Anda di halaman 1dari 28

BAB III

PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 ALAT
Peralatan konstruksi adalah semua alat yang mendukung
dalam pelaksanaan kegiatan proyek. Peralatan konstruksi sangat
penting untuk berlangsungnya proses pelaksanaan proyek tersebut.
Alat atau peralatan konstruksi merupakan sumber daya yang
wajib ada dalam suatu proyek pembangunan, pelaksanaan suatu
proyek pembangunan dapat berjalan dengan baik harus didukung
oleh sarana dan prasarana yang baik pula termasuk peralatan
konstruksi di dalamnya.

Ada beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam memilih


peralatan konstruksi, yaitu :

1. Keadaan alat
2. Kebutuhan pelayanan
3. Ketersediaan suku cadang
4. Kemudahan pemeliharaan
5. Kemampuan alat dengan kondisi lapangan
6. Kemudahan mobilisasi alat
7. Prospek masa depan untuk pekerjaan
8. Permintaan akan alat dan harga penjualan kembali
9. Tenggang waktu penyerahan alat (bila menyewa)

Dalam penggunaan alat kerja dilapangan, ada beberapa hal


yeng perlu diperhatikan, antara lain:

1. Kondisi alat dalam keadaan baik dan layak beroperasi.


2. Dalam pengoperasian alat tidak boleh melebihi kapasitas yang
telah ditetapkan.

38
39

3. Operator yang menjalankan alat harus berpengalaman dan


mempunyai lisensi surat keahlian dalam bidangnya

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek,baik


alat berat maupun ringan sangan menunjang suatu proyek, alat berat
ini digunakan dengan tujuan :

1. Mempercepat waktu penyeleseain pekerjaan.


2. Meningkatkan kualitas pekerjaan
3. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerjaan serta
menghemat biaya.

Berikut alat-alat yang digunakan dalam proyek pembangunan


Jalan Akses Bandara Kertajati :

Kegunaan
No. Jenis Alat Spesifikasi Gambar
Field of view:
1°30′ Memetakan
Method: lapangan,
Absolute menentukan
1. Theodolite Reading tinggi tanah
Detecting: 2 dengan sudut
horizontal mendatar dan
sides, 1 sudut tegak.
vertical sides.
Type: Komatsu
Model: Untuk
Cummins pekerjaan
2. Excavator N855C galian, dan
Daya : 134,2 pekerjaan
kw konstruksi.
Bucket: 1 m3.
3. Dump  Hino 500 Untuk
truck P:490 L:240 mengangkut
40

T:160 (cm)
bahan
PxLxT =19 m3
material dari
 Hino 300
quary menuju
P: 360 L:190
lokasi proyek.
T:120 (cm)
PxLxT =9 m3

Alat untuk
Type: SAKAI memadatkan
SV525D hasil
Daya: 90 kW timbunan
Power dengan cara
4. Vibro roller
measured pemampatan
@2200 rpm yang
Max speed 10 digunakan
kmph. ialah efek
getaran.
Type: Alat untuk
KOMATSU meratakan
D65E tanah,
Flywheel menggali dan
5. Bulldozer
Power: 115,6 merubuhkan
kW pohon saat
Kapasitas proses land
Silinder: 55L. clearing.
6. Sheep Type: SAKAI Alat untuk
Foot Roller SV513TF memadatkan
Operating tanah, alat ini
Weight: 13.000 khusus
kg digunakan
41

jika tanah
yang
Power: 85,5
dipadatkan
kw.
kurang stabil.
Alat untuk
Type:
meratakan
MITSUBISHI
jalan,
MG330
membentuk
Power
Motor jalan
7. measured
Grader (grading),
@2000 rpm
pengupasan
Lebar Pisau:
lapisan atas
3,7 m.
yang hendak
dibuang.
Type: ISUZU
Power: 98 Hp / Digunakan

Water 72 kW untuk

Tank Truck Max Speed: 98 mengangkut


8.
km/h material air
Tank Capacity: ke lokasi
4.000 L / 1.050 proyek.
gal
9.

Tabel 3.1 Alat

3.2 BAHAN
Bahan atau material yang digunakan harus sesuai dengan
RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat Teknis) dan telah mendapat
persetujuan dari konsultan dengan menunjukkan contoh-contohnya.
Pihak konsultan memeriksa bahan/material yang datang secara
42

langsung, apakah bahan itu sesuai dengan syarat teknis atau tidak.
Jika disetujui, maka pekerjaan dapat dilanjutkan, namun jika tidak,
maka diganti sesuai dengan permintaan konsultan atau sesuai
dengan RKS.
Penyimpanan bahan-bahan bangunan juga perlu mendapat
perhatian khusus, mengingat bahan yang sangat peka terhadap
kondisi lingkungan, seperti semen dan tulangan yang sangat
dipengaruhi oleh air dan udara. Penempatan bahan yang tepat dan
seefisien mungkin juga perlu diperhatikan untuk dapat mempercepat
dan mempermudah pekerjaan. Di samping itu, penempatan bahan
yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan
keselamatan kerja. Pengaturan penyimpanan bahan-bahan
bangunan dan peralatan pada suatu proyek menjadi tanggung jawab
bagian logistik (material management) dan gudang (warehouse).
Material yang dibutuhkan dalam pekerjaan Pembangunan
Jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi 3 dan 4 (Sta.290+250 – 300+700
dan Sta. 300+700 - 327+604) meliputi :

No Jenis
Spesifikasi Kegunaan Gambar
. Bahan
Sebagai material
timbunan yang
Tanah Tanah merah baik karena
Merah dengan nilai memiliki sifat
1.
(Timbuna CBR minimal kepadatan yang
n Biasa) mencapai 6% lebih bagus dari
jenis tanah
lainnya.
Pasir Batu Pasir batu Untuk
(Tanah dengan nilai mendukung
Timbunan CBR paling pekerjaan dalam
Pilihan) sedikit 10% akses
pekerjaan dan
43

meningkatkan
daya dukung
tanah dasar.
Ukuran
agregat kelas
A Untuk konstruksi
 Terbesar
Agregat lapisan pondasi
4. 37,5 mm
Kelas A bawah dengan
 Terkecil
beban tinggi.
0,075 mm

Sebagai
pelindung
Ukuran
Agregat agregat kelas lapisan tanah
Kelas B B dasar dari roda
Terbesar
alat berat saat
awal pekerjaan
Ac base-
Asphalt
Concrete – sebagai pondasi
Base (AC – konsturksi jalan
Base) Tebal :
7,5 cm Ac bc- untuk
Asphalt mengurangi
Concrete –
Binder Coarse ketegangan
5. Hot Mix
(AC-BC) Tebal akibat beban
: 6 cm
Asphalt lalu lintas
Concrete – Ac wc- sebagai
Wearing
Coarse (AC- lapisan aus, dan
WC) Tebal 4 menambah daya
cm
dukung layanan
7. Lime Nilai CBR Menstabilkan
yang minimal
Stone tanah agar lebih
bisa mencapai
25% mudah
dikerjakan,
Tidak lengket
dengan roda
44

truck. Sehingga
kondisi tanah
bisa dilalui tanpa
menunggu tanah
kering.

Tabel 3.2 Bahan

3.3 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan lingkup
kerja praktik pada Pembangunan Jalan Tol Pejagan-Pemalang Seksi
3 dan 4 (Sta.290+250 – 300+700 dan Sta. 300+700 - 327+604)
meliputi :

3.3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan mendasar yang
dilakukan sebelum penimbunan dimulai. Pekerjaan persiapan
dilakukan untuk mempermudah, mendukung dan membuat
pekerjaan Lancar dan tidak terhadap di tahap ini biasanya dilakukan
tahap pembersihan Jalan, membuat jalan akses agar mempermudah
dalam mobilisasi kendaraan kendaraan proyek menuju tempat
proyek.

3.3.1.1 Pembuatan Akses Jalan


Pembukaan akses jalan menuju lokasi proyek ditujukan agar
mempermudah mobilisasi alat dan material ke lokasi proyek.

