Paper ini di tulis untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia
Disusun Oleh :
NIM : 202105002
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat
komunikasimempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran
berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan.
Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang
disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa
konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Pada kondisi
tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan
bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara
lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur
kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam
komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak
baik Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada
pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa
seperti ini memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi,
campur kode, alih kode maupun bahasa gaul. Dewasa ini pemakaian bahasa
Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser
digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa
gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa
Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik
dan tidak benar. Seiring perkembangan zaman khususnya di Negara Indonesia
semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa
Indonesia dalam
penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas
menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai
identitas bangsa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil beberapa rumusan
masalah. Diantaranya:
1. Apakah kita perlu melestarikan bahasa Indonesia?
2. Mengapa kita harus melestarikan bahasa Indonesia?
3. Bagaimana cara melestarikan bahasa Indonesia?
4. Bagaimana cara melestarikan bahasa Indonesia?
5. Siapa yang bertanggungjawab melestarikan bahasa Indonesia?
Semua manusia, dari mana pun dia berasal tentu mempunyai bahasa. Begitu mendasar
berbahasa ini bagi manusia, sama halnya seperti bernafas yang begitu mendasar dan perlu
dalam hidup manusia. Jika kita tidak mempunyai bahasa, maka kita akan kehilangan
kemanusiaan kita. Kita tidak lagi dapat berfungsi sebagai homo sapien (makhluk yang
berpengetahuan).
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi dua bidang. Pertama, bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri.
Bunyi itu merupakan getaran yang merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti atau
makna, yaitu isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi
terhadap hal yang kita dengar. Untuk selanjutnya, arus bunyi itu disebut dengan arus ujaran
(Ritonga, 1:2012).
Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia belum bisa dikatakan bahasa bila tidak
terkandung makna di dalamnya. Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak,
haruslah dilihat dari konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu. Setiap kelompok
masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara konvensional telah sepakat bahwa setiap
sruktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian,
terhimpunlah bermacam-macam susunan bunyi yang satu berbeda dengan yang lain, yang
masing-masing mengandung suatu maksud tertentu di dalam suatu masyarakat bahasa.
Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi, yang mengandung suatu makna tertentu, bersama-sama
membentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa.
Menurut Sapir dalam Alwasilah (1990:7), banyak sekali batasan bahasa, dan tidak ada satu
pun yang memuaskan. Batasan tersebut, yaitu (1) manusiawi (human), (2) dipelajari
(noninstinctive), (3) sistem, (4) arbitrer (voluntarily produced), (5) simbol.
Menurut Nababan (1991:1), bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas manusiawi yang
membedakannya dari mahkluk-makhluk yang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3) Keluarga(Orang Tua
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak, juga orang pertama bagi anak
yang memberikan pelajaran. Oleh karena itu, orang tua adalah pihak yang harus
mengajarkan pelestrian bahasa Indonesia yang baik terhadap anaknya bukan
hanya bahasa daerahnya, karena bahasa Indonesia sangat penting dalam
kehidupan kelak dan itu dapat menjadi kebiasaan untuk anaknya hingga mereka
di kemudian hari dapat melestarikan negaranya tersebut
4) Remaja.
Remaja adalah faktor penting dalam pelestarian bahasa Indonesia, karena
remajalah yang paling banyak kegiatan yang mewajibkan mereka untuk
berbahasa yang benar, contoh seperti pergaulan antar teman, adik kelas, orang
yang lebih tua, dan sebagainya.Mereka seharusnya bisa berbahasa Indonesia
dengan benar karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu.
2.2. Metode pelestarian bahasa indonesia
1. Meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia.
Meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia di segala sektor
kehidupan.Dengan semboyan maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa,
kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga
negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap
pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan
bertambah besar dan bertambah mendalam
2. Meningkatkan kebanggaan terhadap bahasa indonesia
Apabila kebanggaan berbahasa Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam
di sanubari setiap bangsa Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan
pemakainya karena adanya kekacauan dalam pengungkapan pikiran. Akibatnya
bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau sudah demikian,
bangsa Indonesia “akan ditelan” oleh bangsa lain yang selalu melaksanakan tugas
dan pekerjaannya dengan menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin
tinggi. Sudah barang tentu, hal seperti harus dapat dihindarkan pada era
globalisasi ini.
3. Melestarikan tata cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar
Jika kita tidak melestarikan tata cara berbicara bahasa Indonesia yang baik dan
benar, maka bangsa kita ini akan terjajah oleh bangsa asing, karena apa yang
dibicarakan dalam kehidupan sehari-haripun kita sudah tidak memakai bahasa
Indonesia. Semua itu sama saja kita sudah terjajah oleh bahasa asing. Dampak
lain yang tadi dikatakan bahasa Indonesia sudah tidak akan diapakai lagi mungkin
akan hilang, dan bisa-bisa dampaknya akan berpengaruh kepada kebudayaan
bangsa kita.
4. Melestarikan Bahasa Indonesia dengan UKBI
Suatu saat akan ada persyaratan khusus yang akan dilampirkