Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRATIKUM

“PROSES FERMENTASI PADA PRODUK BAHAN PANGAN”


Mata Kuliah: Teknologi Fermentasi Hasil Pertanian

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

Eka Puspita Sari (54.451.19.008)


Nur Ainun Ishak (54.451.19.040)
Salma (54.451.19.012)
Nurul Afifah I (54.451.19.014)
Obby (54.451.19.025)
Jesika Tabupok (54.451.19.019)
Elva Safitri (54.451.19.041)
Ahmad Al aksar (54.451.19.003)

TEKNOLOGI PENGELOLAHAN HASIL BUMI


POLITEKNIK PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha-Esa yang telah melipahkan
rahmatnya dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Teknologi Fermentasi Hasil
Pertanian, dengan judul “Proses Fermentasi Pada Produk Bahan Pangan”.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Sulfianti, SP., M.Si
dan Fitriani Basrin, S.TP., MP yang telah membantu baik secara moral maupun
materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah saling mendukung dalam menyelesaikan tugas laporan ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan pratikum yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusun, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca guna
menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.

Semoga laporan pengamatan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Palu, - Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…………………………………………...……………...1
1.2. Rumusan Masalah…………………….…………………………..……..2
1.3. Tujuan Pratikum………………………………….…….………………..2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1. Tempe……………………….……………………..………………….….3
2.2. Roti……………………………………………………………..…….…..4
2.3. Tape………………………………………………………………………5
2.4. Cuka Apel……………………………………………………….……….6
2.5. Nasi……………………………………………………………………....7

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Proses Pembuatan Tempe………………………………………………..8
3.2. Proses Pembuatan Roti………………………….………………………11
3.3. Proses Pembuatan Tape…………………………………………………12
3.4. Fermentasi Pada Buah Apel………………………………....………….14
3.5. Pembuatan Mikroorganisme Lokal Dari Nasi…………………………..15

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fermentasi dalam pemrosesan bahan pangan adalah pengubahan


karbohidrat menjadi alkohol dan karbon dioksida atau asam amino organik
menggunakan ragi, bakteri, fungi atau kombinasi dari ketiganya dibawah
kondisi anaerobik. Perilaku mikroorganisme terhadap makanan dapat
menghasilkan dampak positif maupun negatif, dan fermentasi makanan
biasanya mengacu pada dampak positifnya.

Fermentasi telah ada sejak zaman prasejarah. Bukti paling awal


fermentasi makanan ada pada minuman beralkohol yang terbuat dari buah,
beras, dan madu, bertanggal 7000-6000 SM di Jiahu, China. Dan minuman
anggur sejak 6000 SM di Georgia. Kendi berusia 7000 tahun berisi sisa
minuman anggur ditemukan di Pegunungan Zagros, Iran dan disimpan di
Universitas Pennsylvania. Diperkirakan bangsa Babilonia memfermentasikan
minuman sejak tahun 3000 SM, Mesir Kuno sekitar 3150 SM, Meksiko
Kuno sekitar 2000 SM, dan Sudan sekitar 1500 SM.

Louis Pasteur merupakan pakar Zymologist pertama didunia, ketika


pada tahun 1856 ia menghubungkan keberadaan ragi terhadap proses
fermentasi. Pasteur pada awalnya mendefinisikan fermentasi sebagai proses
“respirasi tanpa udara”. Pasteur juga menemukan bahwa fermentasi sejalan
dengan perkembang biakan mikroorganisme didalam makanan.

Manfaat utama fermentasi adalah pengubahan karbohidrat menjadi


asam organik yang bersifat mengawetkan makanan. Contoh fermentasi yaitu
jus anggur yang difermentasi menjadi minuman anggur, gandum menjadi bir,
dan sebagainya. Fermentasi menjadikan makanan lebih tahan lama.

1
1
1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembuatan tempe ?

2. Bagaimana proses pembuatan roti ?

3. Apa yang terjadi pada apel yang direndam pada air gula ?
4. Bagaimana proses terjadinya penumbuhan mikroorganisme pada nasi ?

1.3. Tujuan Pratikum

Untuk mengetahui cara pembuatan tempe dan proses pertumbuhannya


mikroorganisme pada produk tersebut. Serta untuk mengetahui apa yang
terjadi pada apel yang direndam pada air gula dan cara membuat
mikroorganisme lokal menggunakan nasi.

2
2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tempe
Tempe adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari fermentasi
terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa
jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh oryzae, Rh
stolonifer (kapang roti), atau Rh arrhizus. Sediaan fermentasi ini secara
umum dikenal sebagai “ragi tempe”.

Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa


kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicernah oleh manusia.
Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi. Beberapa
macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika
untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit
degeneratif.

Secara umum, tempe berwarnah putih karena pertumbuhan miselia


kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga berbentuk tekstur yang
memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat
tempe memiliki rasa dan aroma khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa
agak asam.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah


mendunia. Kaum vegetarian diseluruh dunia banyak yang telah
menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya, saat ini tempe
tidak hanya diproduksi di Indonesia tetapi juga di banyak tempat didunia.
Berbagai penelitian disejumlah negara, seperti Jerman, Jepang dan Amerika
Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain)
unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe lebih cepat, berkualitas, atau

3
memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan
kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik

3
umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak
patennya sehingga penggunanya dilindungi undang-undang (memerlukan
lisensi dari pemegang hak paten).

Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga


dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit
degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan
lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare,
penurun kolestrol darah, penjegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.

Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya


tidak banyak berubah dibandingakan dengan kedelai. Namun, karena adanya
enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak,
dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicernah didalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat
baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia),
sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.

B. Roti
Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air,
yang difermentasikan dengan ragi, tetapi ada juga yang tidak menggunakan
ragi. Namun kemajuan teknologi manusia membuat roti diolah dengan
berbagai bahan seperti garam, minyak, mentega, ataupun telur untuk
menambahkan kadar protein didalamnya sehingga didapat tekstur dan rasa
tertentu. Roti termasuk makanan pokok dibanyak negara Barat. Roti adalah
bahan dasar pizza dan lapisan luar roti lapis. Roti biasanya dijual dalam
bentuk sudah diiris, dan dalam kondisi segar yang dikemas rapi dalam
plastik.

4
4
Dalam bebapa budaya, roti dipanggang sangat penting sehingga
menjadi bagian ritual keagamaan. Roti adalah makanan olahan tertua
didunia. Bukti dari 30.000 tahun lalu di Eropa memperlihatkan residu tepung
dipermukaan bebatuan yang digunakan untuk menumbuk makanan.
Kemungkinan pada waktu itu tepung sudah mulai diekstraksi dari umbi-
umbian, misalnya dari tumbuhan jenis Typha dan tumbuhan paku. Tepung
ini ditebarkan diatas batu yang datar, dibakar dengan api, menjadi flatbread
primitif.

C. Tape
Tape singkong adalah tape yang dibuat dari singkong yang
difermentasi. Makanan tradisional ini populer di Jawa dan dikenal diseluruh
tempat, mulai dari Jawa Barat hingga Jawa Timur. Di Jawa Barat, tepe
singkong dikenal sebagai peuyeum (bahasa Sunda).

Pembuatan tape melibatkan umbi singkong sebagai substrat dan ragi


tape (Saccharomyces cerevisiae) yang dibalurkan pada umbi yang telah
dikupas kulitnya. Pada dasarnya tape adalah makanan matang setelah melalui
proses kukus atau rebus. Ada dua teknik pembuatan yang menghasilkan tape
biasa, yang basah dan lunak dan tape yang kering, yang lebih legit dan dapat
digantung tanpa mengalami kerusakan. Tape kering populer didaerah
Priangan Utara (Purwakarta dan Subang), dan dikenal sebagai buah tangan
khas dari daerah ini (dikenal sebagai peuyeum gantung, karena
diperdagangkan dengan digantung.

5
D. Cuka Apel
Cuka apel adalah cairan hasil fermentasi buah apel segar yang mula-
mula gula diubah menjadi alkohol (etanol), kemudian alkohol ini diubah
menjadi asam asetat (Anonymous, 2006).

Apel adalah tanaman buah yang biasa tumbuh diiklim sub tropis, apel
di Indonesia dikembangkann di beberapa wilayah, terutama di wilayah
Pasuruan, khususnya di Kecamatan Tutur Nongkojajar. Pada pembuatan
Cuka apel, buah apel yang dipakai dalam pembuatannya adalah jenis Apel
hijau malang (manalagi) nama latinnya Malus sylvestris mill yang berasal
dari Australia dan kini sedang dikembangkan di Indonesia (Anonymous,
2005). Apel untuk cuka biasanya terlalu masam dan sepat untuk dimakan
segar tetapi memberikan rasa yang memuaskan pada cuka.