3.3.1.2 Mobilisasi
45

Setelah pembuatan akses jalan menuju lokasi proyek,


pemindahan alat dan material secara bertahap dilakukan. Untuk alat
berat seperti excavator, dozer, sheep foot roller dan vibro roller tidak
perlu diangkut menggunakan mobil pengangkut karena kondisi jalan
yang belum bisa dilewati oleh mobil pengangkut tersebut.

3.3.1.3 Pembersihan lahan


Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran,
pembuangan lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta
pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah
kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai ketentuan Pasal-
pasal yang lain dari Spesifikasi. Semua objek yang berada di atas
muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu lapuk, tunggul, akar,
serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan
lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukkan berada di sana,
harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan dibuang bila perlu.
Pada daerah di bawah timbunan badan jalan atau pada
tempat yang ditentukan Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
mengupas lapisan tanah permukaan dan membuangnya
sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas. Pembuangan lapisan
tanah permukaan mencakup lapisan tanah yang subur bagi
tumbuhnya tumbuh-tumbuhan setebal 30 cm.
Pembuangan lapisan tanah permukaan pada daerah-daerah
yang telah ditentukan harus sampai pada kedalaman yang sesuai
dengan petunjuk Konsultan Pengawas, dan lapisan atas tanah itu
harus dipisahkan dari material hasil penggalian lainnya.

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan pembersihan


lahan yakni:
1. Excavator
2. Dozer
46

3. Vibro roller
4. Dumptruck

Tahapan pelaksanaan pekerjaan pembersihan lahan yaitu:


1. Pembatasan lahan yang akan dibersihkan agar tidak terjadi
kesalahan, dengan melakukan penandaan.
2. Pembersihan lokasi dari sampah batang pohon, batu, kayu dan
lainnya.
3. Pengangkutan material hasil pembersihan menggunakan dozer
dan excavator yang dipindahkan oleh dumptruck ke tempat yang
sudah disediakan.
4. Pemadatan oleh vibro roller sebagai akses kendaraan agar
mudah untuk dilalui.

Gambar 3.1. Pembersihan Lahan

3.3.1.4 Batching Plant


Kegunaan batching plant untuk menyuplai beton untuk
pekerjaan, khususnya untuk pekerjaan rigid dan struktur jembatan.
Lokasi batching plant harus dipilih yang dekat dengan lokasi
pekerjaan sehingga produksi rencana bisa tercapai. Jumlah batching
47

plant harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga kebutuhan


proyek terpenuhi.

Gambar 3.2. Batching Plant

3.3.2 Pekerjaan Tanah Dasar


Tanah dasar (Sub-Grade) merupakan bagian dari pekerjaan
yang dipersiapkan untuk lapis pondasi agregat (Sub-Base) atau,
bila memungkinkan sebagai dasar perkerasan. Sub-Grade harus
mencakup sepenuh lebar badan jalan termasuk bahu jalan dan
pelebaran setempat atau daerah-daerah terbatas semacam itu
seperti tampak pada Gambar atau sesuai dengan instruksi Konsultan
Pengawas. Pekerjaan penyiapan tanah dasar dilaksanakan bila
pekerjaan lapis pondasi agregat sudah akan segera dilaksanakan.
Lapisan tanah dasar berfungsi sebagai tempat perletakan
lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan
diatasnya. Menurut spesifikasi, lapisan paling atas dari timbunan
badan jalan setebal 30 cm rencana.

3.3.2.1 Galian Tanah Dasar


Alat yang digunakan:
1. Excavator
2. Dump Truck
48

Penggalian yang dilakukan dilokasi proyek menggunakan alat


berat berupa excavator untuk mengupas tanah asli yang
kedalamannya bervariasi hingga mencapai 2m.
Lingkup pelaksanaan pekerjaan galian tanah dasar yaitu:
1. Penggalian dan pengangkatan galian menggunakan excavator,
kemudian diangkut dengan dump truck menuju lokasi yang telah
ditentukan di luar proyek.
2. Galian tanah dilakukan dengan kedalamanan yang telah
ditentukan hingga mencapai elevasi sesuai spesifikasi dan
gambar kerja.
3. Selama proses penggalian berlangsung akan diberikan tanda-
tanda peringatan disekeliling galian sesuai prosedur K3.
4. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, tanah hasil galian dapat
dijadikan sebagai tanah timbunan jika tanah galian dianggap
memenuhi kriteria yang berdasarkan data-data tertentu yang
sesuai dengan RKS.

Gambar 3.3. Pekerjaan Galian Tanah Dasar

3.3.2.2 Pekerjaan Timbunan


Pekerjaan timbunan dan lapisan tanah dasar (subgrade)
merupakan suatu pekerjaan utama dalam sebuah pembangunan
Jalan Tol Pejagan – Pemalang Seksi 3 dan 4 (Sta 290+250 –
300+700 dan Sta. 300+700 - 327+604). Lapisan tanah dasar
tersebut berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan
dapat mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya atau sesuai
dengan daya dukung tanah tersebut (CBR).
Dalam pekerjaan ini lokasi quarry digunankan untuk
mensuplai material timbunanan yang harus memenuhi kebutuhan
49

total tanah timbunan yang akan digunakan. Material timbunan yang


terletak di quarry akan diangkut dengan dump truck menuju lokasi
yang akan ditimbun. Jika material timbunan sudah tiba dilokasi yang
akan ditimbun, maka selanjutnya akan melakukan proses
penghamparan material.
Timbunan pada lokasi proyek dilakukan mencapai kedalaman
2m, secara bertahap sebanyak 8 (delapan) kali, dengan kedalaman
per-layernya 0,25m.

Alat dan bahan yang digunakan:


1. Excavator
2. Dump Truck
3. Bulldozer
4. Sheep foot roller
5. Vibro roller
6. Lime stone
7. Tanah merah

Tahapan pelaksanaan pekerjaan timbunan yaitu:


1. Tanah dasar dilapisi lime stone dengan ketebalan 20-90 cm,
lime stone diangkut dan ditempatkan dititik yang telah ditentukan
menggunakan dump truck.

Gambar 3.4. Ketebalan Lime Stone

2. Melakukan penghamparan dan pemerataan menggunakan


dozer.
3. Setelah lime stone dihamparkan secara merata, kemudian
dipadatkan menggunakan vibro roller dengan tingkat kepadatan
yang sesuai dengan kriteria spesifikasi teknis.
50

Gambar 3.5. Pemadatan tanah dasar yang dilapisi lime stone

4. Material timbunan berupa tanah merah yang terletak di quarry


diangkut menggunakan dump truck menuju lokasi pekerjaan.
Lalu dihampar dengan dozer.

Gambar 3.6. Pengangkutan tanah dari quarry

Gambar 3.7. Penghamparan tanah dasar oleh dozer

5. Melakukan pemadatan tahap pertama dengan menggunakan


sheep foot roller dan dilakukan 8 passing, dengan getaran roda
9000 rpm serta kecepatan 5 km/jam. Tujuan dari penggunaan
sheep foot roller ialah untuk menguraikan tanah yang
menggumpal, juga berfungsi untuk menyatukan tanah timbunan
pada layer sebelumnya dengan tanah timbunan pada layer
selanjutnya. Dalam proses timbunan ataupun pemadatan
51

ketebalannya tidak boleh lebih dari 25 cm dengan kepadatan


seragam.

Gambar 3.8. Pemadatan Tahap Pertama

6. Pemadatan tahap kedua dengan menggunakan vibro roller agar


tanah menjadi lebih padat dan material saling mengisi rongga
sehingga tidak ada ruang untuk masuk jalan air kedalam
perkerasan yang nantinya akan berpengaruh untuk konstruksi
jalan tersebut.

Gambar 3.9. Pemadatan Tahap Kedua

7. Pembuatan marking layer per 25 cm, sebagai acuan


pelaksanaan timbunan. Total layer ada 8. Dengan ketebalan
bervariasi yang maksimal timbunan 2 m.

Gambar 3.10. Marking Layer


52

8. Melakukan pengujian sandcone pada masing-masing batasan


area.

Gambar 3.11. Pengujian Sand Cone

Gambar 3.12. Detail Ketebalan Timbunan

3.3.2.3 Uji Kepadatan (Sand Cone)


Uji kepadatan (sand cone) dilakukan untuk mengetahui atau
menentukan kepadatan lapisan tanah dengan cara pengukuran
volume lubang secara langsung. Untuk menjamin bahwa proses
pemadatannya dapat dilakukan dengan seragam dan memenuhi
persyaratan.

Alat dan bahan yang digunakan untuk pengujian sand cone


yaitu:
1. Botol transparan untuk tempat pasir kwarsa dengan isi kurang
lebih 4 liter.
2. Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.
3. Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan
lubang bergaris tengah 16,51 cm.
4. Peralatan kecilnya yaitu :
5. Palu, sendok, kuas, pahat, dan peralatan untuk mencari kadar
air.
53

6. Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai


1,0 gram.
7. Satu timbangan dengan kapasitas 500 gram ketelitian sampai
0,1 gram.

Tahapan pengujian sand cone yakni:


1. Menentukan volume isi botol
2. Timbang alat (botol + corong = gram )
3. Menentukan berat isi pasir
4. Letakkan alat dengan botol dibawah pada dasar yang rata, tutup
kran kemudian isi corong tersebut dengan pasir secara pelan-
pelan.
5. Bukalah kran isi botol sampai penuh dan dijaga agar selama
pengisian, corong selalu terisi paling sedikit setengahnya.
6. Tutup kran, bersihkan kelebihan pasir diatas kran dan timbang
(W3 gram).
7. Menentukan berat pasir dalam corong :
8. Isi botol dengan pasir secara pelan-pelan dan secukupnya
kemudian ditimbang (gram).
9. Letakkan alat dengan corong dibawah pada plat corong, pada
dasar yang rata dan bersih.
10. Bukalah kran secara pelan-pelan sampai pasir mengalir.
11. Tutup kran dan timbang alat yang berisi sisa pasir (gram).
12. Hitung berat pasir pada corong.
13. Menentukan berat isi tanah.
14. Isi botol dengan pasir secukupnya.
15. Tentukan tempat pengujian yang tepat.
16. Ratakan permukaan tanah yang akan diperiksa atau diuji,
letakkan plat corong pada permukaan yang telah rata tersebut
dan kokohkan dengan paku pada keempat sisinya.
17. Galilah lubang dengan kedalaman 12 – 15 cm (tidak melampaui
tebal hamparan padat) menggunakan pahat dan palu.
54

18. Seluruh tanah hasil galian dimasukkan kedalam kaleng yang


tertutup dan telah diketahui beratnya, kemudian ditimbang
kaleng tersebut beserta tanahnya.
19. Timbang alat dan pasir didalamnya.
20. Letakkan alat pada tempat ke II, corong dibalikkan kebawah
diatas plat,buka kran pelan-pelan sehingga pasir masuk kedalam
lubang.
21. Setelah pasir berhenti mengalir, kran ditutup kembali dan
timbang alat tersebut dengan sisa pasirnya (gram).
22. Ambil tanah sedikit dari kaleng untuk menentukan kadar air W %.

Gambar 3.13. Alat Uji Sand Cone

Perhitungan test sand cone:


1. Isi botol = berat isi = (W2-W1) cm3
2. Berat isi pasir = (Wa-W1)/(W2-W1) gram
3. Berat pasir dalam corong = (W4-W5) gram
4. Berat sisi pasir dalam lubang = (W6-W7)-(W4-W5) gram
5. Isi lubang = (W10/P) x Ve cm3
6. Berat tanah = (W8-W9) gram
7. Berat isi tanah = (W8-W9)/We = gram/cm3
8. Berat isi tanah kering

γ x 100
γ=
100+W

9. Derajat kepadatan dilapangan


55

γd Lap
D= x 100 %
γd Lab

Pengujian tes sand cone dilakukan pada setiap perlayer atau


setelah selesai pekerjaan pemadatan secara terus menerus untuk
mengetahui kadar tanah layer ke-1, ke-2, ke-3 dan seterusnya
sampai pada Finishing Grid.

3.3.3 Lapis Pondasi Agregat Kelas A


Agregat kelas A merupakan butiran batu pecah, kerikil, pasir
atau mineral lainnya, baik hasil alam ataupun buatan. Fungsi dari
agregat ini adalah sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk
mendukung dan menyebarkan beban roda, mencegah tanah dasar
masuk kedalam lapisan pondasi. Pada agregat kelas A ini memiliki
ukuran lolos ayakan ASTM 1” (25,0 mm) untuk konstruksi lapis
pondasi bawah dengan beban tinggi.
Pekerjaan ini harus meliputi pengadaan, pemrosesan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan, pemadatan agregat
batu pecah yang bergradasi diantara lapisan sub-grade dan
perkerasan beton semen, sebagaimana tercantum dalam Gambar
dan atau diarahkan oleh Konsultan Pengawas.

Alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:


a. Wheel Loader
b. Dump Truck
c. Motor Grader
d. Vibrator Roller
e. Water Tank Truck
f. Agregat Kelas A

Tahapan pelaksanaan pekerjaan lapisan pondasi agregat


kelas A yaitu:
1. Persiapan
56

Melakukan pengangkutan agregat ke lokasi menggunakan


Dump Truck.

2. Penghamparan
Lapis Pondasi Agregat dihamparkan dengan
menggunakan Bulldozer dan dibantu dengan Motor Grader.

3. Pemadatan
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir,
setiap lapisan harus dipadatkan sepenuhnya dengan Vibro
Roller. Permukaan yang telah selesai, harus padat dan rata.
Kelembaban material tersebut harus merata secara
keseluruhan. Material kerikil untuk lapis pondasi agregat (sub-
base) harus dihamparkan merata sehingga ketebalannya setelah
dipadatkan tidak lebih dari 25 cm.

Gambar 3.14. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

3.3.4 Wet Lean Concrete (Lantai Kerja)


Lean concrete atau disebut LC ini adalah lantai kerja untuk
pekerjaan rigid pavement. Sehingga lapisan ini bukan termasuk
lapisan struktur. Fungsinya sebagai lantai kerja agar air semen tidak
meresap ke dalam lapisan bawahnya. Tebal LC 10 cm. LC pada
dasarnya terbuat dari beton dengan mutu K175.
Pengerjaan Wet Lean Concrete dibagi menjadi segmen-
segmen pengerjaan, untuk lebar segment disesuaikan dengan
posisi.
57

Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan penghamparan


LC ialah:
1. Truck Mixer
2. Papan Bekisting
3. Pelastik Bekisting
4. Vibrator
5. Concrete Paver

Sebelum pada tahap penghamparan LC, terlebih dulu


melakukan pengujian dengan metode slump beton. Ini bertujuan
untuk mengetahui konsistensi/kekakuan dari campuran beton segar
(fresh concrete).
Pengujian slump beton ini dilakukan setiap kedatangan truk
pembawa wet lean concrete tersebut (opsional).
Peralatan yang digunakan untuk pengujian slump beton yakni:
1. Cetakan berupa kerucut terpancung berdiameter 25 cm dan
diameter atas 10 cm dengan tinggi 20 cm, bagian bawah dan
atas tebuka, bahan cetakan terbuat dari logam besi yang tidak
tembus air.
2. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm yang
terbuat dari baja tidak berkarat dengan ujung yang berbentuk
bulat.
3. Plat logam rata dengan permukaan dan kedap air
4. Sendok mortal cekung.
5. Meteran.

Tahapan pengujian slump beton:


1. Membasahi cetakan dan plat alas dengan kain basah.
2. Mengisi cetakan sampai penuh dengan beton segar sebanyak 3
(tiga) lapis.
58

3. Setiap lapis beton ditusuk-tusuk menggunakan tongkat sebanyak


25x tusukan, untuk mencegah adanya rongga udara yang
terjebak pada cetakan.
4. permukaan beton uji dengan tongkat, kemudian cetakan di
angkat dan diletakkan disamping beton uji.
5. Mengukur beton yang telah diuji menggunakan meteran dengan
menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi rata-rata
benda uji.
6. Jika hasil pengujian tinggi slump rata- rata 5 cm. Maka beton K
125 tersebut memenuhi standar, dan siap digunakan.

Gambar 3.15. Ilustrasi Proses Uji Slump

Tahapan pelaksanaan pekerjaan penghamparan LC yakni:


1. Pemasangan papan bekisting sebagai acuan.
2. Penghamparan wet lean concrete menggunakan truk mixer.
3. Meratakan LC menggunakan vibrator dan concrete paver.
4. Setelah LC teraplikasikan secara merata dan mengering, papan
bekisting dilepas.
5. Kemudian plastik bekisting dipasang dengan hati-hati agar tidak
sobek, dan harus dipaku ke permukaan lean concrete agar tidak
mudah tergulung akibat tertiup angin, plastik bekisting dipasang
overlap dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm
pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
59

.
Gambar 3.16. Tahap Penghamparan Wet Lean Concrete

3.3.5 Pekerjaan Perkerasan


3.3.5.1 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)
Pekerjaan rigid adalah pekerjaan yang berbobot besar dalam
kontrak dan termasuk pekerjaan utama pada jalan Tol. Beton yang
digunakan menggunakan kelas mutu P (K450), dengan tebal 30 cm.
Proses pengecoran beton rigid ini menggunakan bantuan alat berat
Wirgent dan GNZ. Kedua alat berat tersebut termasuk alat khusus
untuk menggelar dan memadatkan beton.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas perkerasan
jalan beton ini adalah mutu beton dan pelaksanaan. Beton harus
benar-benar terjaga mutunya sampai di lokasi pengecoran. Syarat
slump yang digunakan adalah 4 - 6 cm. Apabila terlalu encer Wirgent
tidak bisa menggelar dan memadatkan beton dengan baik sehingga
kualitasnya pun berpengaruh. Metode pelaksanaan di lapangan juga
akan berpengaruh terhadap hasil rigid pavement. Diperlukan tenaga
kerja yang berpengalaman dan mengerti penggunaan alat wirgent.
Pekerjaan perkerasan kaku dalam metode pelaksanaan ini
menggunakan alat Slipform Concrete Paver. Hasil pekerjaan rigid
akan diuji di laboratorium dan harus sesuai dengan spesifikasi.
Benda uji akan diuji kuat lenturnya dan kuat tekannya.
60

Alat dan bahan yang ada pda pekerjaan rigid pavement yakni:
1. Slipform concrete paver
2. Truck mixer
3. Wheel excavator
4. Groover
5. Plastik Bekisting
6. Tulangan dowel
7. Batang pengikat tie bar
8. Beton Ready Mix

Tahapan pekerjaan Rigid Pavement adalah sebagai berikut :


1. Persiapan Alat Paver (paver with dowel bar inserter) pada lokasi
yang akan dilakukan pekerjaan rigid pavement.
2. Pekerjaan persiapan lahan rigid yang meliputi : penyiapan jumlah
dowel sesuai dengan panjang area yang akan dirigid (per 100 m
= 299 buah), persiapan tenda untuk melindungi area yang akan
dilaksanakan pekerjaan rigid dan persiapan alat untuk curing.
3. Pengukuran dan pengecekan elevasi rigid serta pemasangan
slink pada tepi area yang akan dilaksanakan pekerjaan rigid.
4. Pendatangan truck mixer sebelum dilakukan pekerjaan rigid.
5. Selanjutnya dilakukan bekisting tepi pada ujung awal
pelaksanaan rigid dan ujung akhir pelaksanaan rigid. Untuk
bekisting per 400 m’ telah di buat block out agar dowel yang
dipasang pada jarak 400 m’ dapat dikaitkan dengan bekisting,
sedangkan pada sisi satunya dipasangi dudukan agar dowel
dapat terpasang. Untuk pelaksanaan per 4,5 m’ menggunakan
dowel bar inserter yang merupakan satu bagian dengan paver
machine.
6. Pengecekan ulang string line sebagai pengaturan ketebelan/grid
control yang dipasang memanjang ditepi hamparan, hal ini
berguna agar ketinggian terhadap permukaan awal/lean concrete
61

