Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan
yang berbahaya dan mengancam ibu. Pendarahan pada kehamilan harus
selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya, pendarahan pada hamil
muda disebut kegugran atau abortus sedangakan pada kehamilan tua
disenbut ante partum bledding. Batas teoritis antara kehamilan muda dan
kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu dengan berat janin 1000 gram,
meningkat kemungkinan hidup janin diluar uterus (Wiknjosastro, 1999)
Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan kebih berbahaya dari pada
pendarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, R. 1998)
Pendarahan antepartum yang berbahaya umumnya ersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan pendarahan yang tidak bersumber pada
kelainan plasenta antepartum petama-tama harus selalu dipikir bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta.
1.2 Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari Ante partum Bledding ?
2. Bagaimana etiologi dari Ante Partum Bledding ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Ante Partum Bledding ?
4. Bagaimana Pemeriksaan diagnostik Ante Partum Bledding ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan Ante Partum Bledding ?
6. Baimana Pengkajian dari Ante Partum Bledding ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Ante Partum Bledding?
8. Bagaimana WOC dari Ante Partum Bledding ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih
mendalam tentang Asuhan Keperawatan tentang Ante Partum Bledding

1
1.3.2 Tujuan Khusus
Pada tujuan khusus ini penulis mampu :
a) Mengetahui pengertian dari Ante Partum Bledding
b) Mengetahui etiologi dari Ante Partum Bledding
c) Mengetahui patofisiologi dari Ante Partum Bledding
d) Mengetahui Pemeriksaan diagnostik Ante Partum Bledding
e) Mengetahui Penatalaksanaan Ante Partum Bledding
f) Mengetahui Pengkajian Ante Partum Bledding
g) Mengetahui Asuhan Keperawatan Ante Partum Bledding
h) Mengetahui WOC Ante Partum Bledding

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ante Partum Bledding


Ante partum bledding adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari
kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua
adalah kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat
kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 28
minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum
kehamilan 28 minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan yang
berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan
antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta,
sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini
perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang
utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan
komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang
disebabkan perdarahan dapat menurun.
2.2 Etiologi Ante Partum Bledding
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang
menjadi predisposisi :
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia. Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2. Faktor trauma
 Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

3
 Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
 Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa
penelitian menerangkan bahwa  makin tinggi paritas ibu makin kurang
baik keadaan endometrium.
4. Faktor usia ibu
Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan
solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang
mengandung leiomyoma
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya
plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitive.
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus
per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi
tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada
mikrosirkulasinya
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh
adanya kehamilan, dan lain-lain.
2.3 Patofisiologi Ante Partum Bledding

4
Perdarahan anterpatum yang disebabkan oleh plasenta previaumumnya
terjadi pada trimester ketiga kehamilan . karena pada saatitu segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan berkaitandengan makin tuanya
kehamilan .kemungkinan perdarahan anterpatum akibat plasenta previa
dapatsejak kehamilan berusia 20 minggu. Pada usia kehamilan ini
segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai menipis. Makin tua usia
kehamilan segmen bawah uterus makin melebar dan serviks membuka.
Dengan demikian plasenta yang berimplitasi disegmen bawah uterus
tersebut akan mengalami pergeseran dari tempatimplantasi dan akan
menimbulkan perdarahan. Darahnya berwarnamerah segar, bersumber pada
sinus uterus yang atau robekan sinismarginali dari plasenta.
2.4 Pemeriksaan Diagnostik Ante Partum Bledding
Darah Lengkap USG
1. Hb : 9,6 1. Janin tampak T/H letak
2. Tromosit : 243.000 lintang
3. PVC :30,0 2. Kepala masuk panggul
sesuai usia kehamilan 33
minggu
3. Plasenta di SBR belakang
meluas sampai menutupi
Osteum Uteri Internum
Grade II

2.5 Penatalaksanaan Ante Partum Bledding


Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22
minggu harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai
ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang
fasilitasnya cukup.
Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum waktunya
dan tindakan yang dilakukan untuk meringankan gejala-gejala
yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melalui kanalis servikalis.

5
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah
kehamilan belum matang, belum ada tanda-tanda persalinan,
keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa dipastikan janin masih
hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah rawat
inap, tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian lakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan tempat
menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi janin
bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV,
Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis tunggal
untuk pematangan paru-paru janin.
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih
berada di sekitar ostium uteri internum maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat
darurat (Manuaba, 2010).
2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera dilaksanakan secara aktif
tanpa memandang kematangan janin. Bentuk penanganan terapi
aktif:
a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat
menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk mengurangi
kesakitan dan kematian.
b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya
pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan
yang mempunyai fasilitas yang cukup.
d. Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan
yang paling banyak dilakukan (Manuaba, 2010)

2.6 Pengkajian Ante Partum Bledding

6
1) Identitas Umum
Biodata, identitas ibu hamil dan suaminya.

2) Keluhan Utama
Keluhan pasien saat masuk RS adalah perdarahan pada
kehamilan 28 minggu.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
 Adanya kemungkinan klien pernah mengalami
riwayat diperlukan uterus seperti seksio sasaria
curettage yang berulang-ulang.
 Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi
DM, Hemofilia serta mengalami penyakit menular
seperti hepatitis.
 Kemungkinan pernah mengalami abortus
 Riwayat kesehatan sekarang
 Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
 Perdarahan tanpa rasa nyeri
 Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau
sejak kehamilan 20 minggu.
b. Riwayat kesehatan keluarga
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan
kehamilan lainnya.
 Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti
ini.
 Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan
ganda.
 Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi
DM, Hemofilia dan penyakit menular.
 Riwayat Obstetri
c. Riwayat Haid/Menstruasi
 Minarche                           : 12 th

7
 Siklus                                : 28 hari
 Lamanya                           : ± 7 hari
 Baunya                              : amis
 Keluhan pada haid            : tidak ada keluhan nyeri
haid
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
 Multigravida
 Kemungkinan abortus
 Kemungkinan pernah melakukan curettage
4) Pemeriksaan Umum
 Suhu tubuh            : suhu akan meningkat jika terjadi
infeksi
 Tekanan darah       : akan menurun jika ditemui adanya
tanda syok
 Pernapasan            : nafas jika kebutuhan akan oksigen
terpenuhi
 Nadi                      : nadi melemah jika ditemui tanda-
tanda shok
5) Pemeriksaan fisik
 Kepala : seperti warna, keadaan dan kebersihan
 Muka : biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka
kelihatan pucat.
 Mata : biasanya konjugtiva anemis
 Thorak : biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
 Abdomen
- Inspeksi     : terdapat strie gravidarum
- Palpasi       :
a. Leopoid I      : Janin sering belum cukup
bulan,jadi fundus uteri masih rendah.
b. Leopoid II     :  Sering dijumpai kesalahan letak

8
c. Leopoid III   : Bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala biasanya kepala masih
goyang atau terapung(floating) atau mengolak
diatas pintu atas panggul.
d. Leopoid IV    : Kepala janin belum masuk pintu
atas panggul
- Perkusi      : Reflek lutut +/+
- Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat.
Normal 120-160x per menit
 Genetalia : biasanya pada vagina keluar dasar berwarna
merah muda
Ekstremitas : Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.
6) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium:
- Hb rendah, Hb yang normal (12-14 gr%)
- Leukosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3)
- Trombosit menurun (normal 250 ribu – 500 ribu)

2.7 Asuhan Keperawatan Ante Partum Bledding


Dianosa keperawatan Tujuan Intervensi keperawatan
keperawatan
Resiko perdarahan Setelah dilakukan Observasi
dibuktikan dengan intervensi selama 1×24 1. Monitor tanda dan
komplikasi pasca jam maka tingkat gejala perdarahan
trauma (atoni uterus, perdarahan menurun 2. Monitor nilai
retensi plasenta) dengan kriteria hasil: hematokrit/hemoglo
1. TD 120/70 bin sebelum dan
mmHg membaik setelah kehilangan
2. Denyut nadi darah
apikal membaik 3. Monitor tanda-tanda
3. Suhu 36,5-37,5 vital
membaik Terapeutik
4. Perdarahan 1. Pertahankan bed
vagina menurun rest selama
5. Kelembapan perdarahan
kulit meningkat 2. Batasi tindakan
invasif, jika perlu
3. Hindari pengukuran
suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala perdarahan.
2. Anjurkan

