Anda di halaman 1dari 29

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN
PEMBUATAN SUMUR UJI AIR TANAH UNTUK AIR BAKU DI KAB. KLATEN

I. GAMBARAN UMUM
Lokasi Pekerjaan Pembuatan Sumur Uji Air Tanah Untuk Air Baku di Kab. Klaten
II. LINGKUP PEKERJAAN
A. PEKERJAAN PEMBORAN
B. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN KERANJANG
PENGAMAN SUMUR

A. PEKERJAAN PEMBORAN
1. LINGKUP / JENIS PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan secara garis besar dikelompokan dalam :
1.1. Pekerjaan Pemboran.
1.2. Pekerjaaan Pemompaan uji.

2. PERALATAN UTAMA, PERALATAN BANTU DAN MATERIAL


PEMBORAN
2.1. Umum
Penyedia Jasa harus menggunakan peralatan utama, peralatan bantu dan
material (bahan-bahan) pemboran yang dibutuhkan untuk konstruksi dan
pengujian sumur adalah milik sendiri atau peralatan sewa.

2.2. Karakteristik Teknik Peralatan Utama dan Kapasitas Peralatan.


2.2.1. Mesin Bor
a. Mesin bor yang digunakan adalah tipe mesin bor putar (rotary
Drilling Rig) untuk pemboran air tanah dengan sistem sirkulasi
lumpur langsung (direct circulation mud flush). Dengan dilemgkapi
Hidrolis pada Pull Up dan Pull Down.
b. Ukuran dan kapasitas mesin bor harus sesuai dengan ketentuan
berikut ini :
- Kapasitas : Stang bor 150 m, diameter minimal Ø 2
7/8“.
- Menara : Tinggi minimum 8 m dengan kekuatan
menahan beban 12.000 kg. Kaki menara
menyatu dengan landasan mesin bor.
- Draw work : Kapasitas 3.500 kg single line dan 150 m
kawat sling Ø 16 mm.
- Rotaray table : Mampu memutar stang bor 2 7/8” dan
Spindle Torque memasang casing 24”.
- Power unit : Sesuai dengan karakteristik mesin bornya.
Dengan spindle berukuran 2 7/8“.
c. Mesin bor dipasang dalam bentuk skid mounted, truck atau tractor
mounted.
2.2.2. Mud Pump (Pompa Lumpur)
Pompa lumpur untuk sirkulasi pemboran harus berupa pompa lumpur
duplek/triplex piston (double action piston), dengan kapasitas riil
minimal 500 L/menit dan tekanan kerja 20 kg/cm2 atau digunakan dua
pompa duplek piston seperti diatas yang digabung paralel bila ditentukan
oleh Koordinator lapangan. Masing masing Drilling Rig harus dilengkapi
dengan tersedianya Pompa Duplek Piston lengkap dengan mesin
penggerak, selang dan perlengkapan lain yang sesuai, Pompa Duplek
Piston harus mampu mencampur bentonite/lumpur pemboran/bahan
aditive sehingga menghasilkan suspensi atau larutan yang merata tanpa
ada koagulasi atau penggumpalan.
2.2.3. Kompresor Udara
Kapasitas minimal untuk kompresor udara yang diijinkan dipakai adalah
350 CFM dengan tekanan kerja 120 psi.
2.2.4. Kondisi dan Sewa Peralatan
Semua peralatan tersebut di atas harus terbukti dalam kondisi baik dan
siap pakai dan harus mendapat persetujuan dari Tim Koordinator
lapangan yang ditunjuk oleh PPK Pendayagunaan Air Tanah - SNVT
Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Bengawan Solo - Balai Besar
Wilayah Sungai Bengawan Solo yang akan memeriksa dan dituangkan
dalam Berita Acara Pemeriksaan (apabila penyedia jasa ditunjuk sebagai
pemenang).
Peralatan-peralatan sewa harus didukung oleh pernyataan tertulis
bermaterai dari pemilik peralatan.

2.3. Peralatan dan Peralatan Bantu


2.3.1. Marsh Funnel dan Mud Balance
Alat Marsh Funnel dan Mud Balance atau Mud Kit, mutlak harus selalu
disediakan di lokasi pemboran agar selalu dapat dilakukan pengecekan
sifat lumpur setiap saat.
2.3.2. Stang Bor
Setiap mesin bor harus dilengkapi dengan stang bor konvensional
berdiameter minimal 2 7/8” dengan total panjang tidak kurang dari 150 m.
Stang bor harus lurus dan dilengkapi sambungan dalam kondisi baik dan
aman dipakai.
2.3.3. Drill Collar dan Sub
Rangkaian pipa bor (Drill String) harus dilengkapi dengan minimum satu
buah Drill Collar ukuran 4” x 3 m atau satu buah ukuran 6” x 3 m, lengkap
dengan kombinasi sambungan (Sub) yang sesuai.
2.3.4. Mata Bor (Drill Bit)
Harus tersedia dalam jumlah cukup Rock Roller Bit dengan ukuran
diameter antara 8” sampai 16” dan wing bit ukuran 17” dan 24” yang telah
disetujui Koordinator lapangan dan harus selalu tersedia dilokasi
pemboran.
2.3.5. Mesin Las
Mesin las listrik kapasitas minimum 300 Ampere, dan las karbit lengkap
dengan alat pemotongnya yang disetujui Koordinator lapangan harus selalu
tersedia dilokasi pemboran.

2.4. Peralatan Penyempurnaan Sumur / Development


Peralatan Penyempurnaan Sumur / Development untuk tiap Rig terdiri
atas:
a. Double Swabbing Block Ø 6”;
b. Single Swabbing Block Ø 6”;
c. Rising pipe Ø 3” lengkap dengan pipa air line dan fitting.

2.5. Peralatan Pemompaan Uji


Peralatan utama pemompaan uji yang harus disediakan oleh Penyedia Jasa
terdiri dari :
a. Pompa selam (Submersible) dengan kapasitas minimum 5 l/dt dengan
Head min 50 m semuanya lengkap dengan masing masing genset atau
mesin penggeraknya;
b. Alat ukur tinggi muka air dengan akurasi 1 cm (dengan sistem elektrik);
c. Alat ukur debit air : Orifice Weir dan V-notch;
d. Termometer, pH meter, EC meter, Sand Containt.
Peralatan tersebut harus didukung dengan penyediaan alat bantu (tool)
kunci kunci, kunci pipa, kunci rantai, klem-klem pipa berbagai ukuran
yang sesuai dalam pekerjaan ini.
Untuk peralatan pemompaan uji tersebut minimum masing - masing harus
disediakan 2 (dua) unit yang disetujui Koordinator lapangan.

3. BAHAN DAN MUTU BAHAN


a. Syarat-syarat dan Mutu Bahan-bahan Bangunan atau bahan yang digunakan
dalam pelaksanaan kontrak ini, harus memenuhi Standar Nasional Indonesia
(SNI), atau Standar lain yang disetujui Koordinator Lapangan (API, DIN dsb)
serta Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI);
b. Bahan-bahan yang gunakan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tercakup dalam
kontrak harus didatangkan sendiri oleh Penyedia Jasa atau dengan
memanfaatkan Pengusaha Pengadaan Material / Leveransir;
c. Bahan-bahan atau produk fabrikasi yang akan dipasang maupun digunakan
dalam pelaksanaan kontrak ini, diutamakan menggunakan Produksi Dalam
Negeri;
d. Bahan-bahan tambang yang bukan hasil produk fabrikasi harus diambil dari
lokasi lokasi pengambilan yang telah diajukan dan telah disetujui oleh
Koordinator Lapangan;
e. Peralatan mesin yang digunakan di lapangan harus menggunakan jenis Bahan
Bakar Minyak (BBM) non subsidi;
f. Bahan-bahan yang telah didatangkan ke lapangan oleh Penyedia Jasa, dan
setelah dilakukan pemeriksaan terhadapnya ternyata tidak memenuhi syarat
atau tidak sesuai dengan contoh bahan yang telah diserahkan sebelumnya
kepada Koordinator Lapangan, tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan atau dibuang dari lokasi pekerjaan dalam waktu yang
ditetapkan dalam Surat Perintah yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen;
g. Semua Peralatan dan bahan yang akan dipakai dan diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
h. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau paling lambat dalam waktu
sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Mulai Kerja, Penyedia Jasa harus
melakukan tindakan Mobilisasi Peralatan dan bahan, menyiapkan personil,
kantor lapangan dan keperluan lainnya serta harus melaporkan secara tertulis
kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

4. JALAN MASUK KE LOKASI PEMBORAN


Apabila jalan masuk ke lokasi tidak memungkinkan untuk dilalui peralatan atau
mobilisasi, maka Penyedia Jasa harus mengupayakan agar jalan masuk tersebut
dapat dilalui peralatan serta mobilisasi pemboran, termasuk perijinan yang
diperlukan untuk itu. Biaya jalan masuk dan perijinan ke lokasi pemboran perlu
diperhitungkan dalam harga penawaran.
Jalan masuk harus dipelihara dengan baik selama masa pelaksanaan pekerjaan
sampai penyerahan pekerjaan. Jalan masuk kelokasi pemboran harus dijaga sebaik-
baiknya dan apabila terjadi kerusakan akan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Jalan masuk yang bersifat sementara, harus dipulihkan kembali jikalau seluruh
pekerjaan sudah selesai, jika ada, termasuk ganti rugi

5. PEMELIHARAAN LOKASI
Bila tidak ditentukan lain, Penyedia Jasa harus memelihara keadaan lokasi, pipa-
pipa saluran, Jaringan-jaringan kabel, air minum, irigasi, pohon jalan, bangunan-
bangunan, dan lain-lain.
Bila pemboran telah selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus mengembalikan lokasi
maupun jalan masuk yang bersifat sementara menjadi seperti keadaan semula dan
membayar ganti rugi atas biaya sendiri jika terjadi kerusakan.

6. KEAMANAN DAN KESEHATAN


a. Penyedia Jasa harus mengusahakan dan memelihara serta menjaga keamanan
umum disekitar lokasi pekerjaan;
b. Penyedia Jasa harus memasang rambu-rambu yang diperlukan dan
perlengkapan lainnya guna memberikan keselamatan dan keamanan umum
disekitar lokasi pekerjaan;
c. Penyedia Jasa serta seluruh pekerjanya dan orang-orang yang terkait dengan
pelaksanaan kontrak, atas tanggung jawab Penyedia Jasa harus menjaga
kelestarian alam / lingkungan hidup agar tetap terjaga baik;
d. Penyedia Jasa harus memberikan jaminan kesehatan serta asuransi kepada
semua staf, pekerja, dan personil yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
kontrak ini;
e. Pekerja yang terlibat dalam pekerjaan ini wajib menggunakan alat alat
pengaman diri umum, antara lain helm, sepatu kerja lapangan, sabuk pengaman,
kaca mata las khusus untuk tukang las dll. yang disediakan atas tanggung jawab
dan biaya Penyedia Jasa tanpa adanya biaya khusus / tambahan dalam kontrak
ini;
f. Penyedia Jasa harus menyiapkan obat-obatan dan peralatan kesehatan lainnya
guna memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan;
g. Jika terjadi sesuatu atau segala hal yang berhubungan dengan kejadian
gangguan keamanan, kesehatan dan keselamatan, Penyedia Jasa harus segera
mengambil tindakan pertama yang diperlukan dan harus segera melaporkan
secara tertulis kepada Koordinator Lapangan.

7. KANTOR LAPANGAN
a. Penyedia Jasa harus menyediakan ruangan atau Bangunan / Kantor Lapangan,
dapat dengan cara sewa atau dengan membuat bangunan sementara untuk
keperluan pelaksanaan kontrak, jika tidak ditetapkan secara terpisah / tersendiri
dalam daftar kuantitas dan harga, maka biaya yang ditimbulkan untuk keperluan
ini harus telah diperhitungkan dalam penawaran pada Harga Satuan Pekerjaan
untuk masing-masing Harga Satuan;
b. Letak kantor sementara ini harus diusahakan dipilih pada tempat yang mudah
jangkauannya dan dapat mewakili dari semua lokasi pekerjaan;
c. Kantor Lapangan harus dilengkapi dengan perabotan secukupnya untuk
keperluan kegiatan administrasi pelaksanaan pekerjaan;
d. Penyedia Jasa jika perlu harus membuat bangunan sementara tambahan lainnya
guna menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan;
e. Penyedia Jasa harus membuat minimum 1 (satu) buah Papan Nama Proyek dan
penempatannya sesuai dengan petunjuk Koordinator lapangan;
f. Jika tidak ditetapkan secara terpisah/tersendiri, semua biaya yang diperlukan
untuk kegiatan pekerjaan sementara, papan nama dan pekerjaan bantu lainnya
harus telah diperhitungkan dalam penawaran dalam harga satuan pekerjaan
untuk masing-masing jenis pekerjaan;

8. PEMBERITAHUAN MULAI PEKERJAAN


Selambat – lambatnya satu hari sebelum mulai pekerjaan Penyedia Jasa harus
memberitahu secara tertulis kepada Koordinator lapangan. Jika peralatan dan
bahan yang diperlukan masih belum lengkap, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan
kegiatan pemboran, termasuk melaksanakan pekerjaan utama (pemasangan casing
dan pemasangan saringan, gravel packing, pencucian sumur, pemompaan uji dan
lain-lain).

9. PENGHENTIAN PEKERJAAN PEMBORAN


Pekerjaan dapat diberhentikan oleh Koordinator Lapangan jika terbukti Penyedia
Jasa mengabaikan instruksi dalam pelaksanaan pekerjaan, metode pelaksanaan,
atau ketidaksesuaian dalam penyediaan fasilitas, peralatan dan material sesuai
dengan spesifikasi teknik yang telah ditentukan sebelum dimulai pekerjaan
pemboran.
10. PENYELESAIAN PEKERJAAN PEMBORAN
Pekerjaan harus diselesaikan paling lambat dalam waktu 90 (Sembilan Puluh) hari
kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan.

11. PENYELESAIAN SURAT IJIN PEMBORAN


Penyedia Jasa harus menyelesaikan pengurusan Surat Ijin Pemboran (SIP) untuk
masingmasing sumur pada Instansi yang berhak menerbitkan SIP tersebut dengan
biaya yang sudah diperhitungkan dalam harga penawaran.

12. JENIS SUMUR


Pemboran yang akan dilaksanakan adalah untuk sumur produksi baru, desain
standar konstruksi sumur berdasarkan pada data hasil litologi dan Logging
geofisik.

13. PEMASANGAN MESIN BOR


Untuk memperoleh hasil pemboran yang optimal dan keselamatan kerja, sebelum
memulai kegiatan pemboran, mesin bor harus ditempatkan dengan hati hati diatas
landasan yang kuat untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan
terhadap personil tenaga kerja pemboran maupun umum.

14. LINGKUP PEKERJAAN UTAMA


Lingkup Pekerjaan utama terdiri dari Pemboran, Konstruksi, Development,
Pemompaan uji :
a. Penyedia Jasa harus sudah mulai mobilisasi mesin bor dan peralatan
pendukungnya secara lengkap selambat-lambatnya 4 (empat) hari setelah Surat
Perintah Mulai Kerja diterbitkan pada lokasi yang telah ditentukan;
b. Penyedia Jasa harus melaksanakan pemboran sesuai gambar perencanaan dan
sesuai spesifikasi teknik;
c. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan hasil log litologi, log penetrasi dan
log geofisik maupun data sumur terdekat;
d. Pekerjaan pemboran yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa kalau tidak
ditentukan lain oleh Koordinator Lapangan, maka pemboran akan dilakukan
dengan metoda Direct Circulatian Mud Flush;
e. Secara umum urutan pekerjaan pemboran sumur adalah sebagai berikut:
- Mobilisasi Peralatan, Bahan dan Personil;
- Persiapan site dan persiapan pekerjaan;
- Pemasangan mesin Bor;
- Pemboran lubang konduktor;
- Pemasangan pipa konduktor;
- Pemboran lubang pandu;
- Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur dan mengurani kekentalan
lumpur;
- Logging Resistivity dan Self Potential atau bila perlu dengan Gamma Ray
untuk menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan pembawa air (akuifer);
- Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur dari awal lubang hingga
dasar lubang untuk persiapan pemasangan pipa konstruksi sumur;
- Pemasangan bottom plug, dan pipa produksi;
- Penempatan gravel pack ke dalam rongga di sekeliling pipa produksi;
- Development sumur;
- Logging Electric Conductivity (EC), untuk mengetahui kualitas air (jika
diperlukan);
- Logging Flow Meter untuk mengetahui sumber dan debit artesis (jika
diperlukan);
- Pengujian ketegaklurusan pipa jambang;
- Pengisian semen atau grouting kedalam rongga disekeliling pipa jambang;
- Pembongkaran mesin bor;
- Pelaksanaan pemompaan uji : uji pendahuluan, step drawdown - minimal 3
step, long periode dan recovery;
- Pengambilan contoh air untuk analisa kualitas air;
- Pemasangan tutup sumur, kunci, patok tanda nomor sumur;
- Pemulihan dan pembersihan kembali lokasi pemboran.

15. PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBORAN


15.1. Mobilisasi peralatan pemboran
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Koordinator Lapangan denah
fasilitas kontruksi setiap lokasi pemboran, rencana penguatan jembatan dan
pembuatan gorong-gorong, serta menyiapkan tempat sebagaimana
disyaratkan bagi pelaksanaan pekerjaan pemboran. Bila ditentukan oleh
Koordinator lapangan (dalam hal musim hujan, tanah lembek dan lain-lain)
lokasi pemboran harus dipadatkan dengan lapisan batu paling sedikit
ketebalannya 0.25 meter.
Penyedia Jasa bertanggung jawab mengenai ganti rugi tanaman,
pembersihan lokasi dan pemulihan lokasi ke dalam keadaan semula,
sehingga perlu diperhitungkan dalam harga penawaran. Untuk sumur redrill,
lokasi titik bor diusahakan di dalam pagar rumah pompa.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per lokasi sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat yang dipakai.
15.2. Pembuatan Mud Pit / Kolam Lumpur Pemboran
Pemboran menggunakan sistem direct circulation mud flush, Penyedia Jasa
harus menyiapkan 2 mud pit untuk sirkulasi lumpur pemboran. Tiap mud pit
berukuran kedalaman 2.0 meter, panjang 2.0 meter dan lebar 2.0 meter
dengan kemiringan dinding tertentu. Kedua mud pit tersebut harus
dihubungkan dengan saluran dengan berukuran lebar 0,3 meter dan dalam
0,3 meter. Saluran itu harus diselingi dengan dua cekungan yang berukuran
0,5 x 0,5 x 0,5 m. Bak lumpur harus dibuat dengan pasangan batu bata untuk
mencegah keruntuhan.
15.3. Penyediaan Air
Untuk keperluan pekerjaan pemboran, Penyedia Jasa diwajibkan
menyediakan air dan menjamin kelancaran penyediaannya. Mutu dan
jumlah air yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan
oleh Koordinator Lapangan.
Tidak ada pembiayaan khusus yang dapat dimintakan kepada Pihak Kesatu
untuk penyediaan air selama pekerjaan ini berlangsung, sehingga Penyedia
Jasa sudah harus memperhitungkan dan menyiapkan pembiayaan tersebut
dengan biayanya sendiri.
15.4. Rigging Up / Instalasi mesin bor
Penyedia Jasa Harus membuat landasan yang cukup kuat untuk Penempatan
Mesin Bor (Drilling Rig) agar dalam pelaksanaan pemboran tidak terjadi hal
hal yang tidak diinginkan antara lain : bergesernya Drilling Rig sehingga
titik tengah sumur juga akan bergeser, miringnya mesin bor yang
mengakibatkan lubang bor tidak tegak lurus, longsornya lubang bor dsb.
Landasan rig harus dibuat lebih tinggi, minimum 20 cm dari muka tanah
sekitar guna menghindari genangan jikalau terjadi hujan atau banjir.
Penempatan Pompa Lumpur dan Compressor udara harus diatur sedemikian
rupa sehingga operator pompa lumpur dan operator compressor dapat
tampak terlihat tanpa ada hambatan oleh operator mesin bor sehingga dapat
berkomunikasi tanpa hambatan.
Penempatan Pompa lumpur, compressor serta alat-alat bantu lainya harus
diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aktivitas kerja, namun
tetap dapat mudah dioperasikan.
15.5. Pemboran lubang konductor  18”

Pemboran lubang konduktor  18” digunakan untuk memasang pipa


konduktor permanen yang harus dipasang sampai pada minimum kedalaman
10 meter. Pipa konduktor harus terbuat dari beberapa drum oli standar 200
liter yang disusun dan disambung dengan las, kemudian disemen dari
permukaan sampai dasar pipa.
15.6. Pemboran Pilot hole  12“
Dalam pemboran lubang pandu agar diambil sample batuan pada setiap
meter pemboran termasuk memperhatikan kecepatan pemboran (penetrasi)
kekentalan lumpur pemboran (Viskositas) dan densitas serta indikasi
pergantian formasi.
15.7. Diameter pahat (mata bor)
Penyedia Jasa harus mencatat diameter pahat, tekanan pada pahat, kecepatan
putar tiap menit.
15.8. Lumpur Pemboran / Drilling Mud / Cairan Pembilas
Dalam hal pemboran menggunakan metode bor putar dengan sirkulasi
lumpur langsung (direct circulation mud flush), sifat-sifat fisik lumpur bor
harus dipertahankan dan dikontrol setiap jam dan dicatat dalam Laporan
Pemboran Harian. Perubahan sifat fisik lumpur bor yang disesuaikan dengan
kondisi batuan maupun proses pemboran dapat dilakukan melalui ijin
Koordinator lapangan. Sifat-sifat lumpur bor harus mampu menaikkan atau
mengangkat Cutting pemboran, meliputi sedikitnya : berat jenis (density),
kekentalan (viscosity), PH, Mud Viscosity, dan Density.
Lumpur pemboran (Drilling Mud), harus buatan dan packing pabrik
(fabrikasi) yang memenuhi dan mencantumkan standar API No – 13.
Selama pemboran berlangsung, sifat fisik tersebut harus dipertahankan
sesuai dengan kondisi formasi batuan yang sedang ditembus dan/atau
tekanan artesis yang mungkin akan timbul. Viskositas harus dijaga sekitar
30-40 detik Marsh Funnel, dan density dijaga pada sekitar 1,07 kg/lt. Kadar
pasir dari lumpur pemboran harus lebih kecil dari 5%.
Apabila pemboran dihentikan atau sirkulasi lumpur berhenti pada waktu
pekerjaan pemboran, maka mata bor dan stang bor (Drill String) harus
segera diangkat dari lubang sumur.
Bentonit dan mud additive yang sesuai dengan pembakuan API No. 13A,
serta additive kimia yang dapat digunakan harus memperoleh persetujuan
dari Koordinator lapangan.
Lumpur bor harus disiapkan/dicampur dengan menggunakan pompa duplek
piston dan pencampur bertekanan tinggi (pressure mixer) sampai
membentuk suspensi atau larutan, tidak terdapat gumpalan atau koagulasi
yang tidak merata.
15.9. Lost Circulation
Dalam hal terjadi lost circulation Penyedia Jasa harus memberitahu
Koordinator lapangan segera, untuk mendapat persetujuan bila akan
menggunakan cLogging additive (Lost Circulation Material), atau untuk
penyemenan, tanpa penambahan biaya dari Pengguna Jasa untuk proses
tersebut. Penyedia Jasa diharuskan dengan tepat mencatat kemajuan
pemboran bila membor di zona lost circulation, untuk dapat mengamati
setiap ada perubahan formasi batuan.
15.10. Sample Batuan / Contoh Batuan
Sample / contoh batuan diambil dari cutting hasil sirkulasi pemboran dengan
menggunakan saringan, dicuci sehingga bebas dari lumpur pemboran tetapi
tidak menghilangkan lempung yang berasal dari formasi batuan.
Pengambilan sample / contoh batuan dilakukan tiap meter kedalaman,
kemudian dimasukkan dalam kantong plastik yang ditulisi nomor sumur dan
kedalamannya, kemudian kantong plastik sample tersebut dimasukkan
kedalam kotak sample.
15.11. Kotak Sample
Kotak sample terbuat dari kayu yang berukuran panjang 120 cm dan lebar
60 cm didalamnya dibagi menjadi 50 lubang kotak kecil sample.
Kotak sample terbuat dari papan kayu minimal kualitas kayu meranti, bukan
triplek atau multiplek, dilengkapi tutup dan diberi tempat kunci serta
pegangan tempat untuk mengangkat di samping kotak.
Masing – masing sumur menggunakan satu set kotak sample (dapat terdiri
dari dua kotak atau lebih), sesuai dengan kedalamannya.
Kotak diberi label atau tulisan nomor sumur dan tahun anggaran.
15.12. Rangkaian Pipa Bor (Drilling String)
Penyedia Jasa harus menyiapkan dilokasi pemboran, satu laporan dan atau
buku induk (logbook) yang rapi dan berisi pencatat rangkaian bor berikut
diameter dan panjang semua bagian bor yang dipasang pada rangkaian bor,
yaitu panjang mata bor, stabilizer, sub-sub, Drill Collar, pipa bor, dan
seterusnya.
15.13. Penghentian Pemboran
Bila lubang bor mencapai kedalaman yang direncanakan atau pada
kedalaman yang telah ditentukan oleh Koordinator lapangan, pemboran
dapat dihentikan dengan persetujuan Koordinator lapangan. Total kedalaman
pemboran harus dicatat, diperiksa dan disetujui oleh Koordinator lapangan.
Apabila diperlukan penambahan kedalaman pemboran oleh Pengguna Jasa,
kontraktor akan melaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari
Koordinator lapangan. Semua penambahan kedalaman akan mengakibatkan
penambahan pembayaran sesuai harga satuan yang tercantumn dalam
Anggaran Biaya dalam Kontrak.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter panjang sesuai
dalam daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah
tenaga, bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

16. LOGGING GEOFISIK


Pelaksanaan Logging Geofisik harus menggunakan peralatan logger geofisik yang
computerized. Logging yang akan dilaksakan berupa Resistivity Log (R) dan Self
Potential Log (SP), bila diperlukan dapat menggunakan Gamma Ray Log atas
permintaan koordinator lapangan, prosedur Logging sebagai berikut :
1. Flushing lubang bor sampai benar – benar bersih, dinyatakan dengan sudah
tidak keluarnya serbuk pemboran (Cutting) pada permukaan;
2. Pengenceran lumpur pemboran (Drilling Mud) sehingga viskositasnya 30 – 35
second Marsh Funnel sesuai dengan peralatan Logger Geofisik yang
digunakan;
3. Pengukuran (lot) kedalaman lubang bor;
4. Dari diskripsi contoh batuan (Cutting) dan interpretasi dari Logging Geofisik
maka dapat dibuat usulan gambar desain sumur;
5. Pelaksanaan Logging Geofisik dilakukan dalam satu kali run turun dan satu kali
run naik, apabila dalam dua run naik dan turun belum mendapatkan data yang
akurat, maka pelaksanaan logger harus dilakukan berulang kali sampai
mendapatkan data yang akurat;
6. Hasil geofisik logging yang akurat adalah bilamana hasil interpretasi logging
mendekati dengan hasil interpretasi log litologi dan hasil interpretasi log
penetrasi;
7. Penyedia Jasa harus mempersiapkan sumur untuk di logging dan memberikan
laporan setelah persiapan selesai. Penyedia Jasa harus menyediakan transportasi
peralatan dan perlengkapan maupun operator logger dari maupun ke lokasi.
Transportasi harus menggunakan kendaraan tertutup bebas dari hujan, untuk
mencegah kerusakan atau gangguan pengoperasian logger;
8. Pekerjaan logging harus dihentikan sementara pada saat terjadinya hujan sangat
lebat atau banyak petir, hal itu untuk menjaga ketelitian data yang bebas dari
gangguan elektris;
9. Penyedia Jasa harus mencari informasi dalam radius maksimum 200 meter dari
lubang bor dan melaporkan pada Koordinator Lapangan apabila di sekitar
lubang bor yang di logging terdapat material bangunan atau konstruksi metalik
yang ditanam misalnya pipa besi, kabel transmisi, telepon bawah tanah, bahkan
instalasi sumur ber konstruksi metal, rel lori terpendam dan lain lainnya. Hal
tersebut mungkin akan diperlukan dalam koreksi data hasil rekaman logger;
10. Logging geofisik merupakan kegiatan yang peka terhadap shock elektrik,
sehingga pada saat dilakukan logging geofisik kegiatan yang menggunakan arus
listrik kuat harus dihentikan sementara, misalnya las listrik dan penggunaan alat
listrik arus kuat lain yang memerlukan peng-arde-an.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per lokasi sesuai dalam daftar
volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga, bahan, alat
dan perlengkapan yang dipakai.

17. DESAIN SUMUR


Segera setelah dilakukan logging geofisik, Penyedia Jasa segera membuat desain
detail dari konstruksi sumur yang meliputi :
1) Susunan rangkaian pipa – pipa pump casing, reducer, casing, screen, bottom
plug, tutup sumur, termasuk mencantumkan jenis dan ukurannya;
2) Ukuran gravel pack dan volume yang akan dipasang;
3) Kedalaman, jenis dan volume grouting yang dipasang;
4) Kolom litologi (Lithology Log), penetration log, geophysical log;
5) Data pelaksanaan meliputi :
a) Koordinat titik sumur;
b) Lokasi desa, kecamatan dan kabupaten;
c) Nomor sumur;
d) Kolom pengesahan penyedia jasa, pengguna jasa dan pengawas
supervisi;
e) Tanggal desain dibuat.

18. HOLE REAMING / PELEBARAN LUBANG BOR


Prosedur pekerjaan pembesaran lubang (hole reaming) dengan urutan sebagai
berikut:
1) Memperbesar lubang (hole reaming) dari  12” atau  14’’ dengan roller rock
bit  14’’ dari ujung pipa konduktor sampai kedalaman yang disetujui
Koordinator lapangan;
2) Dalam pelaksanaan pembesaran lubang (hole reaming) sirkulasi lumpur
dilakukan sebagai berikut :
 Lumpur pemboran (Drilling Mud), tetap harus buatan dan packing pabrik
(fabrikasi) yang memenuhi dan mencantumkan standar API No – 13
 Pemantauan sifat lumpur pada viskositasnya yang sesuai dengan formasi
yang ditembus.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter panjang sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga, bahan,
alat dan perlengkapan yang dipakai.

19. PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Pelaksanaan konstruksi baik pemasangan pipa dan screen dan gravel pack serta
perlengkapan lainya kedalam sumur tidak boleh dimulai sebelum semua peralatan
termasuk bahan-bahan (pipa-pipa, mesin las, lem, klem yang sesuai, kunci pipa dan
kunci rantai yang sesuai, baut, amplas, dsb.) siap dilapangan / siap dioperasikan.

19.1. Pemasangan Pipa dan Screen


Setelah persetujuan Koordinator lapangan, Penyedia Jasa harus
membesarkan diameter lubang bor sebagaimana diperintahkan dan
memasang casing dan screen dalam lubang bor yang telah dibesarkan
tersebut.
Sebelum rangkaian casing dan screen ini dipasang, Penyedia Jasa harus
menyirkulasi lumpur bor seperlunya sampai tidak terdapat serbuk bor/
cutting dalam sirkulasi cairan pemboran. Kekentalan lumpur bor harus
dijaga agar tidak terjadi keruntuhan pada dinding lubang bor tetapi pipa
konstruksi dan gravel pack tetap dapat masuk.
Permuakaan lumpur harus tetap dijaga ketinggianya (tetap memenuhi lubang
bor), jika mengalami penyusutan atau penurunan permukaan lumpur dalam
lubang bor, penyedia jasa harus selalu menambah lumpur kedalam lubang
bor. Penurunan permukaan lumpur dapat mengakibatkan berkurangnya
tekanan hidrostatik dalam lubang sumur sehingga mud cake yang terbentuk
dapat terkelupas dan lubang bor menjadi longsor / runtuh.
Kegagalan instalasi baik oleh karena runtuh dan cacatnya (lubang bor
miring, dog leg) dan tidak dapat masuknya konstruksi sumur, maka penyedia
jasa harus melakukan pekerjaan ulangan, seluruh biaya yang diakibatkannya
ditanggung oleh penyedia jasa.
Semua casing dan sreen harus disambung serapat mungkin, untuk konstruksi
pipa PVC dengan cara pengleman yang di lengkapi dengan baut penguat.
Rangkaian casing dan screen ini harus dipasang ditengah lubang yang telah
diperbesar.
Ketegaklurusan dan kelurusan akan diuji dengan menurunkan potongan pipa
casing atau “bobin” yang disiapkan khusus untuk pengujian tersebut, atau
dengan metode lain yang sudah disetujui Koordinator lapangan (Bobin
diturunkan perlahan melalui keseluruhan panjang pipa, jika terhambat,
Penyedia Jasa harus meluruskan atas biaya sendiri). Bila Penyedia Jasa gagal
meluruskan ketidaklurusan atau ketidak-tegaklurusan pipa, sumur akan
dinyatakan dibatalkan.
Pemasangan rangkaian pipa casing tidak boleh dimulai sebelum hal hal
tersebut dibawah ini dilakukan:
Sebelum konstruksi : Pipa Ø 8” dan screen di set di atas dan diberi tanda
urutan-urutannya.
Lubang bor di lot / diukur dengan beban pipa Ø 8” panjang 6 m sampai
kedalaman yang dimaksud.
19.2. Pipa Casing
Pipa PVC untuk pipa naik berdiameter 8” mempunyai standard SNI seri S10
tekanan nominal 12,5 bar. Pada ujung pipa harus ada tempat untuk
sambungan solvent cement.
19.3. Pipa Saringan
Pipa saringan harus dari bahan PVC Ø 8” mempunyai standard SNI seri S10
(atau dengan persetujuan Koordinator lapangan) dan “slot opening” 12,5 %.
19.3.1. Desain Pipa Screen PVC SNI

