Laporan Seminar (Autosaved) - 1
Laporan Seminar (Autosaved) - 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit serebrovaskuler/ serebrovascular disease (CVD) merupakan
penyakit system persyarafan yang paling sering dijumpai. Otak merupakan
organ kompleks manusia yang terdiri dari sel sel saraf nerve cell yang
bertanggung jawab pada semua sinyal dan sensasi yang membuat tubuh
manusia dapat berpikir, bergerak, dan menimbulkan reaksi dari suatu kejadian
atau keadaan. Otak adalah organ yang memerlukan suplai oksigen dan nutrisi
secara terus-menerus karena otak tidak dapat menyimpan energi. Suplai
oksigen dan nutrisi didapatkan dari darah yang disirkulasikan dari jantung
melalui arteri yang ada pada tubuh manusia menuju otak [ CITATION Set21 \l
1033 ]. Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf
lokal atau global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan
fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang
nontraumatik [ CITATION Chr16 \l 1033 ].
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit
jantung koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang.
Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Data World Stroke
Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta kasus baru
penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat stroke. Pravelensi
penyaki tidak menular seperti kanker, penyakit ginjal kronis, diabetes
mellitus, hipertensi dan stroke berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018
meningkat dibandingkan tahun 2013. Pravelansi stroke meningkat dari 7%
menjadi 10,9% [ CITATION Kem19 \l 1033 ].
Stroke perdarahan intraserebral (Intracerebral Hemorrhage, ICH) atau
yang biasa dikenal sebagai stroke hemoragik, yang diakibatkan pecahnya
pembuluh intraserebral. Kondisi tersebut menimbulkan gejala neurologis yang
berlaku secara mendadak dan seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat
pada saat melakukan aktivitas akibat efek desak ruang atau peningkatan
tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka kematian pada stroke
hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik [ CITATION
Set21 \l 1033 ]. Pada stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala
peningkatan TIK yang membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan
life-saving. Oleh karena itu, penegakan diagnosis pada stroke hemoragik
sangat penting untuk memberikan terapi yang efektif [ CITATION Set21 \l 1033 ].
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada Tn. R dengan stroke hemoragik di ruangan jantung
RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus
perawatan indikasi multiple trauma kecelakaan lalu lintas
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang
didapat di bangku perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf
lokal atau global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat.
Gangguan fungsi saraf pada stroke disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak yang nontraumatik. Gangguan saraf tersebut dapat
menimbulkan gejala berupa: kelumpuhan wajah atau anggota badan,
bicara tidak lancar, bicara tidak jelas atau pelo, mungkin perubahan
kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain. Seseorang dikatakan
mengalami stroke jika pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh
tenaga kesehatan atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit stroke
oleh tenaga kesehatan tetapi sudah pernah mengalami secara mendadak
kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau mulut menjadi mencong tanpa
kelumpuhan otot mata, bicara pelo, sulit komunikasi atau tidak mampu
mengerti pembicaraan [ CITATION Chr16 \l 1033 ].
Pada umumnya gangguan fungsional otak fokal dapat berupa
hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik, parese nervus kraniales
dan gangguan fungsi luhur. Manifestasi klinis yang muncul sangat
bergantung kepada area otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah yang
mengalami oklusi ataupun rupture [ CITATION Set21 \l 1033 ].
2. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan klasifikasi stroke modifikasi Marshall [ CITATION Set21 \l
1033 ] stroke antara lain :
1) Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
a. Stroke iskemik, terdiri dari :
1) Transient Ischemic Attac (TIA)
Apabila defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari
24 jam.
2) Trombosis serebri
Trombosis serebri merupakan salah satu penyakit pembuluh
darah otak non hemoragik berupa penyumbatan pembuluh
darah otak oleh karena trombus yang menyebabkan iskemik
atau infark jaringan yang menimbulkan gejala disfungsi otak
lokal dengan defisit neurologi yang menetap atau sembuh
dengan gejala sisa.
3) Emboli serebri
Embolisme serebri kondisi dimana aliran darah terhambat
akibat benda asing (embolus), seperti bekuan darah yang
berada di dalam aliran darah yang dapat menghambat
pembuluh darah.
b. Stroke hemoragik, terdiri dari :
1) Pendarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan primer yang berasal
dari pembuluh darah parenkim otak.17 Perdarahan di dalam
otak bisa disebabkan oleh trauma atau cedera otak, dan
kelainan pembuluh darah seperti aneurisma atau angioma.
2) Pendarahan subaraknoid
Perdarahan subarahnoid adalah perdarahan dalam ruangan
subarahnoid, yaitu ruangan di antara piamater dan
arahnoideamater yang terdapat pada jaringan selaput otak
(meninges). Perdarahan subarahnoid bisa disebabkan oleh
pecahnya aneurisma, malformasi arteriovena, trauma,
infeksi, neoplasma, maupun sekunder dari perdarahan
intraserebral.
3) Berdasarkan stadium atau waktu :
a. Transient Ischemic Stroke (TIA)
Apabila defisit neurologis membaik dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Reversible Iscmic Neurological Deficit (RIND)
Apabila defisit neurologis membaik dalam waktu 24 jam atau
lebih.
c. Stroke in Evolution
Apabila defisit neurologis berkembang menjadi gangguan yang
lebih berat.
d. Completed stroke
Apabila defisit neurologis menetap dan ireversibel.
4) Berdasarkan system pembuluh darah
a. System karotis
b. System vertebrobasiler
B. Stroke Hemoragik
1. Definisi Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
Terjadi bila pembuluh darah di dalam otak mengalami ruptur atau
perdarahan.
b. Perdarahan subaraknoid
Terjadi bila pembuluh darah di permukaan otak mengalami ruptur atau
perdarahan. Pada kedua tipe stroke hemoragik, perdarahan dapat
menyebabkan pembengkakan otak dan peningkatan tekanan
intrakranial. Pembengkakan dan peningkatan intrakranial dapat
merusak sel dan jaringan di otak.
2. Etiologi
3. Faktor Resiko
Faktor resiko pada penyakit stroke :
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orangtua maupun
dewasa muda. Hipertensi mempercepat terjadinya aterosklerosis, yaitu
dengan cara menyebabkan perlukaan secara mekanis pada sel endotel
(dinding pembuluh darah) di tempat yang mengalami tekanan tinggi.
Jika proses tekanan berlangsung lama, dapat menyebabkan kelemahan
pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi rapuh dan mudah
pecah
b. Penyakit kardiovaskuler
Beberapa penyakit jantung, antara lain fibrilasi atrial (salah satu jenis
gangguan irama jantung), penyakit jantung koroner, penyakit jantung
rematik, dan orang yang melakukan pemasangan katub jantung buatan
akan meningkatkan risiko stroke. Pada fibrilasi atrium menyebabkan
penurunan CO², sehingga perfusi darah keotakmenurun, maka otak
akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat terjadi stroke.
c. Kolesterol tinggi
Hiperkolestrolemia dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis
berperan dalam menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke itu
sendiri. Karena kolestrol tidak dapat langsung larut dalam darah dan
cenderung menempel di pembuluh darah, akibatnya kolestrol
membentuk bekuan dan plak yang menyumbat arteri dan akhirnya
memutuskan aliran darah ke jantung (menyebabkan serangan jantung)
dan ke otak (menyebabkan stroke).
d. Obesitas
Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).Obesitas
lebih cepat terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan
olahraga).Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat
(seperti kolestrol), maka ini dapat menyebabkan penimbunan lemak
disepanjang pembuluh darah.Penyempitan pembuluh darah ini
menyebabkan aliran darah kurang lancar dan memicu terjadinya
aterosklerosis atau penyumbatan dalam pembuluh darah yang pada
akhirnya beresiko terserang stroke. Penyumbatan tersebut biasanya
diakibatkan oleh plak-plak yang menempel pada dinding pembuluh
darah.
e. Diabetes
Seseorang yang mengidap diabetes mempunyai risiko serangan stroke
iskemik 2 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak diabetes. Pada
penyakit DM akan mengalami vaskuler, sehingga terjadi
mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjadinya aterosklerosis
dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi
iskemia, iskemia menyababkan perfusi otak menurun dan pada
akhirnya terjadi stroke.
f. Merokok
Perokok lebih rentan mengalami stroke dibandingkan bukan perokok.
Nikotin dalam rokok membuat jantung bekerja keras karena frekuensi
denyut jantung dan tekanan darah meningkat . Pada perokok akan
timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian berakibat
pada stroke
g. Konsumsi alcohol
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah
ke otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah
sehingga terjadi emboli serebral.
h. Life style
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai
penyakit yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut.
Salah satu contoh life style yaitu berkaitan dengan pola makan.Generasi
muda biasanya sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan
seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang serat lemak dan
kolesterol namun rendah sehat. Kemudian, seringnya mengonsumsi
makanan yang digoreng atau makanan dengan kadar gula tinggi dan
berbagai jenis makanan yang ditambah zat pewarna/penyedap/pemanis
dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat beresiko terkena stroke
yaitu sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan malas berolah
raga. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan metabolisme
tubuh dalam pembakaran zat-zat makanan yang dikonsumsi. Sehingga,
beresiko membentuk terjadinya tumpukan kadar lemak dan kolestrol
dalam darah yang beresiko membentuk ateroskelorosis (plak) yang
dapat menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat pada
munculnya serangan jantung dan stroke.
4. Patofiologi
a. Pengkajian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut
yaitu:
1) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku,
agama, alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal
pengkajian diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur,
pendidikan, agama, suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
2) Keluhan Utama
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien
mengalami kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien
mengalami bicara pelo, biasanya klien kesulitan dalam berkomunikasi dan
penurunan tingkat kesadaran.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang melakukan
aktivitas ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang muncul
seperti mual, nyeri kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adapun riwayat kesehatan dahulu yaitunya memiliki riwayat
hipertensi, riwayat DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, riwayat kotrasepsi oral yang lama, riwayat penggunan obat-obat
anti koagulasi, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM,
dan adanya riwayat anggota keluarga yang menderita stroke.
6) Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk
pengobatan secara komprehensif, sehingga memerlukan biaya untuk
pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan yang sangat mahal dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran merupakan parameter untama yang sangat
penting pada penderita stroke. Perludikaji secara teliti dan secara
komprehensif untuk mengetahui tingkat kesadaran dari klien dengan
stroke. Macam-macam tingkat kesadaran terbagi atas:
Metoda Tingkat Responsivitas
1) Composmentis : kondisi sesorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinya maupun terhadap dirinya maupun terhap lingkungannya dan dapat
menjawab pertanyaan yang dinyatakan pemeriksa dengan baik
2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya
5) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri,
tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
baik.
6) Semi-Coma : yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap
rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.
Terorientasi Percakapan 5
yang membingungkan 4
Penggunaan kata-kata 3
yang tidak sesuai Suara 2
menggumam 1
Tidak ada respon
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat 5
ransangan 4
Menghindar dari 3
stimulus 2
Fleksi abnormal 1
(dekortikasi)
Ekstensi abnormal
(deserebrasi)
Tidak ada respon
1) Reflek
Respon motorik terjadi akibat adanya reflek yang terjadi melalui
stimulasi sensori. Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk
terjadinya reflek. Respon abnormal(babinski) adalah ibu jari dorso fleksi atau
gerakan ke atas ibu jari dengan atau tanpa melibatkan jari-jari kaki yang lain.
2) Perubahan Pupil
Pupil harus dapat dinilai ukuran dan bentuknya (sebaiknya dibuat
dalam millimeter). Suruh pasien berfokus pada titik yang jauh dalam ruangan.
Pemeriksa harus meletakkan ujung jari dari salah satu tangannya sejajar
dengan hidung pasien. Arahkan cahaya yang terang ke dalam salah satu mata
dan perhatikan adanya konstriksi pupil yang cepat (respon langsung).
Perhatikan bahwa pupil yang lain juga harus ikut konstriksi (respon
konsensual). Anisokor (pupil yang tidak sama) dapat normal pada populasi
yang presentasinya kecil atau mungkin menjadi indikasi adanya disfungsi
neural.
3) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda klasik dari peningkatan tekanan intra cranial meliputi
kenaikan tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang
membesar, nadi lemah atau lambat dan pernapasan tidak teratur.
4) Saraf Kranial
I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera
penghidu. Mata pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan aromatic dekat
hidung untuk diidentifikasi.
VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan karena ketiganya
mempersarafi otot ekstraokular. Saraf ini dinilai dengan menyuruh pasien
untuk mengikuti gerakan jari pemeriksa ke segala arah.
VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan pengecapan pada
dua pertiga anterior lidah. Bagian motorik dari saraf ini mengontrol otot
ekspresi wajah. Tipe yang paling umum dari paralisis fasial perifer adalah
bell’s palsi.
b. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri,
tumor otak, cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan
hiperkolesteronemia.
b) Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya
napas, gangguan neuromuskular dan gangguan neurologis.
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ve
d=2ahUKEwih4fn23_3zAhUXH7cAHUTrBDcQFnoECA0QAQ&
url=http%3A%2F%2Feprints.umpo.ac.id
%2F5051%2F3%2FBAB
%25202.pdf&usg=AOvVaw3HNZzpYwM1Jx1er9XixE6D