Anda di halaman 1dari 20

MIOMA UTERI

Di susun Oleh :

Nama : Werson Wenda

Nim : 20140811014166

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAR CENDRAWASIH

JAYAPURA

2020
MAKALAH MASTITIS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini

biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis”.

Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.

Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah

melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet atau

luka.

Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada primpara) dan

terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.

Mastitis adalan infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum semasa awal

laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui fisura

pada putting.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan mastitis?

2. Bagaimaakah epidemiologi mastitis?

3. Apa saja penyebab mastitis?

4. Apa yang dimaksud statis ASI?

5. Bagaimanakan infeksi mastitis?

6. Apa saja tanda dan gejala mastitis ?

7. Apa saja faktor predisposisi mastitis ?

8. Bagaimana patologi dan gambaran klinis mastitis?

9. Bagaimanakah pencegahan mastitis?

10. Bagaimana penanganan mastitis?

11. Bagaimanakah dampak jangka panjang mastitis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan definisi mastitis

2. Menjelaskan epidemiologi mastitis


3. Menjelaskan penyebab mastitis

4. Menjelaskan statis ASI

5. Menjelaskan infeksi mastitis

6. Menjelaskan tanda dan gejala mastitis

7. Menjelaskan faktor predisposisi mastitis

8. Menjelaskan patologi dan gambaran klinis mastitis

9. Menjelaskan pencegahan mastitis

10. Menjelaskan penanganan mastitis

11. Menjelaskan dampak jangka panjang mastitis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Mastitis adalah peradangan payudara,yang dapat disertai atau tidak disertai.Penyakit ini

biasanya menyertai laktasi sehingga disebut “Mastitis Laktasional/Mastitis Puerperalis”.

Kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat.

Mastitis adalah reaksi systemic (seperti demam) yang terjadi 1 – 3 minggu setelah

melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu, dan putting susu lecet atau

luka.

Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada mamma (tertutama pada primpara) dan

terjadi luka pada putting susu, mungkin juga peredaran darah.

Mastitis adalah infeksi bacterial yang sering terjadi pada pasca partum semasa awal

laktasi jika organisme berhasil masuk dan mencapai jaringan payudara melalui sisura

pada putting.

Abses payudara(pengumpulan nanah local di dalam payudara) merupakan komlpikasi

berat dari mastitis.Keadaan ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan

biaya yang sangat besar.Selain itu, menurut penelitian mastitis dapat meningkatkan resiko

penularan HIV melalui menyusui.

2.2 EPIDEMIOLOGI

1. Insiden
Mastitis terjadi pada semua populasi,dengan atau tanpa kebiasaan menyusui.Insiden ini

sangat bervariasi,dari sedikit sampai 33% wanita menyusui,tetapi biasanya di bawah 10%.

2. Mula timbul

Mastitis paling sering timbul pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran.Dengan

sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12

minggu pertama.Namun mastitis dapat terjadi pada setiap tahap laktasi,termasuk pada

tahun kedua.

2.3 PENYEBAB

Penyebabnya adalah stasis ASI dan infeksi.Stasis ASI biasanya merupakan penyebab

primer,yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.

Menurut “Gunther”,mastitis diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara dan bahwa

pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut.Selain itu infeksi bila

terjadi bukanlah primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI sebagai media pertumbuhan

bakteri

Menurut “Thomson dkk.” Menghasilkan bukti tentang pentingnya statis ASI,meraka

menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari payudar dengan tanda klinis mastitis dan

menghitung klasifikasi sbb:

- Stasis ASI

- Inflamasi noninfeksiosa(mastitis noninfeksiosa)


- Mastitis infeksiosa

Mereka menemukan bahwa stasis ASI(leokosit <106 dan bakteri <103) membaik hanya

dengan terus menyusui.Mastitis Noninfeksiosa (leokosit >106 dan bakteri <103)

membutuhkan tindakan pemerasan ASIsetelah menyusui.Mastitis Infeksiosa (leokosit >106

dan bakteri >103) hanya dapat diobati dengan efektif dengan pemerasan ASI dan

antibiotika sistemik.

Tanpa pengeluaran ASI yang efektif,mastitis noninfeksiosa sering berkembang menjadi

mastitis infeksiosa,dan mastitis infeksiosa menjad pembentukan abses.

2.4 STATIS ASI

Terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.Hal ini terjadi bila

payudara terbendung segera setelah melahirkan,atau setiap saat bila bayi tidak menghisap

ASI.Selain itu kenyutan bayi yang buruk pada payudara,pengisapan yang tidak

efektif,pembatasan frekuensi atau durasi menyusui,sumbatan pada saluran ASI,suplay

ASI yang sangat berlebihan,menyusui untuk anak kembar dua atau lebih.

Bendungan payudara menurut “Nelson tahun 1753” hal ini tidak dapat terjadi bila bayi

disusui segera setelah lahir.Sehingga stasis ASI terhindarkan.Sedangkan menurut “Naish

tahun 1948” pentingnya pengeluaran ASI yang segara pada tahap awal mastitis atau

kongesti untuk mencegah perkembangan penyakit dan pembentukan abses.


2.5 INFEKSI

Organisme yang paling sering ditemukanpada mastitis dan abses payudara adalah

organisme koagulase-positif, Staphylococcus aureus dan Stap. Albus, Escherichiacioli,

Streptococcus kadang-kadang ditemukan.

2.6 TANDA DAN GEJALA

1. Payudara terasa nyeri

2. Teraba keras dan tampak memerah

3. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah

4. Badan terasa demam seperti hendak flu

2.7 FAKTOR PREDISPOSISI

1. Umur

Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis daripada wanita dibawah

usia 21 tahun dan di atas 35 tahun

2. Paritas
Primipara ditemukan sebagai factor resiko

3. Serangan sebelumnya

Serangan mastitis pertama cenderung untuk berulang

4. Melahirkan

Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan resiko mastitis

5. Gizi

Misalnya asupan garam dan lemak yang tinggi,anemia,gizi buruk

6. Faktor Kekebalan dalam ASI

Faktor ini dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.Tetapi menurut

studi di Gambia menyatakan bahwa kadar factor ini rendah,pertahanan ini

rendah,pertahanan efektif dapat berkurang,dan resiko mastitis berulang meningkat

7. Stres dan kelelahan

Misalnya wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin

istirahat,tetapi tidak jela apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak

8. Pekerjaan di luar rumah


Misalnya seorang ibu bekerja paruh waktu,lalu interval menyusui yang panjang dan

kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat

9. Faktor local dalam payudara

Misalnya jenis kulit,reaksi kulit terhadap matahari, alergi, ruam, pemajanan terhadap

suhu dingin tidak Nampak mempengaruhi insiden mastitis

10. Trauma

Misalnya kekerasan dalam rumah tangga,yang dialami banyak wanita di masyarakat,dan

sering terjadi selama laktasi

2.8 PATOLOGI DAN GAMBARAN KLINIS

1. Bendungan

Terjadi karena payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan.Sehingga

aliran vena dan limfatik tersumbat,aliran susu terhambat,terjadi tekanan pada saluran

ASI dan alveoli meningkat.Sehingga menyebabkan payudara bengkak dan edematus

2. Sumbatan saluran payudara

Terjadi akibat obsruksi benda padat,tetap dapat pula terjadi akibat pengeluaran ASI yang

tidak efisien dari bagian payudara

3. Mastitis Noninfeksiosa
Terjadi karena peningkatan interleukin,sehingga terjadi respon inflamasi pada jalur para

seluler yang berhubungan erat dengan sel pensekresi ASI di alveoli payudara

4. Faktor Imun dalamASI

Terjadi akibat rendahnya sejumlah factor protektif dalam ASI,sehingga pertahanan yang

efektif berkurang

5. Mastitis Infeksiosa

Terjadi bila stasis ASI tidak sembuh,dan proteksi oleh factor imun dalam ASI dan oleh

respon inflamasi kalah.

6. Mastitis Subklinis

Diagnosisnya dari adanya peningkatan rasio natrium-kalium dalam ASI,dan peningkatan

konsentrasi interleukin.Peningkatan tersebut dapat menunjukkan bahwa sedang terjadi

respon inflamasi,walaupun tidak ada tanda klinis

7. Abses Payudara

Payudara yang laktasi,seperti jaringan terinfeksi lain,melokalisasi infeksi dengan

membentuk sawar jarinagn granulasi yang mengelilinginya.Jaringan ini akan menjadi

kapsul abses,yang terisi dengan pus.Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat

nyeri dengan kemerahan,panas,edema kulit di atasnya.Bila tidak segara ditangani

benjolan akan akan menjadi berfluktuasi dengan perubahan warna kulit dan nekrosis

2.9 PENCEGAHAN
a. Senam laktasi (menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut

bergerak kea rah yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di

payudara.

b. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

Misalnya mulai menyusui dalam satu jam atau lebih setelah melahirkan, memastikan

bahwa bayi mengenyut payudara dengan baik

c. Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan

Misalnya bayi harus mendapat kontak dini dengan ibunya dan mulai menyusui segera

setelah tampak tanda-tanda kesiapan,biasanya dalam jam pertama atau lebih

d. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang

Misalnya ibu harus dibantu memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk

memperbaiki pengeluaran ASI

e. Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI

Ibu harus tahu cara merawat payudara dan tanda stasis ASI atau mastitis sehingga

mereka dapat mengobatinya sendiri di rumah dan mencari pertolongan secepatnya bila

keadaan tersebut tidak menghilang

f. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

Pemberian pengetahuan dan keterampilan dari petugas kesehatan untuk para ibu agar

dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di masyarakat,serta pemberian

pengobatan secar dini


g. Pengendalian infeksi

Misalnya petugas kesehatan harus mencuci tangan setiap kali setelah kontak dengan ibu

dan bayi,kontak kulit dini dan rawat gabung bayi dengan ibu,pemijatan,salep dan

semprotan payudara (penisilin, klorheksidin)

2.10 PENANGANAN

1. Sumbatan Payudara

- Pastikan posisi bayi dan kenyutan baik

- Jelaskan perlunya menghindari factor yang dapat menyumbat aliran ASI,misalnya

pakaian ketat dll.