9
meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari
konstipasi
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vitamin K
4. Anjurkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian produk
darah, jika perlu.
2. Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
perdarahan, jika
perlu

Gangguan rasa Setelah dilakukan Observasi


nyaman intervensi selama 1×24 1. Identifikasi lokasi,
behubungan dengan jam maka status karakteristik, durasi,
kurangnya pendalian kenyamanan meningkat frekuensi, kualitas,
situasional/lingkunga dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
n, ketidakadekuatan 1. Keluhan sulit 2. Identifikasi respon
sumber daya tidur menurun nyeri non verbal
(pengetahuan) 2. Merintih 3. Identifikasi faktor
ditandai dengan menurun yang memperberat
pasien mengeluh 3. Menangis dan memperingan
tidak nyaman, menurun nyeri
mengeluh sulit tidur, 4. Pola eliminasi Terapeutik
tidak mampu rileks, membaik 1. Berikan terapi
gelisah, tampak 5. Pola tidur nonfarmakologis
merintih/menangis, membaik untuk mengirangi
pola eliminasi rasa nyeri
berubah. 2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

10
Resiko gangguan Setelah dilakukan Observasi
perlekatan intervensi selama 1×24 1. Monitor kegiatan
dibuktikan dengan jam maka perlekatan menyusui
ketidakmampuan meningkat dengan 2. Identifikasi
orang tua memenuhi kriteria hasil: kemampuan bayi
kebutuhan bayi/anak, 1. Kekhawatiran menghisap dan
perpisahan antara ibu menjalankan menelan ASI
dan bayi/anak akibat peran orang tua 3. Monitor perlekatan
hospitalisasi menurun saat menyusui
2. Konflik Terapeutik
hubungan orang 1. Hindari memegang
tua dan kepala bayi
bayi/anak 2. Diskusikan dengan
menurun ibu masalah selama
3. Kekhawatiran proses menyusui
akibat Edukasi
hospitalisasi 1. Ajarkan ibu
menurun menopang seluruh
4. Melakukan tubuh bayi
kontak mata 2. Anjurkan bayi yang
dengan bayi mendekati ke arah
meningkat payudara ibu dari
5. Menggendong bagian bawah
bayi untul 3. Anjurkan ibu
menyusui/memb memegang payudara
eri makan menggunakan
meningkat jarinya seperti huruf
“C” pada posisi jam
12-6 atau 3-9 saat
mengarahkan ke
mulut bayi
4. Ajarkan ibu
mengenali tanda
bayi siap menyusui

Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi :


berhubungan dengan intervensi selama 1×24 1. Identifikasi lokasi,
agen pencedera fisik jam maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
( prosedur oprasi) menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas,
dibuktikan dengan hasil: intensiats nyeri
mengeluh nyeri, 1. Keluhan nyeri 2. Indentifikasi skala
tampak meringis, menurun nyeri
gelisah, frekuensi 2. Meringis menurun 3. Indentifikasi repon
nadi meningkat, 3. Gelisah menurun nyeri non verbal
tekanan darah 4. Uterus teraba 4. Monitor
meningkart, pola membulat menurun keberhasilan terapi
nafas berubah, nafsu 5. Ketegangan otot komplementer yang
makan berubah menurun sudah diberikan
6. Frekuensi nadi 5. Monitor efek
membaik samping penggunaan
7. Pola napas membaik analgetik
8. Tekanan darah Terapeutik :
membaik 1. Berikan Teknik non-
9. Nafsu makan farmakologis untuk

11
membaik mengurangi rasa
nyeri (kompres
hangat/dingin, terapi
music, massage)
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
tidur
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
3. Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Pemberian analgetik,
jika perlu.
Intolenrasi aktivitas Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan dengan intervensi selama 2×24 1. Identifikasi
kelemahan ditandai jam maka toleransi gangguan funsi
dengan merasa aktivitas meningkat tubuh yang
lemah, mengeluh dengan kriteria hasil: mengakibatkan
lemah, tekanan 1. saturasi oksigen kelelahan
darah berubah >20% meningkat Terapeutik :
dari kondisi istirahat 2. Frekuensi nadi 1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
3. Keluhan Lelah stimulus
menurun 2. Lakukan latihan
4. perasaan lemah rentan gerak pasif
menurun dan atau aktif
5. tekanan darah 3. Berikan aktivitas
membaik distraksi yang
6. Frekuensi napas menenangkan
membaik Edukasi :
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatan asupan
makanan.

12
Ansietas Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan dengan intervensi selama 1×24 1. Monitor tanda-tanda
krisis situasional jam maka tingkat ansietas (verbal/ non
dibuktikan dengan ansietas menurun dengan verbal)
merasa khawatir kriteria hasil: Terapeutik :
dengan akibat dari 1. Verbalisasi 1. Temani pasien untuk
kondisi yang kebingungan mengurangi
dihadapi, mengeluh menurun kecemasan, jika
pusing, frekuensi 2. Verbalisasi khawatir memungkinkan
napas meningkat, akibat kondisi yang 2. Pahami situasi yang
frekuensi nadi dihadapi menurun membuat ansietas
meningkat, muka 3. Keluhan pusing dengarkan penuh
tampak pucat. menurun perhatian
4. Frekuensi pernapasan Edukasi :
cukup menurun 1. Jelaskan prosedur,
5. Frekuensi nadi cukup termasuk sensasi
menurun yang mungkin
6. Tekanan darah cukup dialami
menurun 2. Informasikan secara
factual mengenai
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
4. Latihan Teknik
relaksasi

13
2.6. WOC Ante Partum Bledding
Ante Partum Bledding

Blood Psikologis Sistem Psikologis Sistem Psikologis


Persarafan Integumen

Luka post
Kontraksi
Perpisahan
operasi Luka post Kelahiran
antara ibu Jaringan prematur
uterus terputus operasi
dan bayi
akibat
Nyeri pada
hopitalisasi Krisis
Pelepasan luka
Pendaraha
Atonia situasional
mediator n yang
aliran darah
kimia
uteri Resiko berlebihan
(prostagland Penurunan Terjadinya
gangguan
in, pola aktivitas perubahan
perlekatan
bradikinin, fisik status
Kontraksi histamin) Merasa
berlebihan kesehatan
lemah
pada anak
Berikatan Nyeri saat
Perdarahan dengan Menyusui
meningkat noniceptor

14
Pembatasan Muncul
aktifitas ketakutan
dan
Gangguan
Medulla kecemasan
rasa nyaman
Resiko spinalis Intoleransi selama
Pendarahan Aktivitas proses
keperawata
Korteks Serebri
n anak

Nyeri akut Ansietas

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdarahan antepartum pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis
antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu
( dengan berat janin 1000 gram), mengingat kehidupan janin di luar uterus.
Perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta, yang secara klinis yang
biasanya tidak terlalu susah untuk menentukannya, yaitu antara plasenta
previa, dan solusio plasenta ( abrupsio plasentae), sehingga pembagian
perdarahan antepartum dibagi menjadi 3, yaitu plasenta previa, solusio
plasenta, dan perdarahan yang belum diketahui penyebabnya. Pertolongan
pertama jika perdarahan sangat banyak yang harus dilakukan adalah
membawa klien segera kerumah sakit, untuk mencegah terjadinya syok
perdarahan sebaiknya pemasangan infuse intravena segera dipasang dan
jangan sekali-sekali dilakukan pemeriksaan dalam, karena tindakan tersebut
dapat memperparah keadaannya. Dan pemasangan tampon merupakan hal
yang salah, karena hal tersebut menambah perdarahan karena sentuhan pada
serviks saat pemasangannya. Saat dirumah sakit segera periksa golongan
darahnya, beri transfusi sesuai perdarahan yang keluar. Pertolongan
selanjutnya tergantung tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu,
keadaan janin sudah atau belum mulai persalinannya, dan diagnosa segera
ditegakkan.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan hendaknya menambah referensi yang terbaru
tentang asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan antepartum.
Sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam
praktik keperawatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.(2018).Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Jakarta DPP


PPNI
PPNI.(2018).Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan Edisi 1 Jakarta DPP PPNI
PPNI.(2018).Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil

Keperawatan Edisi 1 Jakarta DPP PPNI


Nugroho, Taufan, dkk. (2014). Buku Ajar Askeb 1 Kehamilan. Yogyakarta: Nuha

Medika
Prawirohardjo, Sarwono. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Romauli, Suryati. (2011). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBPSP

17

Anda mungkin juga menyukai