Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Praktik Klinik Keperawatan Dasar yang diampu
oleh: Rosalina, S.Kp., M.Kes.

Disusun oleh :

Luluk Arvida Khusnaya 011191068

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
2021
A. Konsep anatomi dan fisiologi
Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan
relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa
rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa
hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan
memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
sertaasosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan adalah ujung saraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya terdapat pada stimulus kuat yang secara potensial
merusak.
1) Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas akibat trauma
karena benturan atau gerakan.
2) Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang berlebihan.
3) Kimia (khemo sensitif) : Rangsangan zat kimia berupa bradikinin, serotinin,
ion kalium, asam, prostaglandin, asetilkolon, dan enzim proteolitik.
Mekanisme Penghantaran Impuls Nyeri
1. Serabut delta A (menusuk dan tajam) : Pada kulit dan otot bermielin halus,
garis tengah 2-5 mm, kecepatan 6-30 m/detik.
2. Serabut delta C (panas & terbakar) : Dalam otot, tidak bermielin, garis
tengah 0,4-1,2 mm, kecepatan 0,5-2,0 m/detik.
B. Definisi
Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan keadaan
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan
yang dapat meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah
terpenuhi), dan transenden. Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic
yang mencakup empat aspek yaitu:
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
2. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
seorang
4. yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
5. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
6. manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah
lainnya.
7. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat telah
8. memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015). Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat
dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
2. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
3. dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
4. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
5. dengan situasi sosialnya.
C. Jenis/ pola pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa
nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan
merasakan sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik
sampai dengan kurang dari enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya
sensasi nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.
c. Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang tidak
nyaman pada bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada seluruh
bagian perut yang bisa saja menimbulkan muntah atau tidak.
D. Faktor risiko dan factor yang mempengaruhi
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan menjadi 5 faktor yaitu : Faktor
Fisiologis, Faktor Sosial, Faktor Spiritual, Faktor Psikologis, Faktor Budaya.
Sebagai berikut :
a. Faktor Fisiologis
Usia, usia dapat mempengaruhi nyeri terutama pada bayi dan dewasa
akhir. Perbedaan dan perkembangan anaklah yang mempengaruhi bagaimana
anak anak dan dewasa akhir berespon terhadap nyeri.
Kelemahan, kelemahan meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan
menurunkan kemampuan untuk mengatasi masalah. Apabila kelemahan terjadi
disepanjang waktu istirahat, persepsi terhadap nyeri akan lebih besar. Nyeri
terkadang jarang dialami setelah tidur/istirahat cukup dari pada di akhir hari
yang panjang. Gen, informasi genetic yang diturunkan dari orang tua
memngkinkan adanya peningkatan atau penurunan sensitifitas seseorang
terhadap nyeri. Pembentukan sel sel genetic kemungkinan dapat menentukan
ambang nyeri seseorang atau toleransi terhadap nyeri
b. Faktor neurologis
faktor ini dapat mempengaruhi pengalaman nyeri. Faktor yang
mengganggu dan mempengaruhi penerimaan atau persepsi nyeri yang normal
(contoh : cedera medulla spinalis, neuropatik perifer, atau penyakit penyakit
saraf) dapat mempengaruhi kesadaran dan respon klien terhadap nyeri.
c. Faktor Sosial
Perhatian, konsep ini merupakan salah satu konsep yang diaplikasikan
perawatan perawatan dalam berbagai intervensi penanganan nyeri seperti
relaksasi, imajinasi terpimpin (guided imagery), dan masase. Dengan
memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien terhadap stimulus lain,
kesadaran mereka akan adanya nyeri menjadi menurun. Pengalaman
sebelumnya, frekuensi terjadinya nyeri dimasa lampau yang cukup sering
tanpa adanya penanganan atau penderitaan akan adanya nyeri yang lebih berat
dapat menyebabkan kecemasan atau bahkan ketakutan yang timbul secara
berulang. Keluarga dan dukungan sosial, dengan nyeri orang terkadang
bergantung kepada anggota keluarga untuk dukungan, bantuan, atau
perlindungan. Meski nyeri, tetapi kehadiran keluarga ataupun teman terkadang
dapat membuat pengalaman nyeri yang menyebabkan stress sedikit berkurang.
Kehadiran orang tua baik bagi anak yang mengalami nyeri.
d. Faktor Spiritual
Spiritual menjangkau antara agama dan mencakup pencarian secara
aktif terhadap makna situasi dimana seseorang menemukan dirinya sendiri.
Aspek aspek spiritual lain yang perlu diperhatikan mencakup kehilangan rasa
kemandirian dan menjadi beban bagi keluarga. Komponen pengkajian spiritual
seperti FIC (keyakinan dan kepercayaan, kepentingan, komunitas, dan focus
tindakan perawatan).
e. Faktor Psikologis
Kecemasan, kecemasan terkadang meningkatakan persepsi nyeri, tetapi
nyeri juga menyebabkan perasaan cemas, sangat sulit memisahkan dua
perasaan tersebut. Penyakit yang kritis atau klien yang mengalami cedera yang
terkadang merasa kurang bisa mengontrol situasi lingkungan sekitar dan
perawatannya. Kecemasan ini memicu adanya masalah managemen nyeri yang
serius. Pendekatan farmakologis maupun non farmakologis terhadap
managemen nyeri adalah tepat, bagaimanapun obat untuk mengatasi rasa
cemas bukan merupakan pengganti analgesic. Teknik Koping, mempengaruhi
kemampuan untuk mengatasi masalah nyeri. Seseorang yang memiliki control
terhadap situasi internal merasa bahwa mereka dapat mengontrol kejadian
kejadian dan akibat yang terjadi didalam hidup mereka seperti nyeri. Perawat
bertanggung jawab terhadap akibat suatu kejadian konsep ini diaplikasikan
dalam penggunaan analgesic yang dikontrol klien.
f. Faktor Budaya
Suku Bangsa, nilai dan kepercayaan terhadap buaya mempengauhi
bagaimana seseorang individu mengatasi rasa sakitnya. Pemahaman akan
makna nyeri dapat membantu perawat untuk membuat rencana perawatan
berdasarkan latar belakang budaya orang yang mengalami nyeri. Beberapa
budaya percaya bahwa menunjukan rasa nyeri itu suatu hal yang wajar,
sementara yang lain cenderung untuk lebih introvert.
E. Masalah yang muncul
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman (mual) dapat dibagi menjadi 2
(dua) yaitu sebagai berikut (PPNI, 2016):
1. Gejala dan tanda mayor:
a) Data subjektif :
 Mengeluh tidak nyaman
 Mengeluh mual
 Mengeluh ingin muntah
 Tidak berminat makan
b) Data objektif :
(tidak tersedia)
2. Gejala dan tanda minor
a) Data subjektif :
 Merasa asam di mulut
 Sensasi panas/dingin
 Sering menelan
b) Data objektif:
 Saliva meningkat
 Pucat
 Diaphoresis
 Takikardi
 Pupil dilatasi
F. Pemeriksaan penunjang
USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan diabdomen.Rontgen untuk
mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.Pemeriksaan LAB sebagai
data penunjang pemeriksaan lainnya.CT Scan (cidera kepala) untuk mengetahui
adanya pembuluh darah yang pecah diotak.
G. Penatalaksanaan medis
Tindakan Peredaan Nyeri NonfarmakologisBimbingan Antisipasi
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri
menghilangkan nyeri dan menambah efek tindakan untuk menghilangkan nyeri
yang lain. Bimbingan antisispasi memberikan penjelasan yang jujur kentang
pengalaman nyeri. Distraksi sistem aktivasi refikular menghambat stimulasi yang
mengaktifkan jika seseorang menerima masukkan sensori yang cukup ataupun
berlebihan. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan
endorfin.
Distraksi mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain dan demikian
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan federansi terhadap
nyeri. Ostraksi bekerja mmeberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang
singkat untuk mengetasi nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit,
misalnya selama pelaksanaan prosedur invasif atau saat menunggu kerja analgesik.
a. Biofeedback
Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respons fisiologi (mis, tekanan darah atau
ketegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respons tersebut.
Terapi ini digunakan untuk menghasilkan relaksasi dalam dan sangat efektif
untuk mengatasi ketegangan otot dan nyeri kepala migren.
b. Hipnosis-Diri
Dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti
positif. Hipnosis-diri menggunakan sigesti diri dan kesan tentang perasaan
yang rileks dengan menggunakan berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi
yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka. Mengurangi persepsi nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang
atau mencegah stimulus nyeri, dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang
menyakitkan.
c. Stimulasi kutaneus
Stimulasi kulit yang dilakukam untuk menghilangkan nyeri. Massase,
mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es, dan stimulasi saraf
elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah sederhana dalam
upaya menurunkan persepsi nyeri.Tindakan peredaan nyeri farmakologis
d. Pemberian analgesik
Analgesik narkotik atau oplat Analgesik non nakotik dan obat
antiinflamasi nnstroid (NSAID)Obat tambahan (adjuvan) atau koanalgesik
Analgesik dikontrol-paien (ADP)Analgesik EpidurasiTerapi yang efektif untuk
menangani nyeri pasca operasi akut.
H. Konsep map asuhan keperawatan

Nursing
Nursing Diagnosis
Diagnosis :
: Gangguan Rasa Nyaman Nursing Diagnosis : Ketidaknyamanan Pasca
(D.0074) Kelahiran (D.0075)
1. Gejala Penyakit 1. Trauma perineum selama persalinan dan kelahiran
2. Kurang pengendalian situasi/lingkungan 2. Involusi uterus, proses pengembalian ukuran
3. Ketidakadekuatan sumber daya rahim ke ukuran semula
4. Kurangnya privasi 3. Pembengkakan payudarah dimana alveoli mulai
5. Gangguan stimulus lingkungan terisi asi
6. Efek samping terapi 4. Kekurangan dukungan dari keluarga dan tenaga
7. Gangguan adaptasi kehamilan kesehatan
5. Ketidaktepatan posisi duduk
6. Faktor budaya

Manajemen Nyeri (I. 08238)


Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri Terapi Relaksasi (I.09326)
3. Identifikasi respon nyeri non verbal Observasi
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
memperingan nyeri ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan yang mengganggu kemampuan konognitif
tentang nyeri 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon digunakan
nyeri 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan dan
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas penggunaan teknik sebelumnya
hidup 4. Periksa kesediaan otot, frekuensi nadi, tekanan
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer darah, dan suhu sebelum dan sesudah nlatihan
yang sudah diberikan 5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik
Terapeutik 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
mengurangi rasa nyeri memungkinkan
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
nyeri prosedur teknik relaksasi
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Gunakan pakaian longgar
4. Pertimbangakan jenis dan sumber nyeri 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lembat
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri. dan berirama
Edukasi 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri sesuai
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Edukasi
4. Anjurkan menggunakan analgenetik secara 1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
tepat relaksasi yang tersedia
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk 2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
mengurangi rasa nyeri dipilih
Kolaborasi 3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
1. Kolaborasi pemberian analgenetik, jika perlu 4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik
yang di pilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi.
Nursing Diagnosis : Nausea (D.0076) Nursing Diagnosis : Nyeri Akut (D.0077)
1. Gangguan biokimiawi 1. Agen pencedera fisiologis
2. Gangguan pada esofagus 2. Agen pencedera kimiawi
3. Distensi lambung 3. Agen pencedera fisik
4. Iritasi lambung
5. Gangguan pankreas
6. Peregangan kapsul limpa
7. Tumor terlokalisasi
8. Peningkatan tekanan intraabdominal Pemberian Analgesik (I.08243)
9. Peningkatan tekanan intrakranial Observasi
10.Peningkatan tekanan intraorbital 1. Identifikasi karakteristik nyeri
11.Mabuk perjalanan 2. Identifikasi riwayat alergi obat
12.Kehamilan 3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengan
13.Aroma tidak sedap tingkat keparahan nyeri
14.Rasa makanan/minuman yang tidak enak 4. Monitor tanda-tanda vitak sebelum dan
15.Stimulus penglihatan tidak menyenangkan sesudah pemberian analgesik
16.Faktor psikologis 5. Monitor efektitas analgesik
17.Efek agen farmakologis Terapeutik
18.Efek toksin 1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgenesia optimal, jika perlu
2. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
Manajemen Mual (I.03117) 3. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
Observasi mengoptimalkan respons pasien
1. Identifikasi pengalaman mual 4. Dokumentasikan respons terhadap efek
2. Identifikasi isyarat nonverbal analgesik dan efek yang tidak di inginkan
ketidaknyamanan Edukasi
3. Identifikasi dampak mual terhadap kualitas 1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
hidup Kolaborasi
4. Identifikasi faktor penyebab mual 1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
5. Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual analgesik, sesuai indikasi.
6. Monitor mual
7. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
1. Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual
2. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab
mual
3. Anjurkan makanan dalam jumlah kecil dan
menarik
4. Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak
berbau dan tidak berwarna, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
3. Anjurkan maknan tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
untuk mengatasi mual
Kaloborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetik
Primary Healthy Problem : Gangguan
rasa aman dan nyaman

