Jabatan Pengalaman
Nama Tingkat Sertifikat
dalam Kerja
No Personel Pendidikan Kompetensi Ket
Pekerjaan Profesional
Manajerial /Ijazah Kerja
ini (Tahun)
1 Manager S1/D4 4 (empat) SKA Ahli 1 Orang
Proyek Manajemen
Proyek –
Utama (602)
2 Manager S1/D4 4 (empat) SKA Ahli 1 Orang
Teknik SDA –
Madya (211)
3 Manager S1 3 (Tiga) 1 Orang
Keuangan
4 Ahli K3 S1/D4 3 (Tiga) SKA Ahli K3 1 Orang
Konstruksi
Madya (603)
SPESIFIKASI TEKNIK 1
DAFTAR KEBUTUHAN PERALATAN MINIMAL
UNTUK MENYELESAIKAN PEKERJAAN
Nama Merk
Status
No Peralatan dan Kapasitas Jumlah Kondisi Keterangan
Kepemilikan
Utama Tipe
1 Excavator 0.8 m3 dan 2 Unit Baik Milik
138HP Sendiri/Sewa/Sewa
Beli
2 Crawler Min 25 ton 1 Unit Baik Milik
Crane Sendiri/Sewa/Sewa
(Crane Beli
Pancang)
3 Crane Min 25 Ton 1 Unit Baik Milik
(Crane Sendiri/Sewa/Sewa
Service) Beli
4 Crane Min 5 Ton 1 Unit Baik Milik
Sendiri/Sewa/Sewa
Beli
5 Pile Hammer Min 3 Ton 1 Unit Baik Milik
Sendiri/Sewa/Sewa
Beli
6 Pile Drive Min 1 Ton 1 Unit Baik Milik
(Vibro Sendiri/Sewa/Sewa
Hammer) Beli
7 Dump Truck 4-6 m3 4 Unit Baik Milik
Sendiri/Sewa/Sewa
Beli
8 Mollen Min 0,3 m3 5 Unit Baik Milik
Sendiri/Sewa/Sewa
Beli
9 Pompa Air Min 5 Kw 5 Unit Baik Milik
Diesel Sendiri/Sewa/Sewa
Beli
SPESIFIKASI TEKNIK 2
SPESIFIKASI UMUM
A. STANDAR
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari
Standar Nasional Indonesia (SNI). Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada Standar
Nasional Indonesia, maka dapat dipakai Standar lain yang disetujui oleh Pengguna Jasa
dan sesuai dengan spesifikasi ini.
B. PEMBERSIHAN LAPANGAN
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari
pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon yang luasannya
kurang dari 1 m 2, dan semua material tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan
dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 3
Semua laporan tersebut harus mendapat pengesahan dari pengawas pekerjaan
untuk laporan harian, serta dari Pengguna Jasa untuk laporan mingguan, bulanan serta
laporan hasil test dan perhitungan laboratorium.
Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal
sebelum dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu
pelaksanaan pekerjaan secara detail yang meliputi :
- Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan
- Volume masing-masing jenis pekerjaan
- Bobot masing-masing jenis pekerjaan
- Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot)
- Keterangan lainnya yang diperlukan
Semua laporan-laporan (laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan,
schedule rencana dan schedule pelaksanaan, dll) direkam/disajikan dalam bentuk hardisk
external dan Penyedia tetap harus mengarsip data-data pelaksanaan yang diserahkan ke
Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.
D. DIREKSI KEET
Penyedia Jasa menyediakan kantor lapangan yang didalamnya terdapat ruang
rapat ukuran minimal 15 m 2, base camp untuk para pelaksana lapangan dan gudang
material tempat menyimpan bahan material serta alat-alat yang akan dan sedang dipakai
selama pelaksanaan pekerjaan. Barak kerja dan gudang material harus dipelihara dan
dijaga sehingga bahan material yang akan dipakai tidak rusak saat akan digunakan.
Semua administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan seperti RMPK,
RK3K, gambar-gambar kerja, buku laporan kemajuan fisik, data cuaca, buku Pengguna
Jasa, buku tamu, foto-foto pelaksanaan dan lain sebagainya harus selalu ada dan
dipelihara serta disimpan secara baik di kantor lapangan. Semua sarana administrasi
pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan kepada Pengguna Jasa
setelah semua pekerjaan selesai seluruhnya. Bentuk, ukuran, lokasi serta tata ruang barak
kerja dan gudang material harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa dalam bentuk gambar
rencana dan dikonsultasikan kepada Pengguna Jasa.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 4
E. GAMBAR-GAMBAR YANG HARUS DIPERSIAPKAN OLEH PENYEDIA JASA
1. Umum
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pengguna Jasa, dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar
yang diterima oleh Penyedia Jasa dari Pengguna Jasa. Data dan hasil pengukuran awal
oleh Penyedia Jasa yang telah disahkan dan disetujui oleh Pengguna Jasa tersebut,
akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar- gambar selama waktu pelaksanaan
sampai selesai pekerjaan. Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan
merupakan dasar pokok kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Pengguna
Jasa untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan
telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa, serta yang harus dibayar oleh Pengguna Jasa.
Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa
memberikan secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan
pekerjaan yang meliputi antara lain :
- Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
- Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan
- Dimensi bangunan lengkap
- Jenis pekerjaan
- Hal-hal lain sesuai petunjuk Pengguna Jasa
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi antara
lain:
- Shop Drawing
- As Built Drawing
Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya,
apabila sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh Pengguna Jasa. Semua
gambar-gambar (shop drawing dan as built drawing) direkam/ disajikan dalam hardisk
external .
2. Shop Drawing
“Shop drawing” adalah gambar rencana bangun yang telah disesuaikan dengan
kondisi lapangan sesungguhnya dan telah disetujui dan disahkan oleh Pengguna Jasa.
Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi
posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada “Shop
drawing” harus mengacu dan didasarkan pada “Design Drawing” yang diberikan oleh
Pengguna Jasa.
Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga
mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan
bangunan, maka Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Pengguna Jasa.
Atas dasar persetujuan Pengguna Jasa, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi
posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah
disepakati bersama, disetujui dan disahkan Pengguna Jasa adalah yang mengikat pada
kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan utama bagi
Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 5
“Shop drawing” yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa
memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi
nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain :
- Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
- Dimensi rencana bangunan
- Elevasi posisi dan kedudukan bangunan
- Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain
“Shop drawing” yang disahkan oleh Pengguna Jasa, dipakai sebagai dasar dan
acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau
“Mutual Check” pada kondisi pelaksanaan 0 %. Penyedia Jasa wajib membuat copy
“Shop drawing” sebanyak minimum 5 (lima) rangkap ukuran A3.
Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya
penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan “engineering adjusment”, atau
perubahan desain “revised design”, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume
pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang. Untuk kondisi “engineering
adjusment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang disahkan oleh Pengguna Jasa,
namun Penyedia Jasa wajib memberikan laporan tertulis serta sketsa penyesuaian
guna mendapatkan persetujuan dari Pengguna Jasa dan tembusan kepada Pengguna
Jasa.
Sedangkan pada kondisi perubahan desain atau “Revised Design”, Pengguna Jasa
secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan oleh
Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk “Variation
Order”. Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop drawing“ atau
“Working Drawing” termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja dan dokumen yang dapat dibaca
dengan jelas kepada Pengguna Jasa untuk diperiksa dan disetujui. Format gambar
kerja dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu disetujui Pengguna Jasa. Dalam
waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar kerja dan dokumen dari Penyedia
Jasa, Pengguna Jasa akan mengirimkan kembali kepada Penyedia Jasa 1 (satu) copy
dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: ”setuju” atau ”perbaiki”.
Klasifikasi hasil pemeriksaan/ persetujuan pada gambar kerja dan dokumen:
(a) ”DISETUJUI”
(b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT”
(c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI”
(d) ”TIDAK DISETUJUI”
Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan
klasifikasi (a) atau (b) diterima, Kontraktor akan diberi wewenang untuk memproses
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan/koreksi
jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh Pengguna Jasa. Semua rekaman
gambar kerja yang disetujui harus dikelola di kantor lapangan Penyedia Jasa dan
dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh Pengguna Jasa.
Bila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi
tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut di atas, Penyedia Jasa harus segera
membuat perbaikan/koreksi dan/atau revisi pada gambar-gambar kerja dan dokumen-
dokumen dengan cepat dan tepat dan menyampaikannya lagi gambar dan dokumen
SPESIFIKASI TEKNIK 6
yang telah direvisi kepada Pengguna Jasa. Sesudah revisi gambar-gambar kerja dan
dokumen-dokumen tersebut diterima, Pengguna Jasa akan melakukan/melanjutkan
pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam 15 (lima
belas) hari kerja; Bergantung dari tingkat kesalahan dan koreksi/revisi gambar kerja dan
dokumen yang diperiksa sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga gambar-
gambar kerja dinyatakan dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut di atas.
Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan
dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut di atas, berarti gambar-gambar kerja
dan dokumen- dokumen tidak disetujui oleh Pengguna Jasa. Tidak satupun pekerjaan
permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen
yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh Pengguna Jasa. Sebelum memulai
pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang
disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan beberapa perbedaan dan ketidak
efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan memperoleh persetujuan dari
Pengguna Jasa seperti cara yang telah dijelaskan di atas. Bila diperlukan revisi atas
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah disetujui, Penyedia Jasa harus
menyampaikannya kepada Pengguna Jasa untuk persetujuannya seperti tata cara yang
telah dijelaskan di atas.
Pengguna Jasa mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa
menambahkan rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan/atau
dokumen-dokumen yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang
ditetapkan dalam spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa
penambahan biaya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa
harga satuan pekerjaan
3. As Built Drawing
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut
pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variation Order” yang diberikan oleh
Pengguna Jasa, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir
pekerjaan, maka Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar purna bangun atau “As
Built Drawing”.
Gambar purna bangun atau “As Built Drawing” tersebut, harus lengkap berisi antara
lain:
- Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada
- Dimensi dan masing-masing bangunan
- Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan
- Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia
Jasa kepada Pengguna Jasa untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan
kepada Pengguna Jasa guna mendapatkan pengesahan dari Pengguna Jasa.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
atau yang “mutual check” volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan
pada gambar purna bangun yang telah disahkan oleh Pengguna Jasa, dan merupakan
SPESIFIKASI TEKNIK 7
volume akhir yang akan dibayar oleh Pengguna Jasa kepada Penyedia Jasa. Penyedia
Jasa wajib membuat copy “As Built Drawing” sebanyak 5 (lima) copy, termasuk data dan
perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing”
termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan.
G. JALAN KERJA
Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai,
dan transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan
pemeriksaan berkala Pengguna Jasa atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya,
Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan
tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan desa
yang sudah ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat jalannya, atau
mempergunakan lahan penduduk yang disewa selama jangka waktu pelaksanaan
SPESIFIKASI TEKNIK 8
pekerjaan. Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa
berkewajiban memelihara jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat disekitarnya maupun masyarakat lain
yang juga memerlukan dan melewati jalan kerja tersebut. Kelancaran fungsi drainase
lingkungan disepanjang jalan kerja, juga yang secara langsung terpengaruh adanya jalan
kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab.
Penyedia Jasa dari segi pemeliharaannya. Pada kondisi sarana jalan kerja yang
dibuat oleh Penyedia Jasa, merupakan jalan desa atau jalan kampung yang sudah ada,
atau lahan penduduk yang disewa sementara untuk dipergunakan sebagai sarana jalan
kerja, setelah selesainya pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa berkewajiban
mengembalikan kondisi lahan sesuai dan seperti kondisi awal sebelum dipergunakan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan dalam
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 11
Penyedia Jasa harus memberikan informasi kepada Pengguna Jasa tentang
pengujian yang akan dilakukan agar pengujian tersebut dilaksanakan dengan kesaksian
Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa harus menyampaikan hasil pengujian, dan sertifikat yang diperlukan
kepada Pengguna Jasa dalam formulir yang sudah disepakati.
Persetujuan Pengguna Jasa, serta hasil pengujian dan pemeriksaan tidak dapat
menghalangi Pengguna Jasa untuk menolak material dan peralatan yang akan
dipasang dilokasi pekerjaan bila ternyata tidak memenuhi Spesifikasi.
SPESIFIKASI TEKNIK 13
Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua biaya sudah termasuk
dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa
harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 14
SPESIFIKASI TEKNIS
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
SPESIFIKASI TEKNIK 15
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja pada Pekerjaan Konstruksi.
Dalam penyelenggaraan SMKK Penyedia Jasa berkewajiban menjamin
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja selama pelaksanaan pekerjaan dan
membuat laporan pelaksanaan RKK secara periodik sesuai kemajuan pekerjaan.
Alat Pelindung Diri (APD) harus dalam kondisi baru dan mengikuti standar yang
berlaku. Untuk Vitamin, Handsanitizer dan Desinfektan harus mendapatkan ijin dari
BPOM, sedangkan untuk masker harus minimal 2 ply.
B. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah
SPESIFIKASI TEKNIK 16
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
- SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
- SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang
mengandung Butir Kasar
- SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah
Untuk Bangunan Sederhana
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah
Maksimum
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat
Konus Pasir
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan
Alat Hidrometer.
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan
Cetakan Benda Uji
SPESIFIKASI TEKNIK 20
lebih 100 m dari area pekerjaan sebelum dipergunakan sebagai tanah bahan
timbunan.
Galian tanah yang dimaksud dalam pekerjaan ini tipe galian sesuai dengan
kondisi dan lokasi daerah penggalian diklasifikasikan :
Tipe-A.5 : Galian untuk saluran, sungai dan galian tanah biasa lainnya dengan
menggunakan alat berat (excavator).
Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk tidak mendapat tambahan
pembayaran bila galian dilaksanakan melampaui batas-batas diatas tanpa
persetujuan Pengguna Jasa dan harus menimbun dan memadatkannya dengan
bahan timbun yang disetujui Pengguna Jasa dengan biaya ditanggung Penyedia
Jasa.
Profil galian : dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan dan
dipadatkan dan diperiksa Pengguna Jasa untuk mendapat persetujuan sebelum
bangunan diatasnya dilaksanakan, demikian pula bila sewaktu-waktu tebing galian
longsor akibat kegiatan peralatan berat atau sebab lain karena kelalaian Penyedia
Jasa. Bila dalam metoda kerja galian diperlukan penimbunan sementara tanah hasil
galian (stock-piling) sebelum tanah tersebut diangkut kelokasi penimbunan permanen
sebagai tanggul atau bangunan permanen lainnya sehingga berakibat 2 (dua) kali
kerja atau double-handling, maka biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk
kegiatan tersebut, dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan galian
atau timbunan.
Untuk pekerjaan galian tanah sedimen dimasukkan dalam karung plastik dan
harus segera dibuang lokasi pembuangan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
Untuk pekerjaan tersebut Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan semua
biaya termasuk bahan yang dibutuhkan dan sudah diperhitungkan dalam analisa
harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 23
tampang melintang, elevasi, dan jarak buang sesuai dengan daftar kuantiítas
dan harga.