10 cm

0,2 cm 0,2 cm
6 cm

2 cm 2 cm
Pipa saringan harus dari bahan PVC dengan lebar celah 0,2 cm (atau
dengan persetujuan Koordinator lapangan), jarak antar celah 2 cm, panjang
celah 10 cm, dan jarak antar celah atas dan bawahnya adalah 6 cm dibuat
zig-zag dengan slot opening minimal 12,5 %. Dengan slot opening 12,5%,
maka jumlah penyadapan airtanah pada akuifer yang diambil akan lebih
maksimal.

19.4. Kerucut Penutup Dasar (Bottom Cone)


Ujung dasar casing harus ditutup dengan memasang sumbat kerucut dengan
bahan dari besi, berlubang-lubang disesuaikan khusus untuk memudahkan
pengeluaran lumpur bor yang terdapat dalam ruangan antara casing/screen
dengan dinding lubang bor sebelum dan selama kegiatan berlangsung.
Kerucut Penutup ini diadakan oleh Penyedia Jasa yang sesuai dengan
gambar terlampir serta mendapat persetujuan Koordinator lapangan.
19.5. Uji Ketegaklurusan (Plamus Test)
Lubang Bor harus tegak lurus sedemikian rupa hingga memungkinkan untuk
memasang pipa casing dan screen serta memungkinkan untuk pengisian
gravel pack secara homogen pada rongga antara pipa naik dan dinding
lubang bor. Lubang bor harus dibuat benar - benar vertikal dan tegak lurus
untuk menjamin kelancaran pemasangan pipa sumur. Penyimpangan vertikal
(vertical deviation) tidak boleh melebihi dua pertiga dari diameter terkecil
sumur untuk setiap 30 m. Sebagai contoh, bilamana diameter terkecil yang
di bor adalah 150 mm, maka penyimpangan vertikal tidak boleh melebihi
100 mm setiap 30 m.
Bilamana deviasi ini dilewati maka Penyedia Jasa wajib melakukan
pemboran ulang atas biaya sendiri.

20. GRAVEL PACK


Bahan Gravel harus dicuci hingga bebas dari bahan-bahan kotoran, lumpur, ranting,
plastik, dsb. Butir gravel terbentuk dari batuan keras tidak karbonatan, tidak
mengandung batu gamping atau batuan yang sifatnya rapuh. Bentuk butir membulat,
dengan bergradasi dari diameter 2 - 10 mm dengan 60% diantaranya berdiameter 4 -
6 mm. Gravel pack harus mempunyai koefisien uniform berkisar antara 2.0 sampai
3.0.
Gravel dalam jumlah cukup harus disediakan dilokasi pemboran. Gravel pack untuk
setiap sumur yang akan dipasang harus telah disetujui Koordinator lapangan.
21. PENGISIAN GRAVEL
Annulus antara lubang bor dengan pipa konstruksi, diisi gravel pack dari total
kedalaman sampai dengan kedalaman yang disetujui oleh Koordinator lapangan
(sampai kedalaman rencana dasar pembetonan, sesuai gambar konstruksi).
Cara memasukan gravel pack dilakukan dengan sedikit demi sedikit dan perlahan-
lahan dari arah yang bergantian untuk menjaga agar tidak terjadi keruntuhan dinding
lubang bor atau terjadi penyumbatan lubang annulus.
Pada saat pengisian gravel tetap dilakukan sirkulasi lumpur bor dengan viskositas
antara 32 sampai 36 detik Marsh Funnel.
Setelah pemasangan pipa sumur selesai dan sesuai dengan yang direncanakan maka
gravel dengan ukuran yang telah ditentukan dimasukkan kedalam rongga di luar pipa
sumur dan di dalam lubang bor atau dalam ruang anulus menurut cara yang disetujui
oleh Koordinator Lapangan.
Penyedia Jasa harus selalu membuat catatan dan perhitungan tentang volume gravel
yang telah dimasukkan dan mengukur posisi kedalaman gravel dalam lubang
pemboran. Setelah pengisian gravel dinyatakan cukup oleh Koordinator Lapangan
maka penyempurnaan dan development sumur dapat dimulai.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter kubik sesuai dalam daftar
volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga, bahan, alat
dan perlengkapan yang dipakai.

22. DEVELOPMENT
Pekerjaan Development merupakan penyempurnaan sumur dilakukan dengan
metode: flushing, high velocity jetting (water jetting atau air jetting), air lifting,
hydraulic swabbing, dan mechanical surging (bila diperlukan). Setelah dilakukan
development sumur harus dilakukan airlift test.

23. PERALATAN UTAMA DEVELOPMENT:


a. Kompresor berkapasitas minimal 350 CFM dengan tekanan kerja 120 psi;
b. Double Packer Swabbing Tools untuk screen Ø 8”;
c. Single Packer Swabbing Tools Ø 6”;
d. Pipa Tiup (air line) Ø ¾’’ – 1” (150 m) dan Pipa Eductor Ø 3” (150 m) termasuk
elbow, swivel dan peralatan lain;
e. Alat Ukur Kadar Pasir (Sand Content Measuring);
f. Sodium Three Poly Phosphate (STPP) atau additive lain yang diperlukan;
g. Jetting Tool.
23.1. Peralatan Utama Airlift Test:
Peralatan utama Airlift Test sama dengan peralatan utama development.
23.2. Metode Development :
a. Flushing
Pada prinsipnya pengembangan sumur dengan flushing adalah
menginjeksikan air bersih kedalam sumur dan masuk ke akuifer sehingga
material halus akan masuk kedalam sumur dan gravel akan tertata sesuai
besar butirannya. Metode flushing dapat dioperasikan dengan
menggunakan packer tunggal atau packer ganda. Pada pengoperasianya
alat ini digerakkan naik turun dan berhenti sesaat sepanjang saringan
(screen) sebaiknya permeter screen yang dimulai dari screen terbawah.
b. High Velocity Jetting
Pengembangan sumur dengan High Velocity Jetting yaitu
menyemprotkan air atau udara dengan kecepatan tinggi ke dinding screen
yang bertujuan untuk merontokkan partikel halus yang menempel pada
dinding screen. Kecepatan penyemprotan (jetting) pada masing – masing
lubang (nozzle) sekitar 45 – 90 m/dt, dengan tekanan 200 psi.
Pada pengoperasiannya alat ini digerakkan berputar dan naik turun
sepanjang saringan (screen). Sebelum dilaksanakan High Velocity Jetting
agar ditambahkan Sodium Three Poly Phosphate (STPP) kedalam sumur
dan direndam selama 12 (dua belas) jam.
c. Hydraulic Swabbing
Pengembangan sumur dengan hydraulic swabbing bertujuan agar aliran
dari akuifer yang masuk dalam sumur menjadi maksimal, dengan cara
menyekat saringan (screen) dengan panjang tertentu dan menginjeksikan
udara ke dalam pipa tiup (eductor pipe). Apabila metode ini dioperasikan
tanpa menggunakan packer disebut dengan air lifting dan digunakan
untuk mengangkat endapan pada dasar sumur. Pada pengoperasiannya
alat ini digerakkan naik turun dan berhenti sesaat sepanjang saringan
(screen). Agar memperoleh hasil yang optimum maka kompresor
sebaiknya “buka – tutup” sehingga efek penggelombangan dapat menjadi
lebih besar.
Cara kerja :
Dengan Kompressor (tekanan kerja > 750 CFM/12 bar) :
- Gunakan Single Packer Swabbing Tools Ø 6”;
- Pasang instalasi posisi pipa tiup pada kedalamam 30 - 40 meter;
- Tempatkan mula-mula swabbing tool pada sisi atas susunan screen
pertama;
- Gerakan swabbing tools turun naik secara pelahan dan menerus
sambil meniupkan udara kompresor, kurang lebih 2 jam untuk setiap 6
m screen;
- Ulangi gerakan yang sama untuk susunan screen berikutnya, dan
seterusnya sampai selsesai;
- Ukur kadar pasir, bila memenuhi syarat, lanjutkan dengan Airlift Test
selama 6 jam.
Dengan Kompresor (tekanan kerja 350 - 700 CFM/12 bar) :
- Gunakan Double Packer Swabbing Tools Ø 6”;
- Lakukan langkah-langkah operasional seperti pada (a).
d. Mechanical Surging
Mechanical surging yaitu membuat penggelombangan aliran yang keluar
– masuk dari akuifer kedalam sumur dengan tujuan untuk mengeluarkan
material halus dan memadatkan gravel disekitar dinding saringan
(screen). Metoda mechanical surging diterapkan pada sumur–sumur baru
dan dilakukan pada pipa buta (pump chamber). Pada pengoperasiannya
alat ini digerakkan naik turun dengan kecepatan tinggi sehingga efek
gelombangnya akan menata gravel lebih sempurna.
Tekanan kerja kompresor udara yang digunakan dalam development
dapat disesuaikan dengan jenis instalasi pipa casing dan screen sumur.
Besar tekanan yang akan dioperasikan dapat dikonsultasikan dengan
Koordinator Lapangan.
23.3. Metode Airlift Test
Airlift test pada hakekatnya adalah mengangkat sejumlah air / memompa
dengan menggunakan tekanan udara yang ditiupkan dari kompresor kedalam
pipa udara (air line pipe) dan disemburkan menggunakan nozel didalam pipa
eduktor sehingga oleh karena tekanan udara yang kuat, maka air akan tertiup
/ terpompa keluar.
Maksud dari airlift test disamping membersihkan sumur baik dari sisa - sisa
lumpir maupun kotoran lain sekaligus mengetahui perkiraan kemampuan
debit sumur dengan mengukur air yang keluar serta muka air tanah didalam
anulus antara pipa eduktor.
Prosedurnya adalah pipa eduktor diameter 3” (tiga inchi) yang dipasang
didalam pipa buta (blank pipe) sepanjang kedalaman blank pipe; didalam
blank pipe kemudian dipasang pipa tiup / air pipe / air line  1” (satu inchi)
yang dilengkapi nozel sampai kedalaman yang ditentukan. Udara bertekanan
tinggi dari kompresor dialirkan sehingga dari pipa eduktor akan keluar air
yang diukur dengan alat ukur debit V-notch.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per jam sesuai dalam daftar
volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

24. PUMPING TEST


24.1. Peralatan dan Kelengkapannya
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemompaan uji adalah sebagai
berikut :
1) Alat Pemompaan:
Pemompaan uji dilaksanakan dengan jenis pompa Submersible yang
mempunyai kapasitas tertentu, dengan tinggi head penghisap yang
ditentukan, lengkap dengan mesin penggerak dan pengatur debit.
2) Alat Pengukur Debit:
Debit pemompaan diukur dan diamati dengan menggunakan kotak pengukur
debit yang dilengkapi dengan alat ukur thompson tipe V-notch atau orifice
weir atau flow-meter.
3) Alat Pengukur Muka Air:
Permukaan air didalam sumur diukur dengan indikator muka air dengan
ketelitian pengukuran paling tidak 1 (satu) cm dan menggunakan tenaga
listrik (battery), alat ukur harus mampu dan cukup peka sampai kedalaman
80 m. Beberapa alat ukur terlalu peka, sehingga pada kedalaman tertentu,
dalam suasana lembab sudah walaupun sesungguhnya belum mencapai
muka air sudah mengindikasikan muka air; Alat yang demikian tidak dapat
digunakan dan harus diganti.
4) Alat Pelengkap Lainnya :
Untuk melaksanakan pengukuran yang tepat dan sesuai dengan periode
waktu yang ditentukan maka dibutuhkan stop watch atau jam. Jika
diperlukan, untuk melakukan pengamatan pada sumur-sumur pengamat di
sekitar sumur yang dipompa dibutuhkan alat transportasi untuk personil
pemompaan uji.
Disamping alat pelengkap diatas, dalam kegiatan pemompaan uji,
dilapangan juga harus tersedia alat alat bantu kunci-kunci seperti kunci pipa,
kunci rantai, klem-klem pipa dsb nya.
Setelah penyempurnaan sumur selesai dikerjakan dan hasilnya diterima oleh
Koordinator lapangan, atas dasar data kadar pasir terakhir dari airlift sumur
yang telah dikontruksi, Penyedia Jasa harus segera memasang peralatan
pompa untuk pengujian sumur.
Penyedia Jasa harus menyiapkan alat-alat dan kelengkapan lainnya untuk uji
pemompaan seperti disebutkan diatas.
24.2. Pemompaan Uji Pendahuluan
Sesudah pompa dipasang, pemompaan uji pendahuluan atau sering disebut
dengan pemompaan uji percobaan / trial pumping test dilakukan pada sumur
dengan debit maksimum sesuai dengan kapasitas sumur (dipertimbangkan
dari data airlift test) dan dilangsungkan paling sedikit 1 (satu) jam,
kemudian diukur debit dan permukaan air untuk selang waktu yang telah
ditentukan.
Debit akhir setelah 1 (satu) jam pemompaan akan dipertimbangkan sebagai
“debit sementara” sumur, untuk perencanaan “Uji Surut Berjenjang” (Step
Drawdown Test) selanjutnya.
24.3. Uji Surut Berjenjang (Step Drawdown Test)
Sebelum dimulai uji surut berjenjang, setiap sumur harus didiamkan selama
minimum delapan (8) jam, tanpa pemompaan.
Tujuan dari step drowdown test adalah untuk menilai keadaan kontruksi
sumur dengan menentukan Well Loss Coeficients dan Aquifer Loss
Coeficients untuk merancang besarnya debit pemompaan uji akuifer
selanjutnya.
Uji surut berjenjang harus dilakukan menerus sesuai dengan prosedur, dan
sedikitnya dilakukan tiga tahap (jenjang) pengukuran dengan debit
pemompaan yang berbeda pada setiap tahap.
Waktu pemompaan selama 180 menit setiap tahap, Debit Pemompaan setiap
tahap ditentukan oleh Koordinator lapangan. Sedangkan debit
maksimumnya sesuai dengan debit yang diperoleh dari pemompaan uji
pendahuluan.
Contoh :
Step I : 5 l/det.
Step II : 10 l/det.
Step III : 15 l/det.
Step IV : 20 l/det.
Step V : 25 l/det.
kemudian diamati penurunan muka air sumur produksi dan penurunan muka
air sumur yang ada disekitarnya (bila ada), khususnya sumur pisometer di
sekitarnya pada tiap interval 5 menit, pada tiga puluh (30) menit pertama
setelah pengujian dimulai dan pada interval sepuluh (10) menit sesudahnya.
24.4 Pemompaan Uji Debit Tetap
Pemompaan uji dengan debit tetap secara menerus selama 48 (empat puluh
delapan) jam. Debit pemompaan akan ditetapkan oleh Koordinator
lapanganberdasarkan hasil uji surut berjenjang sebelumnya. Pemompaan uji
debit tetap ini dimulai 24 jam sesudah SWL kembali seperti semula.
Air yang dipompa selama pengujian ini harus di salurkan dan dibuang ke
sungai atau saluran air, yang jaraknya harus lebih dari 100 m dari sumur
produksi yang diuji atau atas persetujuan Koordinator lapangan. Saluran
pembuangan air harus terbuat dari pipa PVC atau selang plastik gulung atau
dibuat saluran sementara dari lembar plastik atas persetujuan Koordinator
lapangan.
Biaya akibat pekerjaan tersebut diatas harus sudah dimasukkan ke dalam
harga satuan pekerjaan.
Macam pengukuran yang dilakukan selama pengujian debit tetap adalah
sebagai berikut :
a. Debit pemompaan;
b. Muka air pada sumur produksi dan sumur-sumur yang terletak dalam
radius 150 meter, termasuk sumur gali yang ada, diukur dengan interval
waktu seperti diuraikan dalam butir di bawah ini dan disetujui
Koordinator lapangan;
c. Suhu air, Electrical Conductivity, pH, pada pemompaan pada setiap
interval waktu pada tiap jam;
d. Kandungan pasir pada air yang dipompa tiap 2 jam.
Pengukuran – pengukuran tersebut harus dicatat dalam blangko pemompaan
uji yang telah ditentukan, disamping itu beberapa hal yang juga harus di
catat didalamnya adalah : curah hujan, suhu udara, tekanan udara pada
daerah pemompaan (bila diperlukan).
Penurunan dari muka air pada sumur yang dipompa dan bangunan penyadap
air tanah lainnya selama 48 jam pada selang waktu sebagai berikut.

