D.DEMOKRASI DALAM ISLAM.....................................................................................................5
2.5 E. ASAS-ASAS POLITIK DALAM ISLAM......................................................................................7
2.6 F. PRINSIP-PRINSIP UTAMA SISTEM POLITIK ISLAM...............................................................8
2.7 G.TUJUAN POLITIK MENURUT ISLAM.......................................................................................10
2.8 H. BUKTI-BUKTI SEJARAH POLITIK ISLAM..............................................................................11
2.9 I. HAKIKAT TUJUAN POLITIK......................................................................................................13
2.9 J.WAWASAN POLITIK DALAM ISLAM........................................................................................15
2.9 K. AYAT YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLITIK.................................................................18
2.12.L. DALIL HADIST YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLITIK..............................................19
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN………………………………………………………………………………………20
3.2 SARAN……………………………………………………………………………………………….20

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadiratAllah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada hambanya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“SISTEM POLITIK ISLAM”
Saya menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWTdan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik
dan oleh karenanya, sayadengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
POLITIK ISLAM

 Nama Kelompok :

o Nur Laila

o Ratih Prezilia

o Royan Arif Al-ikhsan


Dosen Pengampu : Supriyatmoko,M.Si

Tahun Ajaran 2015

IAIN RADEN INTAN LAMPUNG

Anda mungkin juga menyukai