Anda di halaman 1dari 26

makhluk jahat itu tiba tiba muncul di bumi, kemudian mereka langsung menyerang kami.

mereka menghabisi setiap jiwa yang ada, dan menghancurkan setiap bangunan kami yang tersisa.
makhluk ini tak pernah diceritakan di kisah manapun. mereka adalah makhluk yang haus darah
dan keji. bahkan, beberapa dari mereka tak bisa mati walaupun tybuhnya sudah terbelah menjadi
seratus bagian. namun, kami tak mau menyerah begitu saja. api peperangan pun berkobar. sejak
makhluk jahat itu datang, tak ada yang namanya bahagia dan cinta. yang ada hanyalah duka,
kepedihan dan air mata. semua sudah diatas batas kewajaran. musuh semakin kuat dan bertambah
banyak, sementara jumlah kami terus berkurang. kami sudah terpojok, dan sebentar lagi makhluk
jahat itu akan menguasai kami. pada saat kami hampir menyerah, ada tiga orang ksatria muda
yang mempunyai kekuatan yang tidak terbayangkan. mereka memiliki tiga pedang yang sangat
kuat, dan itu memberikan kami secercah harapan untuk mengusir makhluk makhluk jahat ini. tiga
orang ksatria itu memberitahu kami kekuatan kami yang tersembunyi, dan dengan gabunhan
kekuatan itu, sedikit demi sedikit, kami berhasil membalikkan keadaan dan memukul mundur
mereka. pada akhirnya, makhluk makhluk itu menyerah dan pergi dari bumi. kami sangat
berterima kasih kepada tiga ksatria itu. sebagai ganti atas jasanya, kami mengabadikannya dengan
menulis nama dan jasanya di sebuah batu, lalu menceritakannya kepada anak anak kami, yang
kemudian cerita kami mereka tylis di sebuah kertas yang mereka namakan dengan buku. tapi,
ketiga ksatria itu selalu memberitahu kami bahwa makhluk itu pasti akan datang lagi ke bumi,
dengan tujuan yang lebih menakutkan daripada sekedar menghancurkan kami, dan tiga ksatria
baru akan muncul. arena itulah, kami harus memberutahu kepada generasi generasi selanjutnya
agar mereka sudah siap saat makhluk itu datang lagi. namun, ternyata, mereka tidak
mempedulikan perkataan tiga ksatria legendaris itu. mereka menganggap kami semua
mengkhayal. mereka telah menghilangkan buku buku yang kami buat, menghapus fakta yang ada.
mereka mengubah fakta, cerita kami menjadi sebuah legenda yan3g konyol. bagaimanapun juga,
kami hanya berharap tiga ksatria baru tersebut sudah tahu apa yang sebelumnya terjadi kepada
kami. setidaknya, mereka tahu tentang makhluk makhluk itu. bila mereka tidak mengetahuinya,
bisa saja semuanya sudah terlambat. tapi, jiwa kami ada bersama mereka untuk membimbing
mereka. dan pada saat kami bisa berbicara dengan tiga ksatria baru itu, kami berharap mereka
tidak menganggap ini sebagai sebuah mimpi atau suatu khayalan belaka. kami bisa
memberitahukannya apa yang sebenarnya terjadi kepada kami, melalui cara kami sendiri.

BAB 1
LEGENDA ELANG
"ber abad abad yang lalu, gunung tsuci, gunung yang kita tinggali ini merupakan perbatasan
dari dua daerah yang luas. warga di gunung ini sebenarnya merupakan suatu kesatuan, wilayah
yang netral. mereka tidak berpihak kepada salah satu wilayah manapun. tapi, karena keserakahan
manusia, mereka mencoba untuk memperluas wilayahnya. tujuan utama mereka adalah untuk
menjadikan gunubg ini sebagai wilayah mereka. mereka pun saling bertempur, menjadikan
gunung ini sebagai medan pertempuran. dua pihak itu sama sama kuat. belum ada yang menang
dan belum ada yang kalah. mereka terus bertempur sampai kedua kubu sudah kehabisan pasukan.
warga di gunung ini juga sudah menderita akibat pertempuran. tapi, mereka belum menyerah.
pemimpin mereka masih mempunyai kekuatan hebat yang tersembunyi. masing masing dari
mereka mengeluarkan kartu as mereka. mereka mengeluarkan ber ratus ratus pasukan penyihir,
yang kekuatannya sangat luar biasa. mereka dapat mengeluarkan api dari tangan mereka lalu
menembakkannya dengan kecepatan tinggi, ataupun membuat perisai tak terlihat. yang paling
parah adalah mereka juga dapat mengeluarkan badai petir. manusia yang semula menggunakan
pedang dan perusai untuk berperang berubah menjadi menaiki hewan legendaris seperti naga dan
unicorn. dan dengan semua kekuatan itu, rumah rumah kami, lahan pertanian kami, sampai hutan
hutan kami, semuanya hancur berkeping keping"

"tunggu dulu!! bukannya naga itu sudah punah jutaan tahun yang lalu?"kataku memotong
cerita ibu yang sedang seru serunya.

"sssst!!" kata fauzi marah dan langsung menjitakku tanpa permisi. aku ingin membalasnya,
namun ibu kembali bercerita.

"pada saat itu, kami sudah putus asa dan tinggal menunggu kematian kami. tapi, ada tiga
pemuda yang tidak pasrah dengan keadaan. mereka pergi menuju tempat yang dipercaya sebagai
tempat ditemukannya semua kekuatan dari penyihir, kekuatan magis. tempat itu berada di puncak
gunung itu, satu satunya daerah yang tak hancur akibat pertempuran dahsyat ini. tiga pemuda itu
pergi ke puncak gunung yang sedang berada di tengah pertempuran magis itu. antara percaya dan
tak percaya, ketiga pemuda itu sampai ke tempat itu dan pulang dengan memegang tiga pedang
sakti. sedikit demi sedikit, pemuda itu mulai masuk ke medan pertempuran dengan posisi netral.
mereka membunuh kedua belah pihak. akhirnya, kedua pemimpin itu mulai menyadari kekuatan
ketiga pemuda ini, dan mengakui kami sebagai daerah baru, yaitu daerah gunung tsuci. mereka
lalu sepakat untuk menyudahi peperangan dengan mengadakan perundingan sebagai tiga pihak
yang berbeda. namun, saat perundingan, mereka malah mengepung ketiga pemuda tersebut
dengan seluruh kekuatan mereka. mereka mengumpulkan semua penyihir dan naga untuk
membantainya di tempat tersebut. tapi, ketiga pemuda itu sangat kuat. mereka berhasil
mengimbangi kekuatan pasukan magis itu, namun sayangnya, salah satu dari ketiga pemuda
terbunuh. dua pemuda itu pun marah lalu membantai semua pasukan magis itu sampai tak tersisa,
lalu membunuh kedua pemimpin tersebut. namun, meskipun mereka sudah terbunuh, aura jahat
dan kekuatan mereka masih berusaha mencari tubuh yang baru, sehingga kedua pemuda tersebut
menyegelnya tepat di tengah hutan, hutan di sebelah kampung kita ini"

"duh bu, kenapa harus di hutan dekat kampunv kita sih?" kataku memotong ceritanya lagi.
"pertanyaanmu salah rizky. yang benar itu, kenapa kita tinggal di sini!?" sahut laras.

"eh eeh.. kita kan udah tujuh turunan di sini. masa mau pindah?" sahut fauzi. aku, fauzi dan
laras sekarang sedang berada di sebuah tenda, berkemah di depan halaman rumah kami.

"fauzi benar. yang penting, kalian jangan sekali kali berkemah di hutan itu. bahaya!" kata ibuku
menasehati kami.

"memangnya siapa yang mau berkemah di hutan tempat dikurungnya roh jahat?" kata laras.

"pasti cuma fauzi yang mau! dia kan anak pemberani" kataku setengah menyindir.

"kamu takut sama hutan itu riz? dasar penakut!" kata fauzi mula memanaskan keadaan.

