Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

OLEH
GABRIELLA ANASTASIA PONDAAG
NIM 1918020

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


DESEMBER 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGN HIPERTENSI

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian keluarga
a. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan emosional dan mempunyai peran masing-masing
(Suprajitno, 2012).
b. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersaman melalui pernikahan dan mempunyai ikatan emosional yang
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Harianto, dkk,
2014).
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan
secara emosional dan tinggal dalam sautu tempat secara bersama-sama
dan saling ketergantungan
2. Tipe Keluarga
Dengan perkembangannya peran individu dan meningkatkan rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga dibagi menjadi :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar (Extended Family) yaitu keluarga inti di tambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman dan bibi.
c. Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
d. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
saja.
f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut (Komang, 2010).
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari 5 bagian yaitu :
a. Patrilineal
adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara-saudara dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara-saudara dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal.
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya
hubungan suami isteri (Setiadi, 2015).
4. Pemegang Kekuasan Dalam Keluarga
Pemegang kekuasan dalam keluarga terdiri dari 3 tipe yaitu :
a. Patriakal
Yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga yaitu pihak ayah.
b. Matriakal
Yang dominan dan memegang kekuasan adalah pihak ibu.
c. Equalitarian
Yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga yaitu pihak ayah
dan ibu (Effendy,1998).
5. Peran Keluarga
Peran yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
b. Peran ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga
dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Peran anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2015).
6. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Untuk memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1) Melakukan pembinan sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatan
perkembangan anak.
3) Memberikan batasan prilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak.
4) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomis
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) Pengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga yang akan
datang misalnya, pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan
sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
(Setiadi, 2015).
7. Tugas Keluarga
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang mengusahakan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Effendy, 1998).
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga sebagai sebuah unit yang mengalami tahap-tahap
perkembangan yang berturut-turut yang dapat diprediksi, setiap tahap
perkembangan keluarga mempunyai tugas yang spesifik. Pada masing-masing
tahap tugas keluarga harus terpenuhi sampai merasa puas sehingga dapat
masuk ke tahap perkembangan selanjutnya.
Tabel 1 Tahap perkembangan keluarga menurut Duval dan Miller (1985)
Tahap siklus kehidupan
Tugas perkembangan keluarga
keluarga
Tahap I (tahap pemula). 1. Membangun perkawinan yang saling
memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan
secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan tentang
kedudukan sebagai orang tua).
Tahap II (keluarga sedang 1. Membentuk keluarga muda sebagai
mengasuh anak). sebuah unit yang mantap.
2. Memperhatikan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
3. Memperluas persahabatan dengan
keluarga besar.
Tahap III (keluarga dengan anak 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
prasekolah). seperti rumah, ruang bermain, privasi,
dan keamanan.
2. Mengsosialisasi anak.
3. Menginteraksikan anak yang baru lahir
sementara tetap memenuhi kebutuhan.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan orang tua, anak dan diluar keluarga
besar dan komunitas).
Tahap IV (keluarga dengan anak 1. Mengsosialisasikan anak-anak termasuk
usia sekolah). meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan fisik keluarga.
Tahap V (keluarga dengan anak 1. Menyeimbangkan kebebasan dengan
remaja). tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak.
Tahap VI (keluarga melepaskan 1. Memperluas siklus keluarga dengan
anak dewasa). memasukan anggota keluarga baru yang
didapat melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3. Membantu orang tua sakit-sakitan dari
suami maupun istri.
Tahap VII (orang tua usia 1. Menyediakan lingkungan yang
pertengahan). meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.
Tahap VIII (keluarga lansia). 1. Mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan.
2. Menyediakan terhadap pendapatan yang
menurun.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi.
6. Meneruskan untuk memahami eksistansi
mereka.
(Harianto, dkk, 2005).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


1 Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan di dasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual, dan
komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik
sehat maupun sakit mencakup seluruh proses kehidupan.
2 Definisi Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam
praktek keperawatan yang di berikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan proses keperawatan, pedoman
standar keperawatan, serta landasan etika dan etiket keperawatan dalam
lingkup dan tanggung jawab keperawatan (Sudiharto, 2017)
3 Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman
pada standar keperawatan, berlandasan pada etik dan etiket, keperawatan
dalam lingkungan wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Sudiharto,
2017).
4 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan ada 2 yaitu :
a. Tujuan umum
Ditingkatkannya kemauan dan kemampuan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya secara mandiri.
b. Tujuan khusus
Ditingkatkannya kemampuan: (H.Zaidin Ali, 2016).
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi.
2) Mengambil keputusan tentang bagaimana memecahkan masalah
kesehatan keluarga.
3) Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).
4) Mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada
keluarga.
5) Melaksanakan usaha penyembuhan masalah kesehatan keluarga
melalui asuhan keperawatan di rumah.
6) Membantu tenaga professional keperawatan dalam dalam
menanggulangi penyakit/masalah kesehatan mereka dirumah
5 Kriteria Hasil
a. Dalam jangka panjang atau jangka pendek (time bound).
b. Mempunyai perilaku yang dapat di ukur (measurable).
c. Spesifik dalam isi dan waktu (spesifik).
d. Harus dapat dicapai (achievable).
6 Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang
terdiri dari :
a. Pengkajian.
b. Diagnosa Keperawatan.
c. Perencanan.
d. Implementasi.
e. Evaluasi (Setiadi, 2017).
7 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang
perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
a. Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik
dengan keluarga dengan cara :
1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk
membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di
keluarga.
4) Menjelaskan luas kesanggupan perawat yang dapat dilakukan.
b. Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain
dengan :
1) Wawancara
a) Mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi.
c) Membantu keluarga mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
2) Observasi
a) Secara objektif, dengan melakukan pengamatan terhadap
lingkungan perumahan dan fasilitas-fasilitasnya.
b) Data yang memerlukan pengamatan.
c) Inventaris untuk mengkaji situasi rumah dalam kaitannya dengan
kelayakan rumah.
3) Membina hubungan saling percaya
a) Salah satu fungsi perawat keluarga adalah menciptakan hubungan
saling percaya.
b) Menciptakan hubungan saling percaya adalah dimana adanya
saling terbuka, saling menghormati dan komunikasi berjalan
dengan efektif.
c) Hubungan saling percaya dapat dikembangkan dengan
menyampaikan tujuan, menerima dan mengakui hak-hak keluarga
pada perasaan dan keyakinan mereka sendiri tanpa keluarga dari
tujuan, nilai-nilai dan harapan perawat.
d) Diawali dengan memberikan kesempatan keluarga
mengungkapkan persoalan dan masalahnya sendiri. Perawat
memahami persoalan berdasarkan pengalamannya bersama-sama,
keluarga mendalami persoalan dan memecahkan masalah secara
bersama-sama.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan.
a) Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Struktur keluarga.
2) Identitas kepala keluarga.
3) Susunan anggota keluarga.
4) Genogram.
5) Riwayat tahap perkembangan keluarga keluarga.
6) Aktivitas sehari-hari.
7) Lingkungan.
8) Fungsi keluarga.
9) Stres keluarga berespon terhadap stres/stresor.
10) Pemeriksaan fisik.
11) Harapan keluarga.

8 Diagnosa Keperawatan
adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual
ataupun potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan
perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa data
Cara analisa data adalah sebagai berikut :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam
format pengkajian.
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio, psiko, sosio dan
spiritual.
3) Membandingkan dengan standar.
4) Membantu kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran
individu dan keluarga. Komponen diagnosa keperawatan keluarga
meliputi problem, etiologi, dan sign/simpton.
1) Masalah (problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak
terpenuhnya kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang
didefinisikan oleh perawat melalui pengkajian. Tujuan penulisan
pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan secara jelas
dan sesingkat mungkin.
Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 1995 berikut :
a) Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan.
(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
(2) Resiko terhadap cedera.
(3) Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit).
b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
(1) Komunikasi keluarga disfungsional.
c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
(1) Berduka dan di antisipasi.
(2) Berduka disfungsional.
(3) Isolasi sosial.
(4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang
sakit terhadap keluarga).
(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(6) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua).
(7) Perubahan menampilkan peran.
(8) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
(9) Gangguan citra tubuh.
d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
(1) Perubahan proses keluarga.
(2) Perubahan menjadi orang tua.
(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(4) Berduka yang di antisipasi.
(5) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
(6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
(7) Resiko terhadap tindakan kekerasan.

e) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial.


(1) Perubahan proses keluarga.
(2) Perilaku menarik bantuan kesehatan.
(3) Konflik peran orang tua.
(4) Perubahan menjadi orang tua.
(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
(7) Perubahan pemeliharan kesehatan.
(8) Kurang pengetahuan.
(9) Isolasi sosial.
(10) Kerusakan interaksi sosial.
(11) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
(12) Ketidakpatuhan.
(13) Gangguan identitas pribadi.
f) Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah perawatan
kesehatan.
(1) Perubahan pemeliharan kesehatan.
(2) Potensial peningkatan pemeliharan kesehatan.
(3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan.
(4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga.
(5) Resiko terhadap penularan penyakit.
g) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping.
(1) Potensial masalah peningkatan koping keluarga.
(2) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
(3) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.

2) Penyebab (Etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah yang mengacu
pada ilmu tugas keluarga.
a) Tanda (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan data
objektif yang diperoleh dari keluarga yang mendukung masalah
dan penyebabnya. Perawat hanya boleh mendokumentasikan tanda
dan gejala yang siknifikan untuk menghindari diagnosa
keperawatan yang panjang.
3) Prioritas masalah
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah
sebagai berikut :
(1) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan
yang di temukan dalam keluarga dapat di atasi sekaligus.
(2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat
mengancam kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.
(3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga
terhadap asuhan keperawatan keluarga yang akan di berikan.
(4) Keterlibatan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
(5) Sumber daya keluarga yang dapat penunjang pemecahan
masalah kesehatan keperawatan keluarga.
(6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b) Kriteria prioritas masalah.
(1) Sifat masalah di kelompokan menjadi :
(a) Ancaman kesehatan.
Yaitu keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit,
kecelakaan dan kegagalan dalm mencapai kesehatan.
(b) Keadaan sakit atau tidak sakit.
Keadaan sakit (sesudah atau sebelum di diagnosa) dan
gagal pertumbuhan normal.
(c) Situasi krisis.
Perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi
orang tua, dan penambahan anggota keluarga/baby
(2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah
masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
(3) Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan besarnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan dan kesehatan.
(4) Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan dan kesehatan.

9 Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan langsung pada keluarga yang
dilaksanakan oleh perawat.
Tabel 2. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Keluarga.
No Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah
Skala : 1
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1
2 Kemungkinan masalah dapat di ubah
Skala :
Dengan mudah 2 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3 Potensial masalah dapat di ubah
Skala : 2
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah untuk di ubah
Skala :
Masalah berat harus ditangani 2 1
Masalah yang tidak perlu harus di tangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Keterangan:
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria.
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

3. Jumlah skor untuk semua kriteria.


4. Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

Fokus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi


kegiatan yang bertujuan :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
1) Memberi informasi yang tepat.
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang
kesehatan.
3) Mendorong sikap emosi yang sehat dan mendukung upaya
masalah kesehatan.
b. Menstimulus keluarga untuk menentukan cara perawatan keluarga
yang tepat dengan cara :
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit
dengan cara :
1) Mendemonstrasikan cara perawatan.
2) Menggunakan alat fasilitas yang ada di rumah.
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d. Membantu keluarga untuk menciptakan lingkungan menjadi sehat,
dengan cara :
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada, dengan cara :
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga.
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
(Setiadi, 2015).
10 Implementasi
Pada kegiatan implementasi perawat perlu melakukan kontrak sebelumnya
untuk pelaksanaan yang meliputi, kapan dilaksanakan, berapa lama waktu
yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan,
anggota keluarga yang mendapat informasi dan peralatan yang mungkin
disiapkan keluarga (Sudiharto, 2007).
11 Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah di tetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lain.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai
tujuan sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenali masalah kesehatan.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Keluarga mampu memelihara lingkungan yang sehat.
e. Keluarga dapat memanfatkan fasilitas kesehatan yang ada.

C. Konsep Dasar Hipertensi


1. Pengertian Hipertensi
a. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi sistolik >140 mmHg dan tekanan
darah rendah diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti
hipertensi (Mansjoer Arif, 2014).
b. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas dan angka kematian (mortalitas) (Adib,
2015).
c. Hipertensi adalah penyakit jantung akibat dari tekanan darah dan kelainan
metabolisme yang sering menyertai, seperti : gula darah tinggi, asam urat
dan kolesterol yang tinggi (Maryono Djoko, 2015).
d. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
merupakan tekanan darah dimana tekanan sistol lebih dari 140 dan
diastole lebih dari 90
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi esensial/primer, yaitu Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya, dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik
(90%).
b. Hipertensi sekunder yaitu Hipertensi yang merupakan akibat dari adanya
penyakit lain seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar
tiroid (10%). Faktor lain yang mendorong terjadinya Hipertensi antara lain
stress, kegemukan, pola makan, merokok dan malas olahraga. Selain itu
hipertensi terjadi karena begitu banyak mengkonsumsi minuman
beralkohol lemak dan garam-garaman atau penguat rasa dalam makanan
era sekarang ini (Adib,2015).
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung, selain curah jantung dan
tekanan perifer sebenarnya tekanan darah dipengaruhi juga oleh tekanan
atrium kanan, karena tekanan atrium kanan mendekati nol sehingga sistem
yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
disebabkan oleh gangguan sirkulasi yang berusaha untuk mempertahankan
kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang. Dan sistem kontrol saraf
terhadap tekanan darah yang beraksi segera adalah refleks kemoreseptor
respon iskemia susunan saraf pusat dan refleks yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis dan otot polos.
Perpindahan cairan antara sikulasi kapiler dan rongga intestisial yang
dikontrol oleh hormon angiotensin dan pasopresin termasuk sistem kontrol
yang bereaksi kurang cepat dan dilanjutkan oleh sistem yang melibatkan
berbagai organ terutama ginjal, membran sel, aktivitas saraf simpatik dan
sistem renin angiotensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan
natrium dan metabolisme natrium gagal ginjal serta obesitas dan faktor
endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah, juga peran faktor
genetik mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan sebagai
faktor penting pada timbulnya hipertensi dan faktor kepekaan terhadap garam
dan juga diturunkan secara genetik sebagai faktor utama pada timbulnya
Hipertensi.
Pada tahap awal Hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan
tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas
simpatik, pada tahap selanjutnya curah jantung kembali normal sedangkan
tahanan perifer normal. Keadaan ini disebabkan peningkatan aktivitas
simpatik, pada tahap selanjutnya jantung kembali normal sedangkan tahanan
perifer meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud
dengan reflek autoregulasi ialah mekanisme tubuh untuk mempertahankan
terjadi kontriksi kapiler yang mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peninggian tahanan perifer. (Susalit dkk, 2012).

4. Penyimpangan KDM
umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hiperte
nsi
Kerusakan vaskuler pembuluh
darah
Perubahan
struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasm


pembuluh otak pembuluh e
darah menurun darah ginjal
otak vasokonstriksi Iskemi arterio
diplopia
Blood miocard le
Nyeri Gangguan sinkop flow
kepal pola tidur Afterload
munurun Nyeri Resti injuri
a meningkat
dada
Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
gan Rangsang curah jantung
aldostero
n Intoleransi
aktifitas
Retensi
Na

edem
a

Gambar 1 Penyimpangan KDM


sumber: Price Sylvia Anderson (2005)
5. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi menurut The Sixth Report of the Joint National
Committee of Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
(1997).
Tabel 3.Klasifikasi Hipertensi
Sistolik Diasolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal < 130 <85
Perbatasan 130-139 85-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-95
Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109
Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110

(Price Sylvia Anderson, 2005).

6. Tanda dan Gejala Hipertensi


Tanda dan gejala hipertensi adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan tekanan darah.
b. Komplikasi pada ginjal, otak, mata, ataupun jantung.
c. Sakit kepala.
d. Epistaksis.
e. Marah.
f. Telinga berdengung.
g. Rasa/berat di tengkuk.
h. Sukar tidur.
i. Mata berkunang-kunang.
j. Pusing (Shadine, 2010).

7. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan resiko
penyakit kardiovaskuler serta mortalitas (angka kematian) dan morbiditas
(angka kesakitan) yang berkaitan.
Langkah-langkah yang digunakan :
a. Modifikasi gaya hidup.
b. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan.
c. Membatasi alkohol.
d. Meningkatkan aktivitas fisik (30-45 menit/hari).
e. Berhenti merokok dan mengurangi asupan makanan berlemak.
f. Pemberian obat anti hipertensi (Mansjoer Arif, 2014).

D. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi


1. Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan ke
kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta
kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga Status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu sosial ekonomi keluarga ditentukan pula
oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap Perkembangan Keluarga
Saat Ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian
keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber
pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga dan pengalaman
terhadapa pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan
istri.
e. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas, serta
dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga mengembangkan
sikap saling mengerti. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya. Fungsi ini merupakan basis sentral bagi pembentukan
dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berhubungan dengan
persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota
keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan
ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguann
kesehatan selanjutnya.
2) Fungsi keperawatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab
tanda dan gejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap
masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah, tindakan
yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan
keperawatan, karena hipertensi memerlukan perawatan yang
khusus yaitu mengenai pengaturan makanan dan gaya hidup. Jadi
disini keluarga perlu tau bagaimana cara pengaturan makanan yang
benar serta gaya hidup yang baik untuk penderita Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah
mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan
mencapai dan mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat
hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup
sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah
bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota
keluarga menderita Penatalaksanaan Tujuan tiap program
penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan
dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauh mana keluarga
mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota
keluarga yang sakit hipertensi.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara
lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana
keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan
lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan
akan dapat mecegah kekambuhan dari pasien hipertensi
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung
kesehatan seseorang.
3) Fungsi sosialisasi
Pada kasus penderita hipertensi yang sudah mengalami komplikasi
stroke, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik di dalam
keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga.
4) Fungsi reproduksi
Pada penderita hipertensi perlu dikaji riwayat kehamilan (untuk
mengetahui adanya tanda-tanda hipertensi saat hamil).
5) Fungsi ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan
penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi rendah individu segan
untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainya
(Friedman, 2013).

g. Stres dan koping keluarga


1) Stresor yang dimiliki
2) Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
h. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan fisik khusus
i. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan yang terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan
aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki kemampuan dan
mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan pendidikan dan
pengalaman ( Friedman, 2010).
Tipologi dari diagnosa keperawatan adalah:
a. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
b. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
c. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.

Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dengan


masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :
a. Penurunan curah jantung
b. Nyeri (sakit kepala)
c. Defisit pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan Keluarga


Fokus Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian,
diagnosis keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga,
dengan merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative
dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak,
atau standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010).
Tabel 4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Diagnosa Tujuan Kriteria Standar Evaluasi Rencana
Keperawatan Evaluasi Intervensi
Penurunan Tujuan umum : Respon 1. Keluarga 1. Memberikan
Curah Jantung Setelah dilakukan verbal dapat pendidikan
ketidakmampu kunjungan ke menjelaskan kesehatan
an keluarga rumah selama 3 pengertian, mengenai
mengenal hari diharapkan penyebab, penyakit
masalah penurunan curah tanda dan hipertensi :
kesehatan jantung menurun gejala pengertian,
hipertensi penyebab,
Tujuan khusus: 2. Keluarga tanda dan
Setelah dilakukan mampu gejala.
tindakan mengambil 2. Membantu
keperawatan keputusan jika keluarga
selama 3x60 ada anggota dalam
menit keluarga keluarga yang memutuskan
mampu: mengalami keputusan
hipertensi yang tepat.
1. Mengenal 3. Keluarga 3. Memberikan
masalah mampu pendidikan
kesehatan merawat kesehatan
2. Mengambil anggota dalam
keputusan keluarga merawat
3. Merawat dengan anggota
anggota hipertensi keluarga
keluarga yang 4. Keluarga dengan
sakit mampu hipertensi
4. Memodifikasi mengubah 4. Membantu
lingkungan faktor keluarga
5. Memanfaatkan lingkungan mengenal
fasilitas yang dan
pelayanan menyebabkan mengubah
kesehatan hipertensi faktor
5. Keluarga lingkungan
mampu yang
memanfaaastk menyebabka
an fasilitas n hipertensi
kesehatan 5. keluarga
yang ada. dalam
mencari
fasilitas
kesehatan
yang
tersedia.

