Anda di halaman 1dari 25

BAB 2.

GAMBARAN TEKNIS PROYEK

A. Penandaan/Marking

Setelah kegiatan survei topografi selesai dilakukan, selanjutnya melakukan


penandaan jalur pipa yang sebagai penanda jalur penggalian dan menentukan
lebar galian. Penandaan tersebut berupa pengecatan permukaan jalan yang
dibuat lurus sehingga mudah dilihat pada saat pemotongan permukaan jalan.
Pemotongan dilakukan pada umumnya sampai kedalaman 5-7 cm atau batas
ketebalan lapisan perkerasan agar tidak merusak lapisan diluar batas galian.

Gambar 7. Marking Jalan

B. Kepadatan Lalu Lintas

Penempatan petugas pengatur lalu lintas dan rambu lalu lintas harus
dilakukan pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi di badan jalan.
Diusahakan jalan tidak ditutup total, jalur pengalihan lalu lintas harus disiapkan.
Contoh Manajemen Pengaturan Lalu Lintas.
Gambar 8. Manajemen Lalu Lintas

C. Maintenance Hole

Manhole merupakan salah satu bangunan pelengkap sistem penyaluran air


buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan
membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang
tersangkut dalam selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa
cabang saluran, baik dengan ketinggian yang sama maupun berbeda. Pada
umumnya komponen manhole dibuat dengan pabrikan (precast) dan cor di
tempat (cast in situ). Keuntungan dari penggunaan komponen precast yaitu
karena beton precast dibuat secara keseluruhan di pabrik, proses pembangunan
atau konstruksi akan jauh lebih cepat dibanding dengan menggunakan beton
konvensional. Beton precast bisa langsung dipasang di bagian yang dibutuhkan,
tidak seperti beton konvensional yang harus dibuat dari awal. Hal ini tentunya
akan menghemat lebih banyak waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan
konstruksi lainnya sehingga dapat berjalan lebih efisien.
Gambar 9. Mainhole

Kualitasnya betonnya minimal K-350 untuk produksi pabrikan, minimal K-250


untuk cetak ditempat (cast in situ) dan menggunakan semen tahan asam sulfat
untuk menghindari korosi. Setiap sambungan komponen disambung dengan
material butyl mastic yang sesuai dengan rekomendasi dari pabrik. Komponen
manhole dilengkapi dengan anak tangga untuk memanjat atau menuruni
manhole pada saat inspeksi atau perawatan. Pelaksanaan pemasangan sebagai
berikut:

1. Penggalian
Penggalian dilakukan sampai kedalaman sesuai dengan yang tertera
pada gambar kerja termasuk kedalaman untuk lapisan pasir dan lantai kerja.
Lebar galian ditambah minimal 200 mm diameter luar base slab manhole.
Gambar 10. Galian Mainhole

2. Dewatering
Dewatering adalah kegiatan untuk mengurangi dan bahkan
menghilangkan air yang masuk kedalam areal kerja. Pekerjaan galian harus
mengantisipasi masuknya air tanah ke tempat galian. Apabila muka air
tanah tinggi, dilakukan pemompaan (dewatering) agar tidak mengganggu
proses pemasangan pipa. Air hasil dewatering di pompa menuju saluran
drainase terdekat atau dikumpulkan di tempat penampungan sementara
untuk selanjutnya dibuang ke badan air.

Gambar 11. Dewatering Mainhole


3. Lapisan Pasir dan Lantai Kerja
Berikan lapisan pasir pada permukaan galian dan dipadatkan sampai
tebalnya mencapai minimal 100 mm. Diatas lapisan pasir dipasang beton
lantai kerja setebal 50 mm.

4. Pemasangan Komponen Manhole


Pemasangan komponen manhole berturut-turut dari base slab, dasar
chamber, chamber, spacer ring, surround dan cover. Pada setiap
sambungan komponen manhole dipasang rubber wedge atau butyl mastic
sealent tape sesuai dengan BS 2494.

5. Pemasangan Pipa dengan Manhole


a. Untuk memasang pipa, dinding pada dasar chamber dilubangi sebesar
diameter luar pipa. Sambungan manhole dengan pipa diperkuat dengan
block out. Di dalam manhole diantara pipa masuk dan pipa keluar
dibuatkan alur setengah diameter pipa untuk aliran air limbah domestic.
b. Tutup manhole dibuat berdiameter minimal 600 mm.
c. Antara tutup manhole dengan frame harus mempunyai kekuatan yang
mampu menahan beban yang melintas diatasnya. Klasifikasinya
dibedakan menjadi beban berat untuk lalu lintas yang padat dan dilewati
kendaraan berat dan beban ringan untuk lalu lintas yang tidak terlalu
ramai dan hanya dilintasi oleh kendaraan ringan.
d. Pada manhole harus disediakan tangga pijakan. Jarak tangga antara 30
cm sampai 40 cm. tangga dapat dibuat dari plastic atau besi yang dilapisi
dengan plastic untuk menghindari korosi akibat gas yang bersifat korosi
seperti hydrogen sulfide.
e. Pemadatan pada saat pengurukan dilakukan setiap 30 cm. demikian
seterusnya sampai pada pengembalian perkerasan permukaan jalan.

D. Drop Manhole

Apabila dasar pipa (invert) yang masuk (inflow) ke dalam manhole


mempunyai perbedaan dengan invert pipa penerima (outflow) lebih dari 60 cm
diperlukan drop manhole agar aliran dari pipa tersebut tidak merusak dasar
manhole. Pelaksanaan pemasangannya hampir sama dengan pemasangan
manhole hanya diberi fasilitas pipa samping pada dasar chamber seperti pada
uraian berikut:

1. Menyiapkan lubang pada manhole untuk pemasangan pipa. Dasar chamber


dilubangi untuk memasukkan pipa inflow dan pipa sampingnya (side pipe)
serta pipa outflow.
2. Membuat lubang dibagian bawah pada pipa inflow untuk memasang pipa
samping. Pipa yang digunakan untuk pipa samping terbuat dari PVC.
Sedangkan tipikal diameternya mengikuti diameter pipa inflow

E. Pekerjaan Pipa

Cara pemasangan pipa menggunakan alat berat dan tanpa menggunakan


alat berat yaitu:

1. Persiapan
a. Tentukan lebar galian berdasarkan diameter pipa Lebar galian yang
disyaratkan minimal 1.5 kali dengan diameter +30 cm. Khusus untuk pipa
diameter 100 mm sampai 150 mm lebar galian minimal 60 cm. Lebar
galian tersebut bukan hanya untuk menempatkan pipa tetapi juga
memperhitungkan ruang bagi pekerja.
b. Gunakan jenis turap (retaining wall) berdasarkan kedalaman galian.
Penggunaan turap berdasarkan kedalaman galian seperti dijelaskan
sebelumnya.
c. Siapkan pompa jika melakukan dewatering.
d. Pelaksana Konstruksi wajib melakukan evaluasi ulang penyelidikan tanah
dan melakukan perhitungan perkuatan dinding galian agar tidak terjadi
kelongsoran.
e. Perencanaan pengaturan lalu lintas.

2. Alat yang akan digunakan


a. Excavator, tipe dan kapasitasnya disesuaikan dengan area kerja untuk
menggali tanah, mengangkat pipa dan sebagai pendorong pipa pada
waktu pemasangan pipa. Sedangkan untuk pemasangan pipa tanpa
menggunakan alat berat memakai cangkul, sekop, blencong dan
dandang untuk memindahkan tanah dari dalam galian.
b. Steel sheet pile, sheeting plate dan turap kayu serta perkuatannya untuk
penahan dinding tanah yang labil.
c. Alat pemotong aspal.
d. Truk pengangkut material ke dalam dan ke luar area kerja.
e. Tangki air atau truk pengangkut air untuk menyiram timbunan lapisan
pasir, pengurukan, pembersihan area kerja dan pembersihan pipa serta
manhole.
f. Pompa air untuk mengeringkan lokasi yang tergenang air.
g. Alat ukur (waterpass/theodolit/meteran), untuk mengukur lebar galian,
elevasi galian dan kemiringan galian.
h. Alat bantu seperti benang untuk menentukan kelurusan pipa dan alat-alat
lainnya yang diperlukan.

3. Tahap Pelaksanaan
a. Disekitar area kerja dipasang pagar pengaman dan rambu.
b. Pemotongan aspal atau perkerasan jalan dengan pemotong aspal sesuai
penandaan jalur pipa.

Gambar 1. Cutting Aspal


c. Penempatan peralatan diatur untuk mempermudah proses penggalian.
Posisi truk berada dibelakang excavator sehingga hasil galian bisa
langsung dinaikkan ke dalam truk.
d. Pengawasan dan pengarahan peralatan serta tenaga kerja dalam proses
penggalian.
e. Penggunaan turap berdasarkan kedalaman galian dan jenis tanah.

Gambar 2. Pemasangan Turap Galian Pipa

f. Hasil galian diangkut dengan truk menuju ke stock-yard untuk dipilah


sebagai material ukuran kembali.
g. Memeriksa apakah lokasi galian bebas dari genangan air.
h. Setelah kedalaman galian tercapai selanjutnya pengecekan terhadap
lebar dasar, elevasi dasar, dan kemiringan galian dengan menggunakan
alat ukur waterpass, theodolite, dan meteran.
Gambar 3. Pembacaan Elevasi setelah Galian

i. Pemadatan timbunan pasir sebagai timbunan lapisan pasir


menggunakan stamper atau baby roller / vibro roller dan disiram dengan
air secukupnya.
j. Pipa yang akan dipasang diturunkan ke dalam galian dengan bantuan
excavator. Setelah karet seal (rubber ring) pipa dipasang pada spigot lalu
bagian ujung diberi tatakan kayu dan didorong menggunakan excavator.
k. Untuk pemasangan pipa tanpa menggunakan alat berat, pipa diturunkan
kedalaman galian menggunakan alat sederhana antara lain katrol, tali
sabuk yang diikatkan pada kedua ujung pipa dan didorong secara
manual.
Gambar 4. Pemasangan Pipa

l. Pengecekan terhadap sambungan untuk memastikan pipa sudah


tersambung sesuai dengan persyaratan. Hal tersebut dapat dilihat pada
garis yang ada pada spigot. Apabila tanda berupa garis pada spigot
berada di bawah soket pada pipa lainnya berarti pipa tersebut sudah
tersambung dengan benar.
m. Pengurukan dengan timbunan lapisan pasir disamping dan diatas pipa
yang telah terpasang disiram dengan air secukupnya.

F. Timbunan Kembali

1. Tahapan Persiapan
a. Penimbunan dan pemadatan tanah dilakukan setelah diperiksa dan
disetujui oleh pengawas dan pemberi kerja.
b. Pekerjaan dilaksanakan dengan mengunakan alat yang telah disetujui
pengawas dan pemberi kerja
c. Material timbunan tanah:
- Material timbunan menggunakan material pilihan (sesuai dengan
spesifikasi) dan dapat menggunakan material hasil galian tanah
yang memenuhi syarat dan seluruh timbunan tanah harus sesuai
dengan SNI 03-1744-1989 dan SNI 03-1742- 1989.
- Lapisan perkerasan berbutir
Perkerasan berbutir terdiri dari Lapis Pondasi Bawah (Sub Base
Coarse) dan Lapisan Pondasi Atas (Base Coarse). Lapisan pondasi
bawah menggunakan aggregate B yang mempunyai sifat abrasi 0-
40% sesuai SNI 03-2417- 1990, indeks plastisitas 0-10 sesuai SNI
03-1966-1990, batas cair 0-35 sesuai SNI 03-19967-1990 yang
disetujui oleh pengguna barang/jasa. Lapisan pondasi atas
menggunakan aggregat A yang mempunyai sifat abrasi 0-40%
sesuai SNI 03-2417- 1990, indeks plastisitas 0-6 sesuai SNI 03-
1966-1990, batas cair 0-25 sesuai SNI 03- 1967-1990 yang
disetujui oleh pengguna barang/jasa.
2. Peralatan yang digunakan
a. truk untuk mengangkut material urukan;
b. truk dengan tangki air untuk menyiram/pembersihan;
c. stamper/baby roller/vibro roller untuk memadatkan urukan;
d. cangkul dan skop, untuk meratakan pada akhir pekerjaan;
e. peralatan pengujian kepadatan lapangan (sand cone);
f. peralatan pemeriksaan kadar air lapangan (speedy); dan
g. alat ukur (waterpass dan meteran).

3. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan pengukuran elevasi pada setiap lapisan sesuai gambar
kerja.
b. Mempersiapkan material timbunan.
c. Membersihkan lokasi yang akan ditimbun dari sampah maupun kotoran
lainnya.
d. Penghamparan timbunan tanah per lapis, diratakan kemudian
dipadatkan sampai dengan elevasi dasar pondasi bawah (sub base
coarse). Pemadatan menggunakan stamper/baby roller/vibro roller.
Tiap lapisan urukan dipadatkan sampai 95% dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.
Gambar 5. Timbunan Kembali

e. Penghamparan lapis pondasi bawah (subbase coarse). Pemadatan


dengan menggunakan stamper/baby roller/vibro roller. Kepadatan yang
disyaratkan yaitu 100% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-
1743-1989 metode D dan minimal CBR 65% sesuai SNI 03-1744-1989.
Pada awal pekerjaan perlu diadakan tes lintasan (Passing Test).

Gambar 6. Baby Roller Timbunan


Gambar 7. Sandcone Test

f. Penghamparan lapis pondasi atas (base coarse), pemadatan dengan


menggunakan stamper/baby roller/vibro roller, kepadatan yang
disyaratkan adalah 100% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-
1743- 1989 metode D dan minimal CBR 90% sesuai SNI 03-1744-
1989. Pada awal pekerjaan perlu diadakan test lintasan (Passing Test).
g. Pelaksanaan pekerjaan perkerasan merupakan tahap terakhir dalam
pelaksanaan pemasangan pipa dengan mengembalikan jenis
perkerasan sesuai dengan kondisi semula berdasarkan spesifikasi
teknis dan mengacu pada peraturan perundangundangan.

G. Uji Kebocoran

1. Pipa Tidak Bertekanan


a. Pengujian ditujukan terhadap kebocoran dan kemiringan pipa serta
dilakukan setelah pemasangan pipa selesai.
b. Cara menguji kemiringan pipa dengan melakukan penyiraman melalui
manhole awal yang dicoba dan dilakukan pengecekan setiap manhole.
Apabila alirannya lambat atau menggenang maka perlu di periksa
kembali elevasinya sesuai dengan yang tertera pada gambar kerja.
c. Kebocoran dapat di lihat secara manual apakah ada atau tidak aliran air
setiap manhole. Sumber dari kebocoran tersebut harus ditemukan dan
segera mungkin diperbaiki.
d. Kebocoran juga dapat berakibat air limbah domesstik keluar pipa dan
menyebabkan pencemaran air tanah. Untuk pengetesan kebocoran
dapat dilakukan dengan mengisi air ke dalam pipa pada jarak/panjang
sesuai level tertinggi dan dihitung volumenya. Pengurangan volume air
yang dimasukkan tidak lebih dari 10%.
e. Kebocoran lebih dari 10% dilakukan perbaikan, untuk pipa diameter
besar dengan melakukan grouting dan pipa diameter kecil dengan
penggantian pipa.
2. Pipa Bertekanan
a. Pengetesan dilakukan terhadap perpipaan bertekanan dengan
hidrostatis test.
b. Pelaksanaan hidrostatis test dilaksanakan dengan mengisi air ke dalam
pipa dan selanjutnya ditekan dengan tekanan sesuai hasil perhitungan
dan dilakukan evaluasi setiap 10 menit selama 1 jam.
c. Tidak diizinkan terjadi pengurangan sebesar 10% dari tekanan yang
ada.

Pengurangan tekanan lebih dari 10% dapat dikatakan terjadi kebocoran


selanjutnya harus dilakukan perbaikan.

Gambar 8. Hidrostatist

H. Slab Beton
Biasanya perkerasan ini dibangun menggunakan beton berkualitas tinggi
dengan ketebalan 20 cm (K-300). Dukungan beton bermutu tersebut melayani
agar jalan raya mempunyai kekuatan yang lebih baik ketika bergesekan dengan
roda kendaraan, tahan terhadap cuaca ekstrim, dan perawatannya pun lebih
gampang dikerjakan.
Di bawah ini tahap-tahap pembuatan jalan beton diantaranya:
1. Padatkan permukaan tanah urugan yang akan dibuat jalan raya. Kemudian
atur ketinggiannya sedemikian rupa biar permukaan tanah tersebut benar-
benar rata.
2. Lapisan di atas tanah urugan yaitu lapisan kerikil makadam yang mempunyai
ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan ini terbuat dari penggalan kerikil belah yang
berukuran lebih kecil dari kerikil untuk pondasi.
3. Selanjutnya lapisan di atas makadam yaitu lapisan sirdam yang juga dibuat
dengan ketebalan sekitar 30 cm. Lapisan terdiri atas kerikil kerikil dan
pasir , di mana pasir dipakai pula untuk mengisi celah-celah kerikil di lapisan
makadam sehingga tertutup rapat.
4. Lapisan sirdam yang sudah diratakan kemudian ditutup dengan hamparan
plastik sebagai landasan cor beton. Hal ini kekhawatiran air dari beton tidak
cepat meresap habis ke dalam tanah sehingga pengeringan beton bisa
berjalan dengan sempurna.Di atas plastik ini selanjutnya dipasangi dengan
decking beton sebagai penyangga wiremesh alias besi tulangan
beton. Sebagai alternatif bisa juga menggunakan besi beton 8 mm yang
dibuat kemudian diikatkan pada wiremesh atau tulangan cor.
5. Di atas plastik ini selanjutnya dipasangi dengan decking beton sebagai
penyangga wiremesh alias besi tulangan beton. Sebagai alternatif bisa juga
menggunakan besi beton 8 mm yang dibuat kemudian diikatkan pada
wiremesh atau tulangan cor.
Gambar 9. Tulangan Beton

6. Selanjutnya, Slump Test, dapat dilakukan di laboratorium maupun di


lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil
dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam
satuan internasional (SI) dan mempunyai standar. Standar untuk perkerasan
jalan yaitu minimal 25 mm dan maksimal 75 mm.
7. Proses berikutnya pengecoran menggunakan adukan beton dengan kualitas
yang sudah diperhitungkan sebelumnya. 

Gambar 10. Pengecoran

8. Segera tutup kembali hasil pengecoran menggunakan hamparan plastik atau


sarung goni secara merata. Tujuannya biar proses pengerasan beton yang
dijalankan tepat sehingga kualitasnya tidak menurun.
9. Sebelum slab beton tersebut dilapisi aspal , diharapkan perawatan terlebih
dahulu hingga benar-benar mengeras dengan maksimal.  Beton yang
mengeras secara lambat hingga normal terbukti memiliki kualitas dan
kekuatan yang lebih.

I. Lapisan Aspal

1. Persiapan
a. Pelaksanaan pekerjaan hanya boleh dilakukan pada saat cuaca cerah
b. Cek kesiapan lapangan pada Daftar Simak Kesiapan Lapangan
2. Pengangkutan
a. Pastikan alat pengangkut (D. Truck) menggunakan penutup terpal.
b. Menerima tiket pengiriman.
3. Cek Kesesuaian
a. Cocokkan data no kendaraan, catat waktu penerimaan (amati selisih
waktu)
b. Cek suhu diatas Dump Truck (suhu pasokan ke Finisher)130 oC-150 oC
Aspal Pen, dan 135 oC -155 oC bitumen asbuton murni atau modifikasi.
c. Amati visual tampilan campuran, apakah rata?
d. Jika tidak memenuhi ketentuan suhu diatas, campuran ditolak dan
buang.
4. Pengendalian Hasil Pekerjaan Tidak Sesuai
a. Catat  HPTS
b. Lakukan pencatatan setiap ada kejadian yang serupa.
5. Cek Berulang
a. Amati apakah  kejadian berulang, baik saat itu maupun pada
pelaksanaan pekerjaan dihari yang lain.
b. Jika berulang,  evaluasi  penyebab  dan  lakukan tindakan  perbaikan.
6. Loading dan Dumping ke Ashpalt Finisher (AF)
a. Pastikan dumping Asphalt Finisher tidak dalam posisi mendorong
D.Truck.
b. Dumping dilakukan tahap demi tahap, pada kondisi D.Truck dan Asfhalt
Finisher bergerak searah dengan kecepatan sama.
7. Penghamparan
a. Pastikan screed dipanaskan sebelum menghampar.
b. Vibrasi pada tamper dipastikan berjalan baik.
c.Pemasangan balok kayu atau material lain yg disetujui pada sisi
hamparan.
d. Lakukan penghamparan dengan mendahulukan sisi terendah.
e. Amati apakah tekstur merata, secara visual memuaskan.
f. Lakukan  pengamatan  pada pengukuran  suhu  campuran  yang
dihampar (minimal 1x pada jarak 100 meter).  
g. Pastikan kecepatan penghamparan konstan, harus sesuai dengan
standar yang telah ditentukan, untuk menghindari timbulnya koyakan
pada penghamparan.
h. Jika terjadi segregasi, koyakan maka hentikan penghamparan dan
sampai ditemukan penyebabnya hamparan dilanjutkan. 
i. Amati mekanisme kerja Asphalt Finisher (Paver), jalan sempurna/ baik,
penebaran merata.
j. Tidak diperbolehkan adanya penaburan butiran kasar pada permukaan
yang telah dihampar rapi.
k.Cek hamparan dengan straight edge (mistar lurus), pada jarak 3,0 meter
toleransi masing-masing 4 mm untuk lapisan aus, 5 mm utk lapisan
binder  dan 6 mm untuk lapisan pondasi.

Gambar 11. Penghamparan Aspal

8. Pemadatan Awal (Breakdown Rolling)


a. Suhu pemadatan awal antara 125oC -145oC (Aspal Pen), dan 130oC
-150oC (Asbuton Murni atau Modifikasi)
b. Peralatan pemadatan Penggilas Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem
Roller).
c.Roda penggerak saat pemadatan berada didepan. 
d. Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam. 
e. Sambungan melintang dikerjakan terlebih dahulu dengan membuat
sambungan memanjang sebagai media sepanjang (60-100) cm lebar
gilasan 15 cm pada campuran yg belum dipadatkan, lalu padatkan
sambungan melintang dengan lebar area 15 cm yg dipa datkan. 
f. Jumlah Pemadatan sesuai jumlah passing hasil percobaan.
9. Prosedur Pemadatan
Jika lajur berdampingan dengan lajur yang lain yang telah dihampar padat.
a. Pemadatan sambungan melintang.
b. Pemadatan sambungan memanjang. 
c.Pemadatan tepi luar.
d. Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah
menuju ke yang lebih tinggi.
e. Pemadatan kedua sesuai prosedur (4).
f. Pemadatan akhir Break Down Rolling.
10. Jika Lajur Tidak Berdampingan dengan Lajur Lain
a. Pemadatan sambungan melintang.
b. Pemadatan tepi luar.
c. Pemadatan pertama Break Down Rolling dimulai dari sisi terendah
menuju ke yang lebih tinggi.
d. Pemadatan kedua sesuai prosedur (3).
e. Pemadatan akhir Break Down Rolling.
11. Pemadatan antara (Intermediate Rolling)
a. Suhu pemadatan antara 90oC -125oC untuk Aspal Pen dan 95oC -130oC
untuk bitumen asbuton murni atau modifikasi atau sesuai dengan
instruksi direksi.
b. Peralatan pemadatan Penggilas Roda Karet Pneumatic Tire Roller
(PTR)
c.Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang
disetujui.
d. Selama proses pemadatan roda alat pemadat dibasahi dengan air yang
dicampur sedikit deterjen, hindari penyiraman yg berlebihan.
e. Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 10 km/jam. 
f. Proses pemadatan, harus menerus tidak boleh terputus.
12. Pemadatan Akhir
a. Suhu pemadatan 90oC -125oC untuk Aspal Pen dan 95 oC -130oC untuk
bitumen asbuton murni atau modifikasi.Peralatan pemadatan Penggilas
Roda Baja (Steel wheel roller/Tandem Roller). atau sesuai dengan
instruksi direksi
b. Kecepatan alat pemadat tidak lebih besar dari 4 km/jam. 
c.Jumlah lintasan (passing) sesuai standar percobaan pemadatan yang
disetujui.
13. Peralatan yang digunakan
a. Aspalt Mixing Plant + Laboratorium
b. Generator set
c. Whell Loader
d. Dump Truck
e. Aspal Sprayer
f. Compressor
g. Tandem Roller
h. Asphalt Finisher
i. Pneumatic Tire Roller
14. Material
a. Semen
b. Agregat
c. Bahan Anti Pengelupasan

J. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrumen dari struktur


organisasi proyek yang mempunyai fungsi pokok terhadap implementasi Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertera pada
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penerapan, dan pengawasan serta pelaporannya. K3
bertujuan untuk melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Properti yang termasuk
kedalam instrumen K3 antara lain sebagai berikut:

1. Alat Pelindung diri (APD)

APD terdiri dari beberapa alat berikut :


a. Helm
Alat ini untuk melindungi kepala dari benturan dan benda jatuh.

Gambar 12. Helm Proyek


b. Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan pekerja dari material
yang kasar dan juga adar tangan pekerja tidak licin.

Gambar 13. Sarung Tangan

c. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk melindungi kaki dari cedera akibat benturan,
tumpahan atau percikan, himpitan benda berat, tusukan benda tajam,
maupun tergelincir. Bagian muka sepatu harus cukup keras untuk
menghindari luka pada kaki.

Gambar 14. Safety Shoes

d. Rompi
Alat ini menandakan ada pekerja yang sedang bekerja.
Gambar 15. Rompi Proyek

e. Masker
Masker merupakan pelindung pernapasan dari debu dan material sisa
kegiatan konstruksi.

Gambar 16. Masker

f. Kacamata
Kacamata ini pada dasarnya merupakan kacamata pelindung mata saat
melakukan suatu pekerjaan yang melibatkan mata untuk melihat sesuatu
yang tajam. Dengan memakai kacamata ini, mata akan tetap terlindungi
dan bebas dari risiko penyakit mata.
Gambar 17. Kacamata

2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

Alat pemadam sederhana untuk memadamkan kebakaran kecil yang


terpasang di setiap lantai.

Gambar 18. Alat Pemadam Api Ringan

3. Rambu - Rambu Peringatan


Rambu ini digunakan untuk memberitahu keadaan yang harus dipatuhi dan
diperhatikan oleh para pekerja.

Gambar 19. Rambu – Rambu Peringatan

Anda mungkin juga menyukai