- Mendorong ibu untuk menyusui sesering dan selama bayi menghendaki tanpa

batasan

- Menyarankan ibu menggunakan panas basah,mis: kompres hangan atau pancuran

hangat

2. Mastitis

- Konseling suportif

· Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui yang aman

untuk diteruskan,bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan memhahayakan

bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun fungsinya


- Pengeluaran ASI yang efektif

· Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara

· Dorong ntuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa batasan

· Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

- Terapi antibiotika

Terapi ini diindikasikan pada:

· Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi

· Gejala berat sejak awal

· Terlihat putting pecah-pecah

· Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

· Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase

- Pengobatan simtomatik

· Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen,Parasetamol)

· Istirahat atau tirah baring dengan bayinya

· Penggunaan kompres hangat pada payudara

· Yakinkan ibu untuk cukup cairan


· Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakan diit,pengobatan

herbal,menggunakan daun kol untuk kompres dingin

3. Abses Payudara

· Terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan penyaliran)

· Dukungan untuk menyusu

2.11 DAMPAK JANGKA PANJANG

Seiring dengan waktu serta dengan terapi mastitis dan abses payudara yang

adekuat,pemulihan akan lengkap dan dengan melanjutkan laktasi biasanya payudara

diharapkan dapat berfungsi normal.

Akan tetapi terapi yang terlambat,tidak tepat,tidak adekuat dapat mengakibatkan

kekambuhan,lesi yang lebih luas,bahkan kerusakan jaringan permanen.Episode mastitis

berulang dapat menyebabkan timbulnya inflamasi kronis dan kerusakan payudara

ireversibel.

2.12 CONTOH KASUS

Ny.A umur 23 tahun datang ke RB ERVINA pada tanggal 28 Oktober 2007. Ibu mengeluh

bayinya tidak mau menyusu, penghisapan tidak adekuat pada bayi, payudara terasa nyeri,

teraba keras dan tampak memerah, permukaan kulit dari payudara pecah-pecah, dan

badan terasa demam.


Kesimpulan :

Ny.A umur 23 tahun dengan mastitis

Penatalaksanaan :

- Konseling suportif

· Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang menyusui yang aman

untuk diteruskan,bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan memhahayakan

bayi,serta payudar kan pulih bentuk maupun fungsinya

- Pengeluaran ASI yang efektif

· Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara

· Dorong ntuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa batasan

· Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas sampai menyusui

dapat dimulai lagi

- Terapi antibiotika

Terapi ini diindikasikan pada:

· Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
· Gejala berat sejak awal

· Terlihat putting pecah-pecah

· Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki

· Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase

- Pengobatan simtomatik

· Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen,Parasetamol)

· Istirahat atau tirah baring dengan bayinya

· Penggunaan kompres hangat pada payudara

· Yakinkan ibu untuk cukup cairan

· Pendekatan terapeutik lain (mis: penyinggiran pus,tindakan diit,pengobatan

herbal,menggunakan daun kol untuk kompres dingin


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mastitis dan abses payudara merupakan kondisi yang sering terjadi dan dapat dicegah

ddengan mudah. Penyakit ini terutama disebabkan oleh pengeluaran ASI yang tidak

efisien dan juga olek infeksi bakteri. Dalam hal ini ibu perlu mengetahui tanda-tanda dini
dari mastitis,stasis ASI, dan sumbatan saluran payudara.Selain itu ibu harus tetap

menyusui,karena menyusui itu baik untuk memperbaiki pengeluaran ASI maupun

membantu proses penyembuhan.

Mastitis dapat dicegah dengan

1) Senam laktasi (menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut

bergerak kea rah yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di

payudara.

2) Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui

3) Tindakan rutin sebagai bagian perawatan kehamilan

4) Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang

5) Perhatian dini terhadap semua tanda stasis ASI

6) Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain

7) Pengendalian infeksi

3.2 Saran

Penulis menyadari makalah yang penulis susun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

semoga makalah ini dapat dijadikan acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya, dan

diharapkan adanya perbaikan-perbaikan untuk makalah selanjutnya dengan pokok

bahasan yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

· WHO, Mastitis Penyebab dan Penatalaksanaannya. 2003. Perpustakaan Nasional

· www.google.com

· Krisnadi R. Sosie. Obstetri Patologi. 2005. EGC. Jakarta

· Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Jilid I. 2001. Media Aesculapius. Jakarta

· Price, A. Sylvia. Patofisiologi Jilid I. 2006. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai