Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PROSEDUR DAN HASIL PENELITIAN

4.1 Kegiatan Pemboran


4.1.1 Tahap Persiapan
Kelancaran proses pemboran tergantung dari langka awal dimana
seluruh alat dalam kondisi baik dan diharapkan seluruh peralatan berada di
lokasi sebelum kegiatan dimulai. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui
kekurangan dan kelengkapan serta mengefisienkan waktu. Pada tahap persiapan
dilakukan pekerjaan – pekerjaan sebagai berikut:

a. Transportasi Alat
Jalan masuk ke dalam lingkungan lokasi kerja menggunakan jalan-jalan
setempat yang telah ada, yang berhubungan dengan Jalan Raya yang berdekatan
dengan lokasi proyek, dalam hal belum tidak ada jalan maka penyedia jasa harus
membuat jalan akses sementara dan atau permanen.
Penyedia jasa hendaknya berpegang pada semua peraturan dan
ketentuan hukum yang berhubungan dengan penggunaan jalan dan arah
angkutan umum dan bertanggung jawab terhadap kerusakan akibat penggunaan
tersebut.
Penyedia Jasa harus memperbaiki atau memperlebar jalan yang ada,
memperbaiki dan memperkuat jembatan sehingga memenuhi kebutuhan
pengangkutan, sejauh yang dibutuhkan untuk pekerjaannya.
Semua pekerjaan yang dimaksudkan Penyedia jasa untuk dikerjakan dalam
hubungannya dengan jalan dan jembatan harus direncanakan sedemikian rupa,
sehingga tidak mengganggu lalulintas dan harus mendapat persetujuan direksi
dan perlu pengaturan sebaik-baiknya dengan pemerintah setempat dan atau
Badan Swasta bila diperlukan.

Page | 25
Pengguna Jasa tidak bertanggung jawab terhadap pemeliharaan jalan
masuk atau bangunan yang digunakan oleh penyedia Jasa selama pelaksanaan
pekerjaan.
Apabila Penyedia Jasa membuhkan jalan lain yang tidak ditentukan oleh
Direksi harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa atas bebannya sendiri dan harga
untuk semua pekerjaan tersebut sudah termasuk dalam harga kontrak.

b. Peralatan Pemboran
1. Mesin bor
a. Mesin bor yang digunakan adalah tipe mesin bor putar (rotary drilling
rig) untuk pemboran air tanah dengan sistem sirkulasi lumpur langsung
atau sirkulasi terbalik (direct or reserve mud circulation). Pemboran
dengan memakai tekanan udara (down hole hammer) juga harus
disisipkan jika menjumpai formasi batuan tertentu yang harus dibor
dengan cara ini.
b. Ukuran dan kapasitas mesin bor harus sesuai dengan ketentuan berikut
ini.
- Kapasitas : 200 dengan stang bor minimal berukuran
2 7/8”
dan dapat digunakan dengan mata bor 17”.
- Menara/tripod : Tinggi minimum 8 m dengan kekuatan menehan
beban 15.000 kg, dipasang pada landasan yang
menyatu dengan mesin.
- Draw work : 3.500 kg single line dan 200 m kawat seling
minimal diameter 16 mm.
- Rotari table : Mampu memutar stang bor 2 7/8” dan
memasang casing 18”.
- Power unit : Sesuai dengan karakteristik mesin bornya.
c. Mesin bor dipasang dalam bentuk skid mounted, truck atau tractor
mounted, minimal satu diantaranya dalam bentuk skid mounted.

Page | 26
2. Mud Pump (pompa lumpur)
Pompa lumpur untuk sirkulasi pemboran harus berupa pimpa lumpur
duplek atau tripleks, double action, dengan kapasitas minimal 550 I/menit
dan tekanan kerja 20 kg/cm2 (284,4 p-si = 19,6 bar)
3. Kompresor udara
Kapasitas minimal untuk kompresor udara yang diizinkan dipakai minimal
adalah 10 bar.
4. Truck Cranc.
Truck crane diperlukan pekerjaan re-develoment dan bongkar pasang
pompa untuk pumping test, kapasitas truck crane minimal 2 ton denga
panjang lengan 4 m, dan mampu berputar 1800.
▪ Peralatan Pemboran dan kelengkapanya.
1. Stang bor (rod)
Setiap mesin bor harus dilengkapi dengan stang bor (rod)
konvensional berdiamater minimal 2 3/8” dengan total panjang tidak
kurang dari 100 m. Stang bor harus lurus, dilengkapi sambungan dalam
kondisi baik dan aman dipakai.
2. Drill collar dan sub bit
Rangkain stang bor minimal harus dilengkapi 1 batang drill collar dengan
ukuran masing-masing 4” x 3 m dengan berat minimal 114 kg, lengkap
dengan kombinasi sambungan (sub) yang sesuai.
3. Mata bor (drill bit)
Roller bit dengan ukuran 7”- 8 ¾ “ dan 12” – 13 ¾” ; wing bit ukuran 14 ¾”
dan 17 ½” yang disetujui direksi dan harus selalu tersedia dilokasi
pemboran.
4. Mesin las.
Mesin las kapasitas minimal 200 Amps, lengkap dengan alat
pemotongannya yang disetujui direksi harus selalu tersedia dilokasi
pemboran.

Page | 27
▪ Peralatan penyempurnaan sumur (well develomnt toll).
- Kompresor udara dengan kapasitas minimum 350 cfm/120 psi.
- Double packer swabbing tools untuk screen Ø 6” (Lampiran D-1)
- Single pacer swabbing tools Ø ¾” – 1” Panjang minimal 102 m.
- Pipa tiup (air line) Ø ¾” panjang minimal 106 m, termasuk elbow/kni untuk
pengujian (lihat diagram Airlift Instalation pada Lampiran – E)
- Alat ukur kadar Pasir (sand content).
- Paston dan Sand Line (tidak diharuskan).
- Surging Block Ø 6” (tidak diharuskan).
- Sodium Three Poly Phospat (STPP).
- Jetting Toll (Lampiran-G).
▪ Peralatan pemompaan uji.
- Pompa selam (submersible) dengan kapasitas 12 I/dt-head 50 m
lengkap
dengan genset atau pompa turbin dengan kapasitas 12 I/dt-head 50 m.
- Alat ukur kedalaman muka air sumur (dengan akurasi 1 cm)
- Alat ukur debit air (V notch / orifice)
- Termomter, pH meter dan EC meter.
Rangkaian peralatan yang digunakan untuk suatu kegiatan pemboran dapat
dilihat pada (Gambar 4.1)

Page | 28
Gambar 4.1 Alat Bor Model MBR-6 Rotary

Penggunaan mesin bor ini mempunyai keistimewaan tersendiri seperti :


a. Mudah dalam pengoperasiannya.
b. Tidak membutuhkan tenaga kerja yang banyak
c. Penghematan tenaga karena dalam pemasangan pipa pelindung dan
pencabutan Drill Rod dapat langsung menggunakan mesin ini.
d. Keselamatan kerja yang lebih baik karena tempat kerja yang tidak terlalu licin
akibat lumpur bor.

Page | 29
c. Persiapan Lokasi Pemboran
Sebelum mobilisasi perlu mempersiapkan peralatan, perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pekerejaan pemboran/kontruksi sumur, serta penempatannya
pada lokasi pemboran. Setelah itu pekerjaan lokasi dapat dimulai :
a. Apabila diperlukan, dipasang lapisan batu pada lokasi pemboran hingga
permukaannya menjadi lebih tinggi untuk menghindari genangan air (
terutama pada musim hujan).
b. Untuk pemboran dengan metoda “ Direc Circulation Mud Flash” diperlukan
membuat 2 (dua) Kolam Lumpur, berukuran 2 meter x 2 meter x2 meter
dengan dinding yang dibuat miring.
c. Kolam-kolam tersebut diatas dihubungkan satu dengan lainnya kelubang bor
melalui saluran penghubung dengan ukuran lebar pada bagian dasarnya 0,4
meter dengan ukuran kedalaman 0,5 meter. Saluran ini dilengkapi dengan
kolam pengendap berukuran 1 meter x 1 meter x 1 meter.
d. Penempatan kolam Lumpur pertama dengan kolam pengendap, jaraknya
tidak terlalu dekat (± 4 meter) agar aliran Lumpur cukup tenang, sehingga
ada kesempatan bagi kotoran (cutting) yang halus untuk mengendap
sebelum masuk ke kolam Lumpur. Begitu juga jarak antara kolam lumpur
pertama dengan kolam Lumpur kedua dengan maksud yang sama ( ±6
meter).
e. Penempatan kolam Lumpur sedemikian rupa, sehingga Lumpur yang keluar
dari lubang bor langsung dialirkan menuju ke kolam pengendap.
f. Pipa hisap dari pompa Lumpur yang dimasukkan pada kolam Lumpur kedua
harus ditempatkan pada jarak yang agak jauh dari mulut saluran tempat
datangnya Lumpur dari kolam Lumpur pertama, sehingga diperoleh
kesempatan bagi sisa-sisa kotoran yang masih terbawa untuk mengendap
dan tidak langsung terisap ulang. Demikian juga kedalaman pembebanan
ujung pipa hisap pompa Lumpur agar tidak boleh terlalu dekat dengan dasar
kolam.

Page | 30
4.1.2 Pelaksanaan Pemboran
Tahap kegiatan pemboran dilakukan dengan tiga tahap sebagai berikut :
1. Pemboran Awal
Pemboran awal dari kedalaman 1 - 2 meter dengan diameter mata
bornya (bit) 20” kemudian dilakukan pemasangan casing pengaman yang
berdiameter 20”, Hal ini dilakukan sebagai antisipasi dari resiko longsoran
diatas permukaan, sebagaimana diketahui bahwa lapisan penutup dari
daerah penelityian sebagian besar adalah pasir.
2. Pemboran Inti (pilot hole)
Pemboran inti dikerjakan mulai dari kedalam 2 – 108 meter dengan
menggunakan mata bor jenis Wing Bit berdiameter 7”, dan dalam kondisi
tertentu digunakan mata bor jenis Tricone Bit. Pemboran ini dimaksudkan
untuk mengetahui perlapisan batuan secara detail dan penentuan letak dan
ketebalan lapisan pembawa air (akuifer) dengan cara melakukan diskripsi
cutting (potongan atau irisan batuan) yang naik melalui lumpur sirkulasi.
Pemgamatan diskripsi cutting dilakukan tiap penetrasi mata bor yang
menembus batuan per satumeter.
3. Pelebaran lubang bor (reaming hole)
Kegiatan pelebaran lubang bor (reaming hole) terdiri dari dua
kegiatan yaitu :
▪ Pelebaran lubang bor awal, dimana pada kegiatan pelebaran ini mata bor
yang digunakan adalah Wing bit berdiameter 14”, pada keadaan tertentu
atau batuan yang sangat keras digunakan mata bor jenis Tricone.
Kedalaman dan pelebaran ini sama dengan kedalaman pemboran inti
(pilot hole) yaitu 2 – 108 meter dibawah permukaan tanah.
▪ Pelebara lubang berlanjut, dimana pada kegiatan pelebaran ini mata bor
yang digunakan hanya mata bor dengan jenis Wing Bit berdiameter 17”
dengan kedalaman 2 – 45 meter. Pelebaran ini bertujuan sebagai tempat
pipa Jampang (top casing) ditambah dengan Gravel Pack sebagai filtrasi
dan penguat konstruksi.

Page | 31
4.1.3 Pengukuran Logging Test
Setelah pengeboran inti (pilot hole) mencapai kedalaman 108 meter,
maka pemboran dihentikan dan dilanjutkan dengan pekerjaan Well logging Test.
Metode ini dalam banyak hal dapat memberikan informasi secara langung serta
dapat menentukan letak dan tebal lapisan pembawa air (akuifer) yang nantinya
berfungsi untuk penempatan saringan (screen) pada saat konstruksi sumur bor
dilakukan.

4.2 Hasil Penelitian


Data hasil penelitian pemboran diambil selama pemboran berlangsung
yang berupa cutting yang naik kepermukaan melalui Lumpur pembilas kemudian
dideskripsikan untuk mengetahui susunan litologi daerah penelitian. Adapun
deskripsi cutting pada tabel sebagai berikut :

No Kedalaman (meter) Litologi


1 0,0 – 8,0 Lapisan penutup tanah timbunan jenis basaltic lapuk

2 8,0 – 10 Batu Pasir halus bercampur lumpur


3 10 – 19 Batu Pasir halus
4 19 – 28 Batu Pasir Kasar bercampur kerikil
5 28 – 40 Batu konglomerat fragmen basaltik
6 40 – ~ Batuan basaltik fress

4.3 Konstruksi Sumur


Kontruksi sumur dalam hal ini adalah pemasangan atau pendesainan
beberapa tahap yang diperlukan sumur dengan tujuan untuk memberikan hasil
yang optimal. Adapun kegiatan meliputi :
a. Materi Pipa
Pada dasarnya material yang dipakai pada kontruksi sumur Dalam (DTW)
untuk Istalasi sumur antara lain:

Page | 32
a. Pipa Blank Black Steel Ø 12”
b. Pipa Blank Black stell Ø 10”.
c. Pipa Screen Low CarbonØ 10”.
d. Pipa Screen Low Carbon Ø 8”.
e. Reducer Ø 10” – 8”.
f. Centralizer Ø 6” – 17”
g. Centralizer Ø 6” – 12 ¾”
h. Tutup sumur ( Plange 12 “ )
i. Bottom Plug

b. Material Gravel Pack.


a. Material gravel tersebut terdiri dari batuan keras, tidak mengandung batu
gamping atau batuan gampingan, tidak mengandung lumpur, bebutiran bulat
dan ukurannya bergradasi.
b. Berdasarkan analisa butir contoh batuan hasil pemboran (cutting), Direksi
akan menetukan ukuran gradasi dari gravel yang dipakai pada sumur.
c. Setelah intervaldiameter butir bahan gravel ditentukan (misalnya antara 2
mm sampai 10 mm), maka harus dilakukan analisa besar butir terhadap contoh
bahan yang disesuaikan untuk dipakai sebagai bahan gravel pack.
d. Kemudian hasil analisa tersebut diserahkan untuk di pertimbangkan. Setelah
itu di setujui, bahan gravel tersebut harus di lokasi pemboran sebelum
pamasangan pipa semur dimulai.

Pemasangan pipa dan saringan dilakukan segera mungkin setelah


pembesaran lubang dan pembersihan kotoran disepanjang lubang bor. Karena
bila terjadi penundaan, dikuatirkan terjadi penyumbatan lubang bor akibat
runtuhan di dinding lubang.
Karena pemasangan konstruksi menggunakan pipa jenis PVC maka untuk
penyambungan di ikat dengan menggunakan lem pipa dimana sebelumnya telah
di kuatkan dengan skrup yang dipasang pada sisi sambungan, kemudian pada sisi

Page | 33
pipa di pasang penguat agar pipa tidak goyang pada posisinya yang biasa di beri
nama centraliser. Demikian pula dengan penyambungan antara pipa, reduser
dan saringan, juga menggunakan cara tersebut seperti di atas, namun karena
saringan yang digunakan adalah berkonstruksi besi maka penyambungan di
gunakan cara pengelasan.
Gravel dengan ukuran 3–6 mm dimasukkan ke dalam lubang antara
dinding terluar pipa kontruksi sampai kedalaman dimana reduser ditempatkan
dan pada waktu pemasukan gravel ini di lakukan penyemprotan air agar gravel
packing ini dapat mengisi rongga-rongga yang kosong antara pipa dengan dinding
lubang dan membantu reduser agar tetap pada tempatnya sehingga lobang
dapat bersih dari lumpur sisa hasil pemboran. Selanjutnya dengan pembersihan
sumur dengan menggunakan metoda peyemprotan angin kedalam lubang bor
untuk betul-betul mendapat hasil yang maksimal dengan penggunaan metode
kompresor.
Kegiatan-kegiatan dalam kontruksi sumur bor di sesuaikan dengan litologi
yang ada.

4.4 Pembersihan Sumur

a. Water Jetting
Setelah pemasukan gravel ke ruang antara pipa dengan dinding lubang
bor, maka di lakukan “Water jetting” yaitu penyemprotan air dengan tekanan ke
dalam sumur yang di arahkan tepat pada saringan yang di pasang. Pekerjaan ini
di maksudkan agar gravel dapat menyebar secara gradasi mulai dari yang kasar di
sisi luar pipa saringan, selain itu “water jetting” juga berguna untuk
membersihkan sumur dari sisa-sisa lumpur pemboran.

b. Komperesor
Hal ini di lakukan dengan menggunakan kekuatan dorongan udara dari
dalam pipa ke luar pipa sehingga lumpur yang menempel dapat terlepas dan ikut

Page | 34
naik bersama air, hal ini di lakukan dengan cara tekanan udara di mainkan yaitu
dalam waktu tertentu di matikan, sehingga lumpur yang masih tersisa akan
menempel kembali kemudian di dorong kembali ke permukaan sehingga di
harapkan produksi dari pipa dapat di maksimalkan pada saat di fungsikan
nantinya.

c. Over Pumping
Yang di maksud dengan “Over pumping” adalah melakukan pemompaan
dengan kapasitas maksimal dari pompa yang ada. Adapun tujuannya adalah
untuk menghisap kotoran yang melengket di sisi saringan sehingga
memudahkan air masuk melewati saringan. “Over pumping” juga di maksudkan
untuk mengetahui kapasitas sumur.

4.5 Uji Pemompaan


Tujuan pelaksanaan uji pemompaan ini adalah untuk mendapatkan
besarnya debit optimal dari sumur. Pelaksanaan pemompaan ini di laksanakan
dengan menggunakan 1 unit pompa Franklin Electrik 3 HP dengan sumber daya
dari KwH PLN 3 Phase dengan debit maksimal 5 liter/detik.
Dalam uji pemompaan di lakukan pengamatan terhadap penurunan
muka air (Drawdown) Alat yang di gunakan dalam uji pemompaan dan uji
kambuh ini adalah detektor berupa bola lampu pijar, di mana kedua ujungnya di
hubungkan dengan bohlam 5 watt dan ujung lainnya di hubungkan dengan
sepotong logam dalam hal ini kabel yang terhubung dengan logam bermuatan
negatife dan air dalam hal ini berfungsi sebagai saklar, Apabila air menyentuh
logam tersebut maka lampu akan menyala kemudian kabel di tarik lagi mengikuti
perubahan kenaikan permukaan air sampai stabil seperti pada keadaan sebelum
pelaksanaan Pumping Test.

Page | 35
a. Uji pemompaan pendahuluan ( Preliminary Test )
Pemompaan di lakukan dengan beberapa tahap, masing-masing tahap
dengan waktu yang sama (tabel 4.1). Tahap pertama di lakukan dengan debit
pemompaan 2 ltr/dtk, kemudian di mulai kembali dari hitungan awal dengan
menggunakan total waktu selama 180 menit tiap tahapan pengujian, tahap
kedua dengan 5 ltr/dtk.

Tabel 4.1
Uji Pemompaan Pendahuluan
Waktu Penurunan
Debit Surutan
Lokasi Pemompaan Muka Keterangan
(ltr/dtk) (meter)
(menit) Air tanah
T.K.A = 0,60 meter
Desa 2 120 8,85 7,05
pompa pada
Buntu 5 120 10,03 10,23
kedalaman 28
Siapa
meter

b. Uji Pemompaan Bertahap (Step Drowdown Test)


Pemompaan di lakukan dengan beberapa tahap (tabel 4.2). Tahap
pertama di lakukan dengan debit pemompaan 2 ltr/dtk, tahap kedua dengan 5
ltr/dtk.

Page | 36
Tabel 4.2
Uji Pemompaan Bertahap

Waktu Penurunan Muka


Surutan
Lokasi Debit Pemompaan Air Tanah
(meter)
(menit) (meter)
2 120 8,91 8,14
Desa Buntu
5 120 12,06 12,22
Siapa

c. Uji Debit Tetap ( Constant Rate Pumping Test )


Pemompaan dilakukan dengan debit konstan 2 ltr/dtk, dengan
menggunakan total waktu 1080 menit (tabel 4.3) pemompaan di hentikan bila
telah mencapai kondisi penurunan muka air tanah yang mendekati pompa atau
konstan terhadap pertambahan waktu. Setelah itu di lakukan uji kambuh
(recovery test).

Tabel 4.3
Uji Pemompaan Tetap

Waktu Penurunan
Debit Surutan
Lokasi Pemompaan Muka Keterangan
(ltr/dtk) (meter)
(menit) Air tanah
T.K.A= 0,60 meter
Desa
pompa ditempatkan
Buntu 2 1080 20,42 20,61
pada kedalaman 28
Siapa
meter

Page | 37
d. Uji Pemulihan ( Recovery Test )
Setelah pemompaan di anggap konstan maka mesin kemudian di
matikan, untuk kemudian di hitung waktu yang di gunakan untuk mengetahui
kemampuan muka air untuk mencapai keadaan semula seperti pada (tabel 4.4).

Tabel 4.4
Waktu kambuh

Waktu
Debit Tinggi
Lokasi Pemulihan Keterangan
(ltr/dtk) permukaan
(menit)
Desa T.K.A= 0,60 meter pompa
Buntu 20 840 0,35 ditempatkan pada kedalaman
Siapa 28 meter

Page | 38

Anda mungkin juga menyukai