Anda di halaman 1dari 57

SPESIFIKASI

TEKNIS
PEKERJAAN
PENGEBORAN ULANG (REDRILLING) SUMUR PRODUKSI AIR
TANAH DI WILAYAH JAWA TENGAH

I. GAMBARAN UMUM
Lokasi Pekerjaan Pengeboran Ulang (Redriling) Sumur Produksi Air
Tanah di wilayah Provinsi Jawa Tengah

II. LINGKUP PEKERJAAN


A. PEKERJAAN PERSIAPAN PENGEBORAN
Persiapan Lokasi
Pengeboran
Sebelum mobilisasi perlu mempersiapkan peralatan, perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pekerjaan pengeboran/kontruksi sumur, serta
penempatannya pada lokasi pengeboran. Setelah itu pekerjaan lokasi dapat
dimulai:
a. Apabila diperlukan, dipasang lapisan batu pada lokasi pengeboran
hingga permukaannya menjadi lebih tinggi untuk menghindari genangan
air (terutama pada musim hujan).
b. Untuk pengeboran dengan metoda “Direct Circulation Mud Flash“
diperlukan membuat 2 (dua) kolam Lumpur berukuran 2 meter x 2 meter x 2
meter dengan dinding yang dibuat miring.
c. Kolam-kolam tersebut diatas dihubungkan satu dengan lainnya kelubang
bor melalui saluran penghubung dengan ukuran lebar pada bagian
dasarnya 0,4 meter dengan ukuran kedalaman 0,5 meter. Saluran ini
dilengkapi dengan kolam pengendap berukuran 1 meter x 1 meter x 1
meter.
d. Penempatan kolam Lumpur pertama dengan kolam pengendap, jaraknya
tidak terlalu dekat (± 4 meter) agar aliran Lumpur cukup tenang,
sehingga ada kesempatan bagi kotoran (cutting) yang halus untuk
mengendap sebelum masuk ke kolam Lumpur Begitu juga jarak antara
kolam Lumpur pertama dengan kolam Lumpur kedua dengan maksud yang
sama (± 6 meter).
e. Penempatan kolam Lumpur sedemikian rupa, sehingga lumpur yang keluar
dari lubang bor langsung dialirkan menuju ke kolam pengendap.
f. Pipa hisap dari pompa Lumpur yang dimasukkan pada kolam Lumpur
kedua harus ditempatkan pada jarak yang agak jauh dari mulut
saluran tempat datangnya Lumpur dari kolam Lumpur pertama, sehingga
diperoleh kesempatan bagi sisa-sisa kotoran yang masih terbawa untuk
mengendap dan tidak langsung
terhisap ulang. Demikian juga kedalaman pembebanan ujung pipa hisap pompa
Lumpur agar tidak boleh terlalu dekat dengan dasar kolam.
g. Persediaan air untuk keperluan pengeboran harus dapat disediakan
dengan lancar.
Pengamanan Lokasi
a. Apabila diperlukan, dibuat pagar pengamanan keliling tempat
operasi pengeboran agar selain yang bertugas tidak diperkenankan masuk
lokasi tempat kerja serta menempatkan petugas jaga.
b. Semua bangunan di sekitar lokasi pekerjaan agar tidak terganggu
selama kegiatan berlangsung.
c. Apabila seluruh pekerjaan selesai, maka pemulihan lokasi harus
mendekati keadaan semula.

B. PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR AIR TANAH DALAM


1. LINGKUP
PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pengeboran sumur tiap lokasi, terdiri atas :
1. Mobilisasi dan Demobilisasi;
2. Pengeboran lubang penuntun (Pilot Hole) 6 ¾” sampai kedalaman
130 meter;
3. Pengeboran perlebaran lubang pandu (reaming) 6 ¾” – 22”
sampai kedalaman antara 6 - 10 meter dilanjutkan memasang pipa
conductor 22”;
4. Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur (Mud Circulation) sebelum
pelaksanaan logging geofisika;
5. Penampangan log geofisika dan diskripsi cutting hasil pengeboran
berikut analisisnya untuk penentuan desain sumur. Bila terdapat
akuifer potensial maka dilakukan tahapan pekerjaan seperti di bawah
ini, tetapi jika tidak terdapat akuifer potensial maka lubang pilot hole
akan ditinggalkan;
6. Pengeboran pelebaran lubang pandu (reaming) 6 ¾” – 16” dari
kedalaman antara 6 – 10 sampai kedalaman 50 - 60 meter untuk memasang
pipa 12”;
7. Pengeboran pelebaran lubang pandu (reaming) 6 ¾” – 12” dari kedalaman
50 – 60 sampai kedalaman 125 meter untuk memasang pipa 8”;
8. Pembersihan lobang bor dengan sirkulasi lumpur (Mud Circulation)
sebelum pelaksanaan konstruksi pipa sumur;
9. Pengadaan dan pemasangan pipa selubung dan saringan (casing and
screen pipe) serta kelengkapannya;
10. Pengukuran ketegaklurusan pipa jambang sumur (Verticality /
Plumbness test);
11. Pengadaan dan pengisian kerikil pembalut (gravel packing) dan penyemenan.
12. Penyempurnaan dan Pencucian sumur (well development);
13. Pengujian kemampuan sumur dan akuifer (pemompaan uji),
termasuk pekerjaan tambahan penyempurnaan sumur bila diperlukan,
pengambilan contoh air dan analisa kimia;
14. Penyelesaian sumur pencabutan pipa conductor dia 22”, pengisian
semen (mortar sumur), termasuk pemasangan tutup sumur, kunci, lantai
beton dan patok beton;
15. Analisis data, interpretasi, evaluasi dan penulisan laporan.

2. PERALATAN UTAMA, PERALATAN BANTU DAN


MATERIAL PEMBORAN
2.1. Umum
Penyedia Jasa harus menggunakan peralatan utama, peralatan bantu
dan material (bahan-bahan) pemboran yang dibutuhkan untuk
konstruksi dan pengujian sumur adalah milik sendiri atau peralatan
sewa.

2.2. Karakteristik Teknik Peralatan Utama dan Kapasitas Peralatan.


2.2.1. Mesin Bor
a. Mesin bor yang digunakan adalah tipe mesin bor putar
(rotary Drilling Rig) untuk pemboran air tanah dengan
sistem sirkulasi lumpur langsung (direct circulation mud flush).
Dengan dilemgkapi Hidrolis pada Pull Up dan Pull Down.
b. Ukuran dan kapasitas mesin bor harus sesuai dengan
ketentuan berikut ini :
- Kapasitas : Stang bor 150 m, diameter minimal Ø 2
7/8“.
- Menara : Tinggi minimum 8 m dengan
kekuatan menahan beban 12.000 kg.
Kaki menara menyatu dengan landasan
mesin bor.
- Draw work : Kapasitas 3.500 kg single line dan 150
m kawat sling Ø 16 mm.
- Rotary : Mampu memutar stang bor 2 7/8” dan
Spindle Torque memasang casing 24”.
- Power unit : Sesuai dengan karakteristik mesin bornya.
Dengan spindle berukuran 2 7/8“.
c. Mesin bor dipasang dalam bentuk skid mounted, truck atau
tractor mounted.
2.2.2. Mud Pump Double Piston / Triple Piston (Pompa Lumpur)
Pompa lumpur untuk sirkulasi pemboran harus berupa pompa
lumpur Double Piston / Triple Piston, dengan kapasitas riil minimal
500 L/menit dan tekanan kerja 20 kg/cm2. Masing - masing
Drilling Rig harus dilengkapi dengan tersedianya Pompa Double
Piston / Triple Piston lengkap dengan mesin penggerak, selang
dan perlengkapan lain yang sesuai, Pompa tersebut harus
mampu mencampur bentonite/lumpur pemboran/bahan aditive
sehingga menghasilkan suspensi atau larutan yang merata tanpa
ada koagulasi atau penggumpalan. Selain itu, Pompa tersebut
mampu mengangkat hasil cutting sesuai kedalaman pengeboran saat
berlangsung.
2.2.3. Kompresor Udara
Kapasitas minimal untuk kompresor udara yang diijinkan dipakai
adalah
350 CFM dengan tekanan kerja 120
psi.
2.2.4. Kondisi dan Sewa Peralatan
Semua peralatan tersebut di atas harus terbukti dalam kondisi baik
dan siap pakai dan harus mendapat persetujuan dari Tim
Koordinator lapangan yang ditunjuk oleh PPK Pendayagunaan Air
Tanah - SNVT Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Bengawan
Solo - Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo yang akan
memeriksa dan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (apabila
penyedia jasa ditunjuk sebagai pemenang).
Peralatan-peralatan sewa harus didukung oleh pernyataan
tertulis bermaterai dari pemilik peralatan.

2.3. Peralatan dan Peralatan Bantu


2.3.1. Marsh Funnel dan Mud Balance
Alat Marsh Funnel dan Mud Balance atau Mud Kit, mutlak harus
selalu disediakan di lokasi pemboran agar selalu dapat dilakukan
pengecekan sifat lumpur setiap saat.
2.3.2. Stang Bor
Setiap mesin bor harus dilengkapi dengan stang bor
konvensional berdiameter minimal 2 7/8” dengan total panjang tidak
kurang dari 150 m. Stang bor harus lurus dan dilengkapi sambungan
dalam kondisi baik dan aman dipakai.
2.3.3. Drill Collar dan Sub
Rangkaian pipa bor (Drill String) harus dilengkapi dengan minimum
satu buah Drill Collar ukuran 4” x 3 m atau satu buah ukuran 6”
x 3 m, lengkap dengan kombinasi sambungan (Sub) yang sesuai.
2.3.4. Mata Bor (Drill Bit)
Harus tersedia dalam jumlah cukup Rock Roller Bit dengan
ukuran diameter antara 8” sampai 16” dan wing bit ukuran 17”
dan 24” yang telah disetujui Koordinator lapangan dan harus
selalu tersedia dilokasi pemboran.
2.3.5. Mesin Las
Mesin las listrik kapasitas minimum 300 Ampere, dan las karbit
lengkap dengan alat pemotongnya yang disetujui Koordinator
lapangan harus selalu tersedia dilokasi pemboran.

2.4. Peralatan Penyempurnaan Sumur / Development


Peralatan Penyempurnaan Sumur / Development untuk tiap Rig terdiri
atas:
a. Double Swabbing Block Ø
6”;
b. Single Swabbing Block Ø
6”;
c. Rising pipe Ø 3” lengkap dengan pipa air line dan
fitting.

2.5. Peralatan Pemompaan Uji


Peralatan utama pemompaan uji yang harus disediakan oleh Penyedia
Jasa terdiri dari :
a. Pompa selam (Submersible) dengan kapasitas minimum 20 l/dt
dengan Head min 60 m semuanya lengkap dengan masing masing
genset atau mesin penggeraknya;
b. Alat ukur tinggi muka air dengan akurasi 1 cm (dengan sistem
elektrik);
c. Alat ukur debit air : Orifice Weir dan V-
notch;
d. Termometer, pH meter, EC meter, Sand
Containt.
Peralatan tersebut harus didukung dengan penyediaan alat bantu (tool)
kunci kunci, kunci pipa, kunci rantai, klem-klem pipa berbagai ukuran
yang sesuai dalam pekerjaan ini.
Untuk peralatan pemompaan uji tersebut minimum masing - masing
harus disediakan 2 (dua) unit yang disetujui Koordinator lapangan.

3. BAHAN DAN MUTU BAHAN


a. Syarat-syarat dan Mutu Bahan-bahan Bangunan atau bahan yang
digunakan dalam pelaksanaan kontrak ini, harus memenuhi Standar
Nasional Indonesia (SNI), atau Standar lain yang disetujui Koordinator
Lapangan (API, DIN dsb) serta Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI);
b. Bahan-bahan yang gunakan untuk pelaksanaan pekerjaan yang tercakup
dalam kontrak harus didatangkan sendiri oleh Penyedia Jasa atau
dengan memanfaatkan Pengusaha Pengadaan Material / Leveransir;
c. Bahan-bahan atau produk fabrikasi yang akan dipasang maupun
digunakan dalam pelaksanaan kontrak ini, diutamakan menggunakan
Produksi Dalam Negeri;
d. Bahan-bahan tambang yang bukan hasil produk fabrikasi harus diambil
dari lokasi lokasi pengambilan yang telah diajukan dan telah
disetujui oleh Koordinator Lapangan;
e. Peralatan mesin yang digunakan di lapangan harus menggunakan jenis
Bahan
Bakar Minyak (BBM) non
subsidi;
f. Bahan-bahan yang telah didatangkan ke lapangan oleh Penyedia Jasa,
dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadapnya ternyata tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan contoh bahan yang telah
diserahkan sebelumnya kepada Koordinator Lapangan, tidak diijinkan
untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan atau dibuang dari
lokasi pekerjaan dalam waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah
yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen;
g. Semua Peralatan dan bahan yang akan dipakai dan diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa;
h. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau paling lambat dalam
waktu sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah Mulai Kerja, Penyedia
Jasa harus melakukan tindakan Mobilisasi Peralatan dan bahan,
menyiapkan personil, kantor lapangan dan keperluan lainnya serta harus
melaporkan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

4. JALAN MASUK KE LOKASI


PEMBORAN
Apabila jalan masuk ke lokasi tidak memungkinkan untuk dilalui peralatan
atau mobilisasi, maka Penyedia Jasa harus mengupayakan agar jalan masuk
tersebut dapat dilalui peralatan serta mobilisasi pemboran, termasuk
perijinan yang diperlukan untuk itu. Biaya jalan masuk dan perijinan ke
lokasi pemboran perlu diperhitungkan dalam harga penawaran.
Jalan masuk harus dipelihara dengan baik selama masa pelaksanaan
pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan. Jalan masuk kelokasi pemboran harus
dijaga sebaik-
baiknya dan apabila terjadi kerusakan akan menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa. Jalan masuk yang bersifat sementara, harus dipulihkan kembali
jikalau seluruh pekerjaan sudah selesai, jika ada, termasuk ganti rugi

5. PEMELIHARAAN LOKASI
Bila tidak ditentukan lain, Penyedia Jasa harus memelihara keadaan lokasi,
pipa- pipa saluran, Jaringan-jaringan kabel, air minum, irigasi, pohon jalan,
bangunan- bangunan, dan lain-lain.
Bila pemboran telah selesai dikerjakan, Penyedia Jasa harus mengembalikan
lokasi maupun jalan masuk yang bersifat sementara menjadi seperti keadaan
semula dan membayar ganti rugi atas biaya sendiri jika terjadi kerusakan.

6. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KONTRUKSI (SMKK)


Dalam pelaksanaan pekerjaan Penyedia jasa harus menerapkan dan
membiayai kebutuhan dalam Sistim Manajemen Keselamatan Kontruksi antara
lain :
a. Penyedia Jasa harus mengusahakan dan memelihara serta menjaga
keamanan umum disekitar lokasi pekerjaan;
b. Penyedia Jasa harus memasang rambu-rambu yang diperlukan
dan perlengkapan lainnya guna memberikan keselamatan dan
keamanan umum disekitar lokasi pekerjaan;
c. Penyedia Jasa serta seluruh pekerjanya dan orang-orang yang terkait
dengan pelaksanaan kontrak, atas tanggung jawab Penyedia Jasa
harus menjaga kelestarian alam / lingkungan hidup agar tetap terjaga baik;
d. Penyedia Jasa harus memberikan jaminan kesehatan serta asuransi
kepada semua staf, pekerja, dan personil yang terlibat langsung dalam
pelaksanaan kontrak ini;
e. Pekerja yang terlibat dalam pekerjaan ini wajib menggunakan alat
alat pengaman diri umum, antara lain helm, sepatu kerja lapangan, sabuk
pengaman, kaca mata las khusus untuk tukang las dll;
f. Penyedia Jasa harus menyiapkan obat-obatan dan peralatan kesehatan
lainnya guna memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan;
g. Jika terjadi sesuatu atau segala hal yang berhubungan dengan
kejadian gangguan keamanan, kesehatan dan keselamatan, Penyedia Jasa
harus segera mengambil tindakan pertama yang diperlukan dan harus
segera melaporkan secara tertulis kepada Koordinator Lapangan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Nomor : 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Konstruksi, Penerapan SMKK dilakukan dengan
melaksanakan RKK yang dilaporkan secara berkala kepada Pengguna Jasa.
2 Laporan tersebut berupa laporan harian, mingguan, bulanan dan akhir
yang dievaluasi setiap bulannya.
3 Format RKK pada Konsultan Konstruksi Pengawasan sudah harus
mengikuti persyaratan dalam SMKK, yaitu sebagai informasi terdokumentasi.
4 Identifikasi bahaya untuk masing-masing pekerjaan adalah sebagai
berikut :

No. Jenis/Tipe Pekerjaan Identifikasi Bahaya


1. Pengeboran pada segala formasi Cedera pada tubuh pekerja ketika bongkar
(pilot hole). pasang peralatan pengeboran.

2. Pelebaran lubang bor (reaming). Cedera pada tubuh pekerja ketika bongkar
pasang peralatan pengeboran.

7. STRUKTUR ORGANISASI
Di dalam penyelesaian sumur dan laporan diperlukan adanya struktur
organisasi untuk melaksanakan paket pekerjaan terdiri dari struktur organisasi
tim pelaksana
kegiatan dari penyedia jasa dan pengguna jasa sebagai berikut :

KA SATKER PJPA BENGAWAN

PPK PENDAYAGUNAAN AIR TANAH DIREKTUR PENYEDIA JASA

PELAKSANA TEKNIK SITE ENGINEER

KOORDINATOR PENGAWAS
Pelaksana Pengawas Petugas K3 Konstruksi
Mutu
PENGAWAS

PEMBANTU PENGAWAS

Pekerja Administrasi Teknik


Struktur Organisasi Penyedia Jasa untuk melaksanakan pekerjaan terdiri
dari struktur organisasi tim pelaksana kegiatan dan struktur organisasi dalam
kaitannya
dengan pihak Penyedia Jasa sebagai berikut :

DIREKTUR PENYEDIA JASA

SITE ENGINEER

Pelaksana Pengawas Mutu Petugas K3 Konstruksi

Administrasi Teknik
Pekerja

8. KANTOR LAPANGAN
a. Penyedia Jasa harus menyediakan ruangan atau Bangunan / Kantor
Lapangan, dapat dengan cara sewa atau dengan membuat bangunan
sementara untuk keperluan pelaksanaan kontrak, jika tidak ditetapkan
secara terpisah / tersendiri dalam daftar kuantitas dan harga, maka biaya
yang ditimbulkan untuk keperluan ini harus telah diperhitungkan dalam
penawaran pada Harga Satuan Pekerjaan untuk masing-masing Harga
Satuan;
b. Letak kantor sementara ini harus diusahakan dipilih pada tempat yang
mudah jangkauannya dan dapat mewakili dari semua lokasi pekerjaan;
c. Kantor Lapangan harus dilengkapi dengan perabotan secukupnya
untuk keperluan kegiatan administrasi pelaksanaan pekerjaan;
d. Penyedia Jasa jika perlu harus membuat bangunan sementara tambahan
lainnya guna menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan;
e. Penyedia Jasa harus membuat minimum 1 (satu) buah Papan Nama Proyek
dan penempatannya sesuai dengan petunjuk Koordinator lapangan;
f. Jika tidak ditetapkan secara terpisah/tersendiri, semua biaya yang
diperlukan untuk kegiatan pekerjaan sementara, papan nama dan pekerjaan
bantu lainnya harus telah diperhitungkan dalam penawaran dalam harga
satuan pekerjaan untuk masing-masing jenis pekerjaan;

9. PEMBERITAHUAN MULAI PEKERJAAN


Selambat – lambatnya satu hari sebelum mulai pekerjaan Penyedia Jasa
harus memberitahu secara tertulis kepada Koordinator lapangan. Jika
peralatan dan bahan yang diperlukan masih belum lengkap, Penyedia Jasa
tidak boleh melakukan kegiatan pemboran, termasuk melaksanakan pekerjaan
utama (pemasangan casing
dan pemasangan saringan, gravel packing, pencucian sumur, pemompaan uji
dan lain-lain).

10. PENGHENTIAN PEKERJAAN PEMBORAN


Pekerjaan dapat diberhentikan oleh Koordinator Lapangan jika terbukti
Penyedia Jasa mengabaikan instruksi dalam pelaksanaan pekerjaan, metode
pelaksanaan, atau ketidaksesuaian dalam penyediaan fasilitas, peralatan dan
material sesuai dengan spesifikasi teknik yang telah ditentukan sebelum
dimulai pekerjaan pemboran.

11. PENYELESAIAN PEKERJAAN PEMBORAN


Pekerjaan harus diselesaikan paling lambat dalam waktu 6 bulan / 180
hari kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dikeluarkan.
Jangka waktu
pelaksanaan
Bulan
No Uraian
1 2 3 4 5 6 7
1. Pekerjaan Persiapan
dan
Mobilisasi
Peralatan
2. Pekerjaan Pengeboran

3. Pekerjaan Pemompaan Uji

4. Pekerjaan
Demobilisasi dan
Pemulihan Lokasi
12. PENYELESAIAN SURAT IJIN PEMBORAN
Penyedia Jasa harus menyelesaikan pengurusan Surat Ijin Pemboran (SIP)
untuk masingmasing sumur pada Instansi yang berhak menerbitkan SIP
tersebut dengan biaya yang sudah diperhitungkan dalam harga penawaran.

13. JENIS SUMUR


Pemboran yang akan dilaksanakan adalah untuk sumur produksi baru,
desain standar konstruksi sumur berdasarkan pada data hasil litologi
dan Logging geofisik.

14. PEMASANGAN MESIN BOR


Untuk memperoleh hasil pemboran yang optimal dan keselamatan kerja,
sebelum memulai kegiatan pemboran, mesin bor harus ditempatkan dengan
hati hati diatas landasan yang kuat untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kecelakaan terhadap personil tenaga kerja pemboran maupun
umum.
15. LINGKUP PEKERJAAN
UTAMA
Lingkup Pekerjaan utama terdiri dari Pemboran, Konstruksi,
Development, Pemompaan uji :
a. Penyedia Jasa harus sudah mulai mobilisasi mesin bor dan
peralatan pendukungnya secara lengkap selambat-lambatnya 4 (empat) hari
setelah Surat Perintah Mulai Kerja diterbitkan pada lokasi yang telah
ditentukan;
b. Penyedia Jasa harus melaksanakan pemboran sesuai gambar perencanaan
dan sesuai spesifikasi teknik;
c. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan hasil log litologi, log penetrasi dan
log geofisik maupun data sumur terdekat;
d. Pekerjaan pemboran yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa kalau
tidak ditentukan lain oleh Koordinator Lapangan, maka pemboran akan
dilakukan dengan metoda Direct Circulatian Mud Flush;
e. Secara umum urutan pekerjaan pemboran sumur adalah sebagai berikut:
- Mobilisasi Peralatan, Bahan dan Personil;
- Persiapan site dan persiapan pekerjaan;
- Pemasangan mesin Bor;
- Pemboran lubang konduktor;
- Pemasangan pipa konduktor;
- Pemboran lubang pandu;
- Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur dan mengurani
kekentalan lumpur;
- Logging Resistivity dan Self Potential atau bila perlu dengan Gamma Ray
untuk menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan pembawa air
(akuifer);
- Pembersihan lubang bor dengan sirkulasi lumpur dari awal lubang
hingga dasar lubang untuk persiapan pemasangan pipa konstruksi sumur;
- Pemasangan bottom plug, dan pipa produksi;
- Penempatan gravel pack ke dalam rongga di sekeliling pipa produksi;
- Development sumur;
- Logging Electric Conductivity (EC), untuk mengetahui kualitas air
(jika diperlukan);
- Logging Flow Meter untuk mengetahui sumber dan debit artesis
(jika diperlukan);
- Pengujian ketegaklurusan pipa jambang;
- Pengisian semen atau grouting kedalam rongga disekeliling pipa jambang;
- Pembongkaran mesin bor;
- Pelaksanaan pemompaan uji : uji pendahuluan, step drawdown -
minimal 4 step, long periode dan recovery;
- Pengambilan contoh air untuk analisa kualitas air;
- Pemasangan tutup sumur, kunci, patok tanda nomor sumur;
- Pemulihan dan pembersihan kembali lokasi pemboran.

16. PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMBORAN


16.1. Mobilisasi peralatan pemboran
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Koordinator Lapangan
denah fasilitas kontruksi setiap lokasi pemboran, rencana penguatan
jembatan dan pembuatan gorong-gorong, serta menyiapkan
tempat sebagaimana disyaratkan bagi pelaksanaan pekerjaan
pemboran. Bila ditentukan oleh Koordinator lapangan (dalam hal
musim hujan, tanah lembek dan lain-lain) lokasi pemboran harus
dipadatkan dengan lapisan batu paling sedikit ketebalannya 0.25
meter.
Penyedia Jasa bertanggung jawab mengenai ganti rugi
tanaman, pembersihan lokasi dan pemulihan lokasi ke dalam
keadaan semula, sehingga perlu diperhitungkan dalam harga penawaran.
Untuk sumur redrill, lokasi titik bor diusahakan di dalam pagar rumah
pompa.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per lokasi sesuai
dalam daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya
upah tenaga, bahan, alat yang dipakai.

16.2. Pembuatan Mud Pit / Kolam Lumpur Pemboran


Pemboran menggunakan sistem direct circulation mud flush, Penyedia
Jasa harus menyiapkan 2 mud pit untuk sirkulasi lumpur pemboran. Tiap
mud pit berukuran kedalaman 2.0 meter, panjang 2.0 meter dan lebar
2.0 meter dengan kemiringan dinding tertentu. Kedua mud pit
tersebut harus dihubungkan dengan saluran dengan berukuran lebar
0,3 meter dan dalam
0,3 meter. Saluran itu harus diselingi dengan dua cekungan yang
berukuran
0,5 x 0,5 x 0,5 m. Bak lumpur harus dibuat dengan pasangan batu bata
untuk mencegah keruntuhan.
16.3. Penyediaan Air
Untuk keperluan pekerjaan pemboran, Penyedia Jasa
diwajibkan menyediakan air dan menjamin kelancaran
penyediaannya. Mutu dan jumlah air yang disediakan harus sesuai
dengan kebutuhan yang ditentukan oleh Koordinator Lapangan.
Tidak ada pembiayaan khusus yang dapat dimintakan kepada Pihak
Kesatu untuk penyediaan air selama pekerjaan ini berlangsung,
sehingga Penyedia
Jasa sudah harus memperhitungkan dan menyiapkan pembiayaan
tersebut dengan biayanya sendiri.
16.4. Rigging Up / Instalasi mesin bor
Penyedia Jasa Harus membuat landasan yang cukup kuat untuk
Penempatan Mesin Bor (Drilling Rig) agar dalam pelaksanaan pemboran
tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan antara lain : bergesernya
Drilling Rig sehingga titik tengah sumur juga akan bergeser,
miringnya mesin bor yang mengakibatkan lubang bor tidak tegak
lurus, longsornya lubang bor dsb. Landasan rig harus dibuat lebih
tinggi, minimum 20 cm dari muka tanah sekitar guna menghindari
genangan jikalau terjadi hujan atau banjir. Penempatan Pompa Lumpur
dan Compressor udara harus diatur sedemikian rupa sehingga operator
pompa lumpur dan operator compressor dapat tampak terlihat tanpa
ada hambatan oleh operator mesin bor sehingga dapat berkomunikasi
tanpa hambatan.
Penempatan Pompa lumpur, compressor serta alat-alat bantu lainya
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu aktivitas
kerja, namun tetap dapat mudah dioperasikan.
16.5. Pemboran lubang konductor 18”

Pemboran lubang konduktor 18” digunakan untuk memasang


pipa konduktor permanen yang harus dipasang sampai pada minimum
kedalaman
10 meter. Pipa konduktor harus terbuat dari beberapa drum oli standar
200 liter yang disusun dan disambung dengan las, kemudian
disemen dari permukaan sampai dasar pipa.
16.6. Pemboran Pilot hole 8“
Dalam pemboran lubang pandu agar diambil sample batuan pada
setiap meter pemboran termasuk memperhatikan kecepatan pemboran
(penetrasi) kekentalan lumpur pemboran (Viskositas) dan densitas
serta indikasi pergantian formasi.
16.7. Diameter Pahat (Mata Bor)
Penyedia Jasa harus mencatat diameter pahat, tekanan pada pahat,
kecepatan putar tiap menit.
16.8. Lumpur Pemboran / Drilling Mud / Cairan Pembilas
Dalam hal pemboran menggunakan metode bor putar dengan
sirkulasi lumpur langsung (direct circulation mud flush), sifat-sifat fisik
lumpur bor harus dipertahankan dan dikontrol setiap jam dan dicatat
dalam Laporan Pemboran Harian. Perubahan sifat fisik lumpur bor yang
disesuaikan dengan kondisi batuan maupun proses pemboran dapat
dilakukan melalui ijin Koordinator lapangan. Sifat-sifat lumpur bor
harus mampu menaikkan atau
mengangkat Cutting pemboran, meliputi sedikitnya : berat jenis
(density), kekentalan (viscosity), PH, Mud Viscosity, dan Density.
Lumpur pemboran (Drilling Mud), harus buatan dan packing
pabrik
(fabrikasi) yang memenuhi dan mencantumkan standar API No –
13.
Selama pemboran berlangsung, sifat fisik tersebut harus
dipertahankan sesuai dengan kondisi formasi batuan yang sedang
ditembus dan/atau tekanan artesis yang mungkin akan timbul.
Viskositas harus dijaga sekitar
30-40 detik Marsh Funnel, dan density dijaga pada sekitar 1,07 kg/lt.
Kadar pasir dari lumpur pemboran harus lebih kecil dari 5%.
Apabila pemboran dihentikan atau sirkulasi lumpur berhenti pada
waktu pekerjaan pemboran, maka mata bor dan stang bor (Drill
String) harus segera diangkat dari lubang sumur.
Jenis bentonite atau mud additive yang digunakan merupakan Na-
Bentonite yang sudah memperoleh persetujuan dari Koordinator
lapangan.
Lumpur bor harus disiapkan/dicampur dengan menggunakan pompa
duplek piston dan pencampur bertekanan tinggi (pressure
mixer) sampai membentuk suspensi atau larutan, tidak terdapat
gumpalan atau koagulasi yang tidak merata.
16.9. Lost Circulation
Dalam hal terjadi lost circulation Penyedia Jasa harus
memberitahu Koordinator lapangan segera, untuk mendapat
persetujuan bila akan menggunakan Logging additive (Lost
Circulation Material), atau untuk penyemenan, tanpa penambahan
biaya dari Pengguna Jasa untuk proses tersebut. Penyedia Jasa
diharuskan dengan tepat mencatat kemajuan pemboran bila
membor di zona lost circulation, untuk dapat mengamati setiap ada
perubahan formasi batuan.
16.10. Sample Batuan / Contoh Batuan
Sample / contoh batuan diambil dari cutting hasil sirkulasi pemboran
dengan menggunakan saringan, dicuci sehingga bebas dari lumpur
pemboran tetapi tidak menghilangkan lempung yang berasal dari formasi
batuan.
Pengambilan sample / contoh batuan dilakukan tiap meter
kedalaman, kemudian dimasukkan dalam kantong plastik yang ditulisi
nomor sumur dan kedalamannya, kemudian kantong plastik sample
tersebut dimasukkan kedalam kotak sample.
16.11. Kotak Sample
Kotak sample terbuat dari kayu yang berukuran panjang 120 cm dan
lebar
60 cm didalamnya dibagi menjadi 50 lubang kotak kecil
sample.
Kotak sample terbuat dari papan kayu minimal kualitas kayu meranti,
bukan triplek atau multiplek, dilengkapi tutup dan diberi tempat
kunci serta pegangan tempat untuk mengangkat di samping kotak.
Masing – masing sumur menggunakan satu set kotak sample (dapat
terdiri dari dua kotak atau lebih), sesuai dengan kedalamannya.
Kotak diberi label atau tulisan nomor sumur dan tahun
anggaran.
16.12. Rangkaian Pipa Bor (Drilling
String)
Penyedia Jasa harus menyiapkan dilokasi pemboran, satu laporan dan
atau buku induk (logbook) yang rapi dan berisi pencatat rangkaian bor
berikut diameter dan panjang semua bagian bor yang dipasang pada
rangkaian bor, yaitu panjang mata bor, stabilizer, sub-sub, Drill
Collar, pipa bor, dan seterusnya.
16.13. Penghentian
Pemboran
Bila lubang bor mencapai kedalaman yang direncanakan atau
pada kedalaman yang telah ditentukan oleh Koordinator lapangan,
pemboran dapat dihentikan dengan persetujuan Koordinator lapangan.
Total kedalaman pemboran harus dicatat, diperiksa dan disetujui oleh
Koordinator lapangan. Apabila diperlukan penambahan kedalaman
pemboran oleh Pengguna Jasa, kontraktor akan melaksanakan setelah
mendapatkan persetujuan tertulis dari Koordinator lapangan. Semua
penambahan kedalaman akan mengakibatkan penambahan pembayaran
sesuai harga satuan yang tercantum dalam Anggaran Biaya dalam
Kontrak.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter panjang
sesuai dalam daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk
biaya upah tenaga, bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

16. LOGGING GEOFISIK


Pelaksanaan Logging Geofisik harus menggunakan peralatan logger geofisik
yang computerized. Logging yang akan dilaksakan berupa Resistivity Log (R)
dan Self Potential Log (SP), bila diperlukan dapat menggunakan Gamma
Ray Log atas permintaan koordinator lapangan, prosedur Logging sebagai
berikut :
1. Flushing lubang bor sampai benar – benar bersih, dinyatakan dengan
sudah tidak keluarnya serbuk pemboran (Cutting) pada permukaan;
2. Pengenceran lumpur pemboran (Drilling Mud) sehingga viskositasnya 30
– 35 second Marsh Funnel sesuai dengan peralatan Logger
Geofisik yang digunakan;
3. Pengukuran (lot) kedalaman lubang
bor;
4. Dari diskripsi contoh batuan (Cutting) dan interpretasi dari Logging
Geofisik maka dapat dibuat usulan gambar desain sumur;
5. Pelaksanaan Logging Geofisik dilakukan dalam satu kali run turun dan satu
kali run naik, apabila dalam dua run naik dan turun belum mendapatkan
data yang akurat, maka pelaksanaan logger harus dilakukan berulang
kali sampai mendapatkan data yang akurat;
6. Hasil geofisik logging yang akurat adalah bilamana hasil interpretasi
logging mendekati dengan hasil interpretasi log litologi dan hasil
interpretasi log penetrasi;
7. Penyedia Jasa harus mempersiapkan sumur untuk di logging dan
memberikan laporan setelah persiapan selesai. Penyedia Jasa harus
menyediakan transportasi peralatan dan perlengkapan maupun operator
logger dari maupun ke lokasi. Transportasi harus menggunakan
kendaraan tertutup bebas dari hujan, untuk mencegah kerusakan atau
gangguan pengoperasian logger;
8. Pekerjaan logging harus dihentikan sementara pada saat terjadinya hujan
sangat lebat atau banyak petir, hal itu untuk menjaga ketelitian data yang
bebas dari gangguan elektris;
9. Penyedia Jasa harus mencari informasi dalam radius maksimum 200 meter
dari lubang bor dan melaporkan pada Koordinator Lapangan apabila di
sekitar lubang bor yang di logging terdapat material bangunan atau
konstruksi metalik yang ditanam misalnya pipa besi, kabel transmisi,
telepon bawah tanah, bahkan instalasi sumur ber konstruksi metal, rel lori
terpendam dan lain lainnya. Hal tersebut mungkin akan diperlukan dalam
koreksi data hasil rekaman logger;
10. Logging geofisik merupakan kegiatan yang peka terhadap shock
elektrik, sehingga pada saat dilakukan logging geofisik kegiatan yang
menggunakan arus listrik kuat harus dihentikan sementara, misalnya las
listrik dan penggunaan alat listrik arus kuat lain yang memerlukan peng-
arde-an.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per lokasi sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

17. DESAIN SUMUR


Segera setelah dilakukan logging geofisik, Penyedia Jasa segera membuat
desain detail dari konstruksi sumur yang meliputi :
1) Susunan rangkaian pipa – pipa pump casing, reducer, casing, screen,
bottom plug, tutup sumur, termasuk mencantumkan jenis dan ukurannya;
2) Ukuran gravel pack dan volume yang akan dipasang;
3) Kedalaman, jenis dan volume grouting yang dipasang;
4) Kolom litologi (Lithology Log), penetration log, geophysical log;
5) Data pelaksanaan meliputi :
a) Koordinat titik
sumur;
b) Lokasi desa, kecamatan dan
kabupaten;
c) Nomor
sumur;
d) Kolom pengesahan penyedia jasa, pengguna jasa dan
pengawas supervisi;
e) Tanggal desain
dibuat.

18. HOLE REAMING / PELEBARAN LUBANG BOR


Prosedur pekerjaan pembesaran lubang (hole reaming) dengan urutan
sebagai berikut:
1) Memperbesar lubang (hole reaming) dari 12” atau 14’’ dengan roller rock
bit 14’’ dari ujung pipa konduktor sampai kedalaman yang
disetujui Koordinator lapangan;
2) Dalam pelaksanaan pembesaran lubang (hole reaming) sirkulasi
lumpur dilakukan sebagai berikut :
Lumpur pemboran (Drilling Mud), tetap harus buatan dan packing pabrik
(fabrikasi) yang memenuhi dan mencantumkan standar API No –
13
Pemantauan sifat lumpur pada viskositasnya yang sesuai dengan
formasi yang ditembus.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter panjang sesuai
dalam daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah
tenaga, bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

19. PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Pelaksanaan konstruksi baik pemasangan pipa dan screen dan gravel pack
serta perlengkapan lainya kedalam sumur tidak boleh dimulai sebelum semua
peralatan termasuk bahan-bahan (pipa-pipa, mesin las, lem, klem yang sesuai,
kunci pipa dan kunci rantai yang sesuai, baut, amplas, dsb.) siap dilapangan /
siap dioperasikan.

19.1. Pemasangan Pipa dan


Screen
Setelah persetujuan Koordinator lapangan, Penyedia Jasa
harus membesarkan diameter lubang bor sebagaimana
diperintahkan dan memasang casing dan screen dalam lubang bor
yang telah dibesarkan tersebut.
Sebelum rangkaian casing dan screen ini dipasang, Penyedia Jasa
harus menyirkulasi lumpur bor seperlunya sampai tidak terdapat
serbuk bor/
cutting dalam sirkulasi cairan pemboran. Kekentalan lumpur bor
harus dijaga agar tidak terjadi keruntuhan pada dinding lubang bor
tetapi pipa konstruksi dan gravel pack tetap dapat masuk.
Permuakaan lumpur harus tetap dijaga ketinggianya (tetap memenuhi
lubang bor), jika mengalami penyusutan atau penurunan permukaan
lumpur dalam lubang bor, penyedia jasa harus selalu menambah
lumpur kedalam lubang bor. Penurunan permukaan lumpur dapat
mengakibatkan berkurangnya tekanan hidrostatik dalam lubang sumur
sehingga mud cake yang terbentuk dapat terkelupas dan lubang bor
menjadi longsor / runtuh.
Kegagalan instalasi baik oleh karena runtuh dan cacatnya (lubang
bor miring, dog leg) dan tidak dapat masuknya konstruksi sumur, maka
penyedia jasa harus melakukan pekerjaan ulangan, seluruh biaya yang
diakibatkannya ditanggung oleh penyedia jasa.
Semua casing dan sreen harus disambung serapat mungkin, untuk
konstruksi pipa PVC dengan cara pengleman yang di lengkapi dengan
baut penguat. Rangkaian casing dan screen ini harus dipasang ditengah
lubang yang telah diperbesar.
Ketegaklurusan dan kelurusan akan diuji dengan menurunkan potongan
pipa casing atau “bobin” yang disiapkan khusus untuk pengujian
tersebut, atau dengan metode lain yang sudah disetujui Koordinator
lapangan (Bobin diturunkan perlahan melalui keseluruhan panjang
pipa, jika terhambat, Penyedia Jasa harus meluruskan atas biaya
sendiri). Bila Penyedia Jasa gagal meluruskan ketidaklurusan atau
ketidak-tegaklurusan pipa, sumur akan dinyatakan dibatalkan.
Pemasangan rangkaian pipa casing tidak boleh dimulai sebelum hal
hal tersebut dibawah ini dilakukan:
Sebelum konstruksi : Pipa Ø 8” dan screen di set di atas dan diberi
tanda urutan-urutannya.
Lubang bor di lot / diukur dengan beban pipa Ø 8” panjang 6 m
sampai kedalaman yang dimaksud.
19.2. Pipa Casing
Pipa PVC untuk pipa naik berdiameter 8” mempunyai standard SNI seri
S10 tekanan nominal 12,5 bar. Pada ujung pipa harus ada tempat
untuk sambungan solvent cement.
19.3. Pipa Saringan
Pipa saringan harus dari bahan PVC Ø 8” mempunyai standard SNI seri
S10 (atau dengan persetujuan Koordinator lapangan) dan “slot opening”
12,5 %.
19.3.1. Desain Pipa Screen PVC SNI

10 cm

0,2 cm 0,2 cm
6 cm

2 cm 2 cm

Pipa saringan harus dari bahan PVC dengan lebar celah 0,2 cm
(atau dengan persetujuan Koordinator lapangan), jarak antar celah 2 cm,
panjang celah 10 cm, dan jarak antar celah atas dan bawahnya adalah
6 cm dibuat zig-zag dengan slot opening minimal 12,5 %. Dengan slot
opening 12,5%, maka jumlah penyadapan airtanah pada akuifer yang
diambil akan lebih maksimal.
19.4. Kerucut Penutup Dasar (Bottom Cone)
Ujung dasar casing harus ditutup dengan memasang sumbat kerucut
dengan bahan dari besi, berlubang-lubang disesuaikan khusus untuk
memudahkan pengeluaran lumpur bor yang terdapat dalam ruangan
antara casing/screen dengan dinding lubang bor sebelum dan selama
kegiatan berlangsung. Kerucut Penutup ini diadakan oleh Penyedia
Jasa yang sesuai dengan gambar terlampir serta mendapat persetujuan
Koordinator lapangan.
19.5. Uji Ketegaklurusan (Plamus Test)
Lubang Bor harus tegak lurus sedemikian rupa hingga memungkinkan
untuk memasang pipa casing dan screen serta memungkinkan untuk
pengisian gravel pack secara homogen pada rongga antara pipa naik
dan dinding lubang bor. Lubang bor harus dibuat benar - benar vertikal
dan tegak lurus untuk menjamin kelancaran pemasangan pipa sumur.
Penyimpangan vertikal (vertical deviation) tidak boleh melebihi dua
pertiga dari diameter terkecil
sumur untuk setiap 30 m. Sebagai contoh, bilamana diameter terkecil
yang di bor adalah 150 mm, maka penyimpangan vertikal tidak boleh
melebihi
100 mm setiap 30 m.
Bilamana deviasi ini dilewati maka Penyedia Jasa wajib
melakukan pemboran ulang atas biaya sendiri.

20. GRAVEL PACK


Bahan Gravel harus dicuci hingga bebas dari bahan-bahan kotoran, lumpur,
ranting, plastik, dsb. Butir gravel terbentuk dari batuan keras tidak
karbonatan, tidak mengandung batu gamping atau batuan yang sifatnya rapuh.
Bentuk butir membulat, dengan bergradasi dari diameter 2 - 10 mm dengan 60%
diantaranya berdiameter 4 -
6 mm. Gravel pack harus mempunyai koefisien uniform berkisar antara 2.0
sampai
3.0.
Gravel dalam jumlah cukup harus disediakan dilokasi pemboran. Gravel pack
untuk setiap sumur yang akan dipasang harus telah disetujui Koordinator
lapangan.

21. PENGISIAN GRAVEL


Annulus antara lubang bor dengan pipa konstruksi, diisi gravel pack dari
total kedalaman sampai dengan kedalaman yang disetujui oleh Koordinator
lapangan (sampai kedalaman rencana dasar pembetonan, sesuai gambar
konstruksi).
Cara memasukan gravel pack dilakukan dengan sedikit demi sedikit dan
perlahan- lahan dari arah yang bergantian untuk menjaga agar tidak terjadi
keruntuhan dinding lubang bor atau terjadi penyumbatan lubang annulus.
Pada saat pengisian gravel tetap dilakukan sirkulasi lumpur bor dengan
viskositas antara 32 sampai 36 detik Marsh Funnel.
Setelah pemasangan pipa sumur selesai dan sesuai dengan yang direncanakan
maka gravel dengan ukuran yang telah ditentukan dimasukkan kedalam rongga
di luar pipa sumur dan di dalam lubang bor atau dalam ruang anulus menurut
cara yang disetujui oleh Koordinator Lapangan.
Penyedia Jasa harus selalu membuat catatan dan perhitungan tentang volume
gravel yang telah dimasukkan dan mengukur posisi kedalaman gravel
dalam lubang pemboran. Setelah pengisian gravel dinyatakan cukup oleh
Koordinator Lapangan maka penyempurnaan dan development sumur dapat
dimulai.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter kubik sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.
22. DEVELOPMENT
Pekerjaan Development merupakan penyempurnaan sumur dilakukan
dengan metode: flushing, high velocity jetting (water jetting atau air jetting),
dan air lifting. Setelah dilakukan development sumur harus dilakukan airlift test.

23. PERALATAN UTAMA DEVELOPMENT:


a. Kompresor berkapasitas minimal 350 CFM dengan tekanan kerja 120
psi;
b. Pipa Tiup (air line) Ø ¾” – 1” (150 m) dan Pipa Eductor Ø 3” (150 m)
termasuk
elbow, swivel dan peralatan
lain;
c. Alat Ukur Kadar Pasir (Sand Content
Measuring);
d. Sodium Three Poly Phosphate (STPP) atau additive lain yang
diperlukan;
e. Jetting
Tool.
23.1. Peralatan Utama Airlift
Test:
Peralatan utama Airlift Test sama dengan peralatan utama
development.
23.2. Metode Development
:
a.
Flushing
Pada prinsipnya pengembangan sumur dengan flushing
adalah menginjeksikan air bersih kedalam sumur dan masuk ke
akuifer sehingga material halus akan masuk kedalam sumur dan
gravel akan tertata sesuai besar butirannya. Metode flushing
dapat dioperasikan dengan menggunakan packer tunggal atau
packer ganda. Pada pengoperasianya alat ini digerakkan naik turun
dan berhenti sesaat sepanjang saringan (screen) sebaiknya permeter
screen yang dimulai dari screen terbawah.
b. High Velocity
Jetting
Pengembangan sumur dengan High Velocity Jetting
yaitu menyemprotkan air atau udara dengan kecepatan tinggi ke
dinding screen yang bertujuan untuk merontokkan partikel halus
yang menempel pada dinding screen. Kecepatan penyemprotan
(jetting) pada masing – masing lubang (nozzle) sekitar 45 – 90 m/dt,
dengan tekanan 120 psi.
Pada pengoperasiannya alat ini digerakkan berputar dan naik
turun sepanjang saringan (screen). Sebelum dilaksanakan High
Velocity Jetting agar ditambahkan Sodium Three Poly Phosphate
(STPP) kedalam sumur dan direndam selama 12 (dua belas) jam.
23.3. Metode Airlift
Test
Airlift test pada hakekatnya adalah mengangkat sejumlah air /
memompa dengan menggunakan tekanan udara yang ditiupkan dari
kompresor kedalam pipa udara (air line pipe) dan disemburkan
menggunakan nozel didalam pipa
eduktor sehingga oleh karena tekanan udara yang kuat, maka air akan
tertiup
/ terpompa
keluar.
Maksud dari airlift test disamping membersihkan sumur baik dari sisa -
sisa lumpir maupun kotoran lain sekaligus mengetahui perkiraan
kemampuan debit sumur dengan mengukur air yang keluar serta muka
air tanah didalam anulus antara pipa eduktor.
Prosedurnya adalah pipa eduktor diameter 3” (tiga inchi) yang
dipasang didalam pipa buta (blank pipe) sepanjang kedalaman blank
pipe; didalam blank pipe kemudian dipasang pipa tiup / air pipe / air
line 1” (satu inchi) yang dilengkapi nozel sampai kedalaman yang
ditentukan. Udara bertekanan tinggi dari kompresor dialirkan sehingga
dari pipa eduktor akan keluar air yang diukur dengan alat ukur debit V-
notch.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per jam sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya
upah tenaga, bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

24. PUMPING TEST


24.1. Peralatan dan Kelengkapannya
Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pemompaan uji adalah
sebagai berikut :
1) Alat Pemompaan:
Pemompaan uji dilaksanakan dengan jenis pompa Submersible
yang mempunyai kapasitas tertentu, dengan tinggi head
penghisap yang ditentukan, lengkap dengan mesin penggerak dan
pengatur debit.
2) Alat Pengukur Debit:
Debit pemompaan diukur dan diamati dengan menggunakan kotak
pengukur debit yang dilengkapi dengan alat ukur thompson tipe V-
notch atau orifice weir atau flow-meter.
3) Alat Pengukur Muka Air:
Permukaan air didalam sumur diukur dengan indikator muka air
dengan ketelitian pengukuran paling tidak 1 (satu) cm dan
menggunakan tenaga listrik (battery), alat ukur harus mampu dan
cukup peka sampai kedalaman
80 m. Beberapa alat ukur terlalu peka, sehingga pada kedalaman
tertentu, dalam suasana lembab sudah walaupun sesungguhnya
belum mencapai muka air sudah mengindikasikan muka air; Alat yang
demikian tidak dapat digunakan dan harus diganti.
4) Alat Pelengkap Lainnya :
Untuk melaksanakan pengukuran yang tepat dan sesuai dengan
periode waktu yang ditentukan maka dibutuhkan stop watch atau
jam. Jika diperlukan, untuk melakukan pengamatan pada sumur-
sumur pengamat di sekitar sumur yang dipompa dibutuhkan alat
transportasi untuk personil pemompaan uji.
Disamping alat pelengkap diatas, dalam kegiatan pemompaan
uji, dilapangan juga harus tersedia alat alat bantu kunci-kunci seperti
kunci pipa, kunci rantai, klem-klem pipa dsb nya.
Setelah penyempurnaan sumur selesai dikerjakan dan hasilnya diterima
oleh Koordinator lapangan, atas dasar data kadar pasir terakhir dari
airlift sumur yang telah dikontruksi, Penyedia Jasa harus segera
memasang peralatan pompa untuk pengujian sumur.
Penyedia Jasa harus menyiapkan alat-alat dan kelengkapan lainnya
untuk uji pemompaan seperti disebutkan diatas.
24.2. Pemompaan Uji Pendahuluan
Sesudah pompa dipasang, pemompaan uji pendahuluan atau sering
disebut dengan pemompaan uji percobaan / trial pumping test dilakukan
pada sumur dengan debit maksimum sesuai dengan kapasitas sumur
(dipertimbangkan dari data airlift test) dan dilangsungkan selama 2
(dua) jam, kemudian diukur debit dan permukaan air untuk selang
waktu yang telah ditentukan. Debit akhir setelah 1 (satu) jam
pemompaan akan dipertimbangkan sebagai “debit sementara” sumur,
untuk perencanaan “Uji Surut Berjenjang” (Step Drawdown Test)
selanjutnya.
24.3. Uji Surut Berjenjang (Step Drawdown Test)
Sebelum dimulai uji surut berjenjang, setiap sumur harus didiamkan
selama minimum delapan (8) jam, tanpa pemompaan.
Tujuan dari step drowdown test adalah untuk menilai keadaan
kontruksi sumur dengan menentukan Well Loss Coeficients dan
Aquifer Loss Coeficients untuk merancang besarnya debit
pemompaan uji akuifer selanjutnya.
Uji surut berjenjang harus dilakukan menerus sesuai dengan prosedur,
dan sedikitnya dilakukan 4 (empat) tahap (jenjang) pengukuran
dengan debit pemompaan yang berbeda pada setiap tahap.
Waktu pemompaan paling sedikit 120 menit setiap tahap, Debit
Pemompaan setiap tahap ditentukan oleh Koordinator lapangan.
Sedangkan debit maksimumnya sesuai dengan debit yang diperoleh
dari pemompaan uji pendahuluan.
Contoh
:
Step I : 5 l/det.
Step II : 10
l/det. Step III :
15 l/det. Step IV :
20 l/det.
kemudian diamati penurunan muka air sumur produksi dan penurunan
muka air sumur yang ada disekitarnya (bila ada), khususnya sumur
pisometer di sekitarnya pada tiap interval 5 menit, pada tiga puluh
(30) menit pertama
setelah pengujian dimulai dan pada interval sepuluh (10) menit
sesudahnya.

Waktu Interval pengukuran


0 sampai 30 menit 5 menit
30 menit dan seterusnya 10 menit

24.4 Pemompaan Uji Debit


Tetap
Pemompaan uji dengan debit tetap secara menerus selama 72 (tujuh
puluh dua) jam. Debit pemompaan akan ditetapkan oleh
Koordinator lapanganberdasarkan hasil uji surut berjenjang sebelumnya.
Pemompaan uji debit tetap ini dimulai 24 jam sesudah SWL kembali
seperti semula.
Air yang dipompa selama pengujian ini harus di salurkan dan dibuang
ke sungai atau saluran air, yang jaraknya harus lebih dari 100 m dari
sumur produksi yang diuji atau atas persetujuan Koordinator
lapangan. Saluran pembuangan air harus terbuat dari pipa PVC atau
selang plastik gulung atau dibuat saluran sementara dari lembar plastik
atas persetujuan Koordinator lapangan.
Biaya akibat pekerjaan tersebut diatas harus sudah dimasukkan ke
dalam harga satuan pekerjaan.
Macam pengukuran yang dilakukan selama pengujian debit tetap
adalah sebagai berikut :
a. Debit
pemompaan;
b. Muka air pada sumur produksi dan sumur-sumur yang terletak
dalam radius 150 meter, termasuk sumur gali yang ada, diukur
dengan interval waktu seperti diuraikan dalam butir di bawah
ini dan disetujui Koordinator lapangan;
c. Suhu air, Electrical Conductivity, pH, pada pemompaan pada
setiap interval waktu pada tiap jam;
d. Kandungan pasir pada air yang dipompa tiap 2
jam.
Pengukuran – pengukuran tersebut harus dicatat dalam blangko
pemompaan uji yang telah ditentukan, disamping itu beberapa hal
yang juga harus di
catat didalamnya adalah : curah hujan, suhu udara, tekanan udara
pada daerah pemompaan (bila diperlukan).
Penurunan dari muka air pada sumur yang dipompa dan bangunan penyadap
air tanah lainnya selama 72 jam pada selang waktu sebagai berikut.

Waktu Interval pengukuran


0 sampai 10 menit 1 menit
10 sampai 20 menit 2 menit
20 sampai 60 menit 5 menit
1 sampai 2 jam 10 menit
2 sampai 3 jam 20 menit
3 sampai 5 jam 30 menit
5 sampai 10 jam 1 jam
10 sampai 24 jam 2 jam
24 sampai 60 jam 3 jam
60 sampai 72 jam 4 jam

24.5. Pengamatan Recovery /


Kambuh
Penyedia Jasa mengukur kambuhnya (recovery) muka air sumur
dan bangunan penyadap airtanah lainnya dalam interval waktu
yang sama sesudah pompa dihentikan sampai muka air mencapai
muka air asli, atau untuk waktu 24 jam.
Pemompaan uji debit tetap harus diulang apabila pemompaan
terhenti sebelum pengujian 48 jam selesai, karena kerusakan mesin
atau alasan lainnya dengan biaya ditanggung oleh pihak Penyedia Jasa.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per jam sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya
upah tenaga, bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

25. ANALISA KUALITAS AIR


Pada waktu pemompaan uji di tia sumur, Penyedia Jasa harus mengambil
contoh air sumur untuk dianalisa.
Pengambilan contoh air dilaksanakan sesaat menjelang berakhirnya
pemompaan uji debit tetap sebanyak 2 (dua) contoh untuk tiap sumur
dengan volume masing - masing tidak kurang dari 1 (satu) liter.
Contoh air tersebut disimpan dalam botol gelas atau polyethilene yang
sebelum dipakai harus dicuci dan dibilas dengan air sumur tersebut paling tidak
sebanyak tiga kali, kemudian diisi penuh sehingga tidak ada udara yang
tertinggal didalam, lalu ditutup dengan rapat. Pada masing - masing botol
dicantumkan tulisan nomor sumur, lokasi dan tanggal pengambilan contoh air
tersebut.
Analisa air untuk sumur - sumur Air Tanah Penyedia Jasa harus melakukan
analisa kimia terhadap salah satu dari contoh air tesebut dengan segera
yaitu dengan
mengirimkan ke laboratorium yang disetujui oleh Koordinator Lapangan.
Contoh air yang kedua harus segera dikirimkan pada Koordinator Lapangan di
Kantor Proyek untuk diamati.
Analisa kimia air harus dilakukan terhadap parameter PERMENKES
NO.
492/MENKES/PER/IV/2010 sebagai
berikut :
1. Suhu 11. Magnesium
2. Warna 12. Ferum
3. Bau 13. Tembaga
4. Rasa 14. Seng
5. Turbidity (kekeruhan) 15. Chlorida
6. Konduktivitas 16. Sulfat
7. Total Zat Padat Terlarut (TDS) 17. Amonia
8. Derajat Keasaman(Ph) 18. Nitrat
9. Kesadahan 19. Nitrit
10. Calcium 20. Sianida

Kandungan - kandungan zat kimia tersebut diukur dan dinyatakan dalam satuan
ppm serta diberikan rekomendasi tentang memenuhi syarat atau tidaknya air
tersebut dipakai sebagai air minum maupun air irigasi. Prosentase kesalahan
maksimum yang diijinkan untuk analisa kimia contoh air dari tiap sumur
ditetapkan sebagai berikut : TDS (ppm) 50 100 200
500 1.000 2.000
% Kesalahan
Maksimum
yang diizinkan 15 7 5 4 3
2
Apabila hasil analisa kimia contoh air dari suatu sumur menyimpang dari yang
telah ditentukan maka Penyedia Jasa harus melakukan analisa ulang terhadap
contoh air sumur tersebut dengan biaya sendiri.
Analisa air untuk kepentingan air baku air minum unsur - unsur yang
dianalisa didasarkan pada standar mutu Kementerian Kesehatan untuk air
minum.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per contoh analisa kualitas air
sesuai dalam daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya
upah tenaga, bahan, alat dan perlengkapan yang dipakai.

26. PENGISIAN SEMEN


Setelah development sumur selesai dan pipa konduktor dicabut maka rongga
sisa lubang bor dengan pipa buta, kemudian diluar pipa buta sumur harus
diisi semen atau grouting mulai kedalaman tertentu sampai ke permukaan
tanah. Cara pengisian
dan kedalamannya untuk tiap lokasi akan ditentukan oleh Koordinator
Lapangan di lapangan.
Pengisian semen (grouting) dapat juga dilakukan pada suatu zona
kedalaman tertentu guna menahan intrusi dan atau kontaminasi air tanah yang
berkualitas jelek atau tidak diinginkan airnya untuk disadap, penyemenan
tersebut apabila ada akan diperintahkan dan diberi petunjuk oleh Koordinator
Lapangan.
Perhitungan pembayaran dihitung dalam satuan per meter kubik sesuai dalam
daftar volume pekerjaan. Satuan harga tersebut, termasuk biaya upah tenaga,
bahan, alat yang dipakai.

27. PENYELESAIAN SUMUR DAN LAPORAN

Setelah pemompaan uji diatas selesai dikerjakan, Penyedia Jasa memasang


patok beton.
a. Patok beton dipasang sedekat mungkin dengan titik sumur dengan
diberi bung dari identitas sumur, nomor serta Tahun Anggaran
pembuatannya.
b. Pembongkaran peralatan pemompaan uji.
Setelah pemboran dan pekerjaan lain yang dinyatakan dalam kontrak telah
selesai dilakukan disuatu lokasi, mesin bor dibongkar dan diangkut ke lokasi
berikutnya oleh Penyedia Jasa. Pemindahan mesin bor ke lokasi berikutnya
dilakukan setelah ijin diberikan oleh Koordinator lapangan.

28. PENIMBUNAN SUMUR / WELL ABANDON


Dalam pekerjaan ini, kemungkinan dapat terjadi kegagalan pekerjaan yang
berupa sumur yang dinyatakan oleh Koordinator Lapangan tidak terpakai atau
sumur gagal atau sumur rusak oleh karena sebab apapun serta telah diganti
ditempat lain, maka sumur yangt tidak terpakai dan ditinggalkan harus ditutup /
diurug dengan material semen/grouting.
Proses penutupan harus laporkan dan didokumentasikan serta disaksikan
oleh Koordinator Lapangan. Biaya dan material timbunan diperhitungkan
sebagai biaya grouting.

C. PEKERJAAN LAIN – LAIN


• As Built
Drawing
Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar as built drawing dari
setiap scheme yang dikerjakan pada kertas ukuran A3. Pada gambar
tersebut harus terlihat jelas untuk penempatan Patok Tanda Nomor
Sumur.
Penyedia Jasa harus menyerahkan ke Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) :
a. Draft gambar yang telah mendapat persetujuan dari
Koordinator Pelaksanaan, Konsultan, Pelaksana Teknik, PPK
dengan ukuran A3 sejumlah 1 (satu) berkas.
b. Gambar cetak dengan ukuran A3 sejumlah 3 (tiga)
berkas.
c. Softcopy gambar cetak pada CD (compact disc) sejumlah 3 (tiga)
buah. Biaya pembuatan As Built Drawing beserta softcopy menjadi
tanggung jawab Penyedia Jasa dan diperhitungkan pada dokumen
penawaran.
• Pencatatan dan
laporan
Pencatatan rinci dari semua kegiatan kontruksi disimpan selama
pekerjaan berjalan dan Koordinator Pelaksanaan harus mempunyai
semua arsip dari semua data dan keterangan. Setiap tagihan termyn
Penyedia Jasa wajib / harus menyerahkan laporan harian pada akhir
termyn.
Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Koordinator Pelaksanaan
laporan kemajuan harian, yang melaporkan pekerjaan yang dilakukan
setiap hari, termasuk berbagai pekerjaan yang diselesaikan, dan data
lainnya yang diminta Koordinator Pelaksanaan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan Akhir kepada Pejabat
Pembuat Komitmen Pendayagunaan Air Tanah tentang berbagai
masalah teknik dari semua kegiatan pekerjaan konstruksi dan disusun
berdasarkan kontrak paket konstruksi dengan sistematika penyajian
sebagai berikut.
Laporan yang harus dibuat, yang
isinya :
Constraction Drawing;
Laporan Harian;
Laporan Mingguan;
Laporan Bulanan;
As Built Drawing;
Dokumentasi;
Masing-masing dibuat 3 ganda
;
Laporan diserahkan kepada Koordinator Pelaksanaan
selambat- lambatnya sebelum dilakukan Penyerahan Pekerjaan
Pertama (PHO);
Semua biaya untuk pemenuhan persyaratan laporan dan dokumen
lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan sudah
termasuk dalam dokumen penawaran.
Ketentuan-Ketentuan yang Harus Dilaksanakan
- Pelaksanaan MC. 0%, MC.
100% :
a. Penyedia Jasa bersama-sama dengan PPK Pendayagunaan Air
Tanah yang diwakili oleh Tim Mutual Check (MC),
Koordinator
Pelaksanaan Pekerjaan dan Konsultan (bila ada) harus
melaksanakan perhitungan awal bersama / MC. 0 sebelum
memulai pelaksanaan konstruksi, dengan referensi gambar-
gambar desain, konstruksi serta berpedoman pada syarat-syarat
dalam Dokumen Pengadaan.;
b. Penyedia Jasa bersama-sama dengan PPK Pendayagunaan Air
Tanah yang diwakili oleh Tim Mutual Check (MC),
Koordinator Pelaksanaan Pekerjaan dan Konsultan (bila ada)
harus melaksanakan perhitungan akhir bersama / MC. 100
terhadap semua pekerjaan pemboran yang telah dikerjakan dan
terhadap sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan yang
tercakup dalam kontrak dan pekerjaan tambah / kurang yang
diperintahkan Pejabat Pembuat Komitmen dengan
memperhatikan ketersediaan dana yang ada;
c. Sebagian besar atau seluruhnya dari hasil Perhitungan Awal /
MC. 0 harus selesai paling lambat 1 (satu) bulan sejak
diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
d. Perhitungan Akhir / MC. 100 secara keseluruhan, dapat
dilaksanakan bila prestasi pekerjaan sudah mencapai kurang lebih
80%.
- Kantor Lapangan
a. Penyedia Jasa harus menyediakan ruangan atau Bangunan /
Kantor Lapangan, dapat dengan cara sewa atau dengan membuat
bangunan sementara untuk keperluan pelaksanaan kontrak, jika
tidak ditetapkan secara terpisah / tersendiri dalam daftar kuantitas
dan harga. Semua biaya untuk pemenuhan persyaratan
fasilitas kantor lapangan sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa dan sudah termasuk dalam dokumen
penawaran;
b. Letak kantor sementara ini harus diusahakan dipilih pada tempat
yang mudah jangkauannya dan dapat mewakili dari semua lokasi
pekerjaan.
c. Kantor Lapangan harus dilengkapi dengan perabotan
secukupnya untuk keperluan kegiatan administrasi pelaksanaan
pekerjaan;
d. Penyedia Jasa jika perlu harus membuat bangunan
sementara tambahan lainnya guna menunjang kelancaran
pelaksanaan pekerjaan;
e. Penyedia Jasa harus membuat minimum 1 (satu) buah Papan
Nama Proyek dan penempatannya sesuai dengan petunjuk
Koordinator Pelaksanaan / Pengawas Lapangan;
f. Jika tidak ditetapkan secara terpisah/tersendiri, semua biaya
yang diperlukan untuk kegiatan pekerjaan sementara, Papan
Nama dan pekerjaan bantu lainnya harus telah diperhitungkan
dalam penawaran dalam harga satuan pekerjaan untuk masing-
masing jenis pekerjaan.
- Bahan, Mutu Bahan Dan Peralatan
a. Syarat-syarat dan Mutu Bahan-bahan Bangunan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kontrak ini, harus memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI);
b. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
yang tercakup dalam kontrak harus didatangkan sendiri oleh
Penyedia Jasa atau dengan memanfaatkan Pengusaha
Pengadaan Material / Leveransir;
c. Bahan-bahan atau produk fabrikasi yang akan dipasang
maupun digunakan dalam pelaksanaan kontrak ini, diutamakan
menggunakan Produksi Dalam Negeri;
d. Bahan-bahan tambang yang bukan hasil produk fabrikasi
tersebut harus diambil dari lokasi-lokasi pengambilan yang telah
diajukan dan telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen atau
Wakilnya;
e. Bahan-bahan yang telah didatangkan ke lapangan oleh Penyedia
Jasa, dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadapnya,
ternyata tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan contoh
bahan yang telah diserahkan sebelumnya kepada Pejabat
Pembuat Komitmen, harus segera dikeluarkan atau dibuang dari
lokasi pekerjaan dalam waktu yang ditetapkan dalam Surat
Perintah yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen;
f. Semua Peralatan yang akan dipakai dan diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa;
g. Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau paling lambat
dalam waktu sebagaimana ditetapkan dalam Surat Perintah
Mulai Kerja, Penyedia Jasa harus melakukan tindakan
Mobilisasi Peralatan tersebut, menyiapkan personil, Kantor
lapangan dan keperluan lainnya serta harus melaporkan secara
tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.
- Masa Pemeliharaan :
a. Sebelum dilakukan Penyerahan Pekerjaan Pertama (PHO)
Penyedia Jasa diwajibkan menyusun Rencana Pemeliharaan
yang memuat : jadwal rencana Inspeksi Berkala, dan
personil lapangan yang ditunjuk;
b. Kegiatan yang merupakan bagian masa pemeliharaan
meliputi perbaikan kerusakan pekerjaan yang timbul akibat
kelalaian Penyedia Jasa atau kerusakan kerusakan yang timbul
semata-mata bukan karena pengaruh alam / bencana alam;
c. Pembersihan dan pembuangan rumput yang tumbuh disekitar
rumah pompa;
d. Perawatan saluran dan bangunan serta peralatan lainnya yang
tercakup dalam kontrak;
e. Penyempurnaan dan perbaikan adanya cacat dan kekurangan
kecil yang dianggap wajar, yang dijumpai dan dilaporkan
pada saat pemeriksaan pekerjaan untuk penyerahan pertama
pekerjaan;
f. Pembersihan lapangan pekerjaan dari sisa bahan-bahan
bangunan, bongkaran bangunan sementara atau bangunan bantu;
g. Penyedia Jasa wajib memulihkan lokasi pekerjaan seperti
semula, setelah pekerjaan pemboran selesai.
PPK Pendayagunaan Air
Tanah

Sukoharjo, 22 Oktober
2020
PPK Pendayagunaan Air
Tanah

FATHORO TRIMARIAT, ST.


MT
NIP. 19840321 201012 1
002

Anda mungkin juga menyukai