(ii) Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat DT angkut material atau hasil galian sejauh 1
km - 5 km tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia
Jasa dihitung berdasarkan satuan meter kubik (m3) volume buangan tanah
bekas galian yang tidak dipakai, semua biaya sudah termasuk biaya untuk
pekerja, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan antara lain: penampungan sementara,
perapian timbunan, sistem drainase lingkungan dan lain-lain, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud beton, sebelum
talud beton dipasang/dicor, lereng timbunan terlebih dahulu harus dirapikan dan
dipadatkan dengan tamping-rammer atau alat lain yang disetujui Pengguna Jasa sesuai
dengan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
SPESIFIKASI TEKNIK 26
(a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya:
- permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm
- lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm
- lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm
- jalur : ± 5 cm
- kemiringan memanjang : ± 0,1%
(b) Jalan
- permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- jalur : ± 5 cm
(c) Galian bangunan
- dasar galian : + 0 cm, - 5 cm
SPESIFIKASI TEKNIK 27
Nilai yang
Uji Laboratorium Metoda Baku Frekuensi Uji Laboratorium
disyaratkan
California Bearing AASHTO T193 Untuk 1. Setiap 10 km panjang
Ratio (CBR) perkerasan jalan subgrade atau setiap
30% minimum seksi/bagian panjang
jalan.
2. Perkerasan Jalan:
(i) untuk setiap sumber
material baru
(ii) paling sedikit sekali
sebulan.
Cone Penetration Test AASHTO T206 - Pada setiap dasar galian
untuk bangunan
Field Density Test ASTM D1556 > 85% MDD * 2 kali sehari (pagi, sore)
pada setiap lokasi
Field Moisture Test ASTM D2216 OMC + 3%, -5% pekerjaan, atau
* setiap 250 m³ pekerjaan
rehabilitasi saluran, atau
* sesuai perintah
Pengguna Jasa
PEKERJAAN BETON
A. Ruang Lingkup
SPESIFIKASI TEKNIK 28
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta perhitungan dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan
beton. Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang,
beton tanpa tulangan. Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.
Dalam pelaksanaan pekerjaan beton Penyedia Jasa harus memperhatikan
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
B. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- S`NI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat
Halus dan Kasar.
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar.
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton.
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton.
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar.
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton.
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti.
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar
Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah.
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal.
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air.
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural.
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di
Lapangan.
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan.
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton.
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang
Lolos No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji
Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung.
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar.
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio
Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer.
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton
Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr.
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan
Dua Titik Pembebanan.
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai.
SPESIFIKASI TEKNIK 29
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar
Semen Portland.
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai
Beton Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap
Tulangan.
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan.
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung.
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan
Beton.
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen
Yang Sudah Mengeras.
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder
Beton.
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan
Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan.
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding.
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat.
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan
Beton pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan
Pada Umur Berikutnya.
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural.
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode
Maturity.
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk
Tulangan Beton.
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton.
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam
Beton.
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur.
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam
Beton.
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat.
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat.
E.Persyaratan Bahan
1. Semen
a) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan bahan tambahan yang
dapat menghasilkan gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan
tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus mendapatkan persetujuan dari Pengguna
Jasa.
b) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh digunakan,
kecuali disetujui oleh Pengguna Jasa. Jika di dalam satu proyek digunakan lebih
dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali
rancangan campuran beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
2. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organis. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan
air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi karakteristik kuat tekan yang
ditentukan.
3. Agregat
a) Ketentuan Agradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan,
tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut harus diuji dan
harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton
harus dicor.
b) Sifat-sifat Agregat
- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu)
kerikil dan pasir sungai.
SPESIFIKASI TEKNIK 32
- Agregat harus bebas dari bahan organik.
4. Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton
dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai
bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan persetujuan Pengguna Jasa.
a) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton
dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau
selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton. Bahan
tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2495-1991. Bahan tambah dapat diklasifikasikan
sesuai dengan penggunaannya sebagai berikut:
- Tipe A - bahan pengurang kadar air.
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan pengunaannya
bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam campuran sesuai
dengan workability yang diinginkan, atau untuk meningkatkan workability
ada angka water-cement rasio yang telah ditetapkan.
- Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan.
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah jenis
ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana waktu
pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi sangat pendek
dikarenakan suhu yang tinggi.
- Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan.
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen, yang
akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat kekuatan
beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton precast (dimana
perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang
sangat penting.
- Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan memperlambat
waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton mempunyai
kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi density, ketahanan
dan kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan sangat berguna untuk
waktu pengangkutan adukan beton yang lama ke tempat pengecoran,
pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan menghindari cold joint.
- Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat
waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan kekuatan
awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih tinggi pada
workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada precast karena
memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan dipakai untuk pekerjaan
perbaikan dimana kekuatan awal sangat diperlukan.
- Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air
dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe A,
SPESIFIKASI TEKNIK 33
D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir (flow
concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh pengetar dan
beton pompa (pumping concrete) pada jenis bangunan yang rumit.
- Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi
tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B, tetapi slump
loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton yang menggunakan
superplasticizer.
b) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash,
Pozzolan, silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan
tambah yang digunakan harus sesuai atas persetujuan Pengguna Jasa.
F. Persyaratan Kerja
1. Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat
bahan sesuai dengan Pasal ini.
b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Pengguna Jasa sehingga
data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3 hari, 7 hari,
14 hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran.
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Pengguna Jasa sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu Pengguna Jasa secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran,
kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal
pelaksanaannya
2. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak urang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan
lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3
bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen
tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran.
c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat
atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
SPESIFIKASI TEKNIK 34
3.Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan
pengecoran jika:
a) Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
b) Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
4. Pencampuran dan Penakaran
a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes campuran
b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan disaksikan oleh
Pengguna Jasa, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
5. Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan
tidak keropos.
b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton
yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti
atau diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Pengguna Jasa atas
biaya Penyedia Jasa.
6. Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4
jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Pengguna Jasa, maka pekerjaan
logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa
dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg
semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati, harus
bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama
dan semua pekerjaan besinya.
G. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
- Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti
dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari
Spesifikasi ini.
- Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengguna Jasa sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus
membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang
cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 35
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk menjamin
dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah dan aman.
- Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di
dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk
menutup kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Pengguna Jasa.
- Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong)
harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
- Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Pengguna Jasa, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.
- Pengguna Jasa akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau
pengecoran beton.
- Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan
di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengguna Jasa.
- Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Pengguna Jasa
berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar.
Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari
resiko terkena air pasang atau muka air tanah dengan penanganan
seperlunya.
2. Pencampuran Beton
a) Perbandingan Campuran
- Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan bahan
additive bila diperlukan, dicampurkan bersama-sama dan digunakan untuk
menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
- Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28 hari
dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di bawah
ini:
SPESIFIKASI TEKNIK 36
fc’ = 31,2 Mpa (K350) 245 350 40 448
b) Penakaran
- Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Pengguna
Jasa dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan seperti yang
diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan jumlah dari
masing-masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan petunjuk
Pengguna Jasa.
SPESIFIKASI TEKNIK 37
- Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5
(lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan
mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air
menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan-pemisahan. Juga
mampu mengimbangi perubahan-perubahan kadar air dari agregat, serta
merubah berat material-material yang ikut tercakup.
- Jumlah masing-masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat
ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan
takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara
volume, bilamana disetujui oleh Pengguna Jasa.
- Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap-tiap skala
pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian periodik
terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan-pekerjaan
adukan.
c) Mesin Pengaduk Beton
- Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah
air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk tersebut.
- Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya
lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit pada setiap
penambahan 0,5 m3.
- Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton
dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus dan disetujui
Pengguna Jasa.
- Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan, tidak
boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada dalam alat
pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.
d) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
- Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika
situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur
setelah mendapat persetujuan Pengguna Jasa.
- Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat
mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan dibak
pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu, maka
sela-sela kayu harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari adukan.
- Semua agregat dan semen harus diaduk-aduk dalam keadaan kering
sekurang-kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-angsur
dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam keadaan
basah, sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan diangkat
ketempat pengecoran
3. Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
SPESIFIKASI TEKNIK 38
- Penyedia Jasa harus memberitahukan Pengguna Jasa secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih
dari 6 jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi
pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Pengguna Jasa akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut
dan akan memeriksa acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan
tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Pengguna Jasa.
- Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Pengguna Jasa atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
- Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
- Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
- Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan
mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan
dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat
penggetar (vibrator).
- Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan
dan bagian-bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa
dan disetujui Pengguna Jasa secara tertulis.
- Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup
rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan
spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
- Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Pengguna Jasa, kelebihan ini harus segera dibuang.
Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari
mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Pengguna Jasa.
- Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor
selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang
akan ditentukan kemudian.
- Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus
ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,
dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan
dan membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang
diinginkan oleh Pengguna Jasa .
- Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
SPESIFIKASI TEKNIK 39
- Beton harus dicor pada posisi dan urutan-urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau atas petunjuk Pengguna Jasa. Beton yang dicor
ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk
menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan,
atau bagian-bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan-lapisan yang
tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
- Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan
ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Pengguna Jasa.
- Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong
lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Pengguna Jasa untuk
menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil
lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
- Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya
atau mengikuti petunjuk Pengguna Jasa dan harus dikerjakan secara
menerus sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja
lembur untuk mencapai target tersebut.
b) Pemadatan
- Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh
Pengguna Jasa, penggetaran harus disertai penusukan secara manual
dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan
memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan
campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
- Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua
sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
- Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
- Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang
merata.
- Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton
di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan
penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor
sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian
tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi
yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45 cm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15 detik atau
permukaan beton sudah mengkilap.
- Jumlah minimum alat penggetar mekanis
- Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus digunakan alat
penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
- Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).
c) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
SPESIFIKASI TEKNIK 40
- Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap
jenis bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh
Pengguna Jasa. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada
pertemuan elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan demikian.
- Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
- Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap
monolit.
- Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke
dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar
pondasi dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak
di atas permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas
maksimum 40 m2.
- Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan
tambahan jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat
hujan atau terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh
Pengguna Jasa.
- Atas persetujuan Pengguna Jasa, bonding agent yang dapat digunakan
untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya
harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
- Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75
cm di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
4. Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah,
reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan
permintaan Pengguna Jasa.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor
bersih dari genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Pengguna Jasa
memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Pengguna Jasa. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk Pengguna Jasa.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Pengguna Jasa, sebelum melakukan pengecoran,
permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang
sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
SPESIFIKASI TEKNIK 41
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
5. Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan hir
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis
dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton
tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di
bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet),
dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu
paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam,
tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan
beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di
bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Pengguna Jasa harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan
atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi
pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Pengguna Jasa menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian
pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira
30 menit sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali
digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)
Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut
ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa:
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana
yang diperintahkan Pengguna Jasa, harus digaru dengan mistar bersudut
untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah
pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata
dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang,
atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara
SPESIFIKASI TEKNIK 42
lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa, sebelum beton
mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium),
dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya.
Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai
dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton.
Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan,
ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan ini harus
dibiarkan tertinggal di tempat.
6. Perawatan Beton
a) Perawatan dengan Pembasahan
- Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus
dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan
diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
- Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras
(sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya dengan
bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air ini yang
harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan
perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel pada
permukaan yang dirawat.
- Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
- Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm
paling sedikit selama 21 hari.
- Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 hari.
b) Perawatan dengan Uap
- Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang
tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas
persetujuan Pengguna Jasa.
- Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti
ketentuan di bawah ini :
a. Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi tekanan luar.
b. Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 380 C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan
SPESIFIKASI TEKNIK 43
kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga
mencapai 650 C dengan kenaikan temperatur maksimum 140 C /
jam secara bertahap.
c. Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak
boleh melebihi 5,50C.
d. Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 110 C per jam.
e. Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
f. Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan
uap air.
g. Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap
harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap
tersebut.
- Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan
baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai
dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
- Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
c) Perawatan dengan Cara Lain
- Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera
esudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah
beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan
turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan
pelapisan ulang lagi.
- Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan
lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari
permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup
angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama
periode perawatan berlangsung.
- Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan
sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan
beton dalam masa perawatan
7. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting, dan pembesian harus memuat:
a) Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang
menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.
SPESIFIKASI TEKNIK 44
b) Pengawasan
Pengguna Jasa pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang
mempunyai keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan kerja.
c) Perencanaan Campuran
- Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a. Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan
(misalnya dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan
tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Pengguna
Jasa dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara
terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus
sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air,
dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan
diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
b. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi
kuat tekan yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Pengguna
Jasa, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai
dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-1991,
SNI 03-2458-1991.
c. Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di
bawah kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak
diperkenankan mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari
hasil yang rendah tersebut diketahui dengan pasti dan diambil
tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton berikutnya
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat
tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat
diterima dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana
disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang
disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton
karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.
d. Pengguna Jasa dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan
dalam meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat
tekan beton umur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa
harus segera menghentikan pengecoran beton yang diragukan
tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan
beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan
perbaikan, pada waktu tersebut Pengguna Jasa akan menelaah
kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera
memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.
e. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton.
Tindakan tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian
SPESIFIKASI TEKNIK 45
kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa dan
Pengguna Jasa sepakat dengan perbaikan tersebut.
- Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan
perubahan rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun
kadar semen yang semula dirancang tidak berubah, juga rasio
air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
b. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan
untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah
disetujui oleh Pengguna Jasa.
c. Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan
dengan syarat disetujui oleh Pengguna Jasa.
d. Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan
tanpa pemberitahuan tertulis kepada Pengguna Jasa. Bahan baru
tidak boleh digunakan sampai Pengguna Jasa menerima bahan
tersebut secara tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan
atas hasil pengujian campuran percobaan baru yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa.
e. Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa
harus mendapat persetujuan dari Pengguna Jasa. Jenis dan takaran
bahan tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus
dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di
laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus
mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan
tambahan berupa butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa
mineral yang bersifat cementious seperti abu terbang (fly ash),
mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace slag), yang
umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton,
maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada
Gambar Rencana dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton,
maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton.
Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan
kinerja beton segar (fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai
berikut:
SPESIFIKASI TEKNIK 46
(a) Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah
air;
(b) Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan
(c) Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
(d) Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan
beton;
(e) Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
(f) Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
(g) Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit
pengembangan volume beton (ekspansi)
(h) Mengurangi terjadinya bleeding;
(i) Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan
tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-
keperluan sebagai berikut:
(a) Meningkatkan kekuatan pada beton muda
(b) Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal
yang tinggi.
(c) Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
(d) Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
(e) Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas
beton)
(f) Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
(g) Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
(h) Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
(i) Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu
dilakukan secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai
manual penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang
baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa
dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu
dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan
menurunnya kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat
menimbulkan kerusakan pada beton.
d) Pelaksanaan Pencampuran
Penakaran Agregat
- Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc’ < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-
1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran
harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah
setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat
harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak
boleh melebihi kapasitas alat pencampur.
- Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering
permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
SPESIFIKASI TEKNIK 47
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi
agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh
kering permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam sebelum
penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan.
- Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan
penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat
ready mixed.
e) Pencampuran
- Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
- Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
- Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen
yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata.
Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
- Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus
sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan
15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3 .
- Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Pengguna Jasa
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton
non-bangunanal.
f) Pengujian Campuran
- Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengguna Jasa, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton
yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Pengguna Jasa atau wakilnya. Nilai slump pada setiap
campuran tidak boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang
disyaratkan .
- Pengujian Kuat Tekan
a. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda
uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton
yang dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis
komponen bangunan yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
b. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150
SPESIFIKASI TEKNIK 48
mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-
4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil
dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di
laboratorium.
c. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan
diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
d. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus
dibuat 1 set benda uji dan untuk setiap komponen bangunan yang
dicor terpisah minimal diambil 3 set benda uji.
e. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi
ready mixed, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk).
1set = 3 buah benda uji.
f. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan
beton umur 28 hari.
g. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus
diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam
perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang
berdekatan nilainya.
h. Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari
benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil
uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil
kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda
uji lebih besar atau sama dengan dari 30)
n 0f - f 2
ci cm
S=
l n - l
dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
i. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah
0,85 fc’.
j. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat
tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa
kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
SPESIFIKASI TEKNIK 49
k. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu
uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan
pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3
(tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan
bangunan untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau
terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
l. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat
tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’,
dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat
pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau
lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi
dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
g) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa. Pengujian tambahan
tersebut meliputi :
- Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan).
- Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan.
- Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton.
- Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Pengguna Jasa.
h) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
- Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang
memenuhi ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Pengguna
Jasa antara lain.
- Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan.
- Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal.
- Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh
pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
- Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Pengguna Jasa dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
- Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail
SPESIFIKASI TEKNIK 50
rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa
sebelum memulai pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 51
- Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (m3) pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
gambar kerja atau yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa dengan batas
toleransi yang diijinkan dan dibayar ukuran minimal yang masih masuk
dalam toleransi. Tidak ada pengurangan yang akan dilakukan untuk
volume yang ditempati oleh pipa dengan garis tengah kurang dari 20 cm
atau oleh benda lainnya yang tertanam seperti "water stop", baja tulangan,
selongsong pipa (conduit) atau lubang sulingan (weephole).
- Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut
telah dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
- Kuantitas bahan untuk lantai kerja, baja tulangan dan mata pembayaran
lainnya yang berhubungan dengan bangunan yang telah selesai dan
diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada bagian
lain dalam spesifikasi ini.
- Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton
yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengguna Jasa sebagai fc’ = 19,3
Mpa (K225). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi
diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan) beton
yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton dengan
mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
- Pelaksanaan pekerjaan diharuskan memakai Beton Ready Mixed.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
- Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.
- Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
B. Perhitungan dan Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat Beton K-225 (Ready Mixed) tersebut
sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung
berdasarkan satuan meter kubik (m3) beton yang terpasang sesuai dan berdasarkan
gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui oleh Direksi, semua biaya
sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan
penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah
harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
IV.4. Bekisting
A. Jika disetujui oleh Pengguna Jasa, maka acuan dari tanah harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual
sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang
sebelum pengecoran beton.
B. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk beton
sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau bahan
SPESIFIKASI TEKNIK 53
lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di dalam
gambar.
C. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan lainnya
dengan tidak berubah bentuk.
D. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Pengguna
Jasa, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan tersebut
kepada Pengguna Jasa untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab
Kontraktor bagi keberhasilannya.
E. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas dari
sampah, paku, alur-alur, belahan, atau cacat-cacat lainnya. Mengisi celah-celah
sambungan cetakan beton harus berhati-hati dan dilaksanakan sedemikian rupa
agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa
menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah-celah harus diisi secukupnya
untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun penggunaan kertas
dengan tegas dilarang.
F. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan air
dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga dapat
dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
G. Sebelum pengecoran beton semua baut-baut harus dipasang pada posisinya,
semua yang diperlukan dan alat-alat lain untuk menutup lubang harus dipasang
pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang didalam beton tanpa
persetujuan Pengguna Jasa.
H. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan ilakukan
pada dinding beton yang akan tampak.
I. Lubang bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
J. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak boleh
kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua permukaan
cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan oli untuk
memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
K. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan harus
berhati-hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi tulangan. Sebelum
pengecoran dan pembesian semua celah-celah cetakan yang telah diisi harus
dibersihkan dan dikeringkan. Bila cetakan beton dibuat dan siap untuk
pengecoran maka harus diperiksa oleh Pengguna Jasa. Tidak diperkenankan
mengecor bila cetakan belum disetujui Pengguna Jasa.
L. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Pengguna Jasa sekurang-
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk diperiksa.
M. Perhitungan dan Pembayaran.
Semua biaya yang timbul akibat bekisting tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan meter persegi (m2)
bekisting yang terpasang sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi
dan telah disetujui oleh Direksi, semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja,
bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran
SPESIFIKASI TEKNIK 54
pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.
IV.5. Pembesian
A. Pengertian Umum.
Lingkup pekerjaan besi antara lain, pembesian atau tulangan besi pada beton.
Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos dan besi ulir
yang memenuhi ketentuan standar JIS atau ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84,
dengan karakteristik sebagai berikut:
B. Pelaksanaan Pekerjaan.
a) Gambar Pembesian
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar
besi, bentuk pembengkokan tulangan, dimensi atau diameter tulangan, panjang
tulangan, berat satuan tulangan, jumlah tulangan, jarak pemasangan tulangan,
total berat tulangan yang dipakai dan lain sebagainya kepada Pengguna Jasa
untuk mendapat persetujuan sebelum pemasangannya di lokasi pekerjaan,
gambar yang telah disetujui tersebut menjadi acuan pelaksanaan di lapangan
dan sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan.
Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi, ketentuan berat dalam
SNI 07-2052-1990 yang setara dengan JIS G3112 harus diikuti sbb:
Besi Bulat-Ulir
Diameter (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
Berat (kg/m) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31
Besi Bulat-Polos
Diameter (mm) 8 10 12 16 19 22 25 28 32
Berat (kg/m) 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31
SPESIFIKASI TEKNIK 55
Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar diatas,
Penyedia Jsa akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi
pekerjaan berdasarkan ketentuan dalam standar SNI atau JIS.
b) Pemasangan Besi Tulangan
Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan
ukuran/dimensi yang ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah disepakati.
Besi tulangan harus dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat sesuai dengan
gambar dan diikat kuat pada cetakan beton. Besi tulangan harus menyatu
dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai suatu rangkaian/anyaman
yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan kuat pada
cetakan dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses
penuangan dan pemadatan beton. Semua ujung-ujung kawat pengikat harus
ditekuk ke arah dalam adukan beton, tidak diijinkan mencuat keluar permukaan
beton. Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak
dengan kuat desak tidak kurang dari tipe beton yang akan dituang, dengan tebal
sesuai dengan desain tebal selimut beton diikat kuat pada cetakan dengan kawat
dan disiram air sesaat sebelum beton dituang. Sebelum penuangan beton
dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan dari material lepas, debu,
lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya yang
menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan
beton. Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum
pelaksanaan penuangan beton, kepada Pengguna Jasa untuk melakukan
pemeriksaan kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi
persetujuan bila semuanya sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.
c) Penyambungan Besi Tulangan
Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti pada
gambar kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh Pengguna Jasa.
Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan
lainnya tidak diperkenankan tanpa persetujuan Pengguna Jasa. Penyambungan
harus dilakukan dengan overlap sepanjang mungkin. Panjang overlap antara 2
(dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai dengan gambar. Bila tidak
ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus tidak kurang dari 40 (empat
puluh) diameter besi tulangan dibuat berselang seling (tidak dalam satu garis).
Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi tulangan harus dipasang dan
diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal selimut beton tetap memenuhi
ketentuan.
d) Selimut Beton
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai dengan
ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Pengguna Jasa.
C. Perhitungan dan Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat pembesian tersebut sepenuhnya menjadi
beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan kilogram (kg)
pembesian yang terpasang sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan
jadi dan telah disetujui oleh Direksi, semua biaya sudah termasuk biaya untuk
pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk
SPESIFIKASI TEKNIK 56
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
Pekerjaaan Pasangan
A. Ruang Lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan
pekerjaan, pengendalian mutu serta perhitungan dan pembayaran untuk pekerjaan
pasangan dan adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong,
pasangan batu belah, pasangan batu bata merah, plesteran, siaran dan pasangan pipa
suling-suling serta pekerjaan adukan semen. Pedoman ini mencakup pekerjaan
penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan
batu pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam pada
Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pasangan Penyedia Jasa harus memperhatikan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
B. Acuan Normatif
Standar Nasional Indonesia (SNI)
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin
Abrasi Los Angeles
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil
Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
SPESIFIKASI TEKNIK 57
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam
Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan
American Standard Test Method
- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry
2. Pasir
a. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam (pasir pasang) yang
diambil dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa.
b. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik, sampah
kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya,
seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan
batu.
3. Material Semen
a. Bahan material cement yang dipakai adalah jenis PC yang ada dipasaran dan
harus memenuhi standart.
b. Bahan material semen yang telah mengeras karena pengaruh cuaca, air atau
bahan organik lainnya tidak boleh dipakai
c. Dalam menyimpan material di gudang lapangan, tempat penyimpanan harus
kering dan diberi alas minimum 30 cm diatas permukaan tanah dan tinggi
tumpukan maksimum 3 m.
4. Air
Air yang dipergunakan harus bersih tidak mengandung Lumpur, minyak, bahan
organic atau bahan kimia.
SPESIFIKASI TEKNIK 59
163 kg, setiap 1 m3 spesi pasangan batu diaduk secara merata dengan air, guna
mencapai campuran yang homogen maka diwajibkan untuk memakai mixer/molen.
b. Tebal lapisan spesi pada permukaan batuan minimum 1,5 cm agar supaya ikatan
antar batu menjadi kuat.
c. Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta
persetujuan Pengguna Jasa bila telah selesai gambar kontrak.
d. Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan setebal 3
- 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 - 3 cm (tidak
bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan
adukan. Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat
dengan menggunakan sendok adukan.
e. Untuk bangunan dengan pasangan batu yang tingginya lebih dari 1 meter, maka
tinggi pengerjaan pasangan batu maksimum 1 meter. Penghentian pelaksanaan
tidak boleh dibuat rata melainkan dibuat bertangga agar sambungan pasangan lama
dan pasangan berikut diatasnya bisa terjadi satu ikatan yang kuat.
f. Untuk meletakkan pasangan baru diatas pasangan lama maka permukaan
pasangan lama harus dibersihkan dan disiram dengan air cement sebagai bahan
pengikat.
g. Perhitungan dan Pembayaran:
Semua biaya yang timbul akibat Pasangan Batu Belah 1 PC : 4 PS tersebut
sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung
berdasarkan satuan meter kubik (m3) pasangan batu belah yang terpasang sesuai
dan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi dan telah disetujui oleh Direksi,
semua biaya sudah termasuk biaya untuk pekerja, bahan, peralatan dan semua
pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan
pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 61
pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
V.1. Pekerjaan Kissdam dengan Turap baja (SSP) uk. W.400 H.125 T.13 mm L.6 m
V.1.a. Pengadaan SSP (Sewa) ukuran W.400 H.125 T.13 mm L.6 m
Material turap baja (SSP) disediakan oleh penyedia dengan perjanjian
sewa beli atau sewa didatangkan ke lokasi pekerjaan dalam kondisi baik dan
lurus.
Jenis dan ukuran turap baja (SSP) sebagai berikut :
- Turap baja (SSP) ukuran W.400 H.125 T.13 mm L.6 m
Pengangkutan.
Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan kekuatan turap baja
(SSP) selama pengangkutan dari gudang ke lokasi pekerjaan/stock pile
termasuk biaya-biaya yang timbul untuk pengangkutan turap baja (SSP) sampai
di lokasi pekerjaan.
Bila terjadi kerusakan selama pengangkutan yang dapat menyebabkan
penurunan kekuatan/kualitas atau fungsi turap baja (SSP), Direksi berhak
memerintahkan kepada penyedia untuk memperbaiki atau mengganti turap baja
(SSP) dengan yang baru.
Penggunaan jalan masuk ke lokasi stock pile yang telah ditentukan dan
transportasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab penyedia.
SPESIFIKASI TEKNIK 62
V.1.b. Pemancangan Turap Baja (SSP) ukuran W.400 H.125 T.13 mm L.6 m
Alat pemancang termasuk alat pemukul tiang pancang serta peralatan
lainnya crane + pile drive dipersiapkan oleh penyedia. Penyedia harus membuat
gambar methode pelaksanaan pemancangan beserta peralatan dan
kapasitasnya. Pelaksanaan pemancangan ini minimal menggunakan hammer
dan crene serta peralatan lainnya yang sesuai dengan material yang akan
dipancang dan kondisi letak pemancangan. Gambar methode tersebut diajukan
ke Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Dalam pelaksanaan pemancangan Penyedia Jasa harus melengkapi alat
tiang pancang dengan ladder yang cukup dan dapat bergerak secara mekanis,
untuk menjamin pemancangan tegak dan miring dapat dilakukan sesuai dengan
rencana. Pemancangan harus dilakukan secara kontinu sampai mencapai
kedalaman yang direncanakan.
Kedalaman pemancangan harus sesuai dengan gambar rencana dan
elevasi top (atas) tiang pancang ditentukan oleh Direksi dan sesuai dengan
rencana.
V.1.c. Pencabutan Turap Baja (SSP) ukuran W.400 H.125 T.13 mm L.6 m
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai dilaksanakan penyedia harus
mencabut kembali turap baja (SSP) dan memperbaiki tanah bekas
pemancangan sehingga tidak mempengaruhi konstruksi bangunan. Alat
pecabutan termasuk alat pencabut tiang pancang serta peralatan lainnya crane +
vibro hammer dipersiapkan oleh penyedia.
V.1.d. Dewatering
Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal
pekerjaan dimungkinkan tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada
keadaan ini, Penyedia Jasa diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal
pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan konstruksi dari genangan air
atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat
pengaruh air tersebut.
Sebelum membuat suatu konstruksi penahan rembesan (kistdam)
Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar rencana terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan konstruksi
utama selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus membongkar dan membersihkan
material kist dam sehingga tidak mengganggu aliran sungai. Pada prinsipnya,
selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai
kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan
ataupun rembesan air. Pekerjaan pengeringan yang dimaksud disini adalah,
termasuk sistem drainase lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan
akibat sampingan negatif terutama pada masyarakat dan lingkungan setempat.
Pekerjaan tersebut terbagi sebagai berikut :
1. Dewatering : untuk pekerjaan khusus pengeringan
Dalam pelaksanaan pekerjaan coffering dan dewatering Penyedia Jasa harus
memperhatikan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
d. Dewatering
Semua biaya yang timbul akibat Pengeringan tersebut sepenuhnya menjadi
beban dan tanggung jawab Penyedia Jasa dihitung berdasarkan satuan hari
volume pengeringan yang ada dan semua biaya sudah termasuk biaya untuk
pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 64
bersama-sama dengan Direksi di lokasi produksi tiang pancang untuk
mendapatkan persetujuan Direksi.