Apel merupakan salah satu jenis buah yang banyak peminatnya baik
dikonsumsi secara langsung (sebagai pencuci mulut) maupun setelah melalui
proses pengolahan seperti dalam bentuk selai, keripik, jus apel, dan lain
sebagainya (Anonymous, 1986).

Sekarang pengolahan apel telah mengenal pembuatan cuka apel,


namun dalam pembuatannya masih memiliki kekurangan-kekurangan
terutama pada tahap penyimpanan dan tahap proses fermentasi (Verheig dan
Coronel, 1997). pada tahap penyimpanan apel sebelum difermentasi kondisi
temperatur suhu penyimpanan sangat berpengaruh dimana akan
mempengaruhi kualitas asam cuka. Pada tahap fermentasi faktor wantu
proses fermentasi sering diabaikan sehingga tidak menghasilkan asam cuka
dengan kualitas maksimun.

6
6
E. MOL Dari Nasi
MOL (Mikroorganisme Lokal) adalah sekumpulan mikroorganisme yang
bermanfaat sebagai starter dalam penguraian, fermentasi bahan organik menjadi
pupuk organik padat maupun cair. Secara umum, mikroba yang terkandung dalam
MOL adalah sebagai berikut:
1. Bakteri fotosintetik: bakteri bebas yang mengsintesis senyawa nitrogen,
gula dan substansi bioaktof lainnya. Hasil metabolit yang diproduksi dapat
diserap langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk
perkembangan mikroorganisme yang menguntungkan.
2. Lactobacillus sp

Berfungsi untuk mengurai bahan organik dengan cepat seperti ragi berfungsi
dalam pembelahan sel mikroorganisme yang menguntungkan seperti
actinomycetes dan bakteri asam laknat.

7
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Proses Pembuatan Tempe


A. Alat dan Bahan:
Biji kedelai
Ragi tempe
Nampan
Plastik gula

B. Langkah Kerja
Dalam pembuatan tempe, dilakukan dua perlakuan. Perlakuan
pertama yaitu biji kedelai yang di rendam dan di rebus, sedangkan
perlakuan kedua yaitu biji kedelai yang langsung direbus dan tanpa
perendaman.
1. Perlakuan pertama (K)
1) Agar benar-benar mendapatkan biji kedelai yang bagus,
dilakukan penyortian. Caranya tempatkan biji kedelai pada
tampah, kemudian ditampi.
2) Biji kedelia dicuci dengan air yang mengalir.
3) Biji kedelai yang sudah bersih dimasukkan kedalam panci berisi
air, kemudian direbus selama 30 menit atau sampai mendekati
setengah matang.
4) Kedelai yang sudah direbus kemudian direndam hingga
menghasilkan kondisi asam.
5) Setalah direndam kulit arinya dikupas. Caranya, kedelai
dimasukkan kedalam air, kemudian remes-remes sambil dikuliti
hingga akhirnya didapatkan keping-keping kedelai.
6) Keping kedelai dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama seperti
mencuci beras yang hendak ditanak.

8
7) Keping kedelai dimasukkan kedalam dandang lalu ditanak, mirip
seperti menanak nasi.
8) Setelah matang, angkat, lalu dihamparkan tipis-tipis diatas
tampah. Ditunggu sampai dingin, airnya menetes habis, dan
keping kedelai mengering.
9) Proses selanjutnya adalah menambahkan ragi. Pemberian ragi
pada kedelai dicampurkan sambil diaduk hingga merata.
10) Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi
menggunakan plastik.
11) Peram bungkusan kedelai. Jangan lupa pada bungkusan kedelai
dilakukan penusukan dengan lidi. Tujuannya agar udara segar
dapat masuk kedalam bahan tempe.
12) Sesudah diperam semalaman, keesokan harinya tempe yang
dibuat telah jadi dan siap dikonsumsi.

2. Perlakuan kedua (R)


1) Caranya hampir sama dengan diperlakuan pertama yaitu
melakukan penyortian. Caranya tempatkan biji kedelai pada
tampah, kemudian ditampi.
2) Biji kedelia dicuci dengan air yang mengalir.
3) Biji kedelai yang sudah bersih dimasukkan kedalam panci berisi
air, kemudian direbus selama 30 menit atau sampai mendekati
setengah matang.
4) Setelah direbus lalu dinginkan dan kupas kulit arinya.
5) Keping kedelai dicuci sekali lagi, dengan cara yang sama seperti
mencuci beras yang hendak ditanak.
6) Setelah itu lalu dihamparkan tipis-tipis diatas tampah. Ditunggu
sampai airnya menetes habis, dan keping kedelai mengering.
7) Proses selanjutnya adalah menambahkan ragi. Pemberian ragi
pada kedelai dicampurkan sambil diaduk hingga merata.

9
8) Bungkus kedelai yang sudah bercampur rata dengan ragi
menggunakan plastik.
9) Peram bungkusan kedelai. Jangan lupa pada bungkusan kedelai
dilakukan penusukan dengan lidi. Tujuannya agar udara segar
dapat masuk kedalam bahan tempe.
10) Sesudah diperam dalam beberapa malam dan keesokan harinya
tempe yang dibuat telah jadi dan siap dikonsumsi.

C. Hasil dan Pembahasan

Hari Pertama

Bisa kita lihat perbedaan pada gambar diatas ini, pada pertama tempe
yang direbus dan direndam sudah mulai tumbuh bakteri sedangkan pada
tempe yang hanya direbus masih mengembun dan belum terlihat adanya
tumbuh bakteri. Pada hari kedua tempe yang direbus dan direndam sudah
benar-benar menjadi tempe karena bakterinya tumbuh banyak, sedangkan
pada tempe yang hanya direbus baru mulai tumbuh bakteri.

Hari Kedua

10
3.2. Proses Pembuatan Roti
A. Alat dan Bahan:
Tepung terigu 250 g
Ragi instan 1 sdm
Susu bubuk 1½ sdm
Margarin 1 sdm
Gula pasir 1 sdm
Telur 1 butir
Air 100 ml

B. Langkah kerja
Campurkan semua bahan kecuali margarin, lalu uleni sampai
setengah kalis (dengan memasukkan air sedikit demi sedikit), setelah
setengah kalis masukkan margarin lalu uleni lagi sampai kalis, kemudian
diamkan sampai mengembang dan tutup dengan kain pada suhu ruang
kurang lebih 1 jam, setelah mengembang keluarkan gas dengan
dipipihkan, lalu bagi adonan menjadi beberapa bagian (kurang lebih 40 g)
lalu diamkan lagi kurang lebih 20 menit, setelah itu masukkan isian (fla
coklat) lalu susun pada cetakan kemudian diamkan kurang lebih 10-15
menit lalu panggang selama 20 menit pada suhu sedang.

C. Hasil dan Pembahasan

11
Pada dasarnya, proses ketika roti mengembang yaitu karbon dioksida
diproduksi dan dilepaskan pada adonan, membuatnya jadi lebih
mengembang. Rata-rata, lama waktu yang dibutukan oleh adonan kue
atau roti ini untuk mengembang adalah selama 1 jam, sebelum kemudian
dipanggang menggunakan oven.

3.3. Proses Pembuatan Tape


A. Alat dan Bahan:
Singkong
Ragi
Panci
Pisau
Tampa atau baskom

B. Langkah Kerja
1. Kupas singkong dan kikis bagian kulit arinya hingga kesat.
2. Singkong yang telah dikupas dipotong sesuai keinginan.
3. Cuci singkong yang telah dipotong hingga bersih.
4. Sementara menunggu singkong kering, masukkan air kedalam panci
sampai kira-kira terisi seperempat lalu panaskan hingga mendidih.
5. Setelah air mendidih masukkan singkong kedalam panci kukus, lalu
kukus hingga singkong ¾ matang, kira-kira ketika singkong sudah
bisa ditusuk dengan garpu.
6. Setelah singkong matang, angkat singkong yang telah masak lalu
letakkan disuatu wadah lebar atau tampa, atau baskom kemudian
didinginkan.
7. Sambil mengipas-ngipas, teman satu kelompok menyiapkan wadah
sebagai tempat untuk mengubah singkong menjadi tape. Wadah atau
baskom.
8. Setelah singkong benar-benar dingin, kemudian masukkan singkong
ke dalam wadah lalu taburi dengan ragi.

12
9. Singkong yang telah diberi ragi ini kemudian ditutup dengan daun
pisang. Atau bisa langsung dibungkus dengan daun pisang.
10. Singkong ini harus benar-benar tertutup agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
11. Setelah singkong ditutupi dengan daun pisang, diamkan selama 1-2
hari hingga sudah terasa lunak dan manis. Saat itulah singkong telah
menjadi tape.

C. Hasil dan Pembahasan

13
Dalam proses pembuatan tape singkong terjadi reaksi fermentasi atau
peragian. Reaksi yang terjadi pada singkong menjadi tape adalah glukosa
(C6H12O6) yang merupakan gula paling sederhana, melalui termentasi
akan menghasilkan etanol (2C2H5OH) dan karbondioksida (CO2).
Reaksi fermentasi ini disebut juga dengan respirasi anaerob yang
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan. Respirasi
anaerob adalah suatu jenis respirasi yang tidak memerlukan oksigen (O2)
yang dilakukan oleh mikroorganisme (seperti bakteri dan jamur). Dalam
setiap reaksi respirasi anaerob atau fermentasi akan menghasilkan etanol
(salah satu golongan alkohol) dan karbondioksida.

13
3.4. Fermentasi Pada Buah Apel
A. Alat dan Bahan
Apel
Gula
Air
Toples
Pisau

B. Langkah kerja
1. Potong-potong apel sampai berukuran kecil.
2. Letakkan apel yang sudah dipotong-potong kedalam toples yang
sudah dicuci bersih dan masukkan air.
3. Tambahkan gula sebagai pemanis, lalu tutup dengan kuat.
4. Biarkan toples berisi campuran apel dan air berada ditempat
gelap selama 3 hingga 4 minggu. Jangan lupa untuk mengaduk
sesekali agar potongan-potongan apel bercampur.
5. Setelah 3 -4 minggu, tiriskan apel dari cairan rendaman. Apel
yang tidak digunakan lagi dapat dijadikan kompos.
6. Air rendaman apel yang sudah ditiriskan didiamkan kembali
selama 3-4 minggu.
7. Ketika warna sudah lebih pekat, cuka apel sudah siap
dikonsumsi.

C. Hasil dan Pembahasan

14
14
Asam cuka dapat dihasilkan dari senyawa etanol atau bahan alam
yang mengandung gula melalui proses fermentasi. Fermentasi asam cuka
adalah proses oksidasi lanjutan dari alkohol oleh bakteri tertentu yang
menghasilkan asam cuka. Proses fermentasi ini berlangsung dalam
keadaan aerob (dengan menggunakan oksigen). Ada beberapa jenis cuka
yang dihasilkan dari buah yaitu cuka apel dan juga anggur.

Cuka yang berasal dari apel merupakan cairan hasil fermentasi buah
apel segar yang mengubah gula menjadi alkohol (etanol) kemudian
alkohol diubah menjadi asam asetat.

3.5. Membuat MOL (Mikroorganisme Lokal) Dari Nasi


A. Alat dan Bahan
Nasi
Ragi tempe
Nampan

B. Langkah Kerja
Simpan nasi pada nampan lalu ratakan, setelah itu taburkan ragi pada nasi
lalu campurkan hingga rata. Setelah itu simpan nasi pada suhu ruang.

C. Hasil dan Pembahasan

Cara pembuatan MOL diatas, perlu diketahui juga bahwa MOL


adalah sekumpulan mikroorganisme yang ternyata juga dapat
diternakkan. Ini karena sistem pembuatan MOL pada dasarnya adalah

15
memperkembangbiakkan bakteri mikroorganisme yang semulannya
sedikit menjadi banyak.

15
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis


mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang me
mfermentasi bahan pangan dapat menghasilkan perubahan yang menguntung
kan (produk-produk fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang merugi
kan (kerusakan bahan pangan).

Dalam proses fermentasi bahan pangan memiliki cara yang berbeda-


beda dalam perkembangbiakan mikroorganismenya. Tergantung dari jenis
bahan yang mau difermentasi dan perlakuannya, lama waktu fermentasi
spontan juga akan mempengaruhi jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada
bahan pangan.

Jenis mikroorganisme yang tumbuh selama proses fermentasi


berlangsung juga mengalami perubahan khususnya untuk golongan bakteri.
Pada waktu fermentasi 24 sampai 48 jam bakteri yang tumbuh adalah bakteri
asam laktat, sedangakan setelah fermentasi berlangsung selama 48 jam
bakteri yang tumbuh mulai berganti menjadi asam asetat.

16
16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tempe

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Roti

Zuhdi ma’sum. 2006. Pengaruh suhu penyimpanan dan waktu fermentasi terhadap

kualitas cuka apel manalagi. Buana sains. Vol 6 No 2 . 195-198.

http://fitrihariana.gurusiana.id/article/2020/2/praktik-pembuatan-tapai-singkong

https://food.detik.com/info-kuliner/cuka-apel-dan-cuka-anggur-fermentasi-

terbuat-dari-buat

http://dpkp.jogjaprov.go.id/bava/mudahnya+membuat+mikroorganisme+lokal

Anda mungkin juga menyukai