Anda di halaman 1dari 61

III.

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

3.1 Tinjauan Umum

Pelaksanaan pekerjaan dilakukan setelah kontrak disetujui dan telah melalui


beberapa tahap-tahap kegiatan proyek yaitu perencanaan, perancangan,
pengadaan atau pelelangan dan pelaksanaan. Pelaksanaan pekerjaan pada
Proyek Preservasi dan pemeliharaan jalan ruas Jl.Raden Gunawan, Gd.
Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung ini dilakukan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa bagian pekerjaan
diantaranya adalah pekerjaan pekerjaan perbaikan badan jalan. Dalam bab ini
akan dibahas mengenai pelaksanaan drainase, dinding penahan tanah, badan
jalan dan galian serta timbunan. Hal ini dikarenakan pada saat memulai kerja
praktik, pekerjaan yang sedang dilakukan adalah pekerjaan galian untuk U -
Ditch. Pada pelaksanaan kerja praktik ini penulis mengamati pelaksanaan
beberapa pekerjaan yaitu:
1. Pekerjaan drainase.
2. Pekerjaan retaining wall.
3. Pekerjaan persiapan badan jalan.
4. Pekerjaan rigid pavement.

3.2 Pelaksanaan Proyek

Proyek preservasi dan pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd.
Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung dilaksanakan oleh kontraktor melalui
beberapa tahapan pekerjaan, yaitu persiapan tanah drainase, dinding penahan
tanah (retaining wall), dan rigid pavement. Setiap tahapan memiliki durasi
waktu yang berbeda-beda dan saling terkait satu sama lain. Keterlambatan
dalam pelaksanaan salah satu tahapan dapat mempengaruhi pelaksanaan
tahapan lainnya.

3.3 Pekerjaan Drainase

Drainase merupakan sebuah konstruksi untuk mengalirkan air dari satu titik ke
titik lain yang dinilai sangat penting untuk membantu proses pengaliran air
seperti curah hujan, agar tidak terjadi genangan atau banjir. Adapun tujuan
dari pembuatan drainase adalah untuk mengurangi dan membuang kelebihan
air dari suatu kawasan agar lahan tesebut bisa berfungsi secara optimal sesuai
dengan kegunaanya dan juga dapat membantu mengendalikan erosi tanah.
Drainase terbagi dua jenis, yaitu darainase buatan dan drainase alami. Pada
proyek ini drainase yang digunakan adalah buatan yaitu U-Ditch pracetak.

3.3.1. Pekerjaan persiapan drainase.


Rencana drainase menggunakan U-Ditch pracetak dalam proyek
preservasi dan pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan,
Kab. Pesawaran, Lampung dapat dilihat pada Gambar 68.

Gambar 68. Perencanaan U-Ditch pracetak.

1. Pekerjaan persiapan
Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai
berikut:
a) Kontraktor harus mengajukan izin kepada konsultan, pengawas
yang mencakup metode kerja, kebutuhan alat, kebutuhan tenaga
kerja.
b) Membersihkan area pelaksanaan, memastikan bahwa tidak ada
sampah air yang depat mengganggu pekerjaan.

2. Pekerjaan pengukuran
Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan pengukuran adalah sebagai
berikut:
a) Mempelajari desain dan spesifikasi teknis drainase.
b) Menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan yaitu:
1) Waterpass
Alat ukur sudut yang digunakan untuk menentukan atau
menyeimbangkan permukaan datar terhadap garis
horizontal.
2) Patok
Alat bantu untuk menandai titik pengukuran diletakan 2 – 3
meter dari galian. Untuk menentukan posisi U-Ditch
digunakan patok bambu.
3) Tripod
Alat untuk menopang waterpass.
4) Rambu ukur
Alat ukur jarak yang digunakan untuk membantu mengukur
beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah.
5) Alat tulis
Alat untuk mencatat data pengukuran.
c) Mengatur titik-titik di lapangan. Titik-titik ukur harus diatur
pada lokasi yang kokoh dan mudah diakses, Titik -titik ukur
juga harus diberi tanda yang jelas agar mudah ditemukan.
d) Menegakkan tripod pada titik ukur.
e) Menyeimbangkan tripod pada titik ukur agar tepat berada di
tengah-tengah dan berada pada posisi datar atau horizontal.
f) Pasang waterpass pada tripod di titik ukur.
g) Amati nivo di dalam tabung kaca waterpass. Jika gelembung
berada di Tengah antara dua tanda di dalam tabung,
menandakan permukaan tersebut sejajar.
h) Setelah itu baca angka utama pada rambu ukur lalu baca garis
detail untuk mrngrtahui kemiringan.
i) Selanjutnya bila sudah terdapat nilai diberi tanda dengan patok
bambu didekat galian sejauh 2 – 3 meter, dan dipilok pada
tembok didekat galian.
Ilustrasi pengukuran dalam proyek preservasi dan pemeliharaan
jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran,
Lampung dapat dilihat pada Gambar 69 – 71.

Gambar 69. Menentukan pemasangan drainase dengan


waterpass.
Gambar 70. Memasang patok.

Gambar 71. Rencana pengukuran drainase.

3. Pekerjaan galian U-Ditch.


Detail rencana drainase dalam proyek preservasi dan pemeliharaan
jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran,
Lampung dapat dilihat pada Gambar 72.
Gambar 72. Rencana galian U-Ditch.

Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan penggalian adalah sebagai


berikut:
a) Galian dilakukan dari sta 150 (dari bawah)
b) Penggalian dilakukan dengan alat berat yaitu excavator.
c) Mengarahkan excavator pada titik awal penggalian.
d) Mobilisasi excavator, dump truck, ke lokasi penggalian.
Mobilisasi dalam proyek preservasi dan pemeliharaan jalan ruas
Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung
dapat dilihat pada Gambar 73.

Gambar 73. Mobilisasi peralatan penggalian.


e) Penggalian tanah diawali dengan galian sedalam 1,2 m dengan
lebar 1 m. Tanah yang digali tidak boleh miring agar didapat
hasil galian sesuai rencana. Galian dimulai dari STA 0+150
dengan total panjang galian 450 m. Proses penggalian dalam
proyek dapat dilihat pada Gambar 74.

Gambar 74. Proses penggalian.

f) Tanah hasil galian tersebut diangkut menggunakan dump truck


dan diletakkan pada tempat yang telah disediakan. Proses
pengangkutan tanah dalam proyek dapat dilihat pada Gambar
75.

Gambar 75. Proses pengangkutan tanah.


4. Pemadatan tanah hasil galian.
Metode pelaksanaan pekerjaan pemadatan tanah adalah sebagai
berikut:
a) Sebelum melaksanakan pemadatan, harus dipastikan terlebih
dahulu kebersihan lokasi pemadatan tanah dari runtuhan tanah
atau genangan air didalamnya, agar tidak mengurangi
kedalaman tanah yang telah direncanakan.
b) Pemadatan pada proyek ini dilakukan pada sta – 150 (dari
bawah).
c) Pemadatan menggunakan alat stamper. Berikut cara
menggunakan alat stamper pada lapangan.
1) Menghidupkan mesin
a) Hidupkan dan buka knop chuck pada posisi terbuka.
b) Tarik grip stater secara cepat sehingga alat stamper
bunyi dan posisi hidup.
c) Kembalikan posisi knop chuck pada posisi tutup agar
suara mesin stabil.
d) Setelah posisi alat stamper hidup lakukan pemanasan
sekitar 3-5 menit pada kecepatan paling rendah.
2) Menjalankan mesin
a) Setelah dipanasakan, pada kecepatan rendah secara
perlahan-lahan atur kecepatan tuas dengan cara
memindahkan kait pengatur secara perlahan-lahan.
b) Melakukan pemadatan dengan kecepatan yang konstan.
Proses pemadatan dapat dilihat pada Gambar 76.
Gambar 76. Pemadatan tanah.

5. Penghamparan Base A.
Penghamparan base A dilakukan setelah tanah dipadatkan,
penghamparan ini dilakukan di atas tanah (sub grade) yang
berfungsi untuk memberikan daya dukung pada U-Ditch sehingga
U-Ditch tetap dalam kondisi stabil. Tahapan metode penghamparan
Base A dapat dilihat sebagai berikut:
a) Penghamparan dilakukan dengan alat berat yaitu excavator.
b) Excavator bekerja dengan mengambil base a dengan ukuran
batu 1/2.
c) Base a dihamparkan secara merata.
Proses penghamparan dapat dalam proyek dapat dilihat pada
Gambar 77.
Gambar 77. Penghamparan base A.

6. Peletakkan U-Ditch Pracetak.


Metode pelaksanaan pekerjaan peletakkan U-Ditch adalah sebagai
berikut:
a) Peletakkan U-Ditch dilakukan dengan alat berat excavator.
b) Mengikat tali tambang pada claw excavator.
c) Mengkaitkan tali tambang pada sisi kanan dan kiri U-Ditch tepat
ditengah agar pemindahan seimbang.
d) Mengangkat U-Ditch dan dibantu oleh 1 pekerja untuk
mengarahkan posisi U-Ditch agar sejajar.
Proses peletakkan U-Ditch dalam proyek dapat dilihat pada
Gambar 78.

Gambar 78. Peletakkan U-Ditch.


7. Perekatan sela -sela antara U-Ditch.
Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan perekatan sela-sela U-dich
adalah sebagai berikut:
a) Setelah dipasang 10 buah U-Ditch, selanjtnya dilakukan
perekatan.
b) semen yang sudah ditakar air, menyesuaikan kebutuhan.
c) Merekatkan sela-sela antara U-Ditch menggunakan sendok
semen, dilakukan dengan rapih agar tidak ada yang tidak
tertutup.
Proses perekatan sela-sela antara U-Ditch dalam proyek dapat
dilihat pada Gambar 79.

Gambar 79. Perekatan U-Ditch.

8. Pemasangan tutup U-Ditch.


Jenis saluran drainase yang digunakan yaitu saluran tertutup,
sehingga dilakukannya pemasangan tutup pada saluran U-Ditch.
Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan pengeboran adalah sebagai
berikut:
a) Peletakkan tutup U-Ditch dilakukan dengan alat berat
excavator.
b) Mengikat tali tambang pada claw excavator.
c) Mengkaitkan tali tambang pada sisi atas, yang berada di tengah
– tengah U-Ditch agar seimbang dalam pemasangan.
d) Mengangkat tutup U-Ditch dan dibantu oleh 1 pekerja untuk
mengarahkan posisi tutup U-Ditch agar sejajar.
Proses peletakkan tutup U-Ditch dalam proyek dapat dilihat pada
Gambar 80.

Gambar 80. Pemasangan tutup U-Ditch.

9. Uji hammer test.


a) Mengamplas permukaan beton agar permukaan halus, bersih
dan kering, setelah itu menentukan titik pengujian pada
permukaan beton. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 81.
Gambar 81. Mengamplas permukaan beton dan penentuan titik uji.

b) Meletakkan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat


hammer test pada titik yang akan ditembak dengan memegang
hammer test dengan arah tegak lurus. Posisi memegang hammer
test dapat dilihat pada Gambar 82.

Gambar 82. Menekan ujung plunger.

c) Plunger di tekan secara pelan-pelan pada titik tembak dengan


tetap menjaga kestabilan arah dari alat hammer test. Pada saat
ujung plunger akan lenyap masuk ke sarangnya akan terjadi
tembakan oleh plunger terhadap beton dan tekan tombol yang
terdapat dekat pangkal hammer test, setelah itu hasil angka
pantul dapat dilihat pada alat yang nantinya dapat dikonversi
kedalam nilai kuat tekan beton. Dapat dilihat pada Gambar 83.
d) Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang
telah ditetapkan semula dengan cara yang sama.
e) Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1
yaitu hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton
yang terdapat pada alat hammer sehingga memotong kurva yang
sesuai dengan sudut tembak hammer.
Gambar 83. Hasil penembakan hammer test.

3.4 Pekerjaan Retaining wall

Detail rencana retaining wall dalam proyek preservasi dan pemeliharaan jalan
ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung dapat dilihat
pada Gambar 84.

Gambar 84. Detail rencana retaining wall.

Adapun langkah-langkah dalam pekerjaan retaining wall antara lain yaitu :


1. Pekerjaan persiapan
Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:
a) Melakukan pekerjaan galian struktur di lokasi retaining wall dengan
menggunakan excavator sampai kedalaman yang telah direncanakan.
Ukuran pada galian berbeda beda pada masing-masing STA. Pekerjaan
galian dapat dilihat pada Gambar 85.

Gambar 85. Pekerjaan galian.

b) Galian struktur bertujuan untuk membersihkan dan membentuk area


retaining wall dan meratakan lokasi guna pengerjaan retaining wall,
galian ini dimulai dari sta 0+200, lalu dilanjutkan sta 0+250 sampai
sta 0+275, dan terakhir sta 0+150.
c) Setelah dipastikan kondisi galian bersih dari sisa reruntuhan tanah,
maka dilanjutkan dengan melakukan pemdatan tanah menggunakan
mesin stamper. Pemadatan tanah dapat dilihat pada Gambar 86.
d) Memasang bekisting serta memasang plastic sheet untuk pengecoran
lantai kerja. Pemasangan plastic sheet dan bekisting dapat dilihat pada
Gambar 87-88.
Gambar 86. Pemadatan tanah.
e) Memasang bekisting serta memasang plastic sheet untuk pengecoran
lantai kerja. Pemasangan plastic sheet dan bekisting dapat dilihat pada
Gambar 87-88.

Gambar 87. Pemasangan bekisting LC.


Gambar 88. Pemasangan plastic sheet.

f) Pengecoran lean concrete (LC).


1) Beton ready mix yang digunakan memiliki mutu beton fc’10 mpa.
2) Mobil ready mix diarahkan pada lokasi pengecoran lean concrete
(LC), pengecoran dibantu dengan seng yang di paku dengan kayu
kaso agar beton ready mix dapat
Proses Pengecoran pada proyek preservasi dan pemeliharaan jalan
ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kec. Pesawaran, Lampung
dapat dilihat pada Gambar 89.

Gambar 89. Pengecoran lean concrete (LC).


3) Pemerataan semen dibantu oleh 2 pekerja menggunakan cangkul.
4) Kemudian beton didiamkan hingga mencapai satu hari.

2. Pekerjaan fabrikasi tulangan.


Detail rencana tulangan retaining wall dalam proyek preservasi dan
pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran,
Lampung dapat dilihat pada Gambar 90.

Gambar 90. Detail Penulangan Retaining Wall.

Metode pelaksanaan pekerjaan fabrikasi tulangan adalah sebagai berikut:

a) Mengukur panjang tulangan yang diperlukan untuk retaining wall


yaitu:
1) Tulangan ulir D16 mm dan D13 mm diukur menggunakan meteran
sesuai dengan gambar rencana penulangan.
Proses pengukuran dalam proyek preservasi dan pemeliharaan jalan
ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung
dapat dilihat pada Gambar 91.
Gambar 91. Mengukur panjang tulangan.

b) Memotong tulangan berlebih


1) Tulangan ulir D16 mm dan D13 mm dipotong menggunakan bar
cutter.
2) Pemotongan dilakukan dengan cara meletakkan tulangan pada
bawah mata pisau.
3) Menurunkan mata pisau hingga tulangan terpotong.
Proses memotong tulangan dalam proyek preservasi dah pemeliharaan
jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung
dapat dilihat pada Gambar 92.

Gambar 92. Memotong tulangan.


c) Membengkokkan tulangan sesuai dengan gambar rencana.
1) Pembengkokan tulangan dilakukan secara manual oleh 1 sampai 2
pekerja.
2) Tulangan diletakkan di atas kayu yang sudah dibuat.
3) Ujung tulangan di bengkokkan menggunakan kunci besi.
Proses pembengkokkan dapat dilihat pada Gambar 93-94.

Gambar 93. Peraturan pembengkokan tulangan.

Gambar 94. Membengkokan tulangan.


d) Melakukan perakitan tulangan yang disusun mulai dari yang disusun
dengan jarak tulangan utama 15 cm dan jarak tulangan sengkang
bagian melintang 30 cm tualangan memanjang 15 cm.
1) Penyusan ini diakukan diatas LC yang berada di sta – 200
(ditengah) lalu kebagian atas sta – 250 , dan terakhir penyusan
dilakukan dibagian bawah sta – 150
2) Menyusun tulangan utama dan sengkang pada kunci geser (shear
key), setelah itu di ikat kencang menggunakan kawat bendrat serta
tang.
3) Menyusun tulangan utama dan sengkang pada bagian kedua yaitu
kaki (toe), setelah itu di ikat kencang menggunakan kawat bendrat
serta tang.
Proses Menyusun tulangan pada bagian kaki (toe) dapat dilihat
pada Gambar 95.

Gambar 95. Merakit tulangan bagian kaki.

4) Menyusun tulangan utama dan sengkang pada bagian ketiga yaitu


tumit (heel), setelah itu di ikat kencang menggunakan kawat
bendrat serta tang.
Proses Menyusun tulangan pada bagian tumit (heel) dapat dilihat
pada Gambar 96-97.
Gambar 96. Tulangan utama.

Gambar 97. Memasang tulangan sengkang.

5) Terakhir Menyusun tulangan utama dan sengkang pada bagian


tangkai (stem), setelah itu di ikat kencang menggunakan kawat
bendrat serta tang.

Ilustrasi bagian-bagian retaining wall pada proyek preservasi dan


pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab.
Pesawaran, Lampung dapat dilihat pada Gambar 98.
Gambar 98. Bagian - bagian retaining wall.

3. Memasang beton decking.


Tahapan metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan beton decking, tang, dan kawat bendrat.
b) Mengikat beton decking menggunakan tang dan kawat bendrat pada
tulangan dengan masing-masing jarak antar beton decking yaitu 50 cm.
Proses pengikatan dapat dilihat pada Gambar 99.

Gambar 99. Mengikat beton decking.

4. Pekerjaan fabrikasi bekisting.


Metode pelaksanaan pekerjaan fabrikasi tulangan adalah sebagai berikut :
a) Mengukur Panjang kayu kaso dan multipleks sesuai dengan kebutuhan
dilapangan, diukur menggunakan meteran. Proses pengukuran dapat
dilihat pada Gambar 100.

Gambar 100. Mengukur multipleks dan kayu yang dibutuhkan.

b) Memotong kayu kaso dan multipleks.


Setetlah pengukuran kayu kaso dan multipleks dipotong dengan
gergaji.
Pemotongan kayu kaso dan multipleks dapat dilihat pada Gambar 101.

Gambar 101. Memotong kayu kaso dan multipleks.

c) Perekatan kayu kaso dan multipleks.


Perekatan ini dilakukan dengan memaku bagian sisi-sisi ujung kayu
kaso dan multipleks menggunakan palu.
d) Merakit bekisting pada retaining wall.
Perakitan dilakukan dengan cara menyambungkan tiap-tiap bekisting
menggunakan paku. Perakitan bekisting dapat dilihat pada Gambar
102.

Gambar 102. Merakit bekisting retaining wall.

e) Memasang paralon.
Pemasangan paralon pada retaining wall, dengan Panjang 75 mm
Pemasangan paralon dapat dilihat pada Gambar 103.

Gambar 103. Memasang paralon.


5. Melakukan uji Slump Test untuk mengetahui kekentalan dari adukan beton
yang akan digunakan untuk pengecoran. Uji slump test dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) Mengambil sampel adukan beton dari mixer truck dan dimasukkan
ke dalam trolly dorong. Sampel adukan beton yang teloah diambil
dari mixer truck dapat dilihat pada Gambar 104.

Gambar 104. Mengambil sampel dari mixer.

b) Meletakkan base plate pada tanah datar sebagai alas untuk


melakukan pengujian. Posisi base plate seperti pada Gambar 105.

Gambar 105. Meletakan base plate.


c) Meletakkan corong kerucut abrams diatas base plate dengan posisi
bagian diameter lubang yang besar berada di bawah. Letak kerucut
abrams dapat dilihat pada Gambar 106.
d) Menuangkan adukan beton ke dalam kerucut abrams dengan
menggunakan scoop sebanyak 1/3 slump cone seperti yang dapat
dilihat pada Gambar 106.

Gambar 106. Meletakan dan mengisi corong kerucut abrams.

e) Melakukan pemadatan dengan menumbuk adukan beton dalam


kerucut abrams menggunakan batang besi sebanyak 20 sampai 25
kali tumbukan.
f) Menuangkan lagi adukan beton ke dalam kerucut abrams dengan
menggunakan scoop sebanyak 2/3 kerucut abrams.
g) Melakukan pemadatan dengan menumbuk adukan beton dalam
kerucut abrams menggunakan batang besi sebanyak 20 sampai 25
kali tumbukan. Proses npemadatn adukan beton dapat dilihat pada
Gambar 107.
Gambar 107. Memadatkan dengan Batang Besi.

h) Menuangkan lagi adukan beton ke dalam kerucut abrams sampai


kerucut abrams terisi penuh.
i) Meratakan bagian atas adukan beton pada kerucut abrams
menggunakan sendok semen seperti yang dapat dilihat pada Gambar
108.

Gambar 108. Meratakan permukaan atas slump cone.


j) Menarik kerucut abrams searah vertikal ke atas dengan perlahan.
Pastikan bagian base plate tidak bergerak saat menarik kerucut
abrams, seperti Gambar 109.

Gambar 109. Melepas slump cone dari sampel adukan beton.

k) Melakukan pengukuran slump dengan cara meletakkan kerucut


abrams disamping adukan beton dan meletakkan batang besi di atas
kerucut abrams sebagai acuan pengukuran hasil slump. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur dari sisi teratas jatuhnya adukan beton
sampai sisi batang besi bagian bawah dengan menggunakan meteran
pengukuran hasil slump dapat dilihat pada Gambar 110.

Gambar 110. Mengukur hasil slump test.


l) Didapatkan hasil slump test sebesar 12 cm yaitu memenuhi standar
yang ditetapkan sebesar (1 2 ± 2) c m . Untuk mengetahui hasil uji
slump test dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Slump Test

Elemen Struktur Mutu Beton Hasil Slump

Lean Concrete (LC) Fc’10 10 ± 2 cm

Retaining Wall Fc’30 12 ± 2 cm

Rigid Pavement Fs’45 5,5 + 2 cm

m) Dilakukan pembuatan sampel untuk dilakukan pengujian dengan


jumlah 6 sampel silinder. Mengisi mold dengan adukan beton
sebanyak 1/3 mold kemudian melakukan pamadatan dengan batang
besi sebanyak 20-25 kali tumbukan.
n) Mengisi kembali mold dengan sampel adukan beton sebanyak 2/3
mold kemudian lakukan pemadatan lagi dengan batang besi
sebanyak 20-25 kali tumbukan.
o) Mengisi mold sampai penuh dan agar sampel adukan beton padat
dan tersebar merata dilakukan pemukulan pada sisi-sisi mold
menggunakan palu karet.
p) Meratakan permukaan atas sampel adukan beton. Perataan ini
dilakukan menggunakan batang besi agar didapatkan permukaan
adukan beton yang rata pada sampel uji.
q) Kemudian pengujian kuat tekan beton akan dilaksanakan pada umur
7 hari, 14 hari, dan 28 hari.

6. Pengecoran Retaining wall.


Setelah pekerjaan bekisting dan slump test selesai dilakukan, pekerjaan
selanjutnya adalah pengecoran retaining wall. Tahapan Pengecoran
retaining wall sebagai berikut:
a) Mengarahkan mobil mixer tepat di dekat area retaining wall yang akan
dicor kemudian adukan beton tersebut dimasukkan ke dalam bekisting.
Pengecoran retaining wall dapat dilihat pada Gambar 111.

Gambar 111. Mengarahkan mobil mixer.

b) Melakukan pemadatan menggunakan alat vibrator untuk


mengeluarkan udara yang terperangkap di dalam bekisting kolom. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi pengeroposan pada beton saat sudah
mengering. Dapat dilhat pada gambar 112.

Gambar 112. Pemadatan dengan vibrator.

c) Kemudian beton didiamkan hingga mencapai satu hari.


7. Pelepasan bekisting.
Metode pelaksanaan pekerjaan fabrikasi tulangan adalah sebagai berikut:
a) Melepaskan penyangga balok kayu (balok penunjang) dengan linggis.
b) Mengetuk- ngetuk bekisting sambal dibuka perlahan, jika masih belum
bisa dibuka maka diketuk kembali.
c) Mencungkil setiap bagian bekisting dengan linggis melalui step
berikut:
 Melepaskan balok klem pengatur dengan linggis.
 Melepaskan balok penguat tegak dengan linggis.
 Melepaskan balok penguat dasar dengan linggis.
 Melepaskan multipleks (panel cetakan) dengan linggis secara
perlahan hingga terlepas dari kolom.
Sisi bekising yang sudah terlepas sebagian dapat dilihat pada
Gambar 113.

Gambar 113. Penampakan bekisting yang sudah terlepas sebagian.

8. Perawatan beton
Pada masa pengikatan awal yaitu saat beton mulai mengeras, harus
diadakan perawatan beton (curing). Perawatan beton (curing) berfungsi
untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton
terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan
perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Perawatan
beton dilakukan untuk menghindari:
1) Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton
yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton.
2) Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari
pertama.
3) Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-
retak pada beton.
Adapun cara yang dilakukan dalam perawatan beton pada proyek ini
adalah dengan menyiramkan air secara merata diseluruh area retaining
wall menggunakan selang air selama 7 hari setelah selesai proses
pengecoran. Perawatan (Curing) pada proyek ini dapat dilihat pada
Gambar 114.

Gambar 114. Curing.

Proses curing pada proyek ini sudah sesuai dengan yang tertera pada SNI
2847:2019 Pasal 26.5.3.2 tentang “Syarat Penerimaan Perawatan Beton”
dimana dijelaskan bahwa curing pada beton dilakukan setidaknya 7 hari
setelah pengecoran dan disuhu minimal 10˚C.

3.5 Pekerjaan persiapan Badan jalan


Detail rencana persiapan badan jalan dalam proyek preservasi dan
pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Gd. Tataan, Kab. Pesawaran,
Lampung dapat dilihat pada Gambar 115.

Gambar 115. Detail rencana persiapan badan jalan.

Adapun tahapan yang dilakukan pada pekerjaan persiapan badan jalan adalah
sebagai berikut:

1. Pekerjaan persiapan.
Metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:
a) Mengganti claw excavator menjadi breaker excavator dengan cara:
1) Persiapkan breaker excavator yang sudah sesuai dengan model dan
ukuran excavator.
2) Pastikan excavator dalam keadaan mati dan kunci kontak telah
dilepas.
3) Lepas claw dari excavator menggunakan sistem hidrolik excavator
sehingga baut dan pengunci telah dilepas dibantu juga oleh 2
pekerja.
4) Setelah itu meletakkan posisi claw pada posisi yang aman,
sekaligus membawa braker ke lokasi excavator.
5) Letakkan breaker pada bagian yang sesuai dengan perangkat
penggantian.
6) Setelah itu gunakan sistem hidrolik excavator untuk
menghubungkan pipa hidrolik breaker ke sistem hidrolik
excavator.
7) Perikasa kembali dan pastikan aman, lakukan tes lapangan untuk
memastikan breaker berfungsi dengan baik.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 116.

Gambar 116. Breaker excavator.

b) Melakukan buka tutup jalan dengan cara:


1) Membagi 2 pekerja untuk menjaga dua pos di dekat tugu coklat
dan dibawah sebelum lokasi proyek berlangsung.
2) Menyaipkan rambu-rambu yang jelas seperti spanduk menjelaskan
sedang berlangsungnya proyek, bendera berwarna merah, dan
traffic cone.
3) Pada proyek ini hanya menggunakan satu jalur.
4) Melakukan permberhentian dengan menutup jalan menggunakan
traffic cone.
5) Pemberhentian dilakukan 3-5 menit masing-masing setiap arah
sehingga pengendara saling bergantian menggunakan jalur
tersebut.
6) Hal ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan pembongkaran
sisi sebelah kiri.
Buka tutup jalan dapat dilihat pada Gambar 117.
Gambar 117. Buka tutup jalan.

2. Pekerjaan pembongkaran rigid excisting.


Metode pelaksanaan pekerjaan pembongkaran adalah sebagai berikut:
a) Mobilisasi excavator, dump truck, ke lokasi pembongkaran.
b) Pekerjaan ini dimulai dari STA 0+230 – 0+440 dengan total panjang
210 m.
c) Setelah itu operator melakukan penurunan breaker excavator pada titik
pembongkaran.
d) Operator menaik turunkan breaker excavator sehingga jalan yang ada
tersebut menjadi serpihan- serpihan kecil.
Pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 118.
Gambar 118. Pembongkaran rigid excisting.

e) Setelah itu serpihan material tersebut dikumpulkan menggunakan


excavator.
f) Mengarahkan dump truck pada lokasi pengangkutan material.
g) Operator menurunkan claw serta mengarahkan pelan-pelan pada
material sehingga material masuk pada claw.
h) Setelah itu operator mengarahkan ke dump truck dan menuangkan
secara perlahan sehingga material masuk pada bak dump truck.
i) Dilakukkan berulang kali sampai dump truck terisi penuh.
j) Jika sudah terisi penuh dump truck akan berjalan menuju lokasi tempat
penimbunan material di dekat base camp.
k) Setalah supir memastikan posisi parkir yang pas lalu supir
mengaktifkan sistem hidrolik.
l) Membuka pintu bak dump truck.
m) Gunakan kontrol hidrolik untuk perlahan-lahan mengangkat bak dump
truck, sehingga material dapat keluar dari bak.
n) Setelah bak dump truck sudah kosong, tutup pintu bak tersebut.
o) Dump truck siap digunakan kembali.
Pengangkutan material dapat dilihat pada Gambar 119.

Gambar 119. Memindahkan hasil pembongkaran rigid.


3. Pekerjaan galian.
Metode pelaksanaan pekerjaan galian adalah sebagai berikut:
a) Mobilisasi excavator, dump truck, ke lokasi penggalian.
b) Membaca kembali gambar kerja sebelum memulai penggalian.
c) Penggalian dilakukan mulai dari STA 0+225 – 0+500.
d) Penggalian tanah pada proyek ini digali sebanyak 6% dari ketingian
awal.
e) Tempatkan excavator pada posisi awal mulai penggalian.
f) Operator mengontrol sistem hidrolik secara perlahan lahan sehingga
tanah runtuh dan dapat dikumpulkan.
g) Lakukan penggalian secara bertahap.
Pekerjaan galian dapat dilihat pada Gambar 120.

Gambar 120. Penggalian tanah.

h) Setelah itu tanah yang sudah digali tersebut dikumpulkan


menggunakan excavator.
i) Mengarahkan dump truck pada lokasi pengangkutan material.
j) Operator menurunkan claw serta mengarahkan pelan-pelan pada
material sehingga material masuk pada claw.
k) Setelah itu operator mengarahkan ke dump truck dan menuangkan
secara perlahan sehingga material masuk pada bak dump truck.
l) Dilakukkan berulang kali sampai dump truck terisi penuh.
m) Jika sudah terisi penuh dump truck akan berjalan menuju lokasi tempat
penimbunan material di dekat base camp.
n) Setalah supir memastikan posisi parkir yang pas lalu supir
mengaktifkan sistem hidrolik.
o) Membuka pintu bak dump truck.
p) Gunakan kontrol hidrolik untuk perlahan-lahan mengangkat bak dump
truck.
q) Setelah bak dump truck sudah kosong, tutup pintu bak tersebut.
r) Dump truck siap digunakan kembali.
Pengankutan tanah dapat dilihat pada Gambar 121.

Gambar 121. Memindahkan hasil galian tanah.

4. Melakukan uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer).


Pengukuran pada struktur pelat dilakukan untuk memastikan tingkat
kerataan ketinggian pelat lantai. Untuk pengukuran pelat pada proyek ini
dilakukan secara manual dengan menggunakan meteran.
a) Pilih titik pengujian yang ditentukan.
b) Pasang peralatan DCP dan pastikan semua sambungan telah dipasang
dengan benar. Dapat dilihat pada Gambar 122.
Gambar 122. Perakitan alat DCP.

c) Tempatkan alat DCP dalam posisi vertical sehingga konus terletak


pada dasar tanah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 123.

Gambar 123. Penentuan titik uji DCP.

d) Atur batang pengukur atau berskala, sehingga menunjukan angka 0


dan catat dalam centimeter.
e) Naikan palu geser sampai menyentuh bagian atas pegangan, dan
jatuhkan dengan bebas sehingga palu mengenai anvil atau landasan.
Catat jumlah pukulan dan ju1`2mlah penetrasi (cm). Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 124.
Gambar 124. Penumbukan palu DCP

f) Ulangi langkah e dengan jumlah 25 kalli tumbukan dalam satu titik


pengujian dan dilakukan pembacaan kedalaman pada setiap 5 kali
tumbukan.

5. Pekerjaan timbunan
Pekerjaan timbunan tanah adalah pekerjaan yang bertujuan bertujuan
untuk meratakan atau levelling suatu elevasi tanah,
Detail rencana timbunan dapat dilihat pada Gambar 125.

Gambar 125. Detail rencana timbunan.


a) Penghamparan timbunan pilihan.
1. Mobilisasi excavator, motor grader, vibro roller, dan stamper ke
lokasi timbunan..
2. Membaca kembali gambar kerja sebelum timbunan dimulai.
3. Menyiapkan tanah timbunan pilihan yang sudah sesuai dengan
RKS Preservasi atau Pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden
Gunawan, Kec. Gd. Tataan, Kab. Pesawaran, Lampung.
4. Tanah timbunan pilihan diletakkan pada titik penghamparan yaitu
mulai dari STA 0+150 sampai STA 0+200.
5. Setelah itu operator memaju mundurkan motor grader berulang
kali sampai permukaan rata.
Penghamparan timbunan pilihan dapat dilihat pada Gambar 126.

Gambar 126. Penghamparan timbunan pilihan.

6. Setelah itu tanah dipadatkan menggunakan vibro roller dengan


memajukan dan memundurkan vibro roller secara berulang, Pada
bagian pinggir pemadatan dilkaukan menggunakan stamper. Dapat
dilihat pada Gambar 127-128.
Gambar 127. Pemadatan menggunakan vibro roller.

Gambar 128. Pemadatan menggunakan stamper.

6. Melakukan uji Sand Cone.


Pengukuran pada struktur pelat dilakukan untuk memastikan tingkat
kerataan ketinggian pelat lantai. Untuk pengukuran pelat pada proyek ini
dilakukan secara manual dengan menggunakan meteran.
a) Meletakkan plate pada titik yang akan di uji.
b) Memaku ke empat sisi plate. Dapat dilihat pada Gambar 128.
Gambar 129. Meletakan plate dan memaku pada empat sisi.

c) Menggali titik uji dengan kedalaman 5-10 cm. Dapat dilihat pada
Gambar 130.

Gambar 130. Penggalian pada titik uji.

d) Menmindahkan tanah hasil galian ke dalam baskom dan saring agregat


hasil galian. Dapat dilihat pada Gambar 131.
e) Timbang agregat yang tertahan pada saringan. Dapat dilihat pada
Gambar 132.
f) Masukkan botol uji kedalam lubang. Dapat dilihat pada Gambar 133.
g) Timbang botol uji.
Gambar 131. Pengambilan tanah.

Gambar 132. Menimbang tanah hasil galian.

Gambar 133. Pengisian lubang dengan pasir.


3.6 Pekerjaan Rigid Pavement

Pekerjaan rigid pavement menggunakan material keras dan kaku, seperti


beton.Tahapan pelaksanaan pekerjaan rigid pavement adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan persiapan.
Metode pelaksanaan pekerjaan persiapan adalah sebagai berikut:
a) Mobiliasasi excavator, motor grader, vibro roller ke lokasi
penghamparan.
b) Memastikan elevasi timbunan sudah sesuai dengan gambar rencana.
c) Menyiapkan base a yang sudah sesuai dengan RKS Preservasi atau
Pemeliharaan jalan ruas Jl. Raden Gunawan, Kec. Gd. Tataan,
Kab. Pesawaran, Lampung.

2. Penghamparan base kelas A.


Metode pelaksanaan pekerjaan penghamparan adalah sebagai berikut:
a) Base kelas A datang lalu di letakkan pada titik-titik penghamparan.
b) Setelah itu diratakan menggunakan motor grader dengan cara memaju
mundurkan berulang kali sehingga penghamparan rata.
Proses penghamparan dapat dilihat pada Gambar 134.

Gambar 134. Penghamparah base kelas A.


3. Pemadatan base kelas A.
Metode pelaksanaan pekerjaan pemadatan adalah sebagai berikut:
a) Base kelas A yang sudah dihamparkan lalu permukaan di siram
menggunakan truck air guna base kela A tersebut padat tidak ada
rongga-rongga.
b) Setelah itu pemdatan dilakukan menggunakan vibro roller dengan
cara memaju mundurkan berulang kali hingga ketebalan base kelas A
tersebut sesuai dengan rencana yaitu 30 cm.
Proses pemadatan dapat dilihat pada Gambar 135.

Gambar 135. Pemadatan base kelas A.

4. Pemasangan bekisting baja lean concrete (LC).


Metode pelaksanaan pemasangan bekisting baja adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan bekisting baja dengan ketinggian 10 cm, paku, dan palu.
b) Meletakkan bekisting baja pada sisi kanan dan kiri, pastikan bekisting
lurus dan sama rata.
c) Paku di sisi-sisi bekisting menggunakan palu.
d) Pemasangan bekisting dimulai dari bawah dan sisi kiri lalu ke sisi
kanan.
Proses pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 136.
Gambar 136. Pemasangan bekisting.

5. Pekerjaan pengecoran lean concrete (LC).


Metode pelaksanaan pengecoran lean concrete (LC) adalah sebagai
berikut:
a) Mengarahkan mobil ready mix dengan posisi mundur dan dimulai dari
lokasi paling atas.
b) Melakukan pengujian slump test, setelah hasil sesuai dengan rencana
melanjutkan pengecoran.
c) Mobil ready mix terus menggerakkan drum pengaduk untuk mencegah
pemisahan bahan dan memastikan campuran beton tetap konsisten.
d) Membuka pintu atau bagian bawah drum pengaduk untuk
mengarahkan campuran beton.
e) Proses pengeluaran campuran beton dengan cara memutar drum
terlebih dahulu dengan beberapa model, setelah itu campuran beton
dikeluarkan dari dalam drum dan memastikan campuran beton
mengalir dengan baik.
f) Mutu beton yang digunakkan untuk lean concrete (LC) yaitu fc’10
Mpa.
Proses pengecoran lean concrete (LC) dapat dilihat pada Gambar 137.
g) Setelah campuran beton dikeluarkan perataan permukaan langsung
dilakukan oleh 3 pekerja menggunakan sendok semen.
Gambar 137. Penecoran lean concrete (LC).

6. Pekerjaan penulangan serta pemasangan dowel.


Pekerjaan pembesian dan pemasangan dowel dilakukan dengan waktu
yang bersamaan. Detail rencana penulangan rigid pavement dapat dilihat
pada Gambar 138.

Gambar 138. Detail Rencana Penulangan Rigid Pavement.

Metode pelaksanaan pekerjaan penulangan adalah sebagai berikut :


a) Mengukur panjang tulangan polos rigid pavement.
1) Mengukur tulangan polos Ꝋ10 mm yang menggunakan meteran
sesuai yang diperlukan untuk rigid pavement. Dapat dilihat pada
Gambar 139.

Gambar 139. Mengukur panjang tulangan.

b) Memotong tulangan.
1) Tulangan polos Ꝋ10 mm dipotong menggunakan bar cutter.
2) Pemotongan dilakukan dengan cara meletakkan tulangan pada
bawah mata pisau.
3) Menurunkan mata pisau sampai tulangan terpotong.
4) Tulangan dipotong dengan ukuran yang telah direncanakan
Proses pemotongan tulangan pada proyek dapat dilihat pada
Gambar 140.

Gambar 140. Memotong tulangan utama.


c) Membengkokan tulangan.
1) Pembengkokan tulangan dilakukan secara manual oleh 1 sampai 2
pekerja.
2) Tulangan diletakkan di atas meja kayu yang sudah dibuat.
3) Tulangan diletakkan di antar paku.
4) Lalu ujung tulangan di bengkokkan menggunakan kunci besi sesuai
dengan gambar kerja.
Proses pembengkokkan dapat dilihat pada Gambar 141-142.

Gambar 141. Peraturan pembengkokkan tulangan.

Gambar 142. Pembengkokkan besi.


d) Pengecatan dowel.
1) Menyiapkan cat anti korosi, dowel, dan kuas.
2) Mengecat dilakukan oleh 1 pekerja.
3) Lalu dowel dicat perlahan -lahan dan mengatur banyak nya cat dengan
cara meniriskan kuas pada ujung kaleng cat.
Proses pengecatan dapat dilihat pada Gambar 143.

Gambar 143. Pengecatan dowel.

4) Tempatkan dowel pada posisi aman dan tunggu cat hingga mengering.
Dapat dilihat pada Gambar 144.

Gambar 144. Mengeringkan cat.


e) Pekerjaan perakitan tulangan.
1) Menyiapkan tulangan sengkang yang sudah dibengkokkan,
tulangan utama, kawat bendrat, dan tang.
2) 4 Tulangan utama disusun lalu dimasukkan tulangan sengkang
dengan jarak 15 cm, lalu diikat menggunakan kawat bendrat dan
tang.
3) Setelah itu gabungkan 2 tulangan dan letakkan dowel diatasnya
dengan jarak
4) Dowel diikat menggunakan kawat bendrat dan tang.
5) Lakukan hal yang sama sesuai dengan kebutuhan.
6) Untuk tulangan memanjang tidak perlu meletakkan dowel
diatasnya dan hanya membutuhkan masing-masing 1 tulangan di
setiap sisi per segmennya.
Proses perakitan dapat dilihat pada Gambar 145.

Gambar 145. Perakitan tulangan dan dowel.

7. Pekerjaan badan jalan.


Pekerjaan ini dilakukan pada malam hari karna untuk menhindari retak
pada beton.
Metode pelaksanaan untuk pekerjaan badan jalan adalah sebagai berikut :
a) Pemasangan bekisting.
1) Menyiapkan bekisting baja setinggi 30 cm.
2) Pemasangan dilakukan pada sisi kanan dan kiri lokasi yang akan
dicor.
3) Diletakkan perlahan lahan dan sejajar oleh 2 pekerja.
Pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 146.

Gambar 146. Pemasangan bekisting baja.

b) Pemasanan plastic sheet.


1) Menyiapkan plastic sheet.
2) Platic sheet di tarik dan di rapihkan sehingga semua sisi tertutup oleh
plastic sheet.
Proses pemasangan plastic sheet dapat dilihat pada Gambar 147.

Gambar 147. Pemasangan plastic sheet.


c) Pemasangan pembatas segmen.
1) Menyiapkan kayu kaso. paku, dan palu.
2) Kayu kaso diletakkan di setiap batasan segmen.
3) Paku menggunakan palu pada sisi kanan kiri dan tengan kayu kaso.
Proses pemasangan kayu kaso dapat dilihat pada Gambar 148.

Gambar 148. Pemasangan pembatas.

d) Penempatan tulangan memanjang rigid.


1) Menyiapkan tulangan memanjang yang sudah dirakit.
2) Meletakkan pada sisi kanan dan kiri lokasi yang akan dicor disetiap
segmen.
3) Diletakkan perlahan dengan kondisi sejajar oleh 2 pekerja.
Proses penempatan dapat dilihat pada Gambar 149.

Gambar 149. Penempatan tulangan memanjang.


e) Pengecoran rigid.
Metode pelaksanaan pengecoran rigid adalah sebagai berikut:
1) Mengarahkan mobil ready mix pada lokasi yang akan dicor.
2) Pengecoran dimulai dari yang paling atas.
3) Melakukan pengujian slump test, setelah hasil sesuai dengan rencana
melanjutkan pengecoran.
4) Mobil ready mix terus menggerakkan drum pengaduk untuk mencegah
pemisahan bahan dan memastikan campuran beton tetap konsisten.
5) Membuka pintu atau bagian bawah drum pengaduk untuk
mengarahkan campuran beton.
6) Proses pengeluaran campuran beton dengan cara memutar drum
terlebih dahulu dengan beberapa model, setelah itu campuran beton
dikeluarkan dari dalam drum dan memastikan campuran beton
mengalir dengan baik.
7) Mutu beton yang digunakkan untuk rigid yaitu fs’45 Mpa atau K-500.
Proses pengecoran rigid dapat dilihat pada Gambar 137.
8) Setelah campuran beton dikeluarkan perataan permukaan langsung
dilakukan oleh 3 pekerja menggunakan sendok semen.
Proses pengecoran dapat dilihat pada Gambar 150.

Gambar 150. Pengecoran rigid.


9) Pemasangan dowel.
a) Dowel yang sudah dirakit di siapkan pada sisi kanan setiap per
segmen/diluar bekisting.
b) Setelah pengecoran langsung dimasukkan dowel kedalam coran di
setiap pertengahan antar segmen atau sesuai dengan peletakkan
kayu kaso yang sudah dipasang sebelumnya dengan cara
menginjak atau menekan dowel.
c) Peletakkan dowel ini melibatkan 7 pekerja.
Proses pemasangan dowel dapat dilihat pada Gambar 151.

Gambar 151. Pemasangan dowel.

10) Perataan permukaan coran rigid.


a) Menyiapakan beberapa alat yaitu kayu kaso, cangkul dan roskam.
b) Perataan permukaan dilakukan oleh 7 pekerja.
c) 2 Pekerja menarik ujung kiri dan kanan secara bersamaan dari
paling.
d) 2 Pekerja lagi meratakan Kembali menggunakan roskam.
e) 3 pekerja lainnya menyalurkan sisa campuran beton ke segmen
selanjutnya menggunakan cangkul.
Proses perataan rigid dapat dilihat pada Gambar 152.
Gambar 152 Perataan pengecoran rigid.

11) Pemasangan besi tie bar.


a) Setelah pertaan selesai besi tie bar dipasang pada sisi sebelah
kanan bekisting yang sudah terdapat bolongan.
b) Besi ditekkan ke dalam secara perlahan sampai setengah bagian
dari besi tersebut.
c) Untuk Panjang besi tie bar itu sendiri yaitu 50 cm menggunakan
baja ulir dengan D16.
Pemasangan besi tie bar dapat dilihat pada Gambar 153.

Gambar 153. Pemasangan besi sambungan.


d) Pemotongan rigid.
Pemotongan rigid dilakukan pada 8 jam setelah pengecoran,
pemotongan dilakukan persegmen atau per – 5 meter, ini bertujuan
untuk dapat menyalurkan beban pada sambungan, tidak terjadi
retak menerus.
Metode pemotongan rigid adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan alat concrete cutter.
b) Operator menaikkan mata gergaji dari permukaan beton.
c) Hidupkan mesin hingga mencapai keceptan yang diinginkan.
d) Kemudan piasu diturunkan ke permukaan yang akan dipotong.
Pemotongan rigid dapat dilihat pada Gambar 154.

e) Pekerjaan Sealent Aspal


Sealent aspal berguna untuk mentup hasil potongam pada rigid agar
tidak terjadi korosi, dan kerusakan yang disebabkan oleh air.
Metode pelaksanaan sealent aspal adalah sebagai berikut:
a) Panaskan sealent aspal.
b) Setelah itu ambil sealent aspal secukupnya dan letakkan di
antar segmen yang sudah dipotong sedalam 10 cm.
c) Lakukan dengan hati-hati agar tidak melebihi garis.
Pekerjaan sealent aspal dapat dilihat pada Gambar 155.

Gambar 154. Pemotongan rigid.


Gambar 155. Pekerjaan sealent aspal.

f) Pekerjaan Geotextile.
a) Menyiapkan geotextile
b) Membentang geotextile agar semua permukaan dapat tetutup
rata.
c) Memarik geotextile dari titik awal pengecoran sampai titik
akhir.
d) Meletakkan batu di atas geotextile agar tidak bergeser.
Pemasangan Geotextile dapat dilihat pada Gambar 155.

Gambar 155. Pemasanan geotextile.


g) Pekerjaan curing beton dilakukan penyiraman minimal 1 kali
dalam sehari.
Proses curing dapat dilihat pada Gambar 156.

Gambar 156. Proses curing beton.

Karna mengunakan beton fast track (mengunakan bahan kimia sika),


beton sudah layak digunakan untuk dilintasi kendaraan pada hari ke 7,
dan dilakukan pekerjaan selanjutnya pada sisi jalan sebelah kana.

Anda mungkin juga menyukai