Jenis dan ukuran tiang pancang prestress sebagai berikut :
- Tiang Pancang Prestress Concrete Sheet Pile Ø 40 cm L.12 m dengan
kuat tekan beton tiang pancang pada umur 28 hari minimal harus 600
kg/cm2, dengan kekuatan tahanan cracking momen minimal 5.5 ton m.
1) Pengangkutan.
Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan kekuatan tiang pancang
selama pengangkutan dari pabrik ke lokasi pekerjaan/stock pile termasuk
biaya-biaya yang timbul untuk pengangkutan tiang pancang sampai di
lokasi pekerjaan.
Bila terjadi kerusakan selama pengangkutan yang dapat menyebabkan
penurunan kekuatan/kualitas tiang pancang, Direksi berhak menolak tiang
pancang tersebut.
Penggunaan jalan masuk ke lokasi stock pile yang telah ditentukan dan
transportasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
2) Penyimpanan/Stock Pile.
Tiang Pancang yang tiba di lokasi yng ditentukan harus disimpan/ditumpuk
di tempat yang aman, kering dan terhindar dari pengaruh buruk air/hawa
laut serta jumlah tumpukan harus diperhatikan agar tidak membuat tiang
pancang patah/rusak.
SPESIFIKASI TEKNIK 66
Penyedia harus membuat gambar methode tersebut diajukan ke Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.
Pemotongan tiang pancang beton dilakukan untuk memperlihatkan besi
penulangan tiang pancang agar dapat di ancorkan ke beton kopping agar tiang
pancang saling mengikat ke beton kopping.
Dalam pelaksanaan pemotongan tiang pancang beton Penyedia Jasa
harus tetap menjaga tiang pancang beton dalam keadaan baik.
b. Pekerjaan Pemancangan.
Volume pekerjaan dihitung sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi termasuk mengangkut dan melangsir tiang pancang dari lokasi
stok pile ke lokasi pemancangan yang telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan
diperhitungkan dalam satuan (unit) m’ yang tertanam.
Harga satuan pekerjaan yang ditawarkan oleh Penyedia Jasa sudah harus
meliputi upah tenaga, bahan material pembantu yang dipakai memancang,
peralatan yang dipergunakan, “overhead” dan keuntungan Penyedia Jasa pada
analisa harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 67
Main Material
Plate Bar Screen : STS304
Reinforce : Channel-C SUS304
Space Bar : Sch 40 Dia. 1/2" STS304
Round Bar : M12, Rigid Bar STS304
Mounting Plate : STS304
Material
Frame : SS400
Head pulley drum : Steel + rubber lining
Tail pulley drum : Steel + rubber lining
SPESIFIKASI TEKNIK 68
Rubber belt : Oil-resistant rubber
Skirt : Stainless steel 304
Carrier and return roller : Chloride vinyl or rubber lining steel pipe
Scraper : Steel + rubber
V-type belt cleaner : Steel
Material
Frame : SS400
Head pulley drum : Steel + rubber lining
Tail pulley drum : Steel + rubber lining
Rubber belt : Oil-resistant rubber
Skirt : Stainless steel 304
Carrier and return roller : Chloride vinyl or rubber lining steel pipe
Scraper : Steel + rubber
V-type belt cleaner : Steel
Material
Main Material : H-Beam
Dimension : 300 mm x 300 mm x 1100 mm
Wing Support : Channal U-Shape
Dimension : 200 mm
Rail : Channal 125
Support and Reinforce : Steel Sheet Plate (SS400)
Dimension : 200 mm
SPESIFIKASI TEKNIK 69
Chain : Iron Elbow
Dimension : 9 mm
Finishing : Hot Deep Galvanize (120 s/d 150
milimicron)
Material
Main Material : SUS304
Thickness : 6 mm - 10 mm
Body : SUS304 L : 1000 mm, W : 750 mm, H :
1200 mm
Traveling Wheel : SUS304, Ø 100 mm (4 pcs)
Directing Wheel : SUS304, Ø 30 mm (4 pcs)
Inner Arm : SUS304 Thickness : 6 mm
Outer Arm : SUS304 Thickness : 6 mm
Rake : SUS304 L : 2500 mm, W : 300 mm, H :
150 mm
Electrical
Power Consumption : Max. 2,2 kW ; 3 Phase ; 380 V ; 50 Hz ;
Inverter Duty Motor; IP 54 ; Insulation
Class F
Traveling Motor : Max. 0,75 kW ; 3 Phase ; 380 V ; 50 Hz ;
Inverter Duty Motor ; IP 54 ; Insulation
Class F
SPESIFIKASI TEKNIK 70
menuju horizontal conveyor
Material Utama : Steel Sheet (SS400)
Accesories : Pipa Sch 40, Teflon
Semua biaya yang timbul akibat Pekerjaan Saringan (Penangkap dan Pengengkut
Sampah) tersebut sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Penyedia dihitung
berdasarkan pengadaan dan pemasangan saringan dan kelengkapannya dengan
satuan set dan unit yang terpasang sesuai dan berdasarkan gambar pelaksanaan
bangunan jadi dan telah disetujui oleh Direksi, semua biaya sudah termasuk biaya untuk
pekerja, bahan, peralatan dan semua pekerjaan penunjang dan upaya lain untuk
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
Kemajuan pembayaran harus dibuat sebagai berikut:
- Jika semua barang beserta kelengkapannya sudah tiba dilokasi pekerjaan dengan
kondisi baik sesuai spesifikasi, maka dapat dilakukan pembayaran sebesar 50%
dari harga satuan pekerjaan tersebut.
- Jika barang sudah selesai dipasang dengan keadaan baik dan dapat diterima oleh
Direksi, maka dapat dilakukan penambahan pembayaran sebesar 40% dari harga
satuan pekerjaan tersebut atau dalam kondisi ini pembayaran sudah dilakukan
total sebesar 90% dari harga satuan pekerjaan tersebut.
- Jika barang tersebut sudah selesai dipasang dan diuji telah dapat difungsikan
dengan baik serta sesuai dengan fungsi perencanaan desain dan telah disetujui
oleh Direksi, maka dapat dilakukan penambahan pembayaran sebesar 10% dari
harga satuan pekerjaan tersebut atau dalam kondisi ini pembayaran sudah
dilakukan total sebesar 100% dari harga satuan pekerjaan tersebut.
General
Type : Pompa Submersible (Pipa Buang)
Tercouple/Terintegrasi dengan Pintu Air
Menggunakan Sistem Coupling
Kapasitas : 500 liter/detik
Efisiensi Pompa : Min. 75%
Instalasi : Indoor
Metode Operasional : Soft Starter
Material
SPESIFIKASI TEKNIK 71
Casing : Cast iron
Propeller Vane : Duplex SUS
Cable Holder : Rubber
Shaft : Stainless
Stuffing Box, wear ring Rubber
Mechanical Seal Sic/Sic
Motor
Tipe : Squirrel Cage type
Listrik : 3 Ph, 380 V, 50 Hz
Rating Daya : 45 kW
Jumlah Kutub : 10 Pole
Putaran : 735 rpm
Enclosure Protection : IP68 Tingkat Isolasi
Tingkat Isolasi : Class H
Service Factor : 1:1
Design Standart : NEMA Design B
Sistem Proteksi : - Winding Thermal Sensor, RST harus
di dalam motor
- Thermal Overload Sensor harus di
dalam pompa
- Seal Leakage Sensor harus di dalam
pompa
- Moisture Sensor harus di dalam
pompa
- Bearing Temperature Sensor harus di
dalam pompa
- Water Level Control harus ada
- Peralatan Monitoring untuk
mengetahui kondisi yang terjadi dalam
pompa dan motor dan Proteksi Motor
pompa harus ada, untuk proteksi
kondisi Gulungan pada motor
sehingga motor pompa tidak mudah
terbakar.