sesuai dengan ketebalan hamparan yang direncanakan yaitu 30


cm.
7. Setting dan pemasangan alat power paver pada string line,
sensor inilah yang akan menentukan kerataan permukaan dan
ketinggian rigid.
8. Kemudian penghamparan beton readymix dari truck mixer ke
area yang telah disiapkan lalu diratakan dengan wheel excavator
yang berada di sisi samping area pelaksanaan rigid (wheel
excavator tidak berada dalam satu jalur dengan dump truck).
Setelah diratakan paver akan bergerak dan waktu yang
diperlukan untuk paver saat melaksanakan rigid yaitu 0 - 1
meter/menit dengan lebar area 4,5 meter.

Gambar 3.17. Penghamparan beton readymix

9. Setelah beton readymix dihamparkan lalu dipadatkan dengan


menggunakan 16 hidrolik vibrator yang telah ada pada paver.
Lalu diratakan dengan menggunakan super smoother yang
terdapat di salah satu sisi paver.
10. Pada jarak per 5 m akan di pasangkan dowel dan tie bar dengan
menggunakan dowel bar inserter dan tie bar inserter yang
merupakan salah satu bagian paver.
62

Gambar 3.18. Deatail Pemasangan Dowel

Gambar 3.19. Detail Pemasangan Tie Bar


63

11. Jika penghamparan menggunakan slipform paver hasilnya tidak


sempurna, maka disempurnakan secara manual.
12. Setelah usia beton sekitar 1-2 jam, dilakukan proses grooving
(pembuatan alur) menggunakan sisir beton dengan menyisir
tegak lurus searah sumbu jalan.

Gambar 3.20. Proses Grooving

13. Setelah 12 jam, dilakukan proses cutting persegmennya 5 meter.


14. Melakukan curing tiga kali sehari dengan menggunakan curing
compound agar proses hidrasi dapat berlangsung sempurna
selama seminggu. Area yang telah diberi curing compound
terlebih dahulu ditutup dengan menggunakan plastic sheet/terpal
agar water content dalam beton dapat terjaga.
15. Setelah proses curring selesai dikerjakan selama 1 minggu
kemudian bekisting baru bisa dilepas.

Gambar 3.21. Cutting pada Segmen yang Ditentukan

16. Setelah bersih daerah cutting diisi dengan material sealent. Pada
perkerasan kaku sambungan antar segmen umumnya
64

menggunakan campuran aspal emulsi atau sealant untuk


mereduksi pergerakan akibat pemuaian.

Gambar 3.22. Pengaplikasian sealent

17. Pengerjaan Rigid dibagi menjadi segmen – segmen pengerjaan,


untuk lebar segmen disesuaikan dengan posisi pengerjaan.

Gambar 3.23. Segmen Pengerjaan Rigid Pavement


65

Gambar 3.24. Typical Konstruksi Rigid Pavement


3.4 PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN
Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan, selalu ada hambatan
atau penyebab terjadinya keterlambatan dari jadwal yang ditetapkan,
keterlambatan tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang
kemudian berdampak pada pelaksanaan pekerjaan. Faktor yang
menghambat proses pekerjaan proyek yakni:
1. Faktor cuaca
Alam memang tidak bisa ditebak meskipun dunia semakin
modern dengan adanya alat prakiraan cuaca tetap tidak 100%
akurat, bila cuaca sedang buruk atau turun hujan pekerjaan
harus dihentikan.
2. Kerusakan pada Alat Berat
Maintenance pada alat berat memerlukan waktu yang tidak
sebentar. Sehingga pekerjaan yang membutuhkan alat berat
menjadi terhenti sementara sampai alat berat dapat digunakan
kembali.
3. Keterlambatan Material
Keterlambatan materialpun dapat terjadi akibat dari kerusakan
alat berat seperti dumptruck yang mengangkut lime stone dan
atau tanah merah dari quarry menuju proyek menjadi terhambat.

Dalam pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Jalan Tol


Pejagan – Pemalang Seksi 3 dan 4 (STA.290+250-300+700 dan
STA.300+700-327+604) mengalami keterlambatan dari Time
Schedule.

Anda mungkin juga menyukai