Waktu Interval pengukuran


0 sampai 10 menit 1 menit
10 sampai 20 menit 2 menit
20 sampai 60 menit 5 menit
1 sampai 2 jam 10 menit
2 sampai 3 jam 15 menit
3 sampai 4 jam 20 menit
4 sampai 5 jam 30 menit
5 sampai 24 jam 1 jam
24 sampai 48 jam 2 jam
24.5. Pengamatan Recovery / Kambuh
Penyedia Jasa mengukur kambuhnya (recovery) muka air sumur dan
bangunan penyadap airtanah lainnya dalam interval waktu yang sama
sesudah pompa dihentikan sampai muka air mencapai muka air asli, atau
untuk waktu 24 jam.
Pemompaan uji debit tetap harus diulang apabila pemompaan terhenti
sebelum pengujian 48 jam selesai, karena kerusakan mesin atau alasan
lainnya dengan biaya ditanggung oleh pihak Penyedia Jasa.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per jam sesuai dalam daftar
volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

25. ANALISA KUALITAS AIR


Pada waktu pemompaan uji di tia sumur, Penyedia Jasa harus mengambil contoh air
sumur untuk dianalisa.
Pengambilan contoh air dilaksanakan sesaat menjelang berakhirnya pemompaan uji
debit tetap sebanyak 2 (dua) contoh untuk tiap sumur dengan volume masing -
masing tidak kurang dari 1 (satu) liter.
Contoh air tersebut disimpan dalam botol gelas atau polyethilene yang sebelum
dipakai harus dicuci dan dibilas dengan air sumur tersebut paling tidak sebanyak tiga
kali, kemudian diisi penuh sehingga tidak ada udara yang tertinggal didalam, lalu
ditutup dengan rapat. Pada masing - masing botol dicantumkan tulisan nomor sumur,
lokasi dan tanggal pengambilan contoh air tersebut.
Analisa air untuk sumur - sumur Air Tanah Penyedia Jasa harus melakukan analisa
kimia terhadap salah satu dari contoh air tesebut dengan segera yaitu dengan
mengirimkan ke laboratorium yang disetujui oleh Koordinator Lapangan. Contoh air
yang kedua harus segera dikirimkan pada Koordinator Lapangan di Kantor Proyek
untuk diamati.
Analisa kimia air harus dilakukan terhadap parameter PERMENKES NO.
492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai berikut :
1. Suhu 11. Magnesium
2. Warna 12. Ferum
3. Bau 13. Tembaga
4. Rasa 14. Seng
5. Turbidity (kekeruhan) 15. Chlorida
6. Konduktivitas 16. Sulfat
7. Total Zat Padat Terlarut (TDS) 17. Amonia
8. Derajat Keasaman(Ph) 18. Nitrat
9. Kesadahan 19. Nitrit
10. Calcium 20. Sianida

Kandungan - kandungan zat kimia tersebut diukur dan dinyatakan dalam satuan ppm
serta diberikan rekomendasi tentang memenuhi syarat atau tidaknya air tersebut
dipakai sebagai air minum maupun air irigasi. Prosentase kesalahan maksimum yang
diijinkan untuk analisa kimia contoh air dari tiap sumur ditetapkan sebagai berikut :
TDS (ppm) 50 100 200 500 1.000 2.000
% Kesalahan Maksimum
yang diizinkan 15 7 5 4 3 2
Apabila hasil analisa kimia contoh air dari suatu sumur menyimpang dari yang telah
ditentukan maka Penyedia Jasa harus melakukan analisa ulang terhadap contoh air
sumur tersebut dengan biaya sendiri.
Analisa air untuk kepentingan air baku air minum unsur - unsur yang dianalisa
didasarkan pada standar mutu Kementerian Kesehatan untuk air minum.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per contoh analisa kualitas air sesuai
dalam daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

26. PENGISIAN SEMEN


Setelah development sumur selesai dan pipa konduktor dicabut maka rongga sisa
lubang bor dengan pipa buta, kemudian diluar pipa buta sumur harus diisi semen
atau grouting mulai kedalaman tertentu sampai ke permukaan tanah. Cara pengisian
dan kedalamannya untuk tiap lokasi akan ditentukan oleh Koordinator Lapangan di
lapangan.
Pengisian semen (grouting) dapat juga dilakukan pada suatu zona kedalaman
tertentu guna menahan intrusi dan atau kontaminasi air tanah yang berkualitas jelek
atau tidak diinginkan airnya untuk disadap, penyemenan tersebut apabila ada akan
diperintahkan dan diberi petunjuk oleh Koordinator Lapangan.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter kubik sesuai dalam daftar
volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga, bahan, alat
yang dipakai.

27. PENYELESAIAN SUMUR DAN LAPORAN


Setelah pemompaan uji diatas selesai dikerjakan, Penyedia Jasa memasang patok
beton.
a. Patok beton dipasang sedekat mungkin dengan titik sumur dengan diberi
bung dari identitas sumur, nomor serta Tahun Anggaran pembuatannya.
b. Pembongkaran peralatan pemompaan uji.
Setelah pemboran dan pekerjaan lain yang dinyatakan dalam kontrak telah selesai
dilakukan disuatu lokasi, mesin bor dibongkar dan diangkut ke lokasi berikutnya
oleh Penyedia Jasa. Pemindahan mesin bor ke lokasi berikutnya dilakukan setelah
ijin diberikan oleh Koordinator lapangan.

28. PENIMBUNAN SUMUR / WELL ABANDON


Dalam pekerjaan ini, kemungkinan dapat terjadi kegagalan pekerjaan yang berupa
sumur yang dinyatakan oleh Koordinator Lapangan tidak terpakai atau sumur gagal
atau sumur rusak oleh karena sebab apapun serta telah diganti ditempat lain, maka
sumur yangt tidak terpakai dan ditinggalkan harus ditutup / diurug dengan material
semen/grouting.
Proses penutupan harus laporkan dan didokumentasikan serta disaksikan oleh
Koordinator Lapangan. Biaya dan material timbunan diperhitungkan sebagai biaya
grouting.

B. PEKERJAAN LAIN – LAIN


• As Built Drawing
Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar as built drawing dari setiap
scheme yang dikerjakan pada kertas ukuran A3. Pada gambar tersebut harus
terlihat jelas untuk penempatan Keranjang Pengaman Sumur dan Patok
Tanda Nomor Sumur.
Penyedia Jasa harus menyerahkan ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) :
a. Draft gambar yang telah mendapat persetujuan dari Koordinator
Pelaksanaan, Konsultan, Pelaksana Teknik, PPK dengan ukuran A3
sejumlah 1 (satu) berkas.
b. Gambar cetak dengan ukuran A3 sejumlah 3 (tiga) berkas.
c. Softcopy gambar cetak pada CD (compact disc) sejumlah 3 (tiga) buah.
Biaya pembuatan As Built Drawing beserta softcopy menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa dan diperhitungkan pada dokumen penawaran.
• Pencatatan dan laporan
Pencatatan rinci dari semua kegiatan kontruksi disimpan selama pekerjaan
berjalan dan Koordinator Pelaksanaan harus mempunyai semua arsip dari
semua data dan keterangan. Setiap tagihan termyn Penyedia Jasa wajib /
harus menyerahkan laporan harian pada akhir termyn.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Koordinator Pelaksanaan laporan
kemajuan harian, yang melaporkan pekerjaan yang dilakukan setiap hari,
termasuk berbagai pekerjaan yang diselesaikan, dan data lainnya yang
diminta Koordinator Pelaksanaan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan Akhir kepada Pejabat Pembuat
Komitmen Pendayagunaan Air Tanah tentang berbagai masalah teknik dari
semua kegiatan pekerjaan konstruksi dan disusun berdasarkan kontrak paket
konstruksi dengan sistematika penyajian sebagai berikut.
Laporan yang harus dibuat, yang isinya :
 Constraction Drawing;
 Laporan Harian;
 Laporan Mingguan;
 Laporan Bulanan;
 As Built Drawing;
 Dokumentasi;
 Masing-masing dibuat 3 ganda ;
 Laporan diserahkan kepada Koordinator Pelaksanaan selambat-
lambatnya sebelum dilakukan Penyerahan Pekerjaan Pertama (PHO);
 Semua biaya untuk pemenuhan persyaratan laporan dan dokumen lain
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan sudah termasuk
dalam dokumen penawaran.
 Ketentuan-Ketentuan yang Harus Dilaksanakan
- Pelaksanaan MC. 0%, MC. 100% :
a. Penyedia Jasa bersama-sama dengan PPK Pendayagunaan Air Tanah
yang diwakili oleh Tim Mutual Check (MC), Koordinator
Pelaksanaan Pekerjaan dan Konsultan (bila ada) harus melaksanakan
perhitungan awal bersama / MC. 0 sebelum memulai pelaksanaan
konstruksi, dengan referensi gambar-gambar desain, konstruksi serta
berpedoman pada syarat-syarat dalam Dokumen Pengadaan.;
b. Penyedia Jasa bersama-sama dengan PPK Pendayagunaan Air Tanah
yang diwakili oleh Tim Mutual Check (MC), Koordinator
Pelaksanaan Pekerjaan dan Konsultan (bila ada) harus melaksanakan
perhitungan akhir bersama / MC. 100 terhadap semua pekerjaan
pemboran yang telah dikerjakan dan terhadap sisa pekerjaan yang
belum dilaksanakan yang tercakup dalam kontrak dan pekerjaan
tambah / kurang yang diperintahkan Pejabat Pembuat Komitmen
dengan memperhatikan ketersediaan dana yang ada;
c. Sebagian besar atau seluruhnya dari hasil Perhitungan Awal / MC. 0
harus selesai paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterbitkan Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK);
d. Perhitungan Akhir / MC. 100 secara keseluruhan, dapat dilaksanakan
bila prestasi pekerjaan sudah mencapai kurang lebih 80%.
- Kantor Lapangan
a. Penyedia Jasa harus menyediakan ruangan atau Bangunan / Kantor
Lapangan, dapat dengan cara sewa atau dengan membuat bangunan
sementara untuk keperluan pelaksanaan kontrak, jika tidak ditetapkan
secara terpisah / tersendiri dalam daftar kuantitas dan harga. Semua
biaya untuk pemenuhan persyaratan fasilitas kantor lapangan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan sudah
termasuk dalam dokumen penawaran;
b. Letak kantor sementara ini harus diusahakan dipilih pada tempat yang
mudah jangkauannya dan dapat mewakili dari semua lokasi pekerjaan.
c. Kantor Lapangan harus dilengkapi dengan perabotan secukupnya
untuk keperluan kegiatan administrasi pelaksanaan pekerjaan;
d. Penyedia Jasa jika perlu harus membuat bangunan sementara
tambahan lainnya guna menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan;
e. Penyedia Jasa harus membuat minimum 1 (satu) buah Papan Nama
Proyek dan penempatannya sesuai dengan petunjuk Koordinator
Pelaksanaan / Pengawas Lapangan;
f. Jika tidak ditetapkan secara terpisah/tersendiri, semua biaya yang
diperlukan untuk kegiatan pekerjaan sementara, Papan Nama dan
pekerjaan bantu lainnya harus telah diperhitungkan dalam penawaran
dalam harga satuan pekerjaan untuk masing-masing jenis pekerjaan.
- Keamanan Dan Kesehatan
a. Penyedia Jasa harus mengusahakan dan memelihara serta menjaga
keamanan umum disekitar lokasi pekerjaan;
b. Penyedia Jasa harus memasang rambu-rambu dan perlengkapan
lainnya guna memberikan keselamatan dan keamanan umum disekitar
lokasi pekerjaan;
c. Penyedia Jasa serta seluruh pekerjanya dan orang-orang yang terkait
dengan pelaksanaan kontrak, atas tanggung jawab Penyedia Jasa harus
menjaga kelestarian alam / lingkungan hidup agar tetap terjaga baik;
d. Penyedia Jasa harus memberikan jaminan kesehatan kepada semua
staf dan pekerjanya yang dipekerjakan dalam pelaksanaan kontrak ini;
e. Penyedia Jasa harus menyiapkan obat-obatan dan peralatan kesehatan
lainnya guna memberikan pertolongan pertama apabila terjadi
kecelakaan;
f. Jika terjadi sesuatu atau segala hal yang berhubungan dengan kejadian
gangguan keamanan, kesehatan dan keselamatan harus segera
melaporkan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
- Bahan, Mutu Bahan Dan Peralatan
a. Syarat-syarat dan Mutu Bahan-bahan Bangunan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kontrak ini, harus memenuhi Standar Nasional
Indonesia (SNI);
b. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang
tercakup dalam kontrak harus didatangkan sendiri oleh Penyedia Jasa
atau dengan memanfaatkan Pengusaha Pengadaan Material /
Leveransir;
c. Bahan-bahan atau produk fabrikasi yang akan dipasang maupun
digunakan dalam pelaksanaan kontrak ini, diutamakan menggunakan
Produksi Dalam Negeri;
d. Bahan-bahan tambang yang bukan hasil produk fabrikasi tersebut
harus diambil dari lokasi-lokasi pengambilan yang telah diajukan dan
telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau Wakilnya;
e. Bahan-bahan yang telah didatangkan ke lapangan oleh Penyedia Jasa,
dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadapnya, ternyata tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan contoh bahan yang telah
diserahkan sebelumnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen, harus
segera dikeluarkan atau dibuang dari lokasi pekerjaan dalam waktu
yang ditetapkan dalam Surat Perintah yang diterbitkan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen;
f. Semua Peralatan yang akan dipakai dan diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
g. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau paling lambat dalam
waktu sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Mulai Kerja,
Penyedia Jasa harus melakukan tindakan Mobilisasi Peralatan
tersebut, menyiapkan personil, Kantor lapangan dan keperluan lainnya
serta harus melaporkan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.
- Masa Pemeliharaan :
a. Sebelum dilakukan Penyerahan Pekerjaan Pertama (PHO) Penyedia
Jasa diwajibkan menyusun Rencana Pemeliharaan yang memuat :
jadwal rencana Inspeksi Berkala, dan personil lapangan yang
ditunjuk;
b. Kegiatan yang merupakan bagian masa pemeliharaan meliputi
perbaikan kerusakan pekerjaan yang timbul akibat kelalaian Penyedia
Jasa atau kerusakan kerusakan yang timbul semata-mata bukan karena
pengaruh alam / bencana alam;
c. Pembersihan dan pembuangan rumput yang tumbuh disekitar rumah
pompa;
d. Perawatan saluran dan bangunan serta peralatan lainnya yang tercakup
dalam kontrak;
e. Penyempurnaan dan perbaikan adanya cacat dan kekurangan kecil
yang dianggap wajar, yang dijumpai dan dilaporkan pada saat
pemeriksaan pekerjaan untuk penyerahan pertama pekerjaan;
f. Pembersihan lapangan pekerjaan dari sisa bahan-bahan bangunan,
bongkaran bangunan sementara atau bangunan bantu;
g. Penyedia Jasa wajib memulihkan lokasi pekerjaan seperti semula,
setelah pekerjaan pemboran selesai.

Anda mungkin juga menyukai