Anda di halaman 1dari 12

METODE KONSTRUKSI TIANG BOR KECIL

I. UMUM
Pemilihan Bored Pile metode bor bilas dengan mesin Rotary Standart (YBM) pada
pelaksanaan sebuah proyek dikarenakan beberapa kelebihannya, antara lain :
1. Tidak ada getaran seperti halnya pada pemancangan, sehingga tidak mengganggu
struktur bangunan di lingkungan sekitarnya.
2. Portable, bisa dioperasikan pada kondisi-kondisi sulit seperti underpining, dinding
penahan tanah di tebing serta pada lokasi dimana crane-crane pancang dan bor besar
tidak bisa masuk.
3. Mudah dioperasikan serta set peralatan yang cukup ringan.
4. Pengecoran tiang bor secara monolit dan tanpa sambungan sampai kedalaman bor
yang diinginkan. Cocok sekali untuk konstruksi Retaining Wall menahan beban
lateral.

II. MATERIAL BORE PILE


Terdiri atas :
1. Beton readymixed, mutu beton > K-225 dengan slump 18 + 2 cm atau beton
sitemixed, mutu beton sampai dengan K-350 hasil mix design oleh lab beton dengan
mutu beton yang sudah disertifikasi.
2. Baja tulangan beton :
• Baja tulangan D > 13 dengan mutu U-39 ( ulir ), sebagai tulangan utama 0,5 %
s/d 1 % penampang.
• Baja tulangan ø < 13 dengan mutu U-24 ( polos ) sebagai tulangan
sengkang/spiral.
• Cincin beton (Beton Decking) sebagai pelurus saat install ke dalam lubang bor.
Pemasangan pada setiap 2-3 m segmen rakitan.
3. Bahan Grouting untuk pekerjaan micropile.

III. PERALATAN KERJA


Peralatan Utama terdiri atas :
1. Mesin Bor Rotary standar ex. Japan type YBM-2 dan YBM-3 serta merk Toho dan
Tone kapasitas setara, dimana kapasitas pengeboran sampai kedalaman 250 m untuk
drill rod standar AW. Kecepatan putar antara 75 s/d 600 rpm dengan 4 speed,
sehingga dapat digunakan pada kondisi tanah normal (SPT < 50).
Berat total mesin bor termasuk engine sekitar 1,25 ton – 1,5 ton.
Mesin Bor YBM

2. Powered Winch type Kondo, Tai On dan Kumplung dengan kapasitas 1,5 s/d 2 ton.

Mesin Winch Kondo

3. Pompa sirkulasi jenis sentrifugal type NS 80 dengan kapasitas 110/menit. Pelengkap


berupa selang bor 1,5 inch dan selang sedot 3 inch.

Pompa NS 80
4. Rod bor uk. 73 m/m dengan panjang @3 meter dan 1,5 meter, bahan baja ex.
Pertamina standar API.

Pipa Rod Bor

5. Pipa Tremie ukuran 6 inch, dan 5 inch, dengan panjang standar 2 m, 1,5 m, dan 1 m,
bahan pipa galvanis dengan neple pin-box dari baja seamless.

Pipa Tremie

6. Corong cor, untuk wadah pemasukan adonan beton ke dalam pipa tremie.

Corong Cor
7. Tripot/ Kaki tiga sebagai pengarah pengeboran berikut cleaning lubang bor.
8. Bailer (Cow bailer/ sand pump) untuk peralatan cleaning lubang bor.

Bailer

9. Mata bor type Cross Frame Bit ex. Design sesuai kebutuhan diameter tiang bor.

Mata Bor

10. Kotak alat yang berisikan alat-alat pendukung bor dan cor antara lain :
• Kunci (Pipa, Rantai, Drilling, ring-pas, L-14)
• Gergaji (Kayu,besi)
• Golok
• Waterpas, Roll Met, Palu / Hammer
• Dan lain-lain

IV. METODE KERJA BORED PILE


1. Pengeboran dengan metode Wash Boring (Bor Rotary dan sirkulasi air)
• Mesin bor standar type YBM-2 / YBM-3 ex. Japan.
• Drill rod diameter 73 mm panjang @ 3 m dan 1,5 m.
• Mata bor cross frame bit ex. Design sesuai ukuran yang dibutuhkan.
• Pompa sirkulasi lumpur pemboran dan kelengkapan alat bantu.
2
1

2. Pembersihan (Cleaning) lubang bor setelah kedalaman rencana tercapai.


• Bailer untuk pembersihan Cutting material dalam suspensi lumpur & sedimentasi
dasar.
• Powered winch kapasitas 1,5 – 2 ton.

3. Pengukuran kedalaman dasar lubang bor pasca pembersihan, menggunakan


• Roll Met (Measuring tape) dengan pemberat ujung.
• Pengecekan kedalaman Bor dengan pengukuran.
4. Instal rakitan besi dengan menggunakan powered winch.
• Panjang segmen rakitan besi @ 6 meter atau 12 meter.
• Penyambungan setiap segmen rakitan besi dengan pengikatan secara overlapping
( + 40 D) menggunakan kawat beton.

5. Pengecoran beton dengan menggunakan


• Corong dan pipa tremie ukuran 5, 6 atau 8 inch, sesuai kedalaman bor.
• Powered Wich.
6. Hasil / sisa pengeboran berupa lumpur sebanyak + empat kali volume lubang bor
ditampung sementara dalam bak sirkulasi yang kemudian dibuang keluar proyek
dengan mobil sedot lumpur.

7. Jika ada persyaratan teknis dari pemberi Tugas mengenai pengambilan sample tanah,
dapat dilakukan dengan single core diameter 6 inch pada ½ meter diatas dan di bawah
dasar lubang bor. (untuk point ini akan dikenakan biaya tersendiri).

V. PENGEBORAN PADA KONDISI TANAH LUNAK DAN PASIR


Pada pengeboran yang dilaksanakan pada lapisan tanah lunak atau pasir halus dimana
tekanan hidrostatis air pemboran kemungkinan tidak mampu mencegah kelongsoran dinding
lubang bor lapisan tanah tersebut, maka ada dua system pemboran yang umum dilaksanakan
untuk mengatasi masalah tersebut diatas, yaitu :

1. Pengeboran dengan memakai temporary casing atau casing permanent.


Casing permukaan (Top Casing) mutlak diperlukan pada pemboran tanah lunak atau
tanah berbutir halus dan tanah urug untuk proteksi permukaan mencegah kelongsoran.
Juga berguna untuk menahan aliran / intrusi air tanah yang masuk ke dalam lubang
sehingga proses pengecoran menjadi lancar. Casing ini harus cukup kuat untuk
menahan tekanan longsor permukaan akibat getaran mesin dan air sirkulasi. Akibat
dari tekanan ini kemungkinan terjadi hambatan lekat pada casing tersebut dan tekuk
setempat ( necking ) pada saat casing dicabut. Hal ini tidak boleh terjadi karena sangat
mengganggu kelancaran pengecoran dan penampang beton yang diinginkan
kemungkinan tidak tercapai. Selain itu fungsi dari casing ini adalah sebagai acuan
elevasi dan sebagai posisi marking titik.
Temporary casing terbuat dari baja tebal yang dapat berupa casing penuh atau casing
sebagian dengan panjang antara 50 cm sampai 150 cm digunakan pada pengeboran
dengan kondisi tanah asli pada existing saat pengeboran, setelah pengecoran
temporary casing akan dicabut dan digunakan untuk pengeboran pada titik
selanjutnya.
Sedangkan untuk Casing permanen terbuat dari bahan drum dengan ukuran diameter
disesuaikan, casing permanen biasanya digunakan untuk kondisi tanah existing berupa
tanah urugan, panjang casing menyesuaikan kondisi dilapangan sesuai dengan kondisi
dalamnya tanah urugan sampai dengan ketemu tanah asli.

2. Pengeboran dengan lumpur bentonite


Pemakaian lumpur mineral bentonite adalah untuk mencegah terjadinya kelongsoran
pada dinding tiang bor dimana tekanan hidrostatis lumpur pengeboran dengan
campuran bentonite akan menjadi cukup besar. (Tinggi lumpur bentonite biasanya +
1,5 m dari MAT). Sistem ini dilaksanakan apabila pemanfaatan casing sulit
dilaksanakan dan tidak ekonomis. Cara pemakaiannya adalah bentonite dicampur
dengan air dalam reservoir dan digunakan sebagai lumpur pengeboran, Konsentrasi
bentonite terhadap air (mixing ratio) tergantung dari jenis tanah pemboran. Pada
kondisi lapisan tanah yang tidak terlalu jelek dipakai konsentrasi 4% artinya 1 kg
bentonite dicampur 25 liter air. Untuk kondisi tanah yang sulit, pemakaian konsentrasi
tinggi 5% -7%. Tapi pemakaian lumpur bentonite dengan konsentrasi tinggi akan
menyulitkan pengecoran dengan pipa tremie dan mempengaruhi mutu beton tiang bor.
VI. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN BORED PILE

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Penentuan titik-titik bor (Oleh Pihak Pemberi Tugas)
2. Persiapan Supply Air untuk sirkulasi pengeboran
3. Pembuatan bak sirkulasi dengan ukuran sesuai kebutuhan.
4. Pengadaan material baja tulangan
5. Perakitan baja tulangan dan positioning mesin bor baik konvensional atau dengan di
bantu Tower Crane pada titik-titik yang sudah di tentukan.

B. PEKERJAAN UTAMA
1. Pemboran dilaksanakan sampai kedalaman yang telah ditentukan dengan
menghancurkan tanah secara abrasive dengan mata bor Cross Frame Bit.
Pengeboran dengan menggunakan mesin bor standart type YBM2/3 dimana
kecepatan putar dapat diatur antara 75-600 rpm (4 speed) sesuai kondisi lapisan
tanah. Pada saat pengeboran air sirkulasi lumpur type NS 80 yang mempunyai
kapasitas 110 liter / menit.
2. Pembersihan lubang bor dengan bailer dan dibantu powered winch, cutting material
dalam suspensi lumpur. Selain itu konsep cleaning dengan bailer adalah untuk
memperkecil tingkat kekentalan atau konsentrasi lumpur sehingga nantinya mampu
didesak keluar oleh beton pada saat pengecoran dengan pipa tremie.
3. Penurunan rakitan besi dengan tripot dan mesin powered winch dimana panjang
rakitan disesuaikan dengan kebutuhan pembesiannya. Pemasangan pipa tremie ø 6
inch atau ø 5 inch. Sampai dasar lubang bor dan corong untuk persiapan
pengecorannya. Untuk bobot rakitan besi >1,5 ton bisa dibantu dengan mobil crane.
4. Pengecoran dilaksanakan dengan mengalirkan beton yang disupply melalui bucket
cor atau langsung dari mobil mixer melalui corong tremie yang kemudian dihentak
naik turun dengan powered winch supaya beton mampu mendesak bagian bawah.
Untuk pembatas beton dengan air pengeboran maka diujung corong diberikan bola
atau pasir yang terbungkus plastik yang berfungsi sebagai piston untuk mendorong
air di dalam pipa tremie. Pemotongan pipa tremie harus melihat posisi permukaan
beton pada kedalaman tertentu yang dihitung dan diperkirakan dari jumlah beton
yang masuk.
5. Pengecoran selesai setelah beton meluap pada permukaan lubang bor dan luapan
tersebut didiskripsikan sebagai beton dengan mutu tidak bagus karena tercampur
lumpur saat beton yang pertama kali di tuang.
6. Pembuangan lumpur hasil pengeboran dilakukan dengan mobil sedot lumpur.
VII. KAPASITAS KERJA
1. Kapasitas pengeboran per unit mesin bor tergantung dari beberapa factor antara lain :
• Kondisi lapisan tanah
• Diameter lubang
• Fasilitas kerja (bak lumpur, sumber air sirkulasi)
• Obstruksi dari peralatan, tenaga kerja serta cuaca, dll sebagai contoh :
Dalam kondisi normal untuk ø 60 kedalaman 15 m’ kapasitas bor sekitar + 5 jam,
berarti rata-rata 3 m’ per jam.
2. Proses cleaning bor + 3 jam
3. Instal besi tulangan dan pipa tremie + 2,5 jam
4. Praktis untuk produksi 1 tiang bor termasuk pengecoranya perlu overtime dari kerja
normal.

VIII REKAMAN KONSTRUKSI TIANG BOR

1. Log Bor
IX. LAPORAN (REPORT) PEKERJAAN BORE PILE

Anda mungkin juga menyukai