"hey, hey! ceritanya belum selesai. iya kan tante?" kata laras menenangkan situasi.

"anak anak, hutan itu tadi bukan mainan uji nyali, jadi jangan sekali kali kesana waktu malam!"
kata ibu.

"oh, iya bu, maaf." kata kami

"lanjutkan ceritanya." kata laras. ibu menarik nafas panjang lalu kembali bercerita.

"setelah dua pemimpin daerah itu mati, gunung ini diakui sebagai suafu daerah dengan dua
pemuda itu sebagai pemimpinnya. mereka memimpin dengan bijaksana dan adil. tak ada
peperangan lagi. namun, pada saat mereka mulai tua, mereka mewariskan ketiga pedang itu
kepada keturunan mereka. tapi, dua pemuda itu tak ingin mati. ia masih ingin mengetahui
perkembangan gunung ini, dan menjaga tempat keramat, tempat ia mendapatkan pedang sakti itu
sewaktu muda. jadi, kedua pemuda itu memutuskan untuk merubah dirinya menjadi elang, lalu
terbang menuju tempat keramat itu. elang itu masih hidup sampai sekarang, dengan kata lain,
kedua pemuda itu mengawasi dan masih menjaga kita. dan sekarang, tempat keramat itu dinamai
sebagai area elang. masyarakat sangat menghormati jasanya, sehingga mereka menuliskan
namanya dan ceritanya di puncak gunung, di sebuah bangunan, diatas sebuah batu dan buku"

"waah, kita harus ke sana kapan kapan!!" kataku.

"ya!! aku ingin melihat elang itu!!" sahut laras.

"sayangnya kalian belum bisa. area elang itu masih misterius keberadaannya" jawab ibu. kami
langsung membisu.

"kenapa bisa? apa ibu atau bapak pernah ke area elang?" tanyaku lagi.
"itu merupakan tempat keramat. jika tempat itu mudah ditemukan, berarti akan ada banyak
orang yang mempunyai kekuatan setara dengan pemuda itu, dan kekuatan itu bisa juga digunakan
untuk perbuatan jahat" terang ibu.

"berarti, tante atau om nggak pernah ke sana dong? trus siapa di gunung ini yang pernah ke
sana?" tanya fauzi bertubi-tubi.

"iya. tante atau om belum pernah ke sana. tapi, tante sama om pernah mencoba untuk mencari
area elang itu beberapa kali, tapi hasilnya nihil" jelasnya.

"trus yang pernah ke sana siapa?" tanya laras.

"ada, tetangga kita, pak bani." jawab ibu.

"waah, berarti dia punya kekuatan setara dengan ketiga pemuda itu dong?" tanyaku.

" pak bani cuma menemukan area itu, tapi tidak masuk ke dalamnya." jawab ibu.

"loh, knp nggak mau masuk ke sana? masa dia nggak mau dapat kekuatan yang besar?"
protesku.

"sekali lagi, itu tempat keramat. hanya orang orabg tertentu yang bisa masuk dan keluar hidup
hidup. selama ber abad abad sejak ketiga pemuda tersebut datang ke tempat itu, sudah banyak
orang kuat yanv mencoba masuk ke sana, namun ia tidak pernah kembali" jawab ibu.

"lah, bukannya banyak orang yang ingin ke sana? kalau ceritabya begitu, kenapa masih banyak
orang yang ingin ke sana?" tanyaku lagi.

"pak bani cerita, setelah dia menemukan area elang itu dan mulai masuk ke dalamnya, ia
menemui elang itu dan kembali berubah wujud menjadi manusia. ia diberitahu banyak hal, lalu,
memutuskan untuk tidak masuk lebih jauh" jawab ibu lagi.

"tante tante, trus kalau bangunan bersejarahnya bagaimana? dimana itu? gampang ditemukan
bukan? apa batu peninggalan itu bisa disebut prasasti?" tanya laras bertubi tubi, teringat pelajaran
ips di sekolah

"kebanyakan yang datang ke puncak memang untuk melihat cerita mereka, melihat
peenibggalan bersejarah." jawab ibu.

"hei fauzi! laras! hari minggu ke sana yuk!" ajakku.

"eh, eh, jangan terburu buru.. kalian kan masih kelas tiga sd, jalan ke sana kan jauh, dua atau
tiga hari dari sini.." kata ibu.
"tapi buu.. kami ingin ke sana.." rengekku

"nanti aja kalau kalian udah besar" kata ibu.

"eh, aku kepikiran sesuatu nih" kata fauzi sambil tersenyum, lalu mendekatkan mulutnya ke
telingaku, alu ke telinga laras.

"prasasti dan buku itu pasti masih ada yang belum ditemukan, dan bisa jadi ada disekitar kita.
kita tinggal cari aja" bisik fauzi.

"kau pintar fauzi! dengan itu, kita tidak hanya dapat melihat sejarah yang ada di situ, tapi kita
juga bisa dikasih uang ataupun apapun imbalan untuk itu!" bisik laras.

"jika kita menemukannya, aku berharap akan ada sesuatu tebtang area elang di sana!" bisikku.
bab 1

BAB 2
YANG TERLUPAKAN

3 tahun kemudian..

"fauzi!! rizky!! kalian harus melihat ini!!" kata laras sambil berlari menghampiri kami. ia
tampak tersengal sengal.
"ada apa ras?!" tanyaku dengan sedikit berteriak.

"akhirnya riz!!! aku menemukan buku itu!!!" katanya penuh semangat. sebuah buku
dipegangnya rapat rapat seperti buku itu adalah bagian dari jiwanya. ia terlalu bersemangat berlari,
sampai sampai ia baru menyadari kalau kamisudah satu meter di depannya. ia segera mengerem
kakinya, tapi tak terlalu cepat sehingga ia terjungkal, mendarat tepat di tanaman hias bougenville
di belakang kami.

"aduuuh!!" katanya disertai dengan ambruknya pot pot di sekitarnya.

"pelan pelan ras!!" teriakku spontan. namun, ia tak menghiraukannya. ia segera


menghilangkan pasir pasir yang masih melekat, lalu mendekati kami sambil tersenyum.

"lihat yang ku temukan!" katanya memamerkan buku itu dengan bangga. itu adalah buku yang
sangat tua. buku itu lumayan tebal. buku ini berwarna emas, dan sepertinya dilapisi emas asli. aku
benar benar penasaran dengan buku ini. kami tahu buku ini bukan buku biasa.

"aku baru tahu ada buku yang rupanya seperti ini" kataku.

"yaa. aku juga kaget saat pertama kali melihatnya" kata laras.
buku ini memiliki aura mistis yang tinggi.

"di mana kamu menemukan buku ini ras?" tanya fauzi.

"aku hanya menemukannya di hutan secara tidak sengaja. aku tak punya niat apapun untuk
mencarinya" jelasnya. kami langsung memelototinya.

"hutan? maksudmu, di hutan yang angker itu?!!" tanya fauzi.

"iya. memangnya kenapa?

"aiih, jangan ngawur kamu!! kalau penunggunya marah bagaimana?" kata fauzi ketakutan.
senyum laras langsung menghilang, berganti dengan rasa marah.

"ah, gak tahu terima kasih kalian semua!! yang penting aku udah nemu kan?" dahinya mulai
mengkerut.

"tapi, memangnya benar kamu masuk ke hutan angker itu? sama siapa? tanyaku.

"hey, hutan itu kan selalu ramai waktu siang! penunggunya masih tidur!! kalian sudah tinggal
di sini berapa lama hah? kok masih belum tahu?!"
"tapi itu kan cuma orang dewasa saja yang lewat sana!!"

"ah, kalian aja yang penakut!! sama setan aja takut!!"

"eh, aku bukan penakut ya!! aku bermalam di hutan itu tiga hari juga berani!! " kata fauzi.

"halah halah!! jangan cuma ngomong, buktikan dong!!" kata laras.

"oke!! paling paling kamu bakal teriak teriak sambil lari ketakutan kalau liat hantu!"

"daripada kamu, cuma bisa diam sampai kau di seret hantu itu!!" balas laras.

"uh- awas aja ya! pokoknya, kita bakal kemah di hutan itu, kapan kapan, kalau kamu nolak,
berarti kamu takut!!"

"udah, udah!! lebih baik kita baca buku ini sekarang!!" kataku melerai mereka. mereka
langsung melihat buku itu. semakin lama dilihat, semakin terlihat pula aura mistis dari buku ini.
judul buku ini merupakan sebuah simbol atau tulisan dari bahasa lain yang kami tidak tahu. kami
memandangi buku itu cukup lama hingga fauzi memulai pembicaraan.

"sepertinya buku ini adalah buku bersejarah gunung tsuci ya.?" tanya fauzi.

"iya. lagipula, buku ini pasti sudah sangat tua. kertasnya masih berwarna coklat" kata laras.

"bukannya semua benda bersejarah sudah ditulis diatas batu yang selalu ramai dikunjungi
orang itu?" kataku. berbicara tentang benda bersejarah, kami delalu ingin melihatnya, dimanapun
itu.

"hmm.. kapan kita akan pergi ke sana ya?" lanjutku.

"rizky, batu bersejarah itu kan ada di puncak gunung. kita takkan diperbolehkan ke sana" jelas
fauzi.

"kita kan sudah kelas 6 sd. masa belum boleh?"

"masalahnya, menurut mereka, kita ini masih kecil" kata fauzi kecewa.

"sebenarnya, aku juga penasaran sih. tapi, kita kan sudah berkali kali mendengar isi dari
prasasti itu. paling hasilnya sama saja." kata laras. kami memang tinggal di kaki gunung tsuci.
banyak sekali orang yang bercerita kepada kami apa isinya, tapi kami ingin melihatnya langdung.

"menurut kalian, apa isi dari buku ini berhubungan dengan yang ditulis di batu itu?" tanya
fauzi.
"sepertinya judul buku ini merupakan simbol yang sama dengan yang ada di sana" kata laras.

"udah, buka aja deh!" seruku. kami pun langsung membukanya dengan perlahan dan dengan
rasa was was. kami begitu kaget ketika mendapati halaman pertama itu sudah tak bisa dibaca,
tintanya sudah luntur terkena air. tapi, halaman pertama buku itu masih menyisakan beberapa kata
yang bisa dibaca.

"apa kalian lihat sesuatu?" tanyaku. mereka masih sibuk memelototi buku itu, memperhatikan
setiap goresan tinta yang ada di buku itu.

"hanya ada tulisan tak jelas. ioi atau oio" kata fauzi. tulisan ini sungguh menarik. meskipun
tintanya sudah luntur, tapi sepertinya masih bisa dibaca.

"aku hanya melihat garis miring, dan o yang ditumpuk ke atas kanan" kata laras sambil
menunjuk huruf yang dimaksud.

"mungkin itu semacam simbol atau tulisan zaman dulu" jawab fauzi.

"tunggu dulu.. " kata laras sambil menelengkan kepalanya.

"ini adalah huruf ef dan ha yang digabung" lanjutnya sambil menunjuk huruf yang dimaksud.

"dan yang ini sepertinya bukan huruf k, tapi huruf l dan c yang digabung" kata laras.

"f dan h.. i dan c.. juga ada beberapa segitiga dan kotak acak..apa maksudnya ini?' kataku

"uh, aku sudah mulai pusing. buka halaman selanjutnya saja!" usul fauzi. tapi, laras masih
sibuk memperhatikan. kami tahu kalau ia adalah orang yang sangat teliti dan ahli dalam menebak
puzzle puzzle, ataupun menyelesaikan lego. tangannya sibuk menunjuk simbil simbol di buku
sambil sesekali bergumam.

"ASTAGAA!!" katanya sambil mendorong buku itu, lalu ia mundur.

"ada apa?" tanya kami serempak. aku melihat buku itu, hanya beberapa tulisan aneh yang tak
ada artinya.

"lihat simbol simbol itu.. ikuti alurnya!" serunya. kami pun mendekati buku itu lalu mulai
memperhatikan. pertama, aku membacanya secara harizontal, tak ada yang menarik. kubaca
secara vertikal ataupun diagonal pun hasilnya sama.

"alur bagaimana?" tanyaku padanya. ia berusaha memalingkan wajahnya dari buku itu,
membuatku semakin penasaran.
"ikuti saja. ikuti kemana perginya semua huruf o dan i, ataupun segitiga, oval, dan layang
layang. ikuti saja!" katanya panik. aku memperhatikan buku itu dan mulai menemukan adanya
oval dan lingkaran, ataupun segitiga yang dibawahnya terdapat huruf v yang menjadikannya
layang layang. pertama, aku memperhatikan garisan ke bawah atau huruf i besar yang berada di
bagian agak tengah di kiri kertas, lalu mencari huruf i lain yang berada di pojok kiri kertas, lalu di
sedikit sebelah kanan, lalu di bagian tengah. lalu, semua huruf i itu aku tarik garis, yang ternyata
membentuk manusia yang memiliki empat tangan, tapi mempunya kepala segitiga runcing.
kepalaku spontan menoleh ke arah laras.

"apa ini?" tanyaku padanya

"kau masih belum melihatnya. perhatikan semua simbol itu!" kata laras. aku kembali melihat
buku itu, memperhatikan garis gabungan f dan h yang berada di bagian atas kertas, yang jika
ditarik garis membentuk huruf u, dan di tengahnya adalah kepala segitiga lancip. setelah itu aku
melihat garis miring, yang jika ku analisis dengan benar dan menarik garisnya akan membentuk
senjata di setiap tangannya.ku perhatikan simbol simbol yang lain membentuk api besar di tanah
yang dikendalikan oleh tangannya. aku benar benar tak ingin melihat kepingan puzzle dari gambar
tiga dimensi mengerikan ini lagi, jadi akh menoleh ke laras

"kau sudah lihat kan?" tanya laras. aku mengangguk

"liat apa sih?" tanya fauzi sewot, tapi tak kami hiraukan.

"masih belum. rizky, fauzy, pejamkan mata sejenak, lalu buramkan pandanganmu" kata laras.

"buramkan bagaimana?"

"kondisi dimana kau melihat tulisan hanya sebagai garis, melihat satu jari menjadi dua jari"
jelasnya. aku pun menurutinya.

"ini berapa?" katanya sambil menunjukkan satu jari

"dua. lalu?"

"lihat lagi bukunya" katanya. aku dan fauzi langsung melihat buku itu, namun kami langsung
mundur karena kaget. ternyata, yang tadi kami lihat hanyalah bagian dalam dari gambar
keseluruhan. kami melihat gambar makhluk menyeramkan yang sangat terlihat nyata. aku begitu
terkesima ketika menyadari buku ini bukannya tintanya sudah luntur, tetapi memang sengaja
dibuat begitu agar gambarnya terkesan nyata.

"apa itu.. ??"

"firasatku buruk!" kata laras.


"trus? kita kembalikan buku ini ke hutan?" tanyaku.

"jangan. pasti ada penjelasan tentang gambar ini di halaman selanjutnya" kata fauzi
mengingatkan kami kalau buku ini bukanlah sebuah dongeng seram, melainkan sebuah benda
peninggalan sejarah.

"aku tidak menyangka nenek moyang kita sangat pintar dalam membuat gambar" kata fauzi.

"duh.. bisa saja di halaman selanjutnya lebih menakutkan daripada hal ini" kata laras.

"fauzi, ayo balik halamannya!" kataku setengah takut.

"eh, kenapa nggak kamu aja?" tanyanya balik, tapi ia menurutiku. tangannya mulai mendekati
buku itu.

"pelan pelan!" kata laras. tangan fauzi mulai menyentuh buku itu, yang entah kenapa membuat
kami merinding. buku ini memiliki aura mistis yang tinggi. kami memalingkan wajah saat fauzi
membalik halaman buku itu.

"sudah kubalik" konfirmnya. meskipun sedikut takut, kami memberanikan diri untuk melihat
buku itu. kali ini, tidak ada simbol simbol atau tinta yang luntur, melainkan sebuah kertas putih
dengan beberapa angka. kami membaca angka itu bersama sama.

"13411111, 11111111"

"apa ini sebuah kode?" tanya fauzi.

"rumit sekali" gerutuku yang memang tidak pernah suka dengan kode.

"perhatikan. ini membentuk sebuah kata" tunjuk laras.

"tentu saja. 13 dan 4 melambangkan Ba. lalu, 1 lima kali?"

"balik. ikuti. itu maksudnya." kata laras enteng.

"tentu saja kita akan membalik buku ini nanti!" jawab fauzi.

"bukan! maksudku, angkan ini menunjukkan dua huruf itj" kata laras.

"bagaiman bisa?" kataku tak mengerti, sambil memperhatikan tulisan itu lagi.

"mereka menggunakan kode yang sangat sederhana. ada beberapa huruf yang bisa dibentuk
dengan menggabungkan beberapa garis. contohnya, w dibentuk dari empat garis. z dan k dibentuk
dari tiga garis." jelas laras
"kalau begitu caranya, semua huruf dibentuk dari garis!" protesku.

"1 lima kali dan awalan Ba. 1 pertama bisa diartikan el, satu kedua bisa diartikan sebagai i, dan
satu ketiga sampai kelimabisa diartikan sebagai k" terangnya. aku mencoba untuk mengartikan
sendiri angka setelahnya.

"kata selanjutnya apa tadi?" tanyaku.

"ikuti." aku langsung memperhatikan buku itu, yang ternyata ada 8 angka 1 setelah spasi. aku
mulai mengurutkan kata 'ikuti' i=1, k=3, u=1, t=2, i= 1. dan mulai aku jumlahkan. 1+3+1+2+1
adalah..

"loh? kok 9? pasti bukan kata ikuti!"

"huruf 't' dihitung satu" terangnya.

"kenapa bisa?" tanya fauzi.

"yaah, silahkan pikir sendiri kemungkinan lain!" katanya sewot. kami langsung terdiam.

"buku yang aneh. tadi ada gambar makhluk menyeramkan yang sulit terlihat, sekarang malah
bilang 'balik' dan 'ikuti'. nggak usah di beritahu juga kita pasti 'balik' dan 'ikuti' buku ini!"
protesku.

"atau mungkin kode ini bukan bermaksud seperti itu" kata fauzi penuh pemikiran. pemikiran
fauzi memang selalu- berfikir seribu-kemungkinan dalam mengambil keputusan, tapi tidak dalam
urusan kode. kode adalah keahlian laras.

"pikir aja sampai seribu tahun sana. aku udah malas memperhatikan angka ini" jawab laras.
(apalagi yang baca, pasti udah pada bosen)

"kalau buku ini berkata balik dan ikufi, pasti ada sesuatu yang penting" kata fauzi.

"semoga itu bukan sesuatu yang menakutkan" jawab laras.

"atau, jika buku ini berkata balik dan ikuti, itu artinya kita tidak boleh membalik halaman buku
ini"

perkataan fauzi membuat kami terdiam sejenak. ia benar.

"lalu? kita kembalikan saja buku ini?" tanyaku. kami terdiam lagi, sementara angin semilir
menghempas kami, membuat kami semakin tak nyaman.
"tapu, aku masih terlalu penasaran dengan buku ini" kataku sambil memegang buku itu, dan
dengan perlahan membukanya tanpa meminta persetujuan laras dan fauzi. untuk sejenak aku
berpikir bahwa mereka akan marah dan menahanku, tapitidak jadi setelah kami melihat setengah
dari halaman itu.

kami melihat beberapa garis yg tak jelas lagi, tapi kali ini tidak ada beberapa sumbol yang
sama. yang kulihat hanyalah sebuah kertas yg seperti dicoret coret oleh anak kecil. garis garisnya
tidak beraturan, dan tak ada satu kata pun yang bisa dibaca. aku dan fauzi saling berpandangan,
sementara laras masih sibuk memperhatikan buku itu.

"buka ke halaman selanjutnya?" tanyaku. aku memang benar benar malas memperhatikan.
ekspresi laras sekarang sulit untuk ditebak. apakah ia menemukan sesuatu di gambar tak jelas ini?

"gambar ini.." kata laras terpotong. tiba tiba firasatku tak enak, aku tak tahu kenapa. rasa
rasanya angin berhembus lebih kencang, membuatku sedikit kedinginan.

"hey, ingat prasasti di puncak bukit yang ingin kita kunjungi? aku pernah melihat ini di sana"
kata laras.

"kau belum pernah ke sana kan? trus, kamu tahu dari mana?" tanyaku.

"saat itu aku bertemu dengan orang yang sudah kesana, dan ia memotretnya" jawab laras.aku
dan fauzi langsung melihat gambar tak jelas itu. aku tak percaya jika coretan tak jelas ini ada di
dalam prasasti itu. namun, aku mendapati sesuatu yang tak dapat kupercaya. garis garis tak jelas
ini.. bergerak memutar.setiap putarannya menunjukkan bahwa tulisan ini hidup.

aku mengucek mataku. aku berharap yang kulihat tadi hanya imajinasiku.tapi, tak ada
perubahan. garis garis itu terus bergerak memutar, lalu membentuk sesuatu seperti.. se ekor elang.
aku ingin bertanya kepada fauzi atau laras, tapi rasanya leherku kaku.garis garis itu berputar
semakin cepat, membentuk semacam vortex.

"riz!!" teriak fauzi dan laras bersamaan. aku langsung menoleh.

"serius sekali kamu riz. apa yang kamu lihat?" tanya laras.

aku kembali melihat buku itu. aku heran ketika melihat garis garis itu berhentiberputar.

"tidak ada." kataku berbohong. tiba tiba, aku merasa ingin sekali pergi dari tempat ini. tapi,
semakin kucoba untuk berdiri, semakin lekat pula posisi dudukku. aku sangat bingung dengan
keadaan ini. bulu kudukkumulai berdiri. aku kembali melihat buku itu. garis garis itu kembali
berputar seperti vortex. membuatku pusing. tiba tiba, pandanganku seperti melekat ke arah buku
itu, tapi menatapnya dengan kabur. beberapa saat kemudian, aku merasa semuanya menjadi gelap.
*******

saat aku sadar, aku berada di era ber abad abad yang lalu, di tengah bangunan bangunan yang
sudah runtuh. bangunan bangunan ini seperti baru saja di serang angin topan. semuanya porak
poranda. tempat ini sangat sepi, tak ada seorangpun. aku berusaha berkeliling tempat ini untuk
mencari fauzi dan laras. tapi, mereka tak kutemukan.

diantara rasa bingung, panik ), dan cemas, aku berusaha melogika semua kejadian ini. tapi, tiba
tiba pandanganku mengabur, lalu aku berpindah ke tempat lain.

di tempat yg satu ini, aku bisa mendengarkan seseorang berbisik bisik. tubuhku sudah tidak
bisa kukendalikan sekarang. aku semakin mendekati suara itu, yang ternyata sekumpulan orang
yang sepertinya mengungsi dari tempat tadi. kehadiranku tak mereka perhatikan sedikitpun,
bahkan sepertinya mereka tak bisa melihatku. wajah mereka terlihat sangat cemas.

"aku heran. sebenarnya, apa tujuan mereka?" tanya seseorang diantara kerumunan orang
tersebut.

"apapun tujuan mereka, mereka telah menghancurkan rumah rumah kita" jawab seseorang lagi.
aku semakin penasaran dengan pembicaraan mereka.

"ssst! jangan keras keras! kalau mereka sudah tahu kita disini, matilah kita!" lerai yanglain.
suasana hening sejenak. tiba tiba, salah satu dari mereka berdiri, menatap ke langit. ia sepertinya
melihat sesuatu di sana.

"mereka datang. cepat sembunyi!!" bisik orang itu. kerumunan orang itu langsung bergerak
tanpa menimbulkan suara, tiarap di antara rerumputan, sementara aku masih berdiri dan melihat je
angkasa. aku penasaran ada apa di sana.

dari arah kanan di angkasa, ada seekor naga yang terbang, diikuti beberapa kuda terbang dan
hewan lain yang memiliki bentuk yabg aneh,dan diatasnya ada beberapa manusia. aku tercengang.
lalu, di arah kiri muncul berpuluh puluh sekelebatan makhluk hitam, membuat angin bertiup
kencang menerbangkan daun daun hutan.

di langit tepat diatas kami sedang terjadi sesuatu yang sudah diluar akal sehatku. pasukan
manusia di atas hewan hewan ajaib menyerang sekawanan makhluk itu. naga nga menyemburkan
api, dan pasukan manusia itu bisa mengeluarkan petir dari tangannya, mengarahkannya ke arah
makhluk itu. makhluk itu bisa menghindarinya dengan mudah, lalu dengan gesit menembakkan
suatu kekuatan gaib, menjatuhkan seseorang, menimbulkan bekas luka yang tidak biasa apada
tubuh orang itu.

naga naga menyemburkan apinya ke arah makhluk makhluk itu, tetapi makhluk ituu masih bisa
bergerak dengan lincah. berpuluh puluh tembakan api dan petir mengenai tubuh makhluk itu, tapi
makhluk itu kuat. ia seperti kebal terhadap semua serangan. perlahan tapi pasti, pasukan manusia
mulai berjatuhan. pasukan itu tidak berhasil membunuh satu makhluk pun, tapi makhluk itu sudah
membunuh berpuluh puluh manusia. tapi, mereka tidak mau menyerah. mereka masih terus
menyerang walaupun mereka tahu mereka tidak akan menang.

sekarang, aku hanya bisa terdiam di tengah hutan, memandangi pertarungan yang tak seimbang
ini. suara pekikan mereka menggetarkan seisi hutan,
PROLOG

kurasa aku sedang di tempat yg tak kukenal. semua diselimuti kabut tebal. semuanya terasa
sangat gelap. aku merasakan sesuatu yang bergerak di balik rerumputan sedang mengintai.
badanku tak bisa digerakkan. samar samar kulihat orang yg sedang berjalan di tengah hutan,
tangannya memegang kayu, sepertinya dia sedang mencari kayu bakar. jalannya cepat. sesosok
dibalik semak itu bergerak lagi, tapi sama sekali tak terlihat olehku. orang itu mempercepat
jalannya, tapi sesosok itu terus mengikutinya, dan kali ini yg kulihat hanya tangannya yang jari
jarinya tak seperti manusia, dan diantara selasela jarinya terlihat seperti sangat tajam, seperti pisau
yang siap mengiris kapanpun. tiba tiba sosok itu berdiri, kulihat badannya tertutupi jubah hitam.
kakinya tak menginjak rerumputan. makhluk itu dengan cepat mencekik orang itu dan
menabrakkannya ke pohon. makhluk itu berbicara dengan bahasa yang tak wajar, dan selalu
diiringi dengan ringkihan yg membuat keringat dinginku bercucuran. lalu tiba tiba makhluk itu
dengan ganasnya melemparkan orang itu ke jurang. aku semakin gemetar dan menyembunyikan
diriku dibalik pepohonan, tapi saat aku mengintip ia telah melihatku, tangannya yg tajam dan
matanya yang hijau menakutkan menandakan bahwa ajalku sudah dekat. aku juga merasakan ada
sesosok lain mengintaiku dari belakang. aku tak tahu harus berbuat apa. aku pasrah saja saat
makhluk itu berada sangat dekat denganku, dan spontan aku terduduk dan berdoa. makhluk itu
mengeluarkan suara ringkihan, auman dan teriakan menakutkan dengan sekali tarikan nafas. aku
hanya berdoa saat makhluk mengerikan itu mencekik leherku...
********

BAB 1
TIGA SAHABAT

"HAH!" teriakku sambil mendorong meja. ku lihat sekelilingku, aku brada di kelas, dan aku
menjadi pusat perhatian. suasana menjadi hening. aku mencoba menenangkan diriku, lalu
membenarkan posisi meja dan posisi duduk. aku baru menyadari aku tertidur di kelas.

"riz!" sentak sahabatku, fauzi yang sedang duduk di sebelahku. dia tampak tidak sabar.

" akhirnya kau bangun. daritadi kau kubangunkan tapi kau tk bangun bangun" lanjutnya
sambil mendesah.

"maaf." kataku sambil menatap meja yang penuh dengan peralatan tulis, kertas ulangan dan
lembaran LJK.

"sudahlah. sejak kau tidur ulangan sudah dimulai. kau telat 100 menit, cepat kerjakan, untung
saja sejak tadi guru pengawas nggak keliling riz" sambungnya.

"oh ya riz. kau tadi mimpi apa? aku benar benar kaget saat kau tiba tiba mendorong meja"

aku mematung. aku merasa kalau aku lupa akan sesuatu, tapi aku tak tahu itu. semakin
berusaha kuingat, kepalaku terasa semakin panas.

"lupakan. kerjakan dulu ulangannya, maaf udah mengganggu konsentrasimu"

*******

bel pulang sekolah berbunyi. sialnya, aku baru mengerjakan soal itu separuh. tapi, soal itu
terpaksa aku kumpulkan. siswa lain langsung berbondong bondong pulang. tetapi aku dan fauzi
selalu melakukan kegiatan rutin, yaitu menyusul laras terlebih dahulu. vegitu juga kalau laras yang
pulang lebih cepat daripada kami.

rkamipulang dengan berjalan kaki. kami tinggal di kaki gunung tsuci. jarak dari rumah ke
sekolah sedikit hauh, butuh sekitar setengah jam berjalan kaki. kami punya banyak persamaan.
kami sulka jalan jalan, menanam tanaman, dan menyukai beladiri silat. kami sering bersama di
berbagai waktu, tempat dan juga di beberapa suasana. setelah setengah kami mencapai setengah
perjalanan, kami mampir di sebuah sungai langganan kami. sungai tempat kami berkumpul dan
berbagi. kami membasuh muka dan beriatirahat sejenak. air sungai ini mengalir dengan tenang.
airnya pun jernih. kami bisa melihat dasar dari sungai ini, kedalamannya sekitar fua meter. kami
juga bisa melihat bayangan kami, dan tiba tiba, aku melihat dua orang laki laki setingkat sma yg
sedang mendekati kami.
"permisi.." katanya sopan. "jalur ke puncak gunung benar lewat sini?" lanjutnya. mereka
terlihat kelelahan, mungkin mereka sudah berjalan jauh seharian. sejak dulu, kami juga srlalu
ingin naik ke puncak. di desa kami, orang yang berhasil mencapai puncak akan dianggap sudah
dewasa, karena jalur kesana benar benar curam dan ada banyak tebing dan jurang, dan juga disana
juga ada sepasang elang yang besar yang sudah legendaris di tempat tinggal, lami, yang
kabarnnya, orang yang tidak sengaja melihat elang itu akan mendapatkan kesialan. sementara jika
orang yang memang sengaja mencarinya, dan menemukan dimana elang itu bersembunyi, ia
malah akan mendapatkan suatu kekuatan, entah kekuatan apa itu. kabarnya elang itu tinggal di
sebuah pohon raksasa di gunung ini, di tengah sebuah hutan yang dinamakan sebagai area elang.
sayangnya, ada kabar seseorang yang memasuki area itu tidak akan bisa keluar hidup hidup. sudah
banyak orang yang pergi kesana dan tidak kembali. lagipula, area elang itu keberadaannya masih
misterius sampai sekarang. hanya ada segelintir pemuda yang berhasil masuk dan menemui elang
itu, lalu mereka keluar dengan membawa sebuah pedang sakt, itu pun sudah ber abad abad yang
lalu. pedang itu diturunkan dari generasi ke generasi, dan salah satu orang yang memiliki pedang
itu adalah kepala sekolah kami sendiri. ia selalu membawa pedang itu kemanapun ia pergi, dan itu
membuat kami takut srkaligus menghormatinya.

"iya benar mas. istirahat dulu loh mas, mas udah capek kan, habis jalan jauh?' jawab fauzi.
fauzi dari duli memanglah anak yang gampang kenal dan gampang dekat dengan seseorang. fauzi
juga anak yang sangat sopan. ia selalu menjaga mulutnya, tidak pernah ia menyakiti hati orang
lain.

"makasih ya. kebetulan, kami juga sedang menunggu teman kami. dia bilang akan segera
menyusul" balas anak sma yg satu lagi. mereka membawa tas ransel yang sangat besar. aku heran
mengapa mereka bisa membawa tas yg kelihatannya sangat berat itu sembari mendaki bukit.

"oh iya. ini kan sudah sore mas. memangnya kalo jalan malam malan nggak takut apa sama
kegelapan? bisa aja tiba tiba elang igu nyamber loh" goda fauzi. perjalanan ke puncak memang
masih 1-2 hari lagi, jadi menurut fauzi tidak perlu terbutu buru. "malam ini, kalian nginep aja di
rumahku, gmn?" aku langsung heran dengan fauzi. ia baru saja kenal dengan mereka tak sampai
lima menit, tapi langsung menawari mereka menginap di rumahnya. mungkin ini yg membuat dia
cepat berteman dengan seseorang,

"makasih ya, tapi nggak usah deh, teman kami yang satu sudah bawa tenda kok" katanya
sambil mencuci muka. ia lalu mengambil posisi bersila, menunggu temannya.matanya menatap
seberang sungai.

"hei cahya! bimo! aku mendengar suatu berita penting!" teriak seseorang dengan tiba tiba di
seberang sungai, ia sedang berlari menyebrangi jembatan, wajahnya terlihat panik.

"rendra! kami kira kau akan sedikit lama disana!" sapa cahya. seseorang yang di panggil rendra
tadi menghampiri kami, bajunya basah oleh keringat, nafas nyatersengal sengal.ia memberikan
isyarat kepada kedua temannya untuk menjauh dari kami. sepertinya berita ini sangat penting
sampai sampai kami tidak boleh mendengarnya.

"tidak apa. mereka teman baru kami." ujarnya. mereka bertiga saling mendekat dan berbisik
bisik. lalu tersenyum kepada kami.

aku baru saja dari atas.aku melihat orang berkerumun disana. ternyata, setelah aku dekati,
ternyataku melihat satu orang yang tewas di tebing, kemungkinan mereka jatuh ke tebing tadi
malam" lanjutnya. semua tampak terkejut. lagi lagi, aku teringat aku lupa akan sesuatu, tapi aku
tak tahu itu.

"sepertinya aku sudah mendengar kabar itu dari seseorang sebelumnya."


ucapku.

"mereka baru sja menemukannya. bagaimana kau bisa sudah tahu?" tanya fauzi.

"ummm, tidak tidak. aku ternyata tak pernah mendengar kabar itu. maaf" kataku berbohong.
aku tahu aku mengingatnya.

"aku melihat di sekitar tebing ada suatu keanehan. samar samar aku melihat ada jejak kaki yang
aneh. jejak kaki itu bukan jejak kaki manusia" kata mas rendra. kami terkesiap, tapi masih
penasaran dengan ceritanya.

"tidak mungkin! apa orang itu kerasukan setan dan terjun ke tebing?" tanya laras.

"aku tidak tahu. masalahnya, aku juga melihat bulu bulu elang di sana!" aku terkesiap. aku
benar benar tak percaya hal ini.

"tidak mungkin! kau pasti salah lihat!" sergah fauzy, tapi ia langsung mengeluarkan sesuatu
dari kantongnya. kami mematung. itu adalah bulu elang berukuran raksasa.

"bagaimanapun juga, itu hanya mitos. jadi, jangan terlalu percaya" kataku untuk menenangkan
diriku.

"trus bulu ini apa?!" sergah laras. ia menunjuk bulu itu.

"yeah, kalau begitu, kita harus membuktikannya!" jawab mas cahya.

"bagaimana caranya?" tanyaku.

"caranya cuma ada satu. kita harus menemukan elang itu!" jawab mas bimo tanpa pikir
panjang. padahal, area elang itu keberadaannya masih misterius. dan orang yang kesana
kemungkinan besar mereka tidak akan kembali dari hutan itu, entah itu karena mati atau tersesat.
********
aku masih tak faham kenapa fauzi lagi lagi menawarkan kepada mereka untuk bermalam di
hutan yang dekat dengan rumahnya, yg berarti dekat dgn rumah kami juga karena rumah kami
bersebelahan. itu memang hal yang wajar, tapi tidak untuk kondisi kami saat ini, karena hari ini
adalah hari kamis, dan 5 hari setelahnya kami akan mengerjakan ujian nasional smp. kalau aku
tanya kenapa, dia hanya menjawab: "kata guru kan 3 hari sebelum unas kan pikiran kita harus
rileks. kita tidak boleh belajar. nah. apa bedanya dengan hampir 4hari sebwlumnya?" tidak hanya
itu, dia juga bermalam bersama mereka. ingin tahu kesiapan merek untuk mencari keberadaan
elang itu, dan sebagainya. yg pasti aku dan laras tidak akan ikut dengannya, sibuk belajar untuk
try out terakhir besok, simulasi dari unas.

namun ternyata setela lama belajar, aku merasa bosan juga. aku ingin bersama mereka sebentar.
oh iya, tentu saja, kami juga sudah saling kenal. anak yg kurus dan terlihat berotot itu namanya
bimo, sementara rendra dan cahya adalah kakak adik. perbedaan umur mereka hanya dua tahun.

aku memutuskan untuk membawa beberapa jagung untuk menemui mereka. kuharap kami
akan membakar jagung itu. aku juga mengajak laras, tetapi setepah aku sampai di rumahnya,
rupanya ia sedang tidur di ruang tamunya sehingga terlihat dari jendela, wajnahny tertutup oleh
buku yang sedang dipegangnya. sepertinya dia ketiduran. doa memang punya hobi belajar di
ruang tamu, dan terkadang ketiduran.

kuputuskan untuk tidak jadi mengajaknya. namun, baru seperempat detik sebelum aku
berbalik, aku mendengar laras batuk. aku berputar lagi untuk melihatnya. ia sudah duduk dan
sedang menatapku. kebetulan sekali ia tiba tiba terbangun. lalu,ia mempersilahkanku untuk
masuk.

laras merupakan tipe pembaca pikiran yang baik, terutama pikiran sahabatnya. contohnya
adalah sekaang. belum sempat aku mengutarakan niatku, tapi ia sudah berkata: "kamu mau ke
tempat fauzi kan riz? aku ikut. kebetulan aku juga punya banyak camilan sisa. pasti bisa mereka
habiskan" lanjutnya. ia lalu mencuci mukanya.

"riz, bagaimana dengan rencana kita setelah unas? apa jadi?" tanya laras dengan nada dan
wajah yang resah. aku terdiam.

"maksudmu, rencana kita yg naik ke puncak?" jawabku. ia hanya diam, dan sedekali mendesah.
aku tak tahu apakah setelah kejadian sore tadi kami akan membatalkan niat kamo untuk naik ke
puncak, atau kami malah akan mencoba mencari elang itu. sebenarnya, aku tidak terlalu percaya
bahwa orang yang akan menemukan elang itu akan mempunyai kekuatan tertentu, tapi orang
orang dari puar gunung ini sengaja pergi ke gunung tsuci dengan niat menemukan elang itu di
sarangnya.

"kita bicarakan saja dengan fauzy" katanya menyadarkanku dari lamunan. "ayo pergi" ia lsegera
bangkit dari ruang tamu, dan kami segera berangkat.

*******
aku berani bertaruh mereka takkan tidur disaat seperti ini, terutama fauzi. jadi, ketika kami
datang dan suasana di tenda senyap, hanya ada dua kemungkinan: mereka sedang bercerita cerita
horor atau mereka tidak berada di tenda. dan benar saja, mereka tidak sesang berada di tenda. lalu,
kemana perginya mereka?? kemanapun itu, kami akan menunggu mereka di tenda.

"duh, lama sekali mereka" ucap laras sekali kali. tenda ini terasa sangat gelap. bintang bintang
bintang bersinar dengan terang. angin malam memasuki tubuh kami, membuat tubuh kami terasa
dingin.bunyi jangkrik terdengar dengan keras.malam ini terasa sangat damai. aku ingin segera
menyalakan api unggun dan menyanyi di sekelilingnya. kalau ini bukan perkemahan di dekat
rumah, pasti ini akan terasa sangat menyenangkan.

"laras. menurutmu apakah fauzi akan membatalkan rencana kita naik ke gunung, atau malah
ingin mencari sarang?" tanyaku padanya. ia diam, sepertinya ia melamun.naik ke puncak benar
benar keinginan kami sejak kecil, dan kami sudah menunggu sampai kami kelas 9 dan setelah
unas, jadi kabar ini begitu mengejutkan kami..

"oh ya, mereka dimana sejarang? apa mereka baik baik saja?" kata laras. ia begitu
mencemaskan fauzi.aku tahu ia takut bahwa fauzi tiba tiba ditemukan meninggal dunia di
keesokan hari dengan sejumlah jejak misterius dan bulu bulu elang.atau kemungkinan yang lebih
parah adalah kami yang akan ditemukan meninggal di esok hari, pemikiran itu membuatku
merinding.

"oh ya, menurutmu apa itu jejak elang itu? dan apakh elang itu yang membunuhnya? tapi
kenapa?" tanyanya berturut turut. wajahnya sudah terlihat ketakutan sekarang. lagipula, sudah
jelas ia tidak mengharapajansejumlah jawaban dariku.

"coba bayangkan kalimatmu sendiri. sejak kapan elang berjalan dengan kedua kakinya?"
jawabku sambil tersenyum mengejek. ia sedikit tertawa.

"lalu apalagi?" tanyanya. aku hanya bisa mendesah. percakapan ini mulai membuatku merasa
takut.

"tentu saja orang yang kemarin ditemukan meninggal itu terjatuh di jurang, hanya sebuah
kesalahan kecil" hiburku. entah kenapa, aku merasakan firasat buruk.

"pulang yuk riz.. kita tunggu mereka di rumah." ajaknya. kulihat ke luar tenda. kegelapan
menyelimuti hutan. di kanan kiri banyak pohon tinggi yang membuatku btakut.tapi, aku ingin
menggoda laras. aku tak boleh kelihatan tajut.

"pulang sendiri sana, aku disini aja" ia mengintip ke luar tenda, lalu, berdiri beberapa detik,
sebelum ia masuk ke tenda lagi. "jangan bilang kamu takut jalan sendirian ha?" kataku sambil
nyengir. ia terdiam. sepertinya suasana hatinya sedang buruk.
aku mencoba mengintip keluar sekali lagi. kegelapan di antara pohon pogon yang tinggi itu..
bisa menyembunyikan sesuatu yang mengerikan. tiba tiba, angin bertiup kencang, menerbangkan
daun daun pepohonan. firasatku mengatakan, ini bukanlah angin biasa. angin ini seperti ingin
membisikkan sesuatu, sesuatu yang buruk. angin ini bertiup lebih kencang, dan sekarang bunyi
sekian ranting yang patah terdengar.

"duuh.. pulang yuk riz.." rayunya. aku masih duduk diam, memperhatikan apa yang baru saja
terjadi. aku perhatikan daun daun dan ranting itu, yang ternyata dihiasi oleh bercak darah. aku
tersentak. aku segera menoleh ke laras, ia juga sudah melihatnya dan sedang menutup mulutnya.
pikiranku hanya satu sekarang, pergi dari sini secepat cepatnya.

"ayo lari!" kataku sambil tak sengaja melihat ke belakang tenda. aku melihat ada sosok yang
mengawasi kami. laras sudah menggerakkan kakinya untuk berusaha keluar tenda, tapi aku
menarik badannya agar duduk kembali. aku mendengar suara rantuingyang patah lagi, tapi
sekarang terdengar lebih keras. aku menenglokke belakang tenda. ternyata itu adalah bunyi sesaat
sebelum sebuah pohon tinggi tumbang ke arah kami. laras berteriak, aku langsung menarik
tangannya ke luar tenda. untung saja pohon itu tidak sampai merusak tenda kami, tetapi sesosok
makhluk itu mulai menghampiri kami. sontak, laras langsung menarikku kembali ke dalam tenda,
dan segera menutup tenda.

aku hampir memarahi laras karena kami bisa saja lari, selamat dari makhluk aneh ini. makhluk
ini menggeram lalu melengking. aku begitu kaget ternyata ada suara yang sama dengan makhluk
ini di arah kami akan lari tadi. lalu, aku mndengar suara pohon tumbang lagi, namun aku tak
berani melihat keluar. kami telah dikepung. aku hanya bisa berdoa semoga pohon itu tak
mengenaikami.

angin mulai sedikit tenang, tetapi makhluk yang berada di belakang tenda mulai mendekati
tenda kami.disaat seperti ini, aku merasakan tubuhku membeku. tangan laras memegang lenganku
dengan kuat. detik demi detik, kami mendengar suara tapak kaki makhluk itu menjejaki
rerumputan.

makhluk itu semakin dekat. sekarang, aku dapat melihat bayangannya dati balik tenda.
makhluk itu berhenti sesaat lalu menggeram. ia sepertu berusaha berbicara kepada kami, dengan
suara dan bahasa nya sendiri. firasatku mengatakan makhluk itu ingin mememotong tubuh kami
menjadi sepuluh bagian, lalu memakannya dengan lahap.lalu, aku memasang kuda kuda
menyerang, sementara laras sibuk membekap mulutnya di belakangku. dari dalam tenda, aku bisa
melihat bayangan makhluk itu. kaki makhluk itu seperti dilapisi duri duri. badan sampai kepalanya
sepertinya tertutupi oleh semacam jubah hitam, terlihat samar samar di balik tend. ada
kemungkinan itu bukanlah sebuah jubah, melainkan itu adalah semacam rambut makhluk itu, dan
setiap helai rambutnya terlihat sangat tajam bagaikan jarum. makhluk itu mempunyai empat
tangan dan masing masing memegang senjata semacam gabungan antara kapak dan pedang, atau
kemungkinan lainnya adalah itu adalah bagian tubuh dari makhluk itu.

sejarang keadaan kami sudah terpojik, tak ada lagi yang bisa dilakukan. kami diam seribu
bahasa dan tak bergerak sedikitpun. makhluk ini masih diam tepat di sebelah tenda, mengucapkan
bahasa yang kami tidak mengerti. namun, dari kejauhan muncul suara yang sama. makhluk ini
ternyata tidak sendiri. suara suara yang serupa dengan makhluk itu pun bersahutan, kelihatannya
dari tengah hutan.akal sehatku mulai kembali. bagaimana bisa ada makhluk hidup lain selain
manusia di muka bumi ini?

tunggu dulu. rasanya aku pernah melihat makhluk ini. tapi rasanya tak mungkin. ah ya, aku
ingat mereka. makhluk ini ada di mimpiku, saat ulangan. tapi, bagaimana bisa makhluk ini bisa
muncul di alam nyata? aku tersadar akan sesuatu. seharusnya aku tak memikirkan hal itu pada saat
ini. aku harus mrlakukan srsuatu yang menarik perhatian makhluk ini sementara ia masih diam di
sebelah tenda. makhluk ini bisa merobek tenda kapan saja dengan empat tangan yang memegang
senjata antara kapak dan pedang itu.

aku segera menepuk tangan laras yang gemetar. ia menoleh. aku mencopot kedua sandalku lalu
menggerakkan sandal itu dengan gerakan memalu menuju arah makhluk itu. ia menatapku dengan
kebingungan, tetapi aku benar benar tak punya waktu untuk menjelaskan ini. kuberanikan diri
untuk mengintip dari tenda untuk melihat dumana arah pandang makhluk itu, tapi saat aku akan
keluar dari tenda, makhluk itu mendekati sisi tenda yang akan aku lewati, dan menuju arah
makhluk makhluk lain yang saling bersahutan. aku berbalik, menuju sisi tenda yang lain. aku
harus melempar sandal ini ke arah makhluk itu sebelum makhluk itu melihat kami, lalu melempar
sandal yang lain ke arah hutan. ada kemyngkinan makhluk ini akan mengejarnya. tapi, saat aku
sudah mengintip keluar, aku sudah tak bisa melihatnya. dalam arti laim, di telah menghilang.
kemana perginya makhluk itu?

aku masuk ke dalam tenda lagi. aku menarik nafas lega. aku merenggangkan jari jemariku yang
kaku. latas juga tampak lebih tenang sekarang. namun, sedetik kemudian, aku sadar. sekarang,
makhluk itu telah menghilang, tapi ini bukanlah saat yang tepat untuk beristirahat. ini adalah
waktu yang tepat untuk kabur, menyelamatkan diri. "makhluk macam apa tadi itu?" bisik laras dari
dalam tenda. "daripada memikirkan itu, lebih baik kita lari sebelum makhluk itu datang lagi!"
kataku dengan suara yang sedikit keras.. " ayo!!" kataku setelah melihat keadaan sudah aman.

kami masih setengah keluar dari tenda saat makhluk itu mulai berbicara lagi. ia terdengar
masih dekat. "stop!! masuk kr dalam tenda lagi!!" kataku sedikit keras. makhluk ini benar benar
sialan. ia mempermainkan kami. makhluk itu bisa bergerak dengan sangat cepat seperti saat ia
menghilang tadi, tapi, ia mendekati kami dengan pelan. itu sangat aneh. mengapa ia tak langsung
membunuh kami?bagaimananapun juga, itu merupakan sesuatu yang bagus. begitu ia berjarak tiga
meter dari tenda, aku langsung mengintip ke luar tenda, melihatnya sekilas lalu melemparnya
dengan sandal. tapi ada yang aneh.yang kulihat, ini bukanlah makhluk yang sama yang tadi
hampir membunuh kami. bagaimanapun juga, semua makhluk ini pasti memiliki tujuan yang
sama.

aku yakin sandal itu telah mengenainya, tapi bukannya ia berbelok menuju arah sandal atau
berhenti sejenak, ia malah mempercepat langkahnya menuju tenda. dalam seperempat detik, aku
yang tadinya berada di ujung tenda langsung berada di tenda, melindungi laras. aku segera
memasang kuda kuda menyerang. jantungku berdegup kenang. tapi, bukannya mencabik cabik
tenda, makhluk ini malah bisa membuka tenda. aku melihat tangan makhluk itu mulai masuk ke
tenda. tangannya memegang kau, dan kukunya benar benar panjang.

"aaa... !!" teriak laras, aku tak jadi memukulnya, karena ternyata yg baru datang adalah mas
bimo, lalu tanganku langsung membekap mulut laras. ia menutup kedua matanya, sehungga tidak
bisa melihat. "tenang, tenang.. jangan teriak, bisa bisa mereka muncul lagi" kata bimo. laras
membuka matanya, spontan amarahnya langsung meledak. "ngageti aja mas ini! bilang bilang
dong kalau itu kamu!" cerca laras dengan marah. "sssst... ngomong pelan pelan. mereka masih
tidak begitu jauh" laras langsung diam lagi.

"kalian lihat monster itu kan?" tanya mas bimo. kami berusaha mengatur nafas lalu kami
merenggangkan kaki. lagipula, apa yang mas bimo lakukan di sini? bila ia melihat makhluk itu,
kenapa ia tidak tercabik cabik oleh makhluk itu? ini benar benar aneh. "kejadian ini sudah
diramalkan dejak berabad abad yg lalu" katanya dengan tegas. aku terdiam sejenak. "ramalan apa?
dan apa maksudmu dengan berabad abad yang lalu?" tanya laras.

"apa kalian tak pernah mendengar ramalan itu?" katanya dengan nada heran. pandangannya
serius. aku benar benar tak tahu tentang ramalan apapun itu. aku agipula, kami masih berada di
dalam tenda sekarang.monster itu bisa datang sewaktu waktu. "mas. kita sedang berada di posisu
yang berbahaya sejarang. ayo pergi ke tempat yang lebih aman. , makhluk itu bisa datang kembali
kapanpun mereka mau" kataku.

"tenang. aku sudah tidak bisa merasakan kehadiran mereka sekarang. mereka sudah pergi
sangat jauh. lagipula, anggap saja adalah sebuah latihan.. itu akan sangat berguna nantinya." aku
dan laras saling berpandangan.

"apa maksudmu? dan mengapa makhluk makhluk menyeramkan itu menghampiri kami?" tanya
laras drngan cepat.

"aku tidak tahu. yang aku tahu adalah kalian punya hubungan dengan makhluk makhluk itu."
aku memandangi wajahnya dengan tatapan heran dan mengejek. mas bimo benar benar gila dan
tak masuk akal. memangnya apa hubungan kami dengan makhluk makhluk berbahaya tadi?

"kalian cepatlah kembali ke rumah, sebelum mereka datang lagi." aku merasa kata katanya
benar. kami harus pulang secepatnya. "bagaimanan dengan fauzy?" tanya laras. sial. aku hampir
saja melupakan sahabatku fauzy karena masalah barusan. "dia tidak ada didalam bahaya sekarang"
jawabnya. aku sedikit lega karena ia tak mengalami hal yg sama dengan yang kami alami. "itu kan
sekarang. bagaimana dengan nanti?" tanya laras lagi.

"pulanglah sekarang. cepat!." sentak mas bimo.

"maksudmu, kami akan meninggalkan fauzy begitu saja? tidak akan. kami harus pulang
bersama." sahutnya dengan cepat.
"tinggalkan fauzy untuk malam ini saja."

"tapi kenapa?"

"dia perlu diberitahu suatu hal yang amay penting"

"terserah. pokoknya, kami akan memberitahunya bahwa kami tadi diserang oleh sesosok
makhluk aneh"

"kalau kalian berketas, terpaksa aku melakukan ini." tiba tiba, ia mecabut pedangnya dari
sarung, lalu mengarahkannya ke depan wajah kami.

"apa!? sejak kapan kau punya pedang?" tanya laras.

"dengar. masalah ini sangat penting. lebih penting dari nyawa kami. jadi, jangan mengganggu"
aku masih memandangi pedangnya yang tajam.

"oke. sekarang, kami tidak punya pilihan. berjanjilah untuk melindunginya!" sentak laras.

"aku berjanji. sekarang, pulanglah ke rumah kalian." kami terdiam. mas bimo pasti
menyembunyikan suatu hal yang besar.

"oke. lagipula, sku ingin tidur secepatnya, dan saat aku bangun aku akan menganggap semua
ini hanya mimpi."

"berharaplah ini bukanlah mimpi." nada suaranya terdengar kalau ia bersungguh sungguh, tapi
laras sudah tak mengindahkan perkataan mas bimo. ia segera keluar dari tenda, tapi tampak sedikit
ragu. "ayo riz." aku bangkit dari tenda dan mengikuti laras pulang.

"oh ya, jangan tidur terlalu nyenyak, akan ada yang datang ke rumah kalian" ucapnya
kemudian.

"oke!!" kataku asal jawab, sambil mengangkat jempol dan tersenyum. aku sudah muak dengan
semua perkataannya."oh ya, aku titip jagung sama beberapa camilan di tenda, silahkan dimakan
nanti!" kata laras sedikit berteriak karena kami sudah mulai jauh dari tenda.

*******

Anda mungkin juga menyukai