Priority Assesments : Gelisah, tidak


nyaman, mual, muntah, nyeri, dan
depresi

Nursing Diagnosis : Nyeri Kronis (D.0078) Nursing Diagnosis : Nyeri Melahirkan


1. Kondisi muskuloskeletal kronis (D.0079)
2. Kerusakan sistem syaraf
3. Penekanan saraf 1. Dilatasi serviks
4. Infiltrasi tumor 2. Pengeluaran janin
5. Ketidakseimbangan neurotransmiter,
neuromodulator , dan reseptor
6. Gangguan imunitas
7. Gangguan fungsi metabolik Pengaturan Posisi (I.01019)
8. Riwayat posisi kerja statis Observasi
9. Peningkatan indeks massa tubuh 1. Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah
10.Kondisi pasca trauma posisi klien
11.Tekanan emosional 2. Monitor alat traksi agar selalu tepat
12.Riwayat penganiayaan Terapeutik
1. Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat
13.Riwayat penyalahgunaan obat/zat
2. Tempatkan pada posisi terapeutik
3. Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
4. Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
5. Sediakan matras kokoh/padat
6. Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
Perawatan Kenyamanan (D.08245) 7. Atur posisi untuk mengurangi sesak
Observasi 8. Atur posisi yang meningkatkan drainage
1. Identifikasi gejala yang tidak 9. Posisikan pada kesjajaran tubuh yang tepat
menyenangkan 10. Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cidera
2. Identifikasi pemahaman tentang kondisi, 11. Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat
situasi dan perasaannya 12. Tinggikan anggota gerak 20o/lebih di atas level jantung
3. Identifikasi masalah emosional dan 13. Tinggikan tempat toidur bagian kepala
spiritual 14. Berikan bantal yang tepat pada leher
15. Berikan topangan pada area edema
Terapeutik
16. Posisikan untuk mempermudah ventilasi/perfusi
1. Berikan posisi yang nyaman 17. Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif
2. Berikan kompres dingin atau hangat 18. Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman 19. Hindari menempatkan pada posisi yang dapat
4. Berikan pemijatan meningkatkan nyeri
5. Berikan terapi akupresur 20. Hindari menempatkan stump amputasi pada posisi fleksi
6. Berikan terapi hipnosis 21. Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
7. Dukung keluarga dan pengasuh terlibat 22. Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi
dalam terapi/pengobatan 23. Ubah posisi setiap 2 jam
8. Diskusikan mengenai situasi dan pilihan 24. Ubah posisi teknik log roll
terapi/pengobatan yang di inginkan 25. Pertahankan posisi dan integritas traksi
26. Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan posisi
Edukasi
Evaluasi
1. Jelaskan mengenai kondisi dan ;ilihan 1. Informasikan saat akan dilakukan peubahan posisi
terapi/pengobatan 2. Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika
2. Ajarkan terapi relaksasi tubuh yang baik selama melakukan perubahan posisi
3. Ajarkan latihan pernapasan Kolaborasi
4. Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi 1. Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah
terbimbing posisi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai