R DENGAN STROK
MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2021
OLEH :
KELOMPOK 1
INTAN PERMATA SURYA
OVILIA ZULITA
RATIKA WULANDARI ZUHRI
SINDY EKA PUTRI
SHERIN SYAFITRI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga Asuhan
Keperawatan ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan asuhan keperawatan ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
system persyarafan yang paling sering dijumpai. Otak merupakan organ kompleks
manusia yang terdiri dari sel sel saraf nerve cell yang bertanggung jawab pada semua
sinyal dan sensasi yang membuat tubuh manusia dapat berpikir, bergerak, dan
menimbulkan reaksi dari suatu kejadian atau keadaan. Otak adalah organ yang
memerlukan suplai oksigen dan nutrisi secara terus-menerus karena otak tidak dapat
menyimpan energi. Suplai oksigen dan nutrisi didapatkan dari darah yang disirkulasikan
dari jantung melalui arteri yang ada pada tubuh manusia menuju otak (Setiawan, 2021).
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau global
yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik (Christiawan, 2016).
koroner dan kanker pada negara maju ataupun negara berkembang. Satu dari 10 kematian
disebabkan oleh stroke. Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap
tahunnya ada 13,7 juta kasus baru penyakit stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi
akibat stroke. Pravelensi penyaki tidak menular seperti kanker, penyakit ginjal kronis,
diabetes mellitus, hipertensi dan stroke berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018
4
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya mengalami kelumpuhan, gangguan
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran, area yang perfusinya tidak adekuat, dan
jumlah aliran darah kontralateral (sekunder atau aksesori). Stroke dapat berdampak pada
berbagai fungsi tubuh, dampak atau masalah stroke diantaranya adalah kehilangan sistem
motorik, kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologik serta disfungsi kandung kemih . Stroke jenis apapun akan menyebabkan
deficit neurologis yang berbeda-beda tergantung kepada daerah otak yang terganggu
2016).
Kondisi tersebut menimbulkan gejala neurologis yang berlaku secara mendadak dan
seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek
desak ruang atau peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Efek ini menyebabkan angka
kematian pada stroke hemoragik menjadi lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik
(Setiawan, 2021). Pada stroke hemoragik yang didominasi oleh gejala peningkatan TIK
5
yang membutuhkan penanganan segera sebagai tindakan life-saving. Oleh karena itu,
penegakan diagnosis pada stroke hemoragik sangat penting untuk memberikan terapi
Dampak dari gejala sisa pada pasien stroke dapat berupa penurunan kualitas hidup
yang dikarenakan pasien stroke tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau
activity daily living (ADL), yang meliputi makan, berpakaian, mandi, toileting, berhias,
pasien stroke membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pasien stroke
dengan disabilitas memerlukan bantuan keluarga maupun perawat dirumah sakit untuk
mmbantu ADL pasien stroke dalam jangaka waktu yang cukup lama (Intan, 2011).
asuhan keperawatan. Perawat memiliki peran penting dalam membantu ADL pasien
stroke, tindakan tersebut adalah mengkaji kebutuhan pasien baik secara langsung atau
dengan berkomunikasi dengan keluarga maupun caregiver, hal ini bertujuan untuk
mengetahui keadaan umum pasien dan merupakan salah satu poin penting untuk
menentukan intervensi dan implementasi keperawatan yang tepat. Selain itu perawat
memiliki peran membantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari dan membantu mengatur
aktivitas sehari-hari, serta yang ketiga memberikan dukungan dan edukasi kepada pasien
keperawatan pada Tn.R dengan stroke hemoragik di Ruang Neoro RS. Dr. Achmad
6
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
b. Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn.
2021.
7
C. Manfaat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus perawatan indikasi
2. Bagi Mahasiswa
bangku perkuliahan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi Stroke
Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal atau
global yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak yang nontraumatik. Gangguan
saraf tersebut dapat menimbulkan gejala berupa: kelumpuhan wajah atau anggota
badan, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas atau pelo, mungkin perubahan kesadaran,
pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan atau belum
pernah didiagnosis menderita penyakit stroke oleh tenaga kesehatan tetapi sudah
pernah mengalami secara mendadak kelumpuhan pada satu sisi tubuh atau mulut
menjadi mencong tanpa kelumpuhan otot mata, bicara pelo, sulit komunikasi atau
Pada umumnya gangguan fungsional otak fokal dapat berupa hemiparesis yang
disertai dengan defisit sensorik, parese nervus kraniales dan gangguan fungsi luhur.
Manifestasi klinis yang muncul sangat bergantung kepada area otak yang diperdarahi
oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi ataupun rupture (Setiawan, 2021).
9
2. Klasifikasi Stroke
lain :
2) Trombosis serebri
3) Emboli serebri
asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada di dalam aliran darah
1) Pendarahan intraserebral
disebabkan oleh trauma atau cedera otak, dan kelainan pembuluh darah
10
2) Pendarahan subaraknoid
c. Stroke in Evolution
d. Completed stroke
a. System karotis
b. System vertebrobasiler
Kondisi dan kebiasaan ini dikenal sebagai faktor risiko. Semakin banyak faktor
risiko yang dimiliki, semakin besar kemungkinan seseorang untuk mengalami stroke.
11
Ada beberapa faktor risiko yang dikontrol, seperti tekanan darah tinggi dan rokok.
Faktor risiko lain, seperti umur dan jenis kelamin, tidak dapat dikontrol. Faktor risiko
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk stroke. Tekanan darah
dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas 140/90 mmHg dari waktu ke waktu.
Jika memiliki riwayat diabetes melitus atau penyakit ginjal kronis, tekanan darah
b. Diabetes
Diabetes adalah penyakit di mana tingkat gula darah tinggi karena tubuh tidak
membuat insulin yang cukup atau tidak menggunakan insulin dengan benar.
Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan gula darah ke dalam sel-sel
c. Penyakit jantung
Penyakit jantung koroner, kardiomiopati, gagal jantung, dan fibrilasi atrium dapat
d. Rokok
Rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah. Merokok
juga mengurangi jumlah oksigen yang mencapai jaringan tubuh. Terpapar asap
Risiko stroke bertambah seiring bertambahnya usia. Di usia muda, pria lebih
12
lebih cenderung meninggal disebabkan oleh stroke. Perempuan yang mengambil
Stroke lebih sering terjadi pada orang dewasa Afrika Amerika, asli Alaska, dan
Amerika India daripada orang dewasa kulit putih, Hispanik, atau Amerika Asia.
Jika memiliki riwayat stroke, maka lebih besar peluang untuk terkena stroke
Aneurisma merupakan tonjolan seperti balon dalam arteri yang dapat meregang
dan meledak. AVMs mungkin hadir pada saat lahir, tetapi sering terdiagnosa
sampai pecah.
B. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena arteri yang menyuplai
otak mengalami ruptur atau perdarahan. Ada 2 tipe stroke hemoragik, yaitu:
a. Perdarahan intraserebral
Terjadi bila pembuluh darah di dalam otak mengalami ruptur atau perdarahan.
b. Perdarahan subaraknoid
13
2. Etiologi
dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak. Akibatnya adalah penghentian suplai
3. Faktor Resiko
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orangtua maupun dewasa muda.
perlukaan secara mekanis pada sel endotel (dinding pembuluh darah) di tempat
yang mengalami tekanan tinggi. Jika proses tekanan berlangsung lama, dapat
b. Penyakit kardiovaskuler
Beberapa penyakit jantung, antara lain fibrilasi atrial (salah satu jenis gangguan
irama jantung), penyakit jantung koroner, penyakit jantung rematik, dan orang
14
yang melakukan pemasangan katub jantung buatan akan meningkatkan risiko
stroke. Pada fibrilasi atrium menyebabkan penurunan CO², sehingga perfusi darah
keotakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya dapat terjadi
stroke.
c. Kolesterol tinggi
dalam menyebabkan penyakit jantung koroner dan stroke itu sendiri. Karena
kolestrol tidak dapat langsung larut dalam darah dan cenderung menempel di
d. Obesitas
terjadi dengan pola hidup pasif (kurang gerak dan olahraga).Jika makanan yang
dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti kolestrol), maka ini dapat
menyebabkan aliran darah kurang lancar dan memicu terjadinya aterosklerosis atau
e. Diabetes
15
Seseorang yang mengidap diabetes mempunyai risiko serangan stroke iskemik 2
kali lipat dibandingkan mereka yang tidak diabetes. Pada penyakit DM akan
dan terjadi iskemia, iskemia menyababkan perfusi otak menurun dan pada
f. Merokok
dalam rokok membuat jantung bekerja keras karena frekuensi denyut jantung dan
tekanan darah meningkat . Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah
g. Konsumsi alcohol
Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan
kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli
serebral.
h. Life style
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai penyakit
yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Salah satu contoh
life style yaitu berkaitan dengan pola makan.Generasi muda biasanya sering
seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang serat lemak dan kolesterol
16
atau makanan dengan kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah
zat pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat
beresiko terkena stroke yaitu sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan
4. Patofiologi
oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi
oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau
hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas.
Stroke karena embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara,
palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark
sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
17
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
dan kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal
fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika. Akibat penurunan CBF regional suatu
daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran darah, yang mengangkut O2 dan glukose
yang sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi
itu tidak berfungsi lagi dan karena itu timbullah manifestasi defisit neurologik yang
(pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area wernicke) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa
memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit
menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian
posterior girus frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif yaitu
klien mampu mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi tidak dapat menjawab
18
Kemudian pada kasus stroke hemorragik yaitu percahnya pembuluh darah di
a. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral terdiri dari tiga fase, yaitu perdarahan awal, perluasan
arteri serebral yang dipengaruhi oleh faktor risiko. Prognosis penyakit bergantung
yang mengganggu integritas jaringan lokal dan sawar darah otak. Selain itu, aliran
b. Perdarahan subaraknoid
Pada saat aneurisma pecah, darah masuk ke ruang subaraknoid dan terkadang ke
parenkim otak dan ventrikel. Tekanan intrakranial meningkat tajam dan mungkin
19
stroke, yang biasanya menyebabkan kehilangan kesadaran sementara. Cedera otak
diakibatkan oleh transient ischemic stroke dan dari efek darah intrakranial sendiri.
5. Manifestasi Klinis
Defisit neurologis merefleksikan area otak yang biasanya terlibat. Gejala stroke fokal
meliputi :
g. Aphasia
e. Sinkop
20
6. Pathway
STROKE
Peningkatan tekanan
sistemik Trombus, Emboli,
Iskemia
Aneurisma
Menyumbat arteri otak
Perdarahan arkhnoid /
ventrikel
Iskemik
Hematoma serebral
Infark Serebral
Vasospasme arteri
serebral
PTIK / Herniasi serebral
Defisit Neurologi
Penurunan kesadaran Penekanan saluran
pernapasan Iskemik / Infark
Resiko Resiko
Dipsnea
Aspirasi Jatuh
21
Peningkatan tekanan Penurunan kontro Disfungsi kandung kemih dan Kemampuan batuk Kemampuan
intrakranial volunter saluran pencernaan berkurang komunikasi menurun
Inkontinensia
Fekal
Kemampuan merawat Gangguan Mobilitas Reflek mengunyah
diri menurun Fisik dan menelan menurun
Defisit Perawatan
Diri
Nafsu makan
menurun Resiko Defisit
Defisit Nutrisi Intake tidak adekuat Nutrisi
22
7. Komplikasi Stroke
thrombosis. Kondisi ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga
aliran di dalam pembuluh darah vena tungkai terganggu. Hal ini meningkatkan
dalam rongga otak (ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang
8. Pemeriksaan Penunjang
23
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis serangan stroke, letak
sumbatan atau penyempitan pembuluh darah, letak perdarahan, serta luas jaringan
a. CT-Scan
mengevaluasi stroke, MRI lebih sensitif dalam mendeteksi infark, terutama yang
infasif yang memperlihatkan arteri karotis dan sirkulasi serebral serta dapat
serebral dan mendeteksi penurunan aliran darah stenosis di dalam arteri karotis
dan mengevaluasi efek terapi yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti yang
24
Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan (Oktavianus, 2014).
Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA, sedangkan tekanan
f. Pemeriksaan EKG
terjadi.
g. Pemeriksaan darah
i. Angiografi serebral
j. Sinar X tengkorak
masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral.
25
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke,
yang meluas.
9. Penatalaksanaan
1. Phase Akut :
sirkulasi.
dexamethason.
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
b. Program fisiotherapi
10. Pencegahan
26
Upaya pencegahan ini ditujukan pada orang sehat dan kelompok berisiko tinggi
a. Pola makan sehat Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat
makanan rendah lemak dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Anjuran
lain berupa menambah asupan kalium, mengurangi asupan natrium, dan utamakan
b. Penanganan stres dan istirahat yang cukup Tidur yang teratur antara 6 8 jam
sehari dan mengendalikan stres dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa
sehat menurut WHO. Stres yang kronis dapat meningkatkan tekanan darah.
c. Pemeriksaan kesehatan yang teratur dan taat anjuran dokter Memantau faktor-
faktor risiko seperti hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit jantung secara
teratur. Pengendalian hipertensi dengan target tekanan darah 140/90 mmHg dan
kadar gula darah pada penderita diabetes melitus dengan target HbA1c.
d. Rekomendasi lainnya
4) Hindari merokok.
27
6) Skrining fibrilasi atrium pada penderita >65 tahun di unit perawatan primer.