Nyeri Tujuan umum : Respon 1. Keluarga 6.


berhubungan Setelah dilakukan Verbal dapat 1. Berikan dan
dengan kunjungan ke menjelaskan ajarkan
ketidakmampu rumah selama 3 pengertian, pasien
an keluarga hari diharapkan penyebab, dengan
merawat nyeri dapat tanda dan keluarga
anggota tertatasi gejala tentang
keluartga yang hipertensi terapi
sakit Tujuan khusus: 2. Keluarga relaksasi
Setelah dilakukan mampu progresif
tindakan mengambil 2. Berikan dan
keperawatan keputusan jika Ajarkan
selama 3x60 ada anggota pasien dan
menit keluarga keluarga yang keluarga
mampu: mengalami untuk
hipertensi mengontol
1. Mengenal 3. Keluarga nyeri yang
masalah mampu dialami
kesehatan merawat
2. Mengambil anggota
keputusan keluarga
3. Merawat dengan
anggota hipertensi
keluarga yang 4. Keluarga
sakit mampu
4. Memodifikasi mengubah
lingkungan actor
5. Memanfaatka lingkungan
n fasilitas yang
pelayanan menyebabkan
kesehatan hipertensi
5. Keluarga
mampu
memanfaaastk
an fasilitas
kesehatan
yang ada.
Defisit Tujuan umum : Respon 1. Keluarga 3. Memberikan
pengetahuan Setelah dilakukan verbal dapat pendidikan
berhubungan kunjungan ke menjelaskan kesehatan
dengan rumah selama 3 pengertian mengenai
ketidakmampu hari diharapkan Hipertensi pengertian
an keluarga keluarga mampu 2. Keluarga Hipertensi
mengenal mengambil dapat 4. Memberikan
masalah keputusan menyebutkan pendidikan
Hipertensi klasifikasi kesehatan
Tujuan khusus: Hipertensi mengenai
Setelahdilakukan 3. Keluarga klasifikasi
tindakan mampu Hipertensi
keperawatan menjelaskan 5. Memberikan
selama 6x60 tanda dan pendidikan
menit keluarga gejala kesehatan
mampu: Hipertensi mengenai
4. Keluarga tanda dan
1. Mengenal dapat gejala
masalah mengerti Hipertensi
kesehatan penyebab 6. Memberikan
2. Mengambil Hipertensi pendidikan
keputusan 5. Keluarga kesehatan
3. Merawat menyebutkan mengenai
anggota komplikasi penyebab
keluarga yang dari Hipertensi
sakit Hipertensi 7. Memberikan
4. Memodifikasi pendidikan
lingkungan kesehatan
5. Memanfaatkan mengenai
fasilitas komplikasi
pelayanan Hipertensi
kesehatan

4. Implementasi
Implementasi dapat dilakukan oleh banyak orang seperti klien (individu atau
keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang lain, keluarga
luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga (Friedman,
2013).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. (2015). Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung, Dan
Stroke. Yogyakarta: Dianloka

Brunner & Suddarth, (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC

Efendy Nasrul. (1998). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Friedman, Marilyn M dkk. (2010). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori
& Praktik. Jakarta : EGC.
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hariyanto Tanto. dkk (2005). Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Proses.
Malang : Buntara Media.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta
Komang Ayu Henny Achtar. (2010) . Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan
Keluarga. Edisi 1. Jakarta Sagung Seto.
Mansyoer Arif, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid.1 Jakarta : Media
Aesculapius.
Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan asuham keperawatan. Jakarta : Trans
Info Media
Maryono Djoko. (2015). Penyakit Jantung. Jakarta : Penerbit Bhuana Ilmu Populer.
M. Adib. 2015. Cara Mudah Memahami Hipertensi Jantung Dan Strok. Edisi 1.
Yogyakarta : Dianloka.
Shadine. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke & Serangan Jantung
Edisi 1 Jakarta Keenbooks.

Maryono. 2012. Mitos dan fakta seputar penyakit jantung. Buana IImu Populer.
Jakarta.

Price A. Sylvia ; Wilsron M. Lorraine. 2005. Buku Patofisiologi. Edisi 6. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
.
Sarkomo.(2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan keluarga
pasien stroke yang dirawat di ruang mawar, tanggal 22 Mei 2020 Jam 09.00
WITA.
Setiadi. 2015. Konsep & Proses Keperawatan Keluarga Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Suprajitno. 2014. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dan Praktek. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudiharto. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Susalit. 2012. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
www.Mediastore.com diakses 1 Juli 2010
Zaidin Ali 2016 Pengantar Keperawatan Keluarga Edisi 1 Jakarta Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai