A. Penandaan/Marking
Penempatan petugas pengatur lalu lintas dan rambu lalu lintas harus
dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi di badan jalan.
Diusahakan jalan tidak ditutup total, jalur pengalihan lalu lintas harus disiapkan.
Contoh Manajemen Pengaturan Lalu Lintas.
Gambar 8. Manajemen Lalu Lintas
C. Maintenance Hole
1. Penggalian
Penggalian dilakukan sampai kedalaman sesuai dengan yang tertera
pada gambar kerja termasuk kedalaman untuk lapisan pasir dan lantai kerja.
Lebar galian ditambah minimal 200 mm diameter luar base slab manhole.
Gambar 10. Galian Mainhole
2. Dewatering
Dewatering adalah kegiatan untuk mengurangi dan bahkan
menghilangkan air yang masuk kedalam areal kerja. Pekerjaan galian harus
mengantisipasi masuknya air tanah ke tempat galian. Apabila muka air
tanah tinggi, dilakukan pemompaan (dewatering) agar tidak mengganggu
proses pemasangan pipa. Air hasil dewatering di pompa menuju saluran
drainase terdekat atau dikumpulkan di tempat penampungan sementara
untuk selanjutnya dibuang ke badan air.
D. Drop Manhole
E. Pekerjaan Pipa
1. Persiapan
a. Tentukan lebar galian berdasarkan diameter pipa Lebar galian yang
disyaratkan minimal 1.5 kali dengan diameter +30 cm. Khusus untuk pipa
diameter 100 mm sampai 150 mm lebar galian minimal 60 cm. Lebar
galian tersebut bukan hanya untuk menempatkan pipa tetapi juga
memperhitungkan ruang bagi pekerja.
b. Gunakan jenis turap (retaining wall) berdasarkan kedalaman galian.
Penggunaan turap berdasarkan kedalaman galian seperti dijelaskan
sebelumnya.
c. Siapkan pompa jika melakukan dewatering.
d. Pelaksana Konstruksi wajib melakukan evaluasi ulang penyelidikan tanah
dan melakukan perhitungan perkuatan dinding galian agar tidak terjadi
kelongsoran.
e. Perencanaan pengaturan lalu lintas.
3. Tahap Pelaksanaan
a. Disekitar area kerja dipasang pagar pengaman dan rambu.
b. Pemotongan aspal atau perkerasan jalan dengan pemotong aspal sesuai
penandaan jalur pipa.
F. Timbunan Kembali
1. Tahapan Persiapan
a. Penimbunan dan pemadatan tanah dilakukan setelah diperiksa dan
disetujui oleh pengawas dan pemberi kerja.
b. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengunakan alat yang telah disetujui
pengawas dan pemberi kerja
c. Material timbunan tanah:
- Material timbunan menggunakan material pilihan (sesuai dengan
spesifikasi) dan dapat menggunakan material hasil galian tanah
yang memenuhi syarat dan seluruh timbunan tanah harus sesuai
dengan SNI 03-1744-1989 dan SNI 03-1742- 1989.
- Lapisan perkerasan berbutir
Perkerasan berbutir terdiri dari Lapis Pondasi Bawah (Sub Base
Coarse) dan Lapisan Pondasi Atas (Base Coarse). Lapisan pondasi
bawah menggunakan aggregate B yang mempunyai sifat abrasi 0-
40% sesuai SNI 03-2417- 1990, indeks plastisitas 0-10 sesuai SNI
03-1966-1990, batas cair 0-35 sesuai SNI 03-19967-1990 yang
disetujui oleh pengguna barang/jasa. Lapisan pondasi atas
menggunakan aggregat A yang mempunyai sifat abrasi 0-40%
sesuai SNI 03-2417- 1990, indeks plastisitas 0-6 sesuai SNI 03-
1966-1990, batas cair 0-25 sesuai SNI 03- 1967-1990 yang
disetujui oleh pengguna barang/jasa.
2. Peralatan yang digunakan
a. truk untuk mengangkut material urukan;
b. truk dengan tangki air untuk menyiram/pembersihan;
c. stamper/baby roller/vibro roller untuk memadatkan urukan;
d. cangkul dan skop, untuk meratakan pada akhir pekerjaan;
e. peralatan pengujian kepadatan lapangan (sand cone);
f. peralatan pemeriksaan kadar air lapangan (speedy); dan
g. alat ukur (waterpass dan meteran).
3. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengukuran elevasi pada setiap lapisan sesuai gambar
kerja.
b. Mempersiapkan material timbunan.
c. Membersihkan lokasi yang akan ditimbun dari sampah maupun kotoran
lainnya.
d. Penghamparan timbunan tanah per lapis, diratakan kemudian
dipadatkan sampai dengan elevasi dasar pondasi bawah (sub base
coarse). Pemadatan menggunakan stamper/baby roller/vibro roller.
Tiap lapisan urukan dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.
Gambar 5. Timbunan Kembali
G. Uji Kebocoran
Gambar 8. Hidrostatist
H. Slab Beton
Biasanya perkerasan ini dibangun menggunakan beton berkualitas tinggi
dengan ketebalan 20 cm (K-300). Dukungan beton bermutu tersebut melayani
agar jalan raya mempunyai kekuatan yang lebih baik ketika bergesekan dengan
roda kendaraan, tahan terhadap cuaca ekstrim, dan perawatannya pun lebih
gampang dikerjakan.
Di bawah ini tahap-tahap pembuatan jalan beton diantaranya:
1. Padatkan permukaan tanah urugan yang akan dibuat jalan raya. Kemudian
atur ketinggiannya sedemikian rupa biar permukaan tanah tersebut benar-
benar rata.
2. Lapisan di atas tanah urugan yaitu lapisan kerikil makadam yang mempunyai
ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan ini terbuat dari penggalan kerikil belah yang
berukuran lebih kecil dari kerikil untuk pondasi.
3. Selanjutnya lapisan di atas makadam yaitu lapisan sirdam yang juga dibuat
dengan ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan terdiri atas kerikil kerikil dan
pasir , di mana pasir dipakai pula untuk mengisi celah-celah kerikil di lapisan
makadam sehingga tertutup rapat.
4. Lapisan sirdam yang sudah diratakan kemudian ditutup dengan hamparan
plastik sebagai landasan cor beton. Hal ini kekhawatiran air dari beton tidak
cepat meresap habis ke dalam tanah sehingga pengeringan beton bisa
berjalan dengan sempurna.Di atas plastik ini selanjutnya dipasangi dengan
decking beton sebagai penyangga wiremesh alias besi tulangan
beton. Sebagai alternatif bisa juga menggunakan besi beton 8 mm yang
dibuat kemudian diikatkan pada wiremesh atau tulangan cor.
5. Di atas plastik ini selanjutnya dipasangi dengan decking beton sebagai
penyangga wiremesh alias besi tulangan beton. Sebagai alternatif bisa juga
menggunakan besi beton 8 mm yang dibuat kemudian diikatkan pada
wiremesh atau tulangan cor.
Gambar 9. Tulangan Beton
I. Lapisan Aspal
1. Persiapan
a. Pelaksanaan pekerjaan hanya boleh dilakukan pada saat cuaca cerah
b. Cek kesiapan lapangan pada Daftar Simak Kesiapan Lapangan
2. Pengangkutan
a. Pastikan alat pengangkut (D. Truck) menggunakan penutup terpal.
b. Menerima tiket pengiriman.
3. Cek Kesesuaian
a. Cocokkan data no kendaraan, catat waktu penerimaan (amati selisih
waktu)
b. Cek suhu diatas Dump Truck (suhu pasokan ke Finisher)130 oC-150 oC
Aspal Pen, dan 135 oC -155 oC bitumen asbuton murni atau modifikasi.
c. Amati visual tampilan campuran, apakah rata?
d. Jika tidak memenuhi ketentuan suhu diatas, campuran ditolak dan
buang.
4. Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai
a. Catat HPTS
b. Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa.
5. Cek Berulang
a. Amati apakah kejadian berulang, baik saat itu maupun pada
pelaksanaan pekerjaan dihari yang lain.
b. Jika berulang, evaluasi penyebab dan lakukan tindakan perbaikan.
6. Loading dan Dumping ke Ashpalt Finisher (AF)
a. Pastikan dumping Asphalt Finisher tidak dalam posisi mendorong
D.Truck.
b. Dumping dilakukan tahap demi tahap, pada kondisi D.Truck dan Asfhalt
Finisher bergerak searah dengan kecepatan sama.
7. Penghamparan
a. Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar.
b. Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik.
c.Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui pada sisi
hamparan.
d. Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
e. Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.
f. Lakukan pengamatan pada pengukuran suhu campuran yang
dihampar (minimal 1x pada jarak 100 meter).
g. Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai dengan
standar yang telah ditentukan, untuk menghindari timbulnya koyakan
pada penghamparan.
h. Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan penghamparan dan
sampai ditemukan penyebabnya hamparan dilanjutkan.
i. Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan sempurna/ baik,
penebaran merata.
j. Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan
yang telah dihampar rapi.
k.Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter
toleransi masing-masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan
binder dan 6 mm untuk lapisan pondasi.
c. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk melindungi kaki dari cedera akibat benturan,
tumpahan atau percikan, himpitan benda berat, tusukan benda tajam,
maupun tergelincir. Bagian muka sepatu harus cukup keras untuk
menghindari luka pada kaki.
d. Rompi
Alat ini menandakan ada pekerja yang sedang bekerja.
Gambar 15. Rompi Proyek
e. Masker
Masker merupakan pelindung pernapasan dari debu dan material sisa
kegiatan konstruksi.
f. Kacamata
Kacamata ini pada dasarnya merupakan kacamata pelindung mata saat
melakukan suatu pekerjaan yang melibatkan mata untuk melihat sesuatu
yang tajam. Dengan memakai kacamata ini, mata akan tetap terlindungi
dan bebas dari risiko penyakit mata.
Gambar 17. Kacamata