11) Terapi agresif terhadap faktor risiko stroke yang sudah ada pada pengguna
kontrasepsi oral.
a. Pengkajian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut (Hartati,
2019) yaitu:
1) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil)
dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
2) Keluhan Utama
28
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami bicara pelo,
ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang muncul seperti mual, nyeri
kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh badan atau
riwayat DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, riwayat
kotrasepsi oral yang lama, riwayat penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM, dan adanya
6) Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk pengobatan
serta perawatan yang sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
7) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
29
Tingkat kesadaran merupakan parameter untama yang sangat penting pada
maupun terhadap dirinya maupun terhap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan
2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya
3) Derilium : yaitu kondisi sesorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus tidur
bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi srta meronta-ronta
4) Somnolen : yaitu kondisi sesorang yang mengantuk namun masih dapat sadar bila
5) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih dapat
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun
pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya
30
7) Coma : yaitu penurunan kesadaran yang salangat dalam, memberikan respons terhadap
pernyataan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Berikut tingkat kesadaran berdasarkan skala nilai dari skor yang didapat dari penilaian
GCS klien :
Pada keadaan perawatan sesungguhnya dimana waktu untuk mengumpulkan data sangat
terbatas, Skala koma Glasgow dapat memberikan jalan pintas yang sangat berguna.
Tabel 2.1
Terorientasi Percakapan 5
yang membingungkan 4
Penggunaan kata-kata 3
yang tidak sesuai Suara 2
31
menggumam 1
Tidak ada respon
Respon Motorik Nilai
Mengikuti perintah 6
Menunjuk tempat 5
ransangan 4
Menghindar dari 3
stimulus 2
Fleksi abnormal 1
(dekortikasi)
Ekstensi abnormal
(deserebrasi)
Tidak ada respon
1) Reflek
Respon motorik terjadi akibat adanya reflek yang terjadi melalui stimulasi
sensori. Kontrol serebri dan kesadaran tidak dibutuhkan untuk terjadinya reflek. Respon
abnormal(babinski) adalah ibu jari dorso fleksi atau gerakan ke atas ibu jari dengan atau
2) Perubahan Pupil
Pupil harus dapat dinilai ukuran dan bentuknya (sebaiknya dibuat dalam
millimeter). Suruh pasien berfokus pada titik yang jauh dalam ruangan. Pemeriksa harus
meletakkan ujung jari dari salah satu tangannya sejajar dengan hidung pasien. Arahkan
cahaya yang terang ke dalam salah satu mata dan perhatikan adanya konstriksi pupil yang
cepat (respon langsung). Perhatikan bahwa pupil yang lain juga harus ikut konstriksi
(respon konsensual). Anisokor (pupil yang tidak sama) dapat normal pada populasi yang
3) Tanda-tanda Vital
32
Tanda-tanda klasik dari peningkatan tekanan intra cranial meliputi kenaikan
tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang membesar, nadi lemah atau
4) Saraf Kranial
I. Olfaktorius : saraf cranial I berisi serabut sensorik untuk indera penghidu. Mata
pasien terpejam dan letakkan bahan-bahan aromatic dekat hidung untuk diidentifikasi.
II. Optikus : Akuitas visual kasar dinilai dengan menyuruh pasien membaca tulisan
madibularis. Bagian sensori dari saraf ini mengontrol sensori pada wajah dan kornea.
Bagian motorik mengontrol otot mengunyah. Saraf ini secara parsial dinilai dengan
menilai reflak kornea; jika itu baik pasien akan berkedip ketika kornea diusap kapas
secara halus. Kemampuan untuk mengunyah dan mengatup rahang harus diamati.
VI. Abdusen : Saraf cranial ini dinilai secara bersamaan karena ketiganya
mempersarafi otot ekstraokular. Saraf ini dinilai dengan menyuruh pasien untuk
33
VII. Fasial : Bagian sensori saraf ini berkenaan dengan pengecapan pada dua pertiga
anterior lidah. Bagian motorik dari saraf ini mengontrol otot ekspresi wajah. Tipe yang
VIII. Akustikus : Saraf ini dibagi menjdi cabang-cabang koklearis dan vestibular, yang
diperiksa dengan konduksi tulang dan udara. Saraf vestibular mungkin tidak diperiksa
secara rutin namun perawat harus waspada, terhadap keluhan pusing atau vertigo dari
pasien.
IX. Glosofaringeal : Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk
mempersarafi serabut sensori pada sepertiga lidah bagian posterior juga uvula dan
serta memperlihatkan respon otonom pada jantung, lambung, paru-paru dan usus
halus. Ketidak mampuan untuk batuk yang kuat, kesulitan menelan dan suara serak
XI. Asesoris spinal : Saraf ini mengontrol otot-otot sternokliedomostoid dan otot
trapesius. Pemeriksa menilai saraf ini dengan menyuruh pasien mengangkat bahu atau
memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain terhadap tahanan, bisa juga di bagian kaki
dan tangan.
34
XII. Hipoglosus : Saraf ini mengontrol gerakan lidah. Saraf ini dinilai dengan
menyuruh pasien menjulurkan lidah. Nilai adanya deviasi garis tengah, tremor dan
atropi. Jika ada deviasi sekunder terhadap kerusakan saraf, maka akan mengarah pada
b. Diagnosa Keperawatan
a) Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri, tumor
b) Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,
c) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
gerak
neuromuskuler
35
g) Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan
36
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn R
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : D3
No MR : 469862
Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Umur : 33 tahun
Hubungan : Istri
Pekerjaan : Wirausaha
37
3. Alasan Masuk
sebelum dibawa ke RS, keluarga pasien mengatakan pasien tiba-tiba terjatuh dan
tersandar ke lemari saat hendak menuju ke kamar tidur. Keluarga lalu membawa
pasien ke IGD RSAM sekitar pukul 02.00 dini hari, pada saat di IGD pasien sudah
tidak sadar dan mengalami penurunan kesadaran dan pasien mual dan muntah.
Setelah diperiksa oleh dokter di IGD, pasien kemuadian dibawa keruang rawat inap
HCU Neurologi pada pukul 03.00 dini hari, tingkat kesadaran sopor, GCS 5,
kanul 5L.
4. Riwayat Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 1 November 2021 pada jam 19.00
didapatkan data. Terpasang oksigen 5 liter, klien terpasang infus Assering tangan
mengatakan klien masih berusaha berdiri setelah tersandar ke lemari namun sudah
yang sama dan juga belum pernah dirawat di rumah sakit. Keluarga klien
mengatakan klien memiliki riwayat tekanan darah tinggi sejak 8 tahun yang lalu,
38
tetapi tidak pernah diperiksa atau pun di kontrol dan keluarga klien mengatakan
klien juga tidak ada mengonsumsi obat-obat hipertensi dan obat minum lainnya.
Keluarga mengatakan ayah dan adik dari klien memiliki penyakit yang sama yaitu
5. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemeriksaan pada hari Selasa 3 November 2021 jam 10.00 WIB.
GCS : Sopor E: 1 M: 5 V: 2
Tanda Vital
TD : 182/90 mmHg
Nadi : 84
Pernafasan : 22
Suhu : 37,3
A. Kepala
a) Rambut
berminyak
b) Mata
I : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera ikterik, pupil isokor
3/3
39
c) Hidung
I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada secret, tidak ada polip pada hidung
d) Telinga
I : Simetris kiri dan kanan, terdapat serumen, dan tidak ada menggunakan
I : simetris kiri dan kanan, mukosa bibir kering, keadaan mulut kotor, gigi
f) Leher
I : simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan kelenjer
thyroid
B. Thorax
a) Paru paru
I : Saat bernafas pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, klien
P : Taktil Fremeus
P : Terdengar sonor
b) Jantung
I : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakan disekitar dada
P : Terdengar pekak
40
c) Abdomen
P : Terdengar timpani
d) Integumen
I : Bentuk punggung simetris kiri dan kanan, warna kulit sawo matang,
e) Ekstermitas
Atas
kanan
Bawah
3333 5555
3333 5555
f) Pemeriksaan Nervus
kesadaran.
41
N III : Pada saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus trokhlearis
kesadaran.
penurunan kesadaran.
penurunan kesadaran.
kesadaran.
42
N XII : Padaa saat dilakukan pengkajian pemeriksaan Nervus Hipoglosus
penurunan kesadaran
6. Data Biologi
Tabel 3.1
Porsi 1 porsi
Minum
2 Eliminasi
BAB
Susah
3 BAK
43
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
Personal hygiene
5 Mandi
7. Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan kalau klien tidak ada alergi baik makanan dan minuman
8. Data Psykologis
Keluarga klien mengatakan mereka sangat berharap agar suaminya cepat sembuh dan
44
Klien termasuk ekonomi yang berada, dan hubungan dengan keluarga sangat baik dan
harmonis
Sewaktu sehat klien beribadah shalat 5 waktu sehari semalam, tapi selama sakit klien
1. Pemeriksaan Labor
Tabel 3.2
Pemeriksaan Pemeriksaan
W : 12.0 14.0
2 RBC 4.62/UL P : 4.5 -5.5
W : 4.0 5.0
2 HCT 37.9% P : 42.0 -52.0
2 W :37.0 47.0
2 MCH 29.7 pg 27 – 31
45
Urea 28,5 mg/dL 16,6-48,5
2. CT-Scan
Deskripsi:
ganglia kiri dengan estimasi volume total sekita 62,3 cc tampak pula lesi
hiperdens berdensitas pendaran mengisi ventikel lateralis bilateral, vertikel III dan
IV.
Vertikel lateralis kiri dan vertikal III menyempit dan terdesak ke sisi kanan.
Sulci cebri dan fissura sylvi terutama hesmifer kiri menyempit dengan gyri
mendatar.
Kesan :
basal ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai
46
pendarahan intra ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri
3. Thorax AP
Deskripsi :
Kesan :
4. Therapy Pengobatan
Tabel 3.3
mengobati dan
kesulitan untuk
47
bernafas
alergi (sulit
bernafas,
pembengkakan
jantung meninggkat
untuk mengurangi
kerusakan jaringan
cidera, melindungi
kerusakan mata
akibat degenarasi
meningkat kanaliran
oksigen ke otak
Efek samping
insomnia, sakit
kepala, daerah
48
rendah, mual, sakit
meningkatkan kadar
kalsium plasma
kondisi saraf,
kontraksi jantung,
ginjal,
meningkatkan
volume darah
4. Paracetamol 500 mg 3x1
digunakan untuk
ringan hingga
dan nyeri
yangdirasakan
digunakan untuk
49
obat demam
atas, gatal-gatal
kehilangan nafsu
makan, urine
berwarna gelap,
5. Nicardipine 1 gr
digunakan untuk
menurunkan
hipertensi dengan
menghambat dan
mengendalikan
pembuluh darah.
kering,
50
51
ANALISA DATA
DO :
kesadaran
- GCS 5, E1V2M2
- KU : Lemah
- TTV
TD : 220/134 mmHg
RR : 28 x/menit
Suhu : 36 oC
- CT-Scan : Perdarahan
52
2 DS : Spasme jalan Bersihan jalan
DO :
- RR : 28 x/menit
- SPO2 : 95%
- Thorax-AP : suspek
adekuat)
3 DS: Proses penyakit Hipertermi
DO: perubahan
- S = 39 °C termoregulasi
- Keluarga mengatakan
diberikan 3x sehari
sebanyak 100 cc
DO :
a) Nervus Trigeminus:
b) Nervus Glosofaringeus
c) Nervus Vagus
d) Nervus Hipoglosus
sadar.
54
5 DS : Penurunan Intoleransi
DO :
- Pengkajian tingkat
ketergantungan klien
mengalami ketergantungan
ketergantungan total.
- KU : Lemah
- GCS : E1V2M2
55
6 DS : Gangguan Defisit perawatan
oleh keluarga
DO :
- Pengkajian tingkat
ketergantungan klien
mengalami ketergantungan
ketergantungan total.
dibantu keluarga
56
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d infark pada jaringan otak dan
Hipertensi
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, sekresi yang
tertahan
5. Intoleransi aktivitas b/d penurunan kekuatan otot dan massa otot, kelemahan
57
No Diagnosa Luaran Intervensi
1 Resiko Perfusi Serebral Tidak Setelah dilakukan tindakan keperaawatan A. Manajemen Peningkatan Tekanan
Efektif b/d infark pada jaringan 3x24 jam, diharapkan perfusi serebral Intrakranial
otak dan Hipertensi meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
Kriteria Hasil : 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
- Tingkat kesadaran meningkat (5) 3. Monitor MAP
- Tekanan intrakranial menurun (5) 4. Monitor status pernapasan
- Nilai rata-rata tekanan darah 5. Monitor intake dan output cairan
membaik (5) 6. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
- Kesadaran membaik (5) lingkungan yang tenang
- Tekanan darah sistolik dan diastolik 7. Berikan posisi semi fowler
membaik (5) 8. Pertahankan suhu tubuh normal
- Refleks saraf membaik (5) 9. Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvlsen,
jika perlu
10. Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis, jika perlu
Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5
58
B. Pemantauan Neurologis :
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan
reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor kesimetrisan wajah
5. Monitor respons terhadap pengobatan.
6. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis,
jika perlu
7. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
8. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan.
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan
2 Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Manajemen jalan nafas
efektif b/d spasme jalan napas, 3x24 jam, diharapkan bersihan jalan 2. Monitor pola napas (frekuensi,
sekresi yang tertahan nafas membaik dengan kedalaman,usaha napas)
Kriteria Hasil : 3. Monitor bunyi napas tambahan
- Suara nafas stridor menurun (5) 4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
- Frekuensi napas membaik (5) head-tilt dan chin-lift
- Pola napas membaik (5) 5. Posisikan semi fowler atau fowler
59
6. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
7. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
8. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
9. Kolaborasi pemberian bronkodilator,mukolitik
C. Pemantauan Respirasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
2. Monitor adanya sputum
3. Monitor bunyi napas tambahan
4. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
head-tilt dan chin-lift
5. Posisikan semi fowler atau fowler
6. Berikan minuman hangat
7. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
8. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
60
3 Hipertermi b/d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Manajemen hipertermia
(infeksi) dd perdarahan 3x24 jam, diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermi
serebral membaik dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
1. Menggigil menurun (5) 3. Monitor haluaran urine
2. Kulit merah menurun (5) 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Kejang menurun (5) 5. Berikan terapi kompres
4. Takikardi menurun (5) 6. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
5. Takipnea menurun (5) 7. Kolaborasi pemberian obat penurun
6. Suhu tubuh membaik (5) demam
4 Resiko defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan keperaawatan A. Manajemen nutrisi
ketidakmampuan menelan 3x24 jam, diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
makanan membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan toleransi makanan
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Mempertahankan makanan dimulut nasogatrik
meningkat (5) 4. Monitor berat badan
- Reflek menelan meningkat (5) 5. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
- Kemampuan mengunyah meningkat 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu
(5) 7. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
- Usaha menelan meningkat (5) konstipasi
8. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
9. Ajarkan diet yang diprogramkan
10. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis natrium yang
dibutuhkan
61
5 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan A. Manajemen energi
penurunan kekuatan otot dan 3x24 jam, diharapkan toleransi aktivitas 1. identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
massa otot, kelemahan meningkat dengan menyebabkan kelemahan
Kriteria Hasil : 2. sediakan lingungan yang nyaman dan rendah
- Pergerakan ekstremitas meningkat (5) stimulus
- Kekuatan otot meningkat (5) 3. lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau
- Tekanan darah membaik (5) aktif
- Rentang gerak (ROM) meningkat (5) 4. fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
- Kaku sendi menurun (5) 5. anjurkan tirah baring
- Kelemahan fisik menurun (5) 6. anjurkan melakukan aktivitas bertahap
- Gerakan terbatas menurun (5)
6 Defisit Perawatan Diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperaawatan Dukungan Perawatan Diri
gangguan neuromuskuler dan 3x24 jam, diharapkan perawatan diri 1. Monitor tingkat kemandirian
kelemahan meningkat dengan 2. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
Kriteria Hasil : diri, berpakaian, berhias, dan makan
- Kemampuan mandi meningkat (5) 3. Sediakan lingkungan yang terapeutik ( mis.
- Kemampuan mengenakan pakaian Suasana hangat, rileks, privasi )
meningkat (5) 4. Siapkan keperluan pribadi (mis. Sikat gigi,
- Kemampuan makan meningkat (5) dan sabun mandi)
- Mempertahankan kebersihan diri 5. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
meningkat (5) sampai mandiri
- Mempertahankan keersihan 6. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mulut meningkat (5) mampu melakukan perawatan diri
7. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
8. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
62
Implementasi Keperawatan
Tabel 3.5
63
7. Mempertahankan suhu P:
tubuh normal Intervensi A1-10 dilanjutkan
8. Berkolaborasi dalam
pemberian obat
Inj.citicolin
Inj. Herbeser
Inj. Kalnex
64
3 Resiko defisit Nutrisi b/d Selasa, 1. Memantau tingkat 13.00 S:
ketidakmampuan menelan 02/11/2021 kesadaran - Keluarga klien mengatakan
makanan Jam : 09.00 R= GCS 5 klien makan dan minum
2. Memberikan makanan melalui NGT
dan minuman melalui O:
NGT - GCS 5 : E1V2M2
R= 200 cc - Reflek muntah (-)
3. Mengajarkan keluarga - Klien makan dan minum
memberikan makan dan melalui NGT 200cc
minum melalui NGT - Tidak ada BAB
4. Memberikan minum - Intake : 750 cc
melalui oral kepada klien - Output : 500 cc
2 sendok A:
5. Mengajarkan keluarga - Resiko defisit nutrisi
memberikan minum P:
kepada klien melalui oral Intervensi A1-10 dilanjutkan
6. Memberikan infus Asering
20 tpm
65
4 Intoleransi aktivitas b/d Selasa, 1. mengidentifikasi 13.00 S:
penurunan kekuatan otot 02/11/2021 gangguan fungsi tubuh - Keluarga mengatakan semua
dan massa otot, Jam : 09.00 penyebab kelemahan aktivitas klien dibantu
kelemahan 2. menyediakan keluarga
lingkungan yang O:
nyaman dan rendah
- Indeks ADL Barthel
stimulus
(ketergantungan total = 0)
3. memberikan posisi
- Klien tampak terbaring
mika miki setiap 2 jam
lemah
- memposisikan klien mika
miki tiap 2 jam sekali dengan
teknik ambulasi
- Klien bedrest total
- Semua aktifitas klien tampak
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
A : intoleransi aktivitas
P:intervensi A1-A3 dilanjutkan
66
5 Defisit Perawatan Diri b/d Selasa, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S :
gangguan neuromuskuler 02/11/2021 klien untuk perawatan - Keluarga klien mengatakan
dan kelemahan Jam : 09.00 diri yang mandiri semua aktivitas klien dibantu
2. Melakukan personal oleh keluarga
hygine tiap pagi O:
3. Memonitor kebutuhan - Klien tidak bisa melakukan
klien untuk alat-alat aktivitas secara mandiri
bantu untuk kebersihan - Membantu klien dalam
diri, berpakaian, berhias, berhias dan berpakian
toileting dan makanan - Klien tampak bersih dan rapi
4. Mendorong keluarga A:
untuk membantu - Gangguan defisit perawatan
melakukan aktivitas diri
sehari-hari yang normal P : intervensi 1-8 dilanjutkan
sesuai kemampuan yang
dimiliki
67
6. Hipertermi b/d proses penyakit Selasa, 1. Mengidentifikasi 13.00 S : - keluarga pasien
(infeksi) dd perdarahan serebral 02/11/2021 penyebab hipertermi mengatakan pasien tidak
Jam : 09.00 2. Memonitor suhu tubuh menggigil lagi
3. Memonitor intake dan
O: - pasien tampak tidak
output
kejang dan menggigil lagi
4. Melepaskan selimut
- kulit pasien tampak tidak
pasien
5. Menganjurkan kemerahan lagi
keluarga memberikan - S=37,0 N=98x/i P= 22x/i
terapi kompres air A: masalah teratasi
hangat P: intervensi dilanjutkan jika
6. Memberikan oksigen perlu
nasal kanul 5L
7. pemberian obat Paracetamol
infus
68
Rabu, 03 November 2021
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Tahun/ Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Jam
1 Resiko perfusi Serebral Rabu, 1. Mengidentifikasi 10.15 S:-
Tidak Efektif b/d infark 03/11/2021 penyebab peningkatan
O:
pada jaringan otak dan Jam : 08.20 TIK
- Klien tampak masih belum
hipertensi 2. Memonitor tanda/gejala
peningkatan TIK sadar
- GCS 5, M2E1V2
3. Memonitor pernapasan
R= terpasang nasal kanul - Klien bedrest total
5L - TTV
TD : 190/94 mmHg
4. Memonitor intake dan
Nadi : 100x/menit
output cairan
RR : 23x/menit
5. Meminimalkan stimulus
Suhu : 36,7 oC
dengan menyediakan
- Saturasi oksigen 97%
lingkungan yang tenang
- Intake : 400 cc
6. Mencegah terjadinya
- Output : 250 cc
kejang
A:
7. Mempertahankan suhu
- Resiko perfusi serebral
tubuh normal
tidakefektif belum
teratasi
P : intervensi A1-10 dilanjutkan
69
2. Bersihan jalan napas tidak Rabu, 1. Memonitor frekuensi, 10.15 S:-
efektif b/d spasme jalan 03/11/2021 irama, kedalaman dan
O:
napas, sekresi yang Jam upaya napas
- terpasang O2 Nasal kanul 5
tertahan 08.30 wib 2. Memonitor adanya
sputum liter/menit
3. Memonitor bunyi - Posisi kepala tampak elevasi
napas tambahan 30 derajat
4. Mempertahankan - RR : 23 x/menit
kepatenan jalan napas - Saturasi Oksigen 97%
5. Mengelevasi kepala - Suara nafas stridor berkurang
30 derajat - Suction dilakukan secara
6. Melakukan bertahap
pengisapan lendir A:
kurang dari 15 detik - Bersihan jalan napas tidak
7. Memberikan efektif belum teratasi
oksigenasi P:
R= nasal kanul 5L Intervensi A1-9 dilanjutkan
70
Resiko Defisit Nutrisi b/d Rabu, 1. Memantau tingkat 13.00 S:
3 ketidakmampuan menelan 03/11/2021 kesadaran - Keluarga klien mengatakan
makanan Jam : 09.00 2. Memberikan makanan klien makan dan minum
dan minuman melalui melalui NGT
NGT O:
R= 200cc - GCS 5 : E1V2M2
3. Mengajarkan keluarga - Reflek muntah (-)
memberikan makan - Klien makan dan minum
dan minum melalui melalui NGT
NGT - BAB t i d a k a d a
4. Memberikan minum - Intake : 400 cc
melalui oral kepada - Output : 250 cc
klien 2 sendok A : resiko defiit nutrisi belum
teratasi
P: intervensi A1-10 dilanjutkan
71
4 Intoleransi aktivitas b/d Rabu, 1. mengidentifikasi 13.00 S:
penurunan kekuatan otot 03/11/2021 gangguan fungsi tubuh - Keluarga mengatakan semua
dan massa otot Jam : 09.00 penyebab kelemahan aktivitas klien dibantu
2. menyediakan keluarga
lingkungan yang O:
nyaman dan rendah
- Indeks ADL Barthel
stimulus
(ketergantungan total = 0)
3. memberikan posisi
- Klien tampak terbaring
mika miki setiap 2 jam
lemah
- memposisikan klien mika
miki tiap 2 jam sekali dengan
teknik ambulasi
- Klien bedrest total
- Semua aktifitas klien tampak
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
A : intoleransi aktivitas belum
teratasi
P:intervensi A1-A3 dilanjutkan
72
5 Defisit Perawatan Diri b/d Rabu, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:
gangguan neuromuskuler 03/11/2021 klien untuk
dan kelemahan Jam : 09.00 perawatan diri O:
yang mandiri - Melakukan personal hygine
2. Melakukan personal dan oral hygine
hygine dan oral hygine - Membantu klien dalam
tiap pagi berhias dan berpakian
3. Memonitor kebutuhan - Klien tampak bersih dan rapi
klien untuk alat-alat A:
bantu untuk kebersihan - Gangguan defisit perawatan
diri, berpakaian, diri belum teratasi
berhias, toileting dan P:
makanan Intervensi 1-8 dilanjutkan
4. Mendorong keluarga
untuk
membantu melakukan
aktivitas sehari-hari
yang normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki
73
Kamis, 04 November 2021
No Diagnosa Keperawatan Hari/Tgl/Tahun/ Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Jam
1 Resiko Perfusi Serebral Kamis, 1. Mengidentifikasi 10.15 S :
Tidak Efektif b/d infark 04/11/2021 penyebab peningkatan - Keluarga mengatakan klien
pada jaringan otak dan Jam : 08.20 TIK (mis. Lesi, edema masih belum sadar
hipertensi serebral)
2. Memonitor tanda/gejala O:
peningkatan TIK - Klien sesekali mengeluarkan
(Tekanan darah suara mengerang tidak jelas
meningkat, bradikardi, - GCS 5, M2E1V2
pola napas ireguler, - TTV
kesadaran menurun) TD : 180/120 mmHg
3. Memonitor pernapasan Nadi : 102x/menit
RR : 22x/menit
4. Memonitor intake dan
Suhu : 36,4 oC
output cairan
- Saturasi oksigen 98%
5. Meminimalkan stimulus
- Intake : 800 cc
dengan menyediakan
- Output : 650 cc
lingkungan yang tenang
A:
6. Mengelevasi kepala 30
- Resiko perfusi serebral tidak
derajat
7. Mempertahankan suhu efektif belum teratasi
tubuh normal
P : intervensi A1-10 dilanjutkan
74
2. Bersihan jalan napas tidak Kamis, 1. Memonitor 10.15 S:-
efektif b/d spasme jalan 04/11/2021 frekuensi, irama,
O:
napas, sekresi yang Jam : 08.30 kedalaman dan
- terpasang O2 Nasal kanul 4
tertahan upaya napas
2. Memonitor adanya liter/menit
sputum - Posisi kepala tampak elevasi
3. Memonitor bunyi 30 derajat
napas tambahan - RR : 22 x/menit
4. Mempertahankan - Saturasi Oksigen 98%
kepatenan jalan - Suara nafas stridor berkurang
napas - Suction dilakukan secara
5. Mengelevasi kepala bertahap
30 derajat A:
6. Melakukan - Bersihan jalan napas tidak
pengisapan lendir efektif belum teratasi
kurang dari 15 detik P:
7. Memberikan Intervensi A1-9 dilanjutkan
oksigenasi
8. R= nasal kanul 4L
75
3 Resiko Defisit Nutrisi b/d Kamis, 1. Memantau tingkat 13.00 S:-
ketidakmampuan menelan 04/11/2021 kesadaran
O:
makanan Jam : 09.00 2. Memberikan makanan
- GCS 5 : E1M2V2
dan minuman melalui
- Reflek muntah (-)
NGT
3. Mengajarkan keluarga - Klien makan dan minum
memberikan makan melalui NGT
dan minum melalui - Intake : 800 cc
NGT - Output : 650 cc
4. Memberikan minum A:
melalui oral kepada - Resiko Defisit nutrisi belum
klien 2 sendok teratasi
5. Mengajarkan keluarga P:
memberikan minum Intervensi A1-10 dilanjutkan
kepada klien melalui
oral
76
4 Intoleransi aktivitas b/d Kamis, 1. mengidentifikasi 13.00 S:
penurunan kekuatan otot 04/11/2021 gangguan fungsi tubuh - Keluarga mengatakan semua
dan massa otot, Jam : 09.00 penyebab kelemahan aktivitas klien dibantu
kelemahan 2. menyediakan keluarga
lingkungan yang O:
nyaman dan rendah
- Indeks ADL Barthel
stimulus
(ketergantungan total = 0)
3. memberikan posisi
- Klien tampak terbaring
mika miki setiap 2 jam
lemah
- memposisikan klien mika
miki tiap 2 jam sekali dengan
teknik ambulasi
- Klien bedrest total
- Semua aktifitas klien tampak
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
A : intoleransi aktivitas belum
teratasi
P:intervensi A1-A3 dilanjutkan
77
5 Defisit Perawatan Diri b/d Kamis, 1. Memonitor kemampuan 13.00 S:-
gangguan neuromuskuler 04/11/2021 klien untuk perawatan
O:
dan kelemahan Jam : 09.00 diri yang mandiri
- Klien tidak bisa melakukan
2. Memonitor kebutuhan
klien untuk alat-alat aktivitas secara mandiri
bantu untuk kebersihan - Melakukan personal hygine
diri, berpakaian, berhias, dan oral hygine
toileting dan makanan - Membantu klien dalam
3. Melakukan personal berhias dan berpakian
hygine dan oral hygine - Klien tampak bersih dan rapi
4. Mendorong keluarga A:
untuk membantu - Gangguan defisit perawatan
melakukan aktivitas diri belum teratasi
sehari-hari yang normal P : intervensi 1-8 dilanjutkan
78
6. Hipertermi b/d proses penyakit Kamis, 04/11/2021 1. Mengidentifikasi 13.00 S : - keluarga pasien
(infeksi) dd perdarahan serebral Jam : 09.00 penyebab hipertermi mengatakan pasien tidak
2. Memonitor suhu tubuh menggigil lagi
3. Memonitor intake dan
O: - pasien tampak tidak
output
kejang dan menggigil lagi
4. Melepaskan selimut
- kulit pasien tampak tidak
pasien
5. Menganjurkan kemerahan lagi
keluarga memberikan - S=36,7 N=95x/i P= 20x/i
terapi kompres air A: masalah teratasi
hangat P: intervensi dilanjutkan jika
6. Memberikan oksigen perlu
nasal kanul 5L
pemberian obat
Paracetamol infus
79
BAB IV
PEMBAHASAN
dibahas tentang kesenjangan antara bahasan teoritis dengan kenyataan yang ditemukan
pada pasien dilapangan terhadap Tn. R dengan diagnosa Stroke haemorragik di Ruangan
Neurologi RSUD. Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2021. Dibagi lima sub pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry, 2005). Dari hasil
pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala pada pasien dengan
Stroke haemorragik.
2021, pukul 19.00 WIB diruangan HCU neurologi didapatkan data, pasien ternyata
mempunyai riwayat hipertensi kurang lebih sejak 8 tahun yang lalu, dan riwayat penyakit
keluarga juga ada yang menderita hipertensi yaitu ayah dari pasien dan adiknya, hal ini
80
membuktikan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak mendapatkan penanganan
yang baik menjadi faktor resiko terjadinya stroke haemorragik, karena hipertensi
sel endotel di tempat yang mengalami tekanan darah tinggi yang berlangsung lama, dapat
menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi rapuh dan
mudah pecah. Kemudian pasien juga mempunyai riwayat merokok, berdasarkan teori
rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, karena merokok
dapat mengurangi jumlah oksigen untuk mencapai jaringan sehingga dapat merusak
pembuluh darah yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke
haemorragik. Pada saat pengkajian di rungan HCU neurologi pasien sudah terpasang
oksigen 5 liter, terpasang infus Assering tangan sebelah kanan, juga terpasang kateter dan
terpasang monitor.
sesaat setelah jatuh, keluarga mengatakan klien masih berusaha berdiri setelah tersandar
ke lemari namun sudah nampak lemah tangan sebelah kanan dan pasien muntah sebanyak
2x di rumah kemudian pasien di bawah keluarga ke rumah sakit. Setelah beberapa waktu
sampai di IGD terjadinya penurunan kesadaran pada pasien. Hal ini kemungkinan
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi dan fungsi saraf bahkan d.d
terjadinya mual dan muntah. Maka setelah di IGD pasien di anjurkan untuk dirawat di
ruangan HCU Neurologi tindakan yang diberikan sampai di ruangan adalah atur posisi
pasien supin atau terlentang dengan kepala sama datar untuk mengurangi perdarahan intra
81
Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk pemeriksaan
penunjang seperti CT scan dan PA thorak. Hasil dari CT scan didapatkan kesan
ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai pendarahan intra
ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri terutama hemisfer kiri,
sehingga ditemukannya gejalah seperti kelemahan pada anggota tubuh sebelah kanan
karena terjadinya perdarahan pada hemisfer otak sebelah kiri. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan manifestasi klinis yang muncul sangat bergantung kepada area otak
yang diperdarai oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi ataupun rupture, ( Setiawan,
2021).
Hasil rontgent PA pada pasien ditemukan suspek kardiomegali DD/ posisi (ec.
Inspritasi kurang adekuat). Hal ini membuktikan bahwa terjadinya pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda dari hipertensi kronis. Maka dapat di simpulkan
bahwa faktor resiko stroke pada Tn R adalah Hipertensi yang menahun dan tidak
terkontrol, kemudian pengkajian beberapa nervus saraf juga ridak dapat kelompok
lakukan karena pasien tidak sadar. Kemudian di ruangan HCU Neurologi kondisi pasien
2. Diagnosa Keperawatan
potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data
82
dasar pengkajian , tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang
Haemorragik adalah sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang
2) Pola nafas tidak efektif b.d depresi pusat pernafasan, hambatan upaya
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, spasme jalan
komunikasi
makanan
83
b. Berdasarkan Pengkajian Sekunder
kekuatan otot
ada di teoritis tidak seluruhnya sesuai dengan kenyataan yang kelompok temukan di
lapangan, dari hasil pengkajian yang telah kelompok kumpulkan mulai dari pengkajian
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, spasme jalan
kekuatan otot
84
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. R didapatkan
diagnosa primer yaitu Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark
jaringan otak, hipertensi d.d terdapat peningkatan TIK dan hasil scaning terjadinya
perdarahan serebral pada hemifarise kiri yang menyebabkan kelumpuhan pada anggota
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, spasme jalan nafas,
dinding dada tidak simetris, terdapat bunyi nafas tambahan stridor. Hal ini terjadi karena
pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga terjadinya akumulasi sekret dan pasien
tidak mamu untuk mengeluarkannya, sehingga pada saat itu dilakukan tindakan suction
sehingga terjadinya ketidakmampuan menelan mekanan secara oral dan juga pasien
dalam keadaan tidak sadar sehingga semua pemenuhan nutrisi diberikan melalui
NGT.
suhu tubuh di otak d.d sering terjadinya demam pada pasien, kemudian hipertemia
pada pasien ini kemungkinan juga terjadi karna faktor lain juga seperti terjadinya
aktivitas fisik b.d gangguan neuromuskular, penurunan kekuatan otot d.d tirah
baring, karena pada pasien stroke haemorragik di anjurkan untuk tirah baring karena
85
pergerakan ataupun perpindahan posisi mempengaruhi perdarahan intra serebral dan TIK
pada pasien dan juga akan bedampak pada perubahan TTV pasien.
Defisit perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak d.d tirah baring, hal ini karena
pasien dalam kondiri tidak sadar sehingga pasien membutuhkan total care dalam
tempat tidur mulai dari memandikan, oral hygiene, pemenuhan nutrisi dengan selang
pada pasien karena pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri dan inilah
tersebut dan pengkajian pada beberapa fungsi saraf yang dapat mendukung
jatuh b.d kelemahan anggota gerak dan penurunan kesadaran tidak keolompok
angkat karena pasien sudah dalam keadaan tirah baring, dan tidak mampu
keluarga untuk menemani pasien. Beberapa diagnosa diataslah yang ditemukan pada
saat pengkajian dengan pasien yang sesuai dengan standar diagnosa keperawatan
indonesia (SDKI).
86
3. Intervensi Keperawatan
tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga
perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005).
berkolaborasi dengan dokter, juga berkolaborasi dengan perawat lain. Hasil yang
kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan keperawatan mandiri,
pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaboratif. Berikut adalah intervensi dari masing-
a. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d penurunan kerja ventrikel
kelumpuhan pada anggota tubuh sebelah kanan. Intervensi yang diberikan untuk
masalah keperawatan ini adalah dengan pengaturan posisi pasien supin atau
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, spasme jalan nafas,
87
retraksi dinding dada tidak simetris, terdapat bunyi nafas tambahan stridor. Hal ini
akumulasi sekret dan pasien tidak mamu untuk mengeluarkannya, sehingga pada
saat itu dilakukan tindakan suction untuk mengeluarkan sekret dan melapangkan
jalan nafas pasien. Kemudian pasien mendapatkan terapi dari dokter yaitu
diberikan melalui NGT. Dan mengatur program diet pasien yaitu makanan
pada pasien.
otot d.d tirah baring, karena pada pasien stroke haemorragik di anjurkan untuk
perdarahan intra serebral dan TIK pada pasien dan juga akan bedampak pada
perubahan TTV pasien nantinya, sehingga semua pemenuhan kebutuhan dan ADL
88
total care baik dilakukan oleh perawat dan juga dibantu oleh keluarga, memenuhi
nutrisi dan memberikan menajemen energi juga dilakukan untuk pasien, dengan
kolaborasi dengan hli gizi dalam menentukan diet pasien yaitu makanan cair
saring
f. Defisit perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak d.d tirah baring, hal ini karena
pasien dalam kondiri tidak sadar sehingga pasien membutuhkan total care dalam
di tempat tidur mulai dari memandikan, oral hygiene, pemenuhan nutrisi dengan
selang bantu, eliminasi urine dengan kateterisasi dan fekal juga dibantu dengan
menggunakan pampers.
4. Implementasi keperawatan
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih
implementasi adalah :
b. Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lainnya.
Walaupun demikian ada beberapa implementasi dari kolaborasi yang baru dilakukan
pada hari ke .dengan pemberian antibiotik cefotaxime.. karena sudah beberapa hari
yang sudah disusun sebelumnya dengan bantuan dari keluarga dan adanya kerja sama
89
5. Evaluasi
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan penatalaksanaan yang sudah
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan saat di ruangan Neurologi,
efektif b.d infark jaringan otak, hipertensi. Kedua, Bersihan jalan nafas tidak efektif
neuromuskular, penurunan kekuatan otot, serta Defisit perawatan diri b.d kelemahan
anggota gerak, tirah baring, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 x 24 jam
di ruangan neurologi sebagian besar masalah keperawatan pasien belum teratasi, dan
kondisi pasien tidak ada perubahan sehingga dokter menyarankan pasien untuk
90
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
simpulkan sebagai berikut: Dalam pengkajian Tn. R. Dengan Stroke Hemorogik, pada
pengkajian pada hari Senin tanggal 01- 11-2021 jam 19:00 Wib pada klien Tn.R, di Ruang
Rawat Inap Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi di dapatkan data, keluarga
klien mengatakan klien tidak sadarkan diri, klien mengalami penurunan kesadaran, klien
mual muntah, klien terpasang oksigen 4 liter, klien terpasang infus Assering tangan sebelah
kanan,dan klien terpasang kateter. Klien terpasang monitor. GCS:Sopor 9 (E:2 V:2 M:5).
BB/TB:83 kg/165 cm.Tanda Vital Suhu: 36˚C Pernafasan :28 x/INadi : 100 x/I TD : 220/134
mmHg . Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk penunjang dalam
pemeriksaan. Hasil rontgent thorax 1 November 2021 didapatkan kesan Suspek kardiomegali
DD/posisi (ec. Inspitrasi kurang adekuat). Tidak tampak kelainan radiologis pada paru. Hasil
dari CT scan 1 November 2021 didapatkan kesan perdarahan intra parankim multifokal
melibatkan lobus fronto-temporo-paristal kiri dan basal ganglia kiri dengan estimasi volume
total sekitar 62,3 cc disertai perdarahan intra ventrikel lateralis bilateral, vertikel III dan IV.
Hermisi subfalcine ke kanan sejauh 0,5 cm, Edema cerebri terutama hemisfer kiri. kemudian
dokter memutuskan untuk dilakukan tindakan operasi pada tanggal , pasien masuk
ruangan operasi pukul . WIB. Diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada klien
dengan Dengan Stroke Hemorogik dapat kelompok temukan semua. Sesuai dengan data
91
yang didapat penulis pada saat pengkajian, ditemukan 6 diagnosa yang dapat ditegakkan
1) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infark jaringan otak,hipertensi
2) Pola nafas tidak efektif b.d penekanan saluran nafas, hambatan upaya nafas
kekuatan otot
kondisi klien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Dalam melakukan perawatan
pada klien dengan Stroke Hemorogile, kelompok telah berusaha melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang
diderita klien. Kesulitan yang ditemui saat pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
adalah terbatasnya waktu, namun masih terdapat diagnosa keperawtan yang belum
teratasi. Selain itu pemberi asuhan keperawatan tidak bisa terlalu lama karena melihat
kondisi pasien.
92
5.2 Saran
Meningkatkan mutu pelayanan untuk klien dengan melibatkan peran aktif keluarga
sehingga asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai tujuan dan memberikan kenyamanan
pada klien.
3. Bagi Perawat
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Multiple Trauma diharapkan
pasien.
93
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M.,2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung, danStroke.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.Jakarta: Interna
Publishing.
Badan pusat statistic, (2013, juli) bps. go. Id. [online], http:// sp 2010. Bps. go. Id /index. Php /
Brunner & suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 . Jakarta: EGC
Christiawan, F. (2016). Gambaran Faktor Resiko Stroke Stroke Hemoragik Di Rsup H. Adam
Malik. Skripsi
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Persarafan.
Nanda (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 T Heather
94
Kemenkes. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Stroke Hemoragik. Jurnal Medika Hutama
Rico JS, Suharyo H, dan Endang K. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stroke
Setiawan, P.A. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Stroke Hemoragik. Jurnal Medika Hutama
Susilo, Hendro. 2007. Simposium Stroke, Patofisiologi Dan Penanganan Stroke, Suatu
Pendekatan Baru. Bangkalan. Tarwoto, Wartonah, Eros SS. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : CV. Sagung Seto. Yayasan Stroke
Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((Cetakan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((Cetakan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Indikator Diagnostik ((Cetakan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
95