Anda di halaman 1dari 19

NAMA : AMELIA PAKAYA

NIM: C01418010
KELAS: B KEPERAWATAN 2018

1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PERSONAL


HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI.
2. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang telah
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Sofia
dan Adiyanti, 2013). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menggolongkan
batas usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun. Salah satu bagian yang penting dari masa
remaja adalah pubertas, selama masa pubertas terjadi perubahan-perubahan psikologi,
kognitif, serta timbul perubahan ciri-ciri seks sekunder (Setyaningrum dan Zulfa, 2014).
Ciri seks sekunder pada perempuan salah satunya yaitu terjadi perubahan fisik seperti
bertambahnya berat badan dan tinggi badan, lengan dan tungkai kaki bertambah panjang,
berubahnya ukuran payudara menjadi lebih besar, panggul melebar, tulang-tulang wajah
mulai membesar dan memanjang, tumbuh bulu halus disekitar alat kelamin dan ketiak, serta
mengalami menstruasi (Romauli dan Vindari, 2012).
Menstruasi merupakan proses alami yang terjadi pada perempuan yang merupakan
tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang (Kusmiran, 2012). Pada saat
menstruasi, risiko mengalami infeksi meningkat karena jumlah bakteri jahat di area
kewanitaan bertambah seiring dengan bertambahnya pH (kadar keasaman menurun).
Peningkatan pH terjadi karena darah yang keluar memiliki pH lebih tinggi daripada pH area
kewanitaan. Pada kondisi normal, pH area kewanitaan idealnya 3,5-4,5 tapi pada saat
menstruasi meningkat menjadi 7,4 (Dwiana, 2019). Sehingga walaupun sedang mengalami
menstruasi, seorang wanita tentunya harus tetap bersih dan sehat, untuk menghindari
timbulnya masalah kesehatan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan saat menstruasi adalah
kebersihan diri (personal hygiene) (Najwa, 2011).
Personal hygiene selama menstruasi merupakan kebersihan perorangan dalam usaha
memelihara, mempertahankan dan memperbaiki kebersihan dan kesehatan untuk
kesejahteraan fisik maupun psikologis melalui implementasi tindakan hygiene yang
dilakukan saat menstruasi (Tartowo, 2010). Personal hygiene dibutuhkan agar remaja putri
paham mengenai pentingnya kebersihan diri saat menstruasi. Ketika menstruasi kebersihan
area genitalia seringkali diabaikan oleh wanita. Dampak yang terjadi jika perilaku personal
1
hygiene tersebut tidak dilakukan antara lain remaja putri tidak akan bisa menjaga kebersihan
alat reproduksinya, kesehatan dan penampilan juga tidak terjaga saat menstruasi, sehingga
menyebabkan remaja putri terkena keputihan, kanker serviks dan berbagai masalah kesehatan
reproduksi lainnya (Nugroho, 2013).wanita yang memiliki personal hygiene yang buruk
memiliki resiko untuk terkena Ca Serviks 19,386 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita yang memiliki personal hygiene yang baik.
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang mengenai lapisan permukaan leher rahim
yang disebut sel epitel skuamosa, menurut International Agency For Research On cancer
(IARC) pada tahun 2012, kanker serviks merupakan jenis kanker dengan insiden ketiga
terbanyak di dunia dari seluruh jenis kanker pada wanita yaitu sekitar 7,9% dan yang
meninggal akibat kanker serviks sekitar 7,5%. Berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO, 2013) kematian akibat kanker serviks di dunia pada tahun 2010
sebanyak 247.000 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 273.500 kasus. Indonesia berada
pada peringkat pertama untuk kasus wanita penderita kanker mulut rahim (serviks)
mengakibatkan korban meninggal dunia sedikitnya 555 wanita perharinya dan 200.000
wanita pertahunnya (Pribakti, 2010).
Keputihan juga merupakan salah satu gangguan klinis yang sering dikeluhkan oleh
wanita disebabkan karena personal hygiene buruk. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO, 2010) jumlah wanita yang pernah mengalami keputihan 75%, data
tersebut menunjukkan bahwa keputihan pada wanita didunia cukup tinggi. Di Indonesia
sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan dikarenakan Indonesia merupakan
daerah beriklim tropis, sehingga jamur mudah berkembang yang berakibat banyaknya kasus
keputihan. Gejala keputihan juga dialami oleh wanita yang belum kawin atau remaja putri
yang berumur 15-24 tahun yakni sekitar 31,8%, hal ini menunjukkan remaja lebih berisiko
mengalami keputihan (Azizah, 2015).
Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti mewawancarai 5 orang siswi yang
telah menstruasi mereka belum mengetahui tentang personal hygiene saat menstruasi seperti
penggunaan pembalut, celana dalam, cara menjaga dan membersihkan alat genitalia, dan
memotong bulu kemaluan. Para siswi tersebut mengganti pembalutnya 3 kali sehari yaitu
hanya saat mandi pagi hari, setelah pulang sekolah, dan ketika mandi sore hari. Para siswi
juga belum mengetahui cara membersihkan alat genitalia yang baik dan benar, para siswi
juga tidak pernah memotong bulu kemaluan. Ketika diwawancara 4 dari 5 orang siswa juga
mengatakan tidak memotong kuku jika sedang menstruasi, mereka juga tidak melakukan
keramas karena memercayai mitos bahwa tidak boleh keramas saat menstruasi. Para siswi
2
juga mengatakan bahwa disekolah belum pernah dilakukan penyuluhan tentang personal
hygiene.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada
Remaja Putri”.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah penelitian adalah
bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri ?
4. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene saat
menstruasi pada remaja putri.
2. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan budaya personal hygiene saat
menstruasi pada remaja putri.
2) Mengidentifikasi perilaku personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri.
3) Menganalisis pengaruh pengetahuan terhadap perilaku personal hygiene saat
menstruasi pada remaja putri.
4) Menganalisis pengaruh sikap terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi
pada remaja putri.
5) Menganalisis pengaruh budaya terhadap perilaku personal hygiene saat
menstruasi pada remaja putri.
5. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
 Sebagai salah satu sumber informasi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku personal hygiene pada saat menstruasi.
 Sebagai pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan
komunitas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku personal
hygiene saat menstruasi.

2. Manfaat Praktis
 Bagi Masyarakat

3
Penelitian ini menyediakan informasi dan gambaran tentang perilaku personal
hygiene dan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene saat
menstruasi.
1. Bagi Institusi Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dan referensi untuk penelitian
ilmiah selanjutnya.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebagai bahan bacaan, informasi dan referensi yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

6. Tinjauan Pustaka
1. Defenisi Dasar Remaja
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, masa ini
merupakan masa yang amat baik untuk mengembangkan segala potensi yang positif yang
mereka miliki. Remaja dihadapkan dengan masa sulit dalam perkembangan baik secara
mental, sosial, dan kultural, sehingga muncul gangguan emosi dan gangguan perilaku. Pada
masa remaja berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun
sosial. Perubahan ini terjadi dengan sangat cepat dan terkadang tanpa kita sadari. Perubahan
fisik yang menonjol adalah perkembangan tanda-tanda seks sekunder, terjadi pacu tumbuh,
serta perubahan perilaku dan hubungan sosial dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan
tersebut dapat mengakibatkan kelainan maupun penyakit tertentu bila tidak diperhatikan
dengan seksama (Situmorang, 2011).
2. Tujuan Dasar Menstruasi
Menstruasi atau haid merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh perempuan yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
reproduksi, hal ini terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause (Fitria, 2016).
Siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap
sebagai siklus menstruasi yang klasik ialah 28 hari. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada
gadis 12 tahun ialah 25,1 hari, pada usia 43 tahun 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun
51,9 hari. Jadi panjang siklus menstruasi 28 hari itu sering dijumpai dan 10-15% perempuan
memiliki siklus 28 hari (Prawihardjo, 2014).
3. Tujuan Personal Hygiene Saat Menstruasi
 Definisi Personal Hygiene Saat Menstruasi
4
Personal Hygiene atau kebersihan merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar
seseorang dapat menjaga kebersihan pribadinya supaya terhindar dari penyakit. Manfaat
menjaga kebersihan diri agar dapat mempertahankan body image membuat rasa aman dan
relaksasi diri, mencegah terjadinya infeksi, mencegah terjadinya sirkulasi darah,
mempertahankan integritas jaringan serta kesejahteraan fisik dan psikis. Personal hygiene
harus mulai diajarkan kepada anak sedini mungkin supaya anak menjadi mandiri (Putri,
2016).
 Indikator Personal Hygiene Menstruasi
Indikator Personal Hygiene menstruasi menurut Kusmiran (2012), sebagai berikut :
a. Saat menstruasi wanita lebih berkeringat dibandingan dengan hari-hari biasanya.
Oleh karena itu, agar tubuh tetap segar dan bebas dari bau badan harus rajin
merawat tubuh dengan mandi yang bersih dengan mencuci rambut minimal 2 hari
sekali.
b. Membersihkan bekas keringat yang ada disekitar alat kelamin secara teratur
dengan air bersih, lebih baik menggunakan air hangat, dan sabun lembut dengan
kadar soda rendah terutama setelah buang air besar (BAB) dan buang air kecil
(BAK).
c. Menggunakan air bersih saat mencuci vagina. Tidak perlu sering menggunakan
sabun khusus pembersih vagina ataupun obat semprot pewangi vagina
(douching). Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme alami untuk
mempertahankan keasamannya yaitu adanya kuman Doderlin yang hidup di
vagina dan berfungsi memproduksi asam sehingga terbentuk suasana masam
yang mampu mencegah bakteri masuk ke dalam vagina. Keseringan
menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan memicu
berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi.
d. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti celana
dalam minimal dua kali sehari untuk menjaga vagina dari kelembaban yang
berlebihan. Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat seperti katun.
Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat karena kulit susah
bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab,
berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembangbiak jamur yang dapat
menimbulkan iritasi. Infeksi juga seringkali terjadi akibat celana dalam yang
tidak bersih.

5
e. Menstruasi merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor.
Pemakaian pembalut tidak boleh lebih dari enam jam dan diganti sesering
mungkin bila sudah penuh oleh darah. Hal ini dikarenakan pembalut juga
menyimpan bakteri jika lama tidak diganti. Menggunakan pembalut (sanitary
pad) yang siap pakai, bukan pembalut kain, karena dikhawatirkan pembalut kain
tersebut kurang hygiene akibat perawatannya yang kurang baik, seperti
mengeringkan ditempat tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang
berisiko tumbuhnya mikroba atau larva yang menyebabkan vagina berbau tidak
sedap. Selain itu, membuang pembalut bekas dengan dibungkus kertas kemudian
dibuang ke tempat sampah.
 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene Saat Menstruasi
Menurut Isroin (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Pengetahuan
1). Definisi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2012), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior).
2). Hubungan Pengetahuan Dengan Personal Hygiene Menstruasi
Menurut Becker dalam Notoadmodjo (2010), pengetahuan tentang kesehatan
mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara
kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas
pelayanan kesehatan dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
Pengetahuan tentang personal hygiene perlu didapatkan guna meningkatkan
derajat kesehatan seseorang, dengan memelihara kebersihan diri, memperbaiki
personal hygiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan kepercayaan
diri dan menciptakan keindahan (Isroin dan Andarmoyo, 2012).
Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene menstruasi akan
mempengaruhi praktik personal hygiene, pengetahuan yang baik dapat
6
meningkatkan kesehatan, pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi perawatan
selama menstruasi untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang
dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapatkan kesejahteraan fisik dan
psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang (Yuni, 2015).
a. Sikap
1). Definisi Sikap
Menurut Notoadmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Seseorang akan
memberikan sikap yang positif jika mempunyai landasan pengetahuan yang kuat
terlebih dahulu. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap bukanlah suatu tindakan atau
aktivitas tetapi merupakan presdiposisi dari tindakan atau perilaku.
2). Hubungan Sikap Dengan Personal Hygiene Menstruasi
Menurut Notoadmodjo (2010), sikap terhadap kesehatan merupakan pendapat
atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan seperti, sikap terhadap penyakit menular, sikap terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan dan
sikap untuk menghindari penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukkan sikap yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang yang
dianggap penting (significant other), media massa, institusi atau lembaga
pendidikan dan agama, serta faktor emosional.
Hubungan sikap dengan personal hygiene menstruasi seseorang adalah jika
orang tersebut memandang perilaku tersebut adalah positif dan berguna bagi
dirinya maka ia akan melakukannya, akan tetapi apabila individu memandang
perilaku tersebut adalah negatif dengan kata lain tidak bermanfaat atau bahkan
merugikan, maka orang itu akan menolak untuk melakukan perilaku tersebut
(Notoadmodjo, 2012). Jika remaja memiliki sikap yang baik terhadap personal
hygiene menstruasi tentu saja hal ini dapat mempengaruhi perilaku personal
hygiene remaja tersebut, mereka akan lebih memperhatikan kebersihan diri dan
perawatan selama menstruasi.
c. Budaya
1). Definisi Budaya
Kepercayaan pada hal-hal tertentu sangat dipengaruhi oleh kebiasaan suatu
masyarakat tertentu yang kemudian disebut sebagai kebudayaan suatu komunitas
7
masyarakat yang unik dan tipikal. Intervensi budaya dalam hal ini tentu saja tidak
selalu benar secara ilmiah sehingga kemudian disebut sebagai mitos dalam
budaya, termasuk dalam hal perilaku hygiene menstruasi, banyak mitos-mitos
yang berkembang di masyarakat terkait hal ini. Semakin seseorang percaya
dengan mitos-mitos seputar menstruasi tersebut sangat mungkin seseorang jauh
dari perilaku personal hygiene yang sehat tentang menstruasi (Maharani, 2018).
Beberapa wilayah di Indonesia pada umumnya terdapat budaya tertentu
sehubungan dengan datangnya haid pertama kali pada remaja putri salah satunya
tidak diperbolehkan melakukan keramas pada saat haid dikarenakan akan
menimbulkan anemia. Hal tersebut merupakan mitos yang beredar di lingkungan
masyarakat. Mitos tersebut tidak benar karena wanita yang mengalami menstruasi
wajib menjaga kebersihan dirinya. Wanita yang sedang mengalami menstruasi
wajib menjaga kebersihan rambut karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih
berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan
mikroorganisme lainnya (Maharani, 2018).
Budaya berkaitan dengan mitos-mitos yang diyakini oleh remaja dalam
melakukan praktek kebersihan perorangan, status sosial ekonomi yang berkaitan
dengan upaya pemenuhan sarana dan prasarana dalam melakukan perawatan diri,
agama, tingkat pengetahuan, status kesehatan, kebiasaan, dan cacat jasmani.
Kebersihan saat mengganti pembalut pada saat menstruasi 4 jam sekali, atau 3-4
kali/hari atau jika sudah merasa penuh dan tidak nyaman, dan membersihkan
vagina terlebih dahulu pada saat mengganti pembalut (Ratnasari, 2017).
Beberapa budaya/mitos yang berkembang di kalangan masyarakat dikutip
dalam Buku Haid Dan Kesehatan Menurut Ajaran Islam (2016) adalah :
1. Memotong Kuku Saat Menstruasi
Beberapa masyarakat meyakini bahwa selama menstruasi tidak boleh
memotong kuku dan rambut. Hal ini tentu bertentangan dengan pandangan
kesehatan dimana kuku yang panjang dapat menjadi tempat berkembangnya
kuman jika tidak dipotong atau dibersihkan.
2. Mencuci Rambut (keramas) Saat Menstruasi
Menjaga kebersihan adalah hal terpenting ketika sedang menstruasi. Begitu
pula dengan mencuci rambut, kebersihan kulit kepala ketika sedang menstruasi
harus lebih dijaga karena adanya perubahan hormon. Pada saat menstruasi, semua
wanita harus menjaga kebersihan tubuh dengan optimal, mulai dari kebersihan
8
tubuh dan rambut. Mencuci rambut saat menstruasi tidak akan mengakibatkan
gangguan menstruasi apapun, malah dapat membuat rasa nyaman dan santai
karena bersih dan wangi.
3. Minuman Dingin Dapat Memperlambat Menstruasi
Menstruasi berhubungan dengan sistem reproduksi wanita sedangkan minum
dan makan akan berhubungan sistem pencernaan. Dua sistem tersebut berbeda,
yaitu sistem reproduksi dan sistem pencernaan yang terpisah dan tidak ada
hubungan satu sama lainnya. Sehingga secara medis tidak benar adanya pengaruh
antara minum-minuman dingin yang anda konsumsi sedang haid dengan adanya
gangguan pada menstruasi. Apalagi hingga menyebabkan adanya pembekuan
darah, itu hanya kesalahan cara pandang masyarakat. Siklus menstruasi diatur
oleh hormon estrogen dan progesterone. Terlambatnya menstruasi terjadi saat
hormon seorang wanita tidak seimbang yang dapat dipengaruhi dari beberapa
faktor fisik, seperti kelelahan, stress dan juga penyakit.
4. Minuman Soda Dapat Mempercepat Menstruasi
Dikutip dari The Sun bahwa dengan minuman bersoda sering digunakan
hampir oleh wanita yang sedang menstruasi untuk memperlancar haidnya.
Pendapat ini ternyata dipatahkan oleh penelitian yang ternyata tidak ada
hubungan sama sekali minuman bersoda dengan hormon dan faktor psikis
lainnya. Menstruasi yang tidak lancar diakibatkan adanya faktor internal yaitu
hormon yang bertugas mengatur siklus menstruasi tidak seimbang. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh keadaan stress dan perubahan berat badan. Ini membuktikan
kepada anda bahwa untuk memperlancar haid tidak ada hubungannya dengan
minuman bersoda. Namun tidak disarankan untuk mengonsumsi minuman
bersoda secara rutin dalam jangka panjang karena dapat mempengaruhi
keseimbangan nutrisi dalam tubuh yang otomatis dapat mempengaruhi siklus
menstruasi.
5. Tidak Boleh Berenang Saat Menstruasi
Tidak ada larangan medis dan hubungannya dengan kemandulan untuk
berenang disaat menstruasi jika benar-benar memastikan kenyamanan pembalut
dan pakaian renang yang digunakan. Namun sebaiknya dilihat kembali yang
menjadi prioritas saat itu, aktifitas berenang atau kenyamanan menstruasi. Jika
sudah yakin akan pembalut dan pakaian renang yang digunakan, tidak ada
salahnya untuk berenang.
9
6. Tidak Boleh Melakukan Olahraga Saat Menstruasi
Saat menstruasi, olahraga ringan malah dapat membantu peredaran darah di
sekitar otot rahim dan mengurangi nyeri karena menstruasi. Olahraga ringan
teratur pun malah dapat melancarkan menstruasi dan dianjurkan oleh The
American College of Obstetricians and Gynecologists. Hindari jenis olahraga
yang berat dan jika terjadi perdarahan dan nyeri yang berat juga sebaiknya juga
tunda dulu olahraga. Jadi mitos ini tidak benar dan perempuan boleh saja
berolahraga meski saat menstruasi.
7. Membuang Pembalut Bekas Sembarangan Bisa Diikuti Setan
Membuang pembalut bekas sembarangan itu tidak higienis dan bisa menjadi
sumber penyakit. Perbuatan ini dilarang agama karena menjadikan mudharat pada
orang atau makhluk Allah lainnya. Setan menyukai manusia yang menentang
perintah agama.
Banyak mitos yang berkembang di masyarakat yang terkait dengan menstruasi.
Sebaiknya jangan terburu-buru mempercayainya. Sebaiknya mencari penjelasan ilmiah
sehingga kita tidak ketakutan dengan mitos yang belum tentu kebenarannya. Tetap
menjaga kebersihan dan kesehatan alat reproduksi, karena itulah hal yang terpenting.
i. Dampak Tidak Menjaga Personal Hygiene Saat Menstruasi
Salah satu akibat kurangnya pemahaman personal hygiene genitalia adalah terjadinya
gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan dan kanker serviks, sehingga
dibutuhkan informasi yang sangat baik mengenai kesehatan reproduksi agar remaja
memiliki pemahaman yang baik dan dapat mencegah ancaman penyakit reproduksi
(Wakhidah, 2014).
a. Keputihan
Salah satu gangguan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin
adalah keputihan (Tristanti, 2016). Dampak yang bisa terjadi bila tidak menjaga
kebersihan tubuh diantaranya muncul bau khas dari daerah vagina, karena dinding
vagina serta leher rahim mengeluarkan cairan. Apabila cairan ini berwarna putih
atau kekuningan adalah sehat dan normal (Pribakti, 2014).
Terkadang, keputihan dapat menimbulkan rasa gatal, bau tidak enak, dan
berwarna hijau. Faktor hormonal, kebersihan, dan suasana pH vagina ikut
mempengaruhi munculnya gejala keputihan. Keputihan sebenarnya tidak perlu
diobati. Namun, jika dirasa mulai mengganggu seperti munculnya rasa gatal dan
nyeri, sebaiknya keputihan harus benar-benar diwaspadai dan tidak boleh
10
dianggap remeh. Sebab, gangguan ini dapat menyebabkan kemandulan dan kanker
(Prayitno, 2014).
1). Gejala Keputihan
Gejala keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi,
disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan area di sekitarnya. Warna
cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda, seperti warna putih jernih, keabu-
abuan, kehijauan, atau kekuningan. Tingkat kekentalan cairan tersebut juga
berbeda-beda mulai dari encer, berbuih, kental, hingga menggumpal seperti
kepala susu. Cairan itu dapat pula berbau busuk meskipun ada juga cairan
keputihan yang tidak berbau. Sebagian penderita keputihan mengeluhkan rasa
gatal pada kemaluan dan lipatan disekitar paha, rasa panas dibibir vagina, serta
rasa nyeri ketika buang air kecil. Rasa gatal tersebut bisa jadi terus menerus
atau hanya sekali, misalnya pada malam hari. Hal ini diperparah oleh kondisi
lembab, karena banyaknya cairan yang keluar dari sekitar paha sehingga kulit
di bagian itu menjadi mudah mengalami lecet. Lecet-lecet tersebut akan
menjadi semakin banyak karena garukan yang dilakukan ketika merasakan
gatal (Prayitno, 2014).
2). Penyebab Keputihan Abnormal
Secara umum, keputihan bisa di sebabkan oleh beberapa faktor berikut
:
a. Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ
kewanitaan. Biasanya hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun
buang air besar.
b. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
c. Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat sehingga ruang yang ada
tidak memadai. Akibatnya, timbullah iritasi pada organ kewanitaan.
d. Kurangnya perhatian terhadap organ kewanitaan.
e. Seringkali menggunakan WC yang kotor sehingga memungkinkan adanya
bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.
f. Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan dari
belakang kedepan.
g. Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan
secara berlebihan sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat
keasaman di dalam organ kewanitaan terganggu.
11
h. Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya peningkatan
hormon estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi.
i. Sering menggaruk organ kewanitaan (Prayitno, 2014).
3). Ciri-ciri keputihan abnormal
Berikut adalah ciri-ciri keputihan abnormal menurut Prayitno (2014)
yang dilihat dari warna cairannya :
a. Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau keruh. Keputihan yang
memiliki warna yang seperti ini, bisa jadi merupakan tanda adanya infeksi
pada gonorrhea. Akan tetapi, hal tersebut harus didukung oleh tanda-tanda
lainnya, seperti perdarahan di luar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika
membuang air kecil.
b. Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental
menyerupai susu. Jika disertai dengan bengkak dan nyeri di bibir vagina,
rasa gatal, keputihan dengan cairan seperti susu tersebut bisa disebabkan
oleh adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan.
c. Keputihan dengan cairan berwarna cokelat atau disertai sedikit darah.
Keputihan semacam ini perlu di waspadai. Karena, hal ini sering kali terjadi
karena masa menstruasi tidak teratur. Apalagi, keputihan tersebut disertai
oleh darah dan rasa nyeri pada panggul. Oleh karena itu, bagi penderita
yang mengalami keputihan yang ditandai dengan ciri-ciri tersebut, segera
periksakan diri ke dokter. Hal ini perlu dilakukan karena bisa jadi penderita
tersebut menderita kanker serviks maupun kanker endometrium.
d. Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau hijau, berbusa, dan berbau
sangat menyengat. Biasanya, keputihan semacam ini disertai dengan rasa
nyeri dan gatal ketika buang air kecil. Jika seperti itu, penderitanya harus
memeriksakan diri ke dokter karena kemungkinan terkena infeksi
trikomoniasi.
e. Keputihan dengan berwarna pink. Keputihan semacam ini biasanya terjadi
pasca melahirkan.
f. Keputihan dengan warna abu-abu atau kuning yang disertai dengan bau
amis menyerupai bau ikan. Keputihan semacam ini menunjukan adanya
infeksi bakteri pada vagina. Biasanya, keputihan tersebut juga disertai rasa
panas seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bergerak pada bibir vagina
atau vulva.
12
b. Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan kanker yang tumbuh pada bagian sel-sel rahim
atau mulut yang disebabkan infeksi Human Papilloma Virus (HPV) dan ditularkan
langsung melalui kontak kulit saat melakukan hubungan seksual pada penderita
yang telah terinfeksi virus HPV (Arum, 2015).
1) Gejala Kanker Serviks
Adapun beberapa gejala yang bisa ditemukan bagi penderita kanker serviks
stadium lanjut (Arum, 2015) yaitu :
1. Keputihan yang tidak normal
Keputihan yang berulang-ulang, tidak sembuh walaupun sudah diobati.
Keputihannya biasa berbau, gatal dan panas karena sudah ditumpangi infeksi
sekunder, artinya cairan yang keluar dari lesi pra kanker atau kanker tersebut
ditambah infeksi oleh kuman, bakteri/parasit, jamur, bahkan infeksi virus
HPV.
2. Pendarahan dari vagina
Pada tahap lanjut, gejala kanker serviks tidak hanya menimbulkan
keputihan namun sampai pada pendarahan dari vagina. Pendarahan ini terjadi
diluar masa haid, pendarahan ini bisa terjadi setelah melakukan hubungan
hubungan badan, terlalu memaksa pada saat buang air besar, dan pendarahan
setelah menopouse.
3. Sering merasa sakit pada organ reproduksi
Orang yang terkena kanker serviks juga akan sering mengalami rasa sakit
didaerah sekitar vagina. Selain didaerah vagina, rasa sakit biasanya juga akan
terasa di bagian perut bawah, paha, dan persendian panggul setiap saat
menstruasi, BAB, dan berhubungan badan. Apabila kanker serviks sudah
menyebar ke panggul, pasien akan menderita keluhan nyeri punggung,
hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.
a. Penyebab dan faktor predisposisi kanker serviks
Predisposisi merupakan kondisi yang memicu munculnya kanker,
faktor-faktor yang memicu terjadinya kanker serviks antara lain :
1) Perempuan dengan mitra seksual multiple
Perempuan dengan mitra seksual multiple atau mempunyai suami resiko
tinggi yaitu suami yang mempunyai mitra seksual multiple juga.
2) Aktivitas seksual dini
13
Wanita dengan aktivitas seksual dini, misalnya sebelum usia 16 tahun,
mempunyai resiko lebih tinggi karena pada usia itu terkadang epitel atau
lapisan dinding vagina dan serviks belum terbentuk sempurna. Hal ini
menyebabkan mudah timbul lesi atau luka mikro di vagina atau serviks
sehingga mudah pula terjadi infeksi, termasuk infeksi oleh virus HPV
penyebab kanker serviks.
3) Smegma
Smegma adalah substansi berlemak, biasanya terdapat pada lekukan dekat
kemaluan/penis dan didapatkan pada lelaki yang tidak sunat. Sebenarnya
smegma adalah secret alami yang dihasilkan kelenjar sabeceus pada kulit
penis. Namun ternyata hal ini berkaitan dengan meningkatnya resiko
seorang laki-laki sebagai pembawa dan penular HPV.
4) Perempuan yang merokok
Perempuan yang perokok mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker serviks dari pada perempuan yang tidak merokok.
5) Frekuensi persalinan
Perempuan yang sering melahirkan memiliki resiko menderita kanker
serviks lebih tinggi.
6) Tingkat sosial ekonomi yang rendah, hal ini berkaitan dengan asupan gizi
serta status imunitas.
7) Pengguna obat imunosupresan/penekan kekebalan tubuh.
8) Riwayat terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS), hal ini karena Human
Papilloma Virus (HPV) bisa ikut tertularkan bersamaan dengan penyakit
kelamin lainnya saaat terjadi hubungan kelamin (Efrida, 2013).
 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Menstruasi
Menurut (Yuni, 2015), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja putri pada saat
menstruasi, yaitu :
a. Perawatan kulit dan wajah
Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi seorang remaja terutama
remaja putri. Masalah jerawat pada remaja terkait dengan penampilan mereka. Pada
saat menstruasi kerja dari kelenjar sebaseus akan meningkat sehingga produksi
keringat meningkat. Pada saat menstruasi sangat bermanfaat untuk membersihkan
muka dua kali sampai tiga kali sehari guna membantu mencegah timbulnya jerawat.
b. Kebersihan rambut
14
Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi
kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya
ketombe dan mikroorganisme lainnya.
c. Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan,
sebaiknya mandi 2 kali sehari, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat
dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya
dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah
kewanitaan adalah terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan
membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina kearah anus), bukan
sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah anus
akan terbawa ke depan dan dapat masuk kedalam vagina. Pada saat membersihkan
alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain karena
cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila
menggunakan sabun, sebaiknya menggunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5),
misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah
dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal),
sebab bila masih ada sisa sabun yang tertinggal akan menimbulkan penyakit. Setelah
dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok.
Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan
memperlancar peredaran darah.
d. Kebersihan pakaian sehari-hari
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam,
gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena pakaian dalam
yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang terkena darah
sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian celana
yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah
bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewaanitaan menjadi lembab dan
teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan
menyerap keringat, misalnya katun.
e. Penggunaan pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi,
oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut
15
yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya.
Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut
kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal.
Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap setelah
selesai mandi dan buang air kecil. Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di
permukaan pembalut telah ada gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan
darah yang terapat di permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat
baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali
pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu dibuang ke tempat sampah.
Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam memakai sabun di tempat tertutup
terlebih dahulu sebelum dicuci.
Menurut (Ambarwati, 2010), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja wanita saat
menstruasi, antara lain :
1. Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari menggunakan sabun mandi biasa.
Hati-hati saat membersihkan organ reproduksi. Bagian dalam vagina tidak perlu
dibersihkan dengan menggunakan sabun atau zat kimia karena akan bersih dengan
sendirinya secara alamiah. Bila hal tersebut dilakukan dapat menimbulkan iritasi
bagian dalam.
2. Mengganti pembalut minimal empat kali sehari terutama sehabis buang air kecil. (Jika
kurang dari empat kali, misal gantinya lebih dari 6 jam sekali, hal ini dapat
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam darah yang sudah keluar itu akan berubah
menjadi ganas, dan bisa kembali masuk ke dalam vagina sehingga dapat
menyebabkan terjadinya infeksi bahkan kanker).

16
Mengacu pada penelitian yang relevan ke-1, perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah sampel penelitian adalah siswi SMA sedangkan pada penelitian
sebelumnya sampel adalah siswi SMP, selain itu yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah perbedaan faktor-faktor yang diteliti, dimana penelitian
sebelumnya meneliti tentang faktor sumber informasi, peran tenaga kesehatan, peran guru,
budaya dengan personal hygiene saat menstruasi. Penelitian relevan yang ke-2, perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sampel pada penelitian sebelumnya
dilakukan pada siswi SMP sedangkan penelitian ini dilakukan pada siswi SMA dan juga
faktor yang diteliti pada penelitian sebelumnya hanya faktor pengetahuan, sedangkan
penelitian ini meneliti faktor pengetahuan, sikap, dan budaya terhadap personal hygiene.
Penelitian relevan yang ke-3, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
faktor yang diteliti adalah pengetahuan. Sikap, dan budaya sedangkan penelitian sebelumnya
meneliti faktor komunikasi teman sebaya dan usia menarche. Penelitian ini menggunakan
metode survei analitik dengan desain cross sectional, teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan simple random sampling. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku personal hygiene saat menstruasi yang
diambil dari penelitian sebelumnya oleh Citra Ratnasari (2017) dan Linda Suryani (2019)
yang sudah di uji valid, namun kuesioner tersebut sudah dimodifikasi oleh peneliti dan telah
di uji valid kembali sebelum digunakan dalam penelitian.

17
7. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi


perilaku personal hygiene saat
menstruasi

Pengetahuan Sumber Sikap Peran tenaga Budaya


informasi kesehatan

Segala sesuatu yang diketahui, Reaksi atau respon, kesiapan Kepercayaan atau mitos yang
dipahami, dan mampu untuk bertindak dari responden dianut responden yang
diaplikasikan oleh responden terhadap personal hygiene saat mempengaruhi personal
tentang personal hygiene saat menstruasi. hygiene saat menstruasi.
menstruasi.
Seperti : Seperti :
Seperti :
Mandi 3x sehari, mengganti Memotong kuku saat
Manfaat personal hygiene, celana dalam 2x sehari, menstruasi, keramas saat
mencukur rambut kemaluan, mengeringkan area kemaluan menstruasi, tidak membuang
penggunaan sabun pewangi, menggunakan tisu/handuk kering, pembalut sembarangan,
mencegah gangguan fungsi alat membasuh kemaluan dari arah mencuci pembalut dimalam
reproduksi depan kebelakang, menggunakan hari, mengkonsumsi minuman
sabun/pembersih kewanitaan bersoda saat menstruasi,
ketika membersihkan alat mengkonsumsi air es saat
kelamin, mengganti pembalut mengstruasi, berolahraga saat
setelah BAK dan BAB, menstruasi, berenang saat
membuang pembalut ditempat menstruasi
sampah, membersihkan kemaluan
dengan air bersih.

18
Perilaku personal hygiene

tindakan responden tentang kebersihan diri tindakan responden tentang kebersihan diri
saat menstruasi yang buruk : saat menstruasi yang baik :

1. Tidak mengganti pembalut 4 kali 1. Mengganti pembalut 4 kali sehari


walaupun darah menstruasi telah
sehari
berkurang
2. Tidak mencukur bulu kemaluan 2. Mencukur bulu kemaluan
3. Tidak membungkus pembalut dengan 3. Membungkus pembalut dengan
plastik/kertas sebelum dibuang plastik/kertas sebelum dibuang
ditempat sampah ditempat sampah
4. Mengganti pembalut setelah penuh 4. Tidak mengganti pembalut setelah
dengan darah Konsep
8. Kerangka penuh dengan darah
5. Menggunakan celana dalam yang 5. Tidak menggunakan celana dalam
lembab setelah buang air kecil yang lembab setelah buang air kecil
Pengetahuan

Sikap Personal Hygiene

Budaya

Keterangan :
: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Pengaruh

Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi
pada remaja putri.
2. Ada pengaruh sikap terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri .
3. Ada pengaruh budaya terhadap perilaku personal hygiene saat menstruasi pada
remaja putri.

19

Anda mungkin juga menyukai