Kabel Kontrol : PNCT
General
Material : SS400 (ASTM A36)
Surface Preparation : Abrasive Blast Cleaning to Sa 2,5 or
SSPC - SP 10
Coating : Primary Coating
Penguard Universal (2 Comp. Polyamine
SPESIFIKASI TEKNIK 72
cured pure epoxy coating)
Ketebalan 200 micron
Finishing Coating
Penguard Universal (2 Comp. Polyamine
cured pure epoxy coating)
Pipa
Diameter : 400 mm
Tebal : 1% dari diameter
Aksesoris
- Anchor Bolt : Menyesuaikan gambar
Rubber
Tebal : 10 mm
SPESIFIKASI TEKNIK 73
Total Head : 6 meter
Efisiensi Pompa : Min. 75%
Instalasi : Indoor
Metode Operasional : Soft Starter
Material
Casing : Cast iron
Propeller Vane : Duplex SUS
Cable Holder : Rubber
Shaft : Stainless
Stuffing Box, wear ring Rubber
Mechanical Seal Sic/Sic
Motor
Tipe : Squirrel Cage type
Listrik : 3 Ph, 380 V, 50 Hz
Rating Daya : 22 kW
Jumlah Kutub : 10 Pole
Putaran : 980 rpm
Enclosure Protection : IP68
Tingkat Isolasi : Class H
Service Factor : 1:1
Design Standart : NEMA Design B
Sistem Proteksi : - Winding Thermal Sensor, RST harus
di dalam motor
- Thermal Overload Sensor harus di
dalam pompa
- Seal Leakage Sensor harus di dalam
pompa
- Moisture Sensor harus di dalam
pompa
- Bearing Temperature Sensor harus di
dalam pompa
- Water Level Control harus ada
- Peralatan Monitoring untuk
mengetahui kondisi yang terjadi dalam
pompa dan motor dan Proteksi Motor
pompa harus ada, untuk proteksi
kondisi Gulungan pada motor
sehingga motor pompa tidak mudah
terbakar.
Kabel Kontrol : PNCT
SPESIFIKASI TEKNIK 74
Surface Preparation : Abrasive Blast Cleaning to Sa 2,5 or
SSPC - SP 10
Coating : Primary Coating
Penguard Universal (2 Comp. Polyamine
cured pure epoxy coating)
Ketebalan 200 micron
Finishing Coating
Penguard Universal (2 Comp. Polyamine
cured pure epoxy coating)
Pipa
Diameter : 350 mm
Tebal : 1% dari diameter
Aksesoris
- Anchor Bolt : Menyesuaikan gambar
Rubber
Tebal : 10 mm
SPESIFIKASI TEKNIK 75
V.9. Pengadaan dan Pemasangan Pintu Pengendali Banjir
A. Spesifikasi Pipa Penyambung dan Pintu Air
Pipa Buang Tercouple/Terintegrasi dengan Pintu Air Menggunakan Sistem
Coupling
Material
Daun Pintu : SS400 (WF, C-Channal, Plate)
Frame : SUS304
Rack Bar : SS300 + Galv
Control Panel : STS304
SUS Cover : STS304
Finishing : Finishing Sand Blasting, Coating
Daun Pintu : SS400 (WF, C-Channal, Plate)
Mechanical Actuator
Kapasitas : > 10 Ton
Type : Hydraulic Motor Driven Spindle Hoist for
Water Floodgate
Kecepatain Hoisting : Approx. 0.3 - 0.6 m/min
Tinggi Hoisting : Max. 6 m
Sumber Daya : 380V/50Hz/3 Phase
Daya : Max. 25 kW
Tipe Control : Direct Control by Electric Panel
RPM : Max. 1500 RPM
Material
Base Frame Assy : Steel (SS400)
Gear Box Assy : Steel (SS400/SM45C)
Spindle : Steel (SS400/SM45C)
Cover Assy : Stainless Steel (STS304)
Coupling Khusus
Material : SS400 (ASTM A36)
Lapisan Pipa (Coating) : Hot Dip Galvanize (120 - 150 micron)
Proteksi Pipa : Marine Painting
Diameter : 400 mm ke 600 mm
Tebal : Minimum 1% dari Pipa
Diesel Engine
Merek : Perkins
Tipe : 4 cycle, Turbocharged air to air charge
cooled
RPM : 1500 rpm
Metode Starting : DC24V Electrical Starting Sistem Bahan
Bakar
Jumlah Silinder : 6
SPESIFIKASI TEKNIK 77
Pengaturan Silinder : berbentuk V 60 derajat
Konsumsi Bahan Bakar : 65 liter/jam
(100% Beban)
Speed Governor : Electronic
Sistem Pendinginan : Water cooled
Kapastias Pelumasan : 40 Liter
Altenator
Merek : Stamford
Type : Brushless, AVR automatic voltage
regulating,100% Copper winding wire
Frekuensi : 50 Hz
Isolasi : Class H
Voltase : AC 380V, 3P, 4 wire
Power factor : 0.8 lagging
Voltage regulation : max +/- 1%
Ambient temperature : 45 deg
Harmonic distortion : < 5% total
Kelas Proteksi : IP23
B. Spesifikasi Tangki
Kapasitas : 2000 Liter
Tipe : Fuel Storage Tank
SPESIFIKASI TEKNIK 78
12) Instalasi Supply Bahan Bakar Meliputi :
13) Pengadaan Kabel 380 Volt IC DEG - DEG
Type Kabel NYY 10 x 1C x 240 mm2
14) Instalasi Kabel 380 Volt IC DEG - DEG
15) Pengadaan Kabel PLN - TM
Type Kabel N2XSY 3 x 1 x 50 mm2
16) Instalasi Kabel PLN - TM
17) Pengadaan Kabel TM - Trafo 380 V
Type Kabel N2XSY 3 x 1 x 50 mm2
18) Instalasi Kabel TM - Trafo 380 V
19) Pengadaan Kabel 380 Volt Trafo - IC TR / LVMDP
Type Kabel NYY 4 (3x1x300)mm2
20) Instalasi Kabel 380 Volt Trafo - IC TR
21) Pengadaan Kabel 380 Volt PDS - Panel PJU
Type Kabel NYY 4C x 10 mm2
22) Instalasi Kabel 380 Volt PDS - Panel PJU
23) Pengadaan Kabel 380 Volt PDS - Panel Lampu & stop kontak
Type Kabel NYY 4C x 2,5 mm2
24) Instalasi Kabel 380 Volt PDS - Panel Lampu & stop kontak
SPESIFIKASI TEKNIK 79
- Jika barang tersebut sudah selesai dipasang dan diuji telah dapat difungsikan
dengan baik serta sesuai dengan fungsi perencanaan desain dan telah disetujui
oleh Direksi, maka dapat dilakukan penambahan pembayaran sebesar 10% dari
harga satuan pekerjaan tersebut atau dalam kondisi ini pembayaran sudah
dilakukan total sebesar 100% dari harga satuan pekerjaan tersebut.
SPESIFIKASI TEKNIK 80
B. Instalasi Kamera Pemantau
C. Perhitungan dan Pembayaran
- Pembayaran dilakukan berdasarkan gambar pelaksanaan bangunan jadi yang
telah disetujui oleh Pengguna Jasa, dan diperhitungkan dalam satuan set
terpasang yang telah diuji dan dapat difungsikan dengan baik serta sesuai
dengan fungsi perencanaan desain dan telah disetujui oleh Direksi,
- Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa, semua biaya termasuk meliputi biaya
pemasangan, upah tenaga, bahan material yang dipakai dan peralatan yang
dipergunakan dan upaya lain untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sudah
harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
SPESIFIKASI TEKNIK 81