Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM TIFOID (TIFUS)

DISUSUN OLEH:
NAMA: SITI MAQFIRO
NIM: 19180071

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TIFUS

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian keluarga
a. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan emosional dan mempunyai peran masing-masing (Suprajitno, 2012).
b. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersaman
melalui pernikahan dan mempunyai ikatan emosional yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Harianto, dkk, 2014).
c. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan secara emosional dan
tinggal dalam sautu tempat secara bersama-sama dan saling ketergantungan
2. Tipe Keluarga
Dengan perkembangannya peran individu dan meningkatkan rasa individualisme,
pengelompokan tipe keluarga dibagi menjadi :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak
kandung atau anak angkat.
b. Keluarga besar (Extended Family) yaitu keluarga inti di tambah dengan keluarga lain
yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
c. Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
d. Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
e. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja.
f. Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia
lanjut (Komang, 2010).
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari 5 bagian yaitu :
a. Patrilineal
adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara-saudara dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara-saudara dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal.
adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga Kawinan
adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karna adanya hubungan suami isteri
(Setiadi, 2015).
4. Pemegang Kekuasan Dalam Keluarga
Pemegang kekuasan dalam keluarga terdiri dari 3 tipe yaitu :
a. Patriakal
Yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga yaitu pihak ayah.
b. Matriakal
Yang dominan dan memegang kekuasan adalah pihak ibu.
c. Equalitarian
Yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga yaitu pihak ayah dan ibu
(Effendy,1998).
5. Peran Keluarga
Peran yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan
juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
b. Peran ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung
keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga sebagai
anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Peran anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental,
sosial dan spiritual (Setiadi, 2015).
6. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi biologis
1) Untuk meneruskan keturunan.
2) Untuk memelihara dan membesarkan anak.
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4) Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi
1) Melakukan pembinan sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatan perkembangan
anak.
3) Memberikan batasan prilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak.
4) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomis
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Pengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga yang akan datang
misalnya, pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Setiadi, 2015).
7. Tugas Keluarga
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang mengusahakan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Effendy, 1998).
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga sebagai sebuah unit yang mengalami tahap-tahap perkembangan
yang berturut-turut yang dapat diprediksi, setiap tahap perkembangan keluarga
mempunyai tugas yang spesifik. Pada masing-masing tahap tugas keluarga harus
terpenuhi sampai merasa puas sehingga dapat masuk ke tahap perkembangan selanjutnya.

Tabel 1 Tahap perkembangan keluarga menurut Duval dan Miller (1985)


Tahap siklus kehidupan keluarga Tugas perkembangan keluarga

Tahap I (tahap pemula). 1. Membangun perkawinan yang saling


memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan
secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan tentang
kedudukan sebagai orang tua).
Tahap II (keluarga sedang 1. Membentuk keluarga muda sebagai
mengasuh anak). sebuah unit yang mantap.
2. Memperhatikan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
3. Memperluas persahabatan dengan
keluarga besar.
Tahap III (keluarga dengan anak 1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
prasekolah). seperti rumah, ruang bermain, privasi,
dan keamanan.
2. Mengsosialisasi anak.
3. Menginteraksikan anak yang baru lahir
sementara tetap memenuhi kebutuhan.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga (hubungan perkawinan
dan orang tua, anak dan diluar keluarga
besar dan komunitas).
Tahap IV (keluarga dengan anak 1. Mengsosialisasikan anak-anak termasuk
usia sekolah). meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
3. Memenuhi kebutuhan fisik keluarga.
Tahap V (keluarga dengan anak 1. Menyeimbangkan kebebasan dengan
remaja). tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri.
2. Memfokuskan kembali hubungan
perkawinan berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak.
Tahap VI (keluarga melepaskan 1. Memperluas siklus keluarga dengan
anak dewasa). memasukan anggota keluarga baru yang
didapat melalui perkawinan anak-anak.
2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3. Membantu orang tua sakit-sakitan dari
suami maupun istri.
Tahap VII (orang tua usia 1. Menyediakan lingkungan yang
pertengahan). meningkatkan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan-hubungan
yang memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia dan anak-anak.
3. Memperkokoh hubungan perkawinan.
Tahap VIII (keluarga lansia). 1. Mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan.
2. Menyediakan terhadap pendapatan yang
menurun.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan.
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan
pasangan.
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi.
6. Meneruskan untuk memahami eksistansi
mereka.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1 Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan di dasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual, dan komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit mencakup seluruh proses kehidupan.
2 Definisi Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang di berikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan proses keperawatan, pedoman standar keperawatan, serta landasan
etika dan etiket keperawatan dalam lingkup dan tanggung jawab keperawatan (Sudiharto,
2017)
3 Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, berlandasan pada etik dan etiket, keperawatan dalam lingkungan wewenang
serta tanggung jawab keperawatan (Sudiharto, 2017).
Ditingkatkannya kemampuan: (H.Zaidin Ali, 2016).
4 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga
Tujuan ada 2 yaitu :
a. Tujuan umum
Ditingkatkannya kemauan dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri.
b. Tujuan khusus
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi.
2) Mengambil keputusan tentang bagaimana memecahkan masalah kesehatan
keluarga.
3) Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).
4) Mencegah terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.
5) Melaksanakan usaha penyembuhan masalah kesehatan keluarga melalui asuhan
keperawatan di rumah.
6) Membantu tenaga professional keperawatan dalam dalam menanggulangi
penyakit/masalah kesehatan mereka dirumah
5 Kriteria Hasil
a. Dalam jangka panjang atau jangka pendek (time bound).
b. Mempunyai perilaku yang dapat di ukur (measurable).
c. Spesifik dalam isi dan waktu (spesifik).
d. Harus dapat dicapai (achievable).
6 Proses Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri dari :
a. Pengkajian.
b. Diagnosa Keperawatan.
c. Perencanan.
d. Implementasi.
e. Evaluasi (Setiadi, 2017).
7 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dimana seorang perawat mulai
mengumpulkan informasi tentang keluarga yang dibinanya.
a. Pada awal pengkajian perawat harus membina hubungan yang baik dengan keluarga
dengan cara :
1) Diawali perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
2) Menjelaskan tujuan kunjungan.
3) Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
4) Menjelaskan luas kesanggupan perawat yang dapat dilakukan.
b. Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat dilakukan antara lain dengan :
1) Wawancara
a) Mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
b) Meningkatkan hubungan perawat-keluarga dalam komunikasi.
c) Membantu keluarga mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
2) Observasi
a) Secara objektif, dengan melakukan pengamatan terhadap lingkungan
perumahan dan fasilitas-fasilitasnya.
b) Data yang memerlukan pengamatan.
c) Inventaris untuk mengkaji situasi rumah dalam kaitannya dengan kelayakan
rumah.
3) Membina hubungan saling percaya
a) Salah satu fungsi perawat keluarga adalah menciptakan hubungan saling
percaya.
b) Menciptakan hubungan saling percaya adalah dimana adanya saling terbuka,
saling menghormati dan komunikasi berjalan dengan efektif.
c) Hubungan saling percaya dapat dikembangkan dengan menyampaikan tujuan,
menerima dan mengakui hak-hak keluarga pada perasaan dan keyakinan
mereka sendiri tanpa keluarga dari tujuan, nilai-nilai dan harapan perawat.
d) Diawali dengan memberikan kesempatan keluarga mengungkapkan persoalan
dan masalahnya sendiri. Perawat memahami persoalan berdasarkan
pengalamannya bersama-sama, keluarga mendalami persoalan dan
memecahkan masalah secara bersama-sama.
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan hanya pada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan.
a) Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Struktur keluarga.
2) Identitas kepala keluarga.
3) Susunan anggota keluarga.
4) Genogram.
5) Riwayat tahap perkembangan keluarga keluarga.
6) Aktivitas sehari-hari.
7) Lingkungan.
8) Fungsi keluarga.
9) Stres keluarga berespon terhadap stres/stresor.
10) Pemeriksaan fisik.
11) Harapan keluarga.

8 Diagnosa Keperawatan
adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual ataupun
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa data
Cara analisa data adalah sebagai berikut :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian.
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio, psiko, sosio dan spiritual.
3) Membandingkan dengan standar.
4) Membantu kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu dan
keluarga. Komponen diagnosa keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi, dan
sign/simpton.
1) Masalah (problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak terpenuhnya
kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang didefinisikan oleh perawat
melalui pengkajian. Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan
status kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin.
Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 1995 berikut :
a) Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan.
(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
(2) Resiko terhadap cedera.
(3) Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit).
b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
(1) Komunikasi keluarga disfungsional.
c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
(1) Berduka dan di antisipasi.
(2) Berduka disfungsional.
(3) Isolasi sosial.
(4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit
terhadap keluarga).
(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(6) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua).
(7) Perubahan menampilkan peran.
(8) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
(9) Gangguan citra tubuh.
d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
(1) Perubahan proses keluarga.
(2) Perubahan menjadi orang tua.
(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(4) Berduka yang di antisipasi.
(5) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
(6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
(7) Resiko terhadap tindakan kekerasan.

e) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial.


(1) Perubahan proses keluarga.
(2) Perilaku menarik bantuan kesehatan.
(3) Konflik peran orang tua.
(4) Perubahan menjadi orang tua.
(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(6) Perubahan pertumbuhan dan perkembangan.
(7) Perubahan pemeliharan kesehatan.
(8) Kurang pengetahuan.
(9) Isolasi sosial.
(10) Kerusakan interaksi sosial.
(11) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
(12) Ketidakpatuhan.
(13) Gangguan identitas pribadi.
f) Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah perawatan kesehatan.
(1) Perubahan pemeliharan kesehatan.
(2) Potensial peningkatan pemeliharan kesehatan.
(3) Perilaku mencari pertolongan kesehatan.
(4) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga.
(5) Resiko terhadap penularan penyakit.
g) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah koping.
(1) Potensial masalah peningkatan koping keluarga.
(2) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
(3) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
2) Penyebab (Etiologi)
Suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah yang mengacu pada ilmu
tugas keluarga.
a) Tanda (sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan data objektif yang
diperoleh dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebabnya. Perawat
hanya boleh mendokumentasikan tanda dan gejala yang siknifikan untuk
menghindari diagnosa keperawatan yang panjang.
3) Prioritas masalah
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prioritas masalah adalah sebagai
berikut :
(1) Tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang di
temukan dalam keluarga dapat di atasi sekaligus.
(2) Perlu mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam
kehidupan keluarga seperti masalah penyakit.
(3) Perlu mempertimbangkan respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan
keperawatan keluarga yang akan di berikan.
(4) Keterlibatan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.
(5) Sumber daya keluarga yang dapat penunjang pemecahan masalah
kesehatan keperawatan keluarga.
(6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b) Kriteria prioritas masalah.
(1) Sifat masalah di kelompokan menjadi :
(a) Ancaman kesehatan.
Yaitu keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan
dan kegagalan dalm mencapai kesehatan.
(b) Keadaan sakit atau tidak sakit.
Keadaan sakit (sesudah atau sebelum di diagnosa) dan gagal
pertumbuhan normal.
(c) Situasi krisis.
Perkawinan, kehamilan, persalinan, masa nifas, menjadi orang tua, dan
penambahan anggota keluarga/baby
(2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan
untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan
intervensi keperawatan dan kesehatan.
(3) Potensi masalah untuk dicegah, adalah sifat dan besarnya masalah yang
akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan.
(4) Masalah yang menonjol, adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi
keperawatan dan kesehatan.nto, dkk, 2005).
BAB 2
KONSEP DASAR DEMAM TYHPOID ( TIPES)

A. Pengertian
Konsep Dasar Tipes ( demam tifoid)
Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akutyang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Tifoidtermasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam.
Adapundemam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnyamemiliki
pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-turun.Hal ini terjadi pada sore
dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya
tidak disadari oleh penderita maupunkeluarga penderita (Dinkes, 2013).
B. Anatomi Fisiologi
1. Usus halus (usus kecil)Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaanyang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melaluivena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) danair (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna)
2. .Usus dua belas jari (Duodenum)Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian
dari usus halusyang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dariusus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentumTreitz. Usus dua
belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jariyang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jariterdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu
3. .Usus Kosong (jejenum).
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) danusus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usushalus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosongdan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium
4. .Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus.Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
danterletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsimenyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu. Diagram ileum danorgan-organ yang berhubungan
5. .Usus Besar (Kolon)Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
6. Usus Buntu (sekum)Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilahanatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan padamamalia, burung,
dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivoramemiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memilikisekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbaicacing
7. .Umbai Cacing (Appendix)Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada
usus buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah danmembentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksirongga abdomen).
8. Rektum dan anusRektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)
adalahsebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolonsigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,yaitu
pada kolon desendes.jika kolon kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbulkeinginan untuk buang air besar (BAB). Anus merupakan lubang
di ujungsaluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagiananus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dariusus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Fesesdibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yangmerupakan fungsi utama anus
C. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphii A dan
Salmonella Paratyphii B Wujudnya berupa basil gramnegative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora. Kuman tumbuh padasuasana fakultatif anaerob pada suhu 15-41 C
(Optimum 37 oC) dan pH pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah, 2012).

D. Patofisiologi
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosausus pada ileum terminalis. Di usus,
bakteri melekat pada mikrovili, kemudianmelalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffl ing actinrearrangement dan internalisasi dalam vakuola intraseluler.
Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk kedalam
pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan
biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanyamasih memberikan hasil yang
negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14hari

Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuhdan berkolonisasi dalam
organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati,limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga
dapat melakukan replikasi dalammakrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan
kembali ke dalam system peredaran darah dan menyebabkan bakteremia. sekunder
sekaligusmenandai berakhirnya periode inkubasi.Bakteremia sekunder menimbulkangejala klinis
seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen.Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih
menetap dalam organ-organ sistem retikuloendotelial dan berkesempatan untuk
berproliferasikembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai
pembawa kuman atau carrier. (CDK,2012).

E. Klasifikasi
Menurut WHO (ada 3 macam klasifikasi demam typhoid dan perbedaan gejala klinis:
1. Demam typoid akut non komplikasiDemam typoid akut dikarakterisisasi dengan adanya
demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasadan
diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi
pada fase awal penyakit selama periode demam,sampai 25% penyakit menunjukan
adanya resespot pada dada, abdomen,dan punggung.
2. Demam typoid dengan komplikasiPada demam typoid akut keadaan mungkin dapat
berkembangmenjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dankeadaan
kliniknya, hingga 10 % pasien dapat mengalami komplikasi,mulai dari melena, perforasi,
susu, dan peningkatan ketidaknyamananabdomen.
3. Keadaan karirKeadaan karir typoid terjadi pada 1-5 % pasien, bergantung umur pasien.
Karir typoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi difeses.(WHO, 2003)
F. Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertanganiakan menyebabkan
syok, stupor dan koma
4. .Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
12. Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis(Nurarif & Kusuma, 2015).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. .Pemeriksaan LeukositMenurut buku – buku disebutkan pada demam typoid terdapat
leucopeniadan limfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah seringdijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit padasediaan darah tepi berada
batas- batas normal, malahan kadang-kadangterdapat leukositosis. Walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksisekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
bergunauntuk diagnosis demam typoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke
normal setelahsembuhnya demam typoid. kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan pembatasan pengobatan.
3. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darahnegatif
menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung
pada beberapa factor antara lain :
a. Teknik Pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan laboratorium berbeda
dengan yang lain, malahanhasil satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke
waktu. Hal inidisebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan,karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit,
yaitukurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan.Pada
anak – anak 2 – 5 ml. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa
negative,terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain
ini darah tersebut harus langsung dikirimke laboratorium. Waktu pengambilan
darah paling baik adalah saatdemam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung
b. Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit pada demam typoid biarkan darah
terhadap S.Typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya.pada waktu kambuh biakan bias positif lagi
c. Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan antibody dalam
darah pasien .antibody ini dapat menekan bakteriemia

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :
1. .Pemberian antibioticTerapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam
tifoid.
Obat yang sering dipergunakan adalah:
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.d.Sefalosporin generasi II dan
III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6hari; ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari;
ceftriaxone 4 gram/hariselama 3 hari).2.Istirahat dan perawatanLangkah ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi.Penderita sebaiknya
beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggusetelah bebas dari demam.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuaidengan keadaan penderita.
Mengingat mekanisme penularan penyakit ini,kebersihan perorangan perlu dijaga
karena ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air
kecil.3.Nonfarmakologi dan Dieta.Diharuskan untuk Bedrest b.Agar tidak
memperberat kerja usus, pada tahap awal penderitadiberi makanan berupa bubur
saring. Selanjutnya penderita dapatdiberi makanan yang lebih padat dan akhirnya
nasi biasa, sesuaidengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi
danmineral perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita
(widoyono 2011).

Anda mungkin juga menyukai