DISUSUN OLEH:
NAMA: SITI MAQFIRO
NIM: 19180071
c. Fungsi sosialisasi
1) Melakukan pembinan sosialisasi pada anak.
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkatan perkembangan
anak.
3) Memberikan batasan prilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak.
4) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomis
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2) Pengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga yang akan datang
misalnya, pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
2) Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam memenuhi
peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Setiadi, 2015).
7. Tugas Keluarga
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
c. Memberikan perawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang mengusahakan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Effendy, 1998).
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga sebagai sebuah unit yang mengalami tahap-tahap perkembangan
yang berturut-turut yang dapat diprediksi, setiap tahap perkembangan keluarga
mempunyai tugas yang spesifik. Pada masing-masing tahap tugas keluarga harus
terpenuhi sampai merasa puas sehingga dapat masuk ke tahap perkembangan selanjutnya.
8 Diagnosa Keperawatan
adalah keputusan tentang respon keluarga tentang masalah kesehatan aktual ataupun
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan kewenangan perawat.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa data
Cara analisa data adalah sebagai berikut :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format
pengkajian.
2) Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio, psiko, sosio dan spiritual.
3) Membandingkan dengan standar.
4) Membantu kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan pada sasaran individu dan
keluarga. Komponen diagnosa keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi, dan
sign/simpton.
1) Masalah (problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah (tidak terpenuhnya
kebutuhan dasar keluarga atau anggota keluarga) yang didefinisikan oleh perawat
melalui pengkajian. Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan
status kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin.
Daftar diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA 1995 berikut :
a) Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan lingkungan.
(1) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
(2) Resiko terhadap cedera.
(3) Resiko terjadinya infeksi (penularan penyakit).
b) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
(1) Komunikasi keluarga disfungsional.
c) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.
(1) Berduka dan di antisipasi.
(2) Berduka disfungsional.
(3) Isolasi sosial.
(4) Perubahan dalam proses keluarga (dampak adanya orang yang sakit
terhadap keluarga).
(5) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(6) Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua).
(7) Perubahan menampilkan peran.
(8) Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
(9) Gangguan citra tubuh.
d) Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
(1) Perubahan proses keluarga.
(2) Perubahan menjadi orang tua.
(3) Potensial peningkatan menjadi orang tua.
(4) Berduka yang di antisipasi.
(5) Koping keluarga tidak efektif, menurun.
(6) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan.
(7) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
A. Pengertian
Konsep Dasar Tipes ( demam tifoid)
Demam Tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akutyang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Tifoidtermasuk infeksi sistemik dengan gejala yang khas yaitu demam.
Adapundemam yang dialami oleh pasien yang menderita penyakit ini umumnyamemiliki
pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik-turun.Hal ini terjadi pada sore
dan malam hari sedangkan di pagi hari hampir tidak terjadi demam. Hal inilah yang biasanya
tidak disadari oleh penderita maupunkeluarga penderita (Dinkes, 2013).
B. Anatomi Fisiologi
1. Usus halus (usus kecil)Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaanyang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melaluivena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) danair (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna)
2. .Usus dua belas jari (Duodenum)Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian
dari usus halusyang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus
kosong(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dariusus
halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentumTreitz. Usus dua
belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jariyang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus dua belas jariterdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu
3. .Usus Kosong (jejenum).
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) danusus penyerapan (ileum).
Pada manusia dewasa, panjang seluruh usushalus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosongdan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh
dengan mesenterium
4. .Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus.Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m
danterletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsimenyerap vitamin
B12 dan garam-garam empedu. Diagram ileum danorgan-organ yang berhubungan
5. .Usus Besar (Kolon)Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
6. Usus Buntu (sekum)Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam
istilahanatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan padamamalia, burung,
dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivoramemiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memilikisekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbaicacing
7. .Umbai Cacing (Appendix)Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada
usus buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah danmembentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksirongga abdomen).
8. Rektum dan anusRektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”)
adalahsebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolonsigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi,yaitu
pada kolon desendes.jika kolon kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbulkeinginan untuk buang air besar (BAB). Anus merupakan lubang
di ujungsaluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagiananus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dariusus. Pembukaan dan
penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Fesesdibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yangmerupakan fungsi utama anus
C. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella paratyphii A dan
Salmonella Paratyphii B Wujudnya berupa basil gramnegative, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora. Kuman tumbuh padasuasana fakultatif anaerob pada suhu 15-41 C
(Optimum 37 oC) dan pH pertumbuhan 6-8 (Ardiansyah, 2012).
D. Patofisiologi
Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap asam
lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosausus pada ileum terminalis. Di usus,
bakteri melekat pada mikrovili, kemudianmelalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffl ing actinrearrangement dan internalisasi dalam vakuola intraseluler.
Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid mesenterika dan masuk kedalam
pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini dan
biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanyamasih memberikan hasil yang
negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-14hari
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuhdan berkolonisasi dalam
organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati,limpa, dan sumsum tulang. Kuman juga
dapat melakukan replikasi dalammakrofag. Setelah periode replikasi, kuman akan disebarkan
kembali ke dalam system peredaran darah dan menyebabkan bakteremia. sekunder
sekaligusmenandai berakhirnya periode inkubasi.Bakteremia sekunder menimbulkangejala klinis
seperti demam, sakit kepala, dan nyeri abdomen.Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih
menetap dalam organ-organ sistem retikuloendotelial dan berkesempatan untuk
berproliferasikembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai
pembawa kuman atau carrier. (CDK,2012).
E. Klasifikasi
Menurut WHO (ada 3 macam klasifikasi demam typhoid dan perbedaan gejala klinis:
1. Demam typoid akut non komplikasiDemam typoid akut dikarakterisisasi dengan adanya
demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasadan
diare pada anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa terjadi
pada fase awal penyakit selama periode demam,sampai 25% penyakit menunjukan
adanya resespot pada dada, abdomen,dan punggung.
2. Demam typoid dengan komplikasiPada demam typoid akut keadaan mungkin dapat
berkembangmenjadi komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dankeadaan
kliniknya, hingga 10 % pasien dapat mengalami komplikasi,mulai dari melena, perforasi,
susu, dan peningkatan ketidaknyamananabdomen.
3. Keadaan karirKeadaan karir typoid terjadi pada 1-5 % pasien, bergantung umur pasien.
Karir typoid bersifat kronis dalam hal sekresi salmonella typhi difeses.(WHO, 2003)
F. Manifestasi Klinis
1. Masa inkubasi rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhirminggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertanganiakan menyebabkan
syok, stupor dan koma
4. .Ruam muncul pada hari ke 7-10 bertahan selama 2-3 hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepian ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteorismus
12. Gangguan mental berupa samnolen, delirium atau psikosis(Nurarif & Kusuma, 2015).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. .Pemeriksaan LeukositMenurut buku – buku disebutkan pada demam typoid terdapat
leucopeniadan limfositosis relative, tetapi kenyataan leucopenia tidaklah seringdijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typoid, jumlah leukosit padasediaan darah tepi berada
batas- batas normal, malahan kadang-kadangterdapat leukositosis. Walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksisekunder. Oleh karena itu, pemeriksaan jumlah leukosit tidak
bergunauntuk diagnosis demam typoid.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPTSGOT dan SGPT seringkali meningkat tetapi kembali ke
normal setelahsembuhnya demam typoid. kenaikan SGOT dan SGPT ini tidak
memerlukan pembatasan pengobatan.
3. Biakan Darah
Biakan darah positif memastikan demam typoid, tetapi biakan darahnegatif
menyingkirkan demam typoid. Hal ini disebabkan karena hasil biakan darah bergantung
pada beberapa factor antara lain :
a. Teknik Pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan laboratorium berbeda
dengan yang lain, malahanhasil satu laboratorium biasa berbeda dari waktu ke
waktu. Hal inidisebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan,karena jumlah kuman yang berada dalam darah hanya sedikit,
yaitukurang dari 10 kuman/ml darah, maka untuk keperluan pembiakan.Pada
anak – anak 2 – 5 ml. Bila darah yang dibiak terlalu sedikit hasil biakan biasa
negative,terutama pada orang yang sudah mendapat pengobatan spesifik .Selain
ini darah tersebut harus langsung dikirimke laboratorium. Waktu pengambilan
darah paling baik adalah saatdemam tinggi pada waktu bakterimia berlangsung
b. Saat pemeriksaan selama berjalan penyakit pada demam typoid biarkan darah
terhadap S.Typhi terutama positif pada minggu pertama penyakit dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya.pada waktu kambuh biakan bias positif lagi
c. Vaksinasi dimasa lampau
Vaksinasi terhadap demam typoid dimasa lampau menimbulkan antibody dalam
darah pasien .antibody ini dapat menekan bakteriemia
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid ada tiga, yaitu :
1. .Pemberian antibioticTerapi ini dimaksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam
tifoid.
Obat yang sering dipergunakan adalah:
a. Kloramfenikol 100mg/kg berat badan/hari/4 kali selama 14 hari
b. Amoksili 100 mg/kg berat badan/hari/4 kali.
c. Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari.d.Sefalosporin generasi II dan
III (ciprofloxacin 2 x 500 mg selam 6hari; ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari;
ceftriaxone 4 gram/hariselama 3 hari).2.Istirahat dan perawatanLangkah ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi.Penderita sebaiknya
beristirahat total ditempat tidur selama 1 minggusetelah bebas dari demam.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap, sesuaidengan keadaan penderita.
Mengingat mekanisme penularan penyakit ini,kebersihan perorangan perlu dijaga
karena ketidakberdayaan pasien untuk buang air besar dan air
kecil.3.Nonfarmakologi dan Dieta.Diharuskan untuk Bedrest b.Agar tidak
memperberat kerja usus, pada tahap awal penderitadiberi makanan berupa bubur
saring. Selanjutnya penderita dapatdiberi makanan yang lebih padat dan akhirnya
nasi biasa, sesuaidengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi
danmineral perlu dipertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita
(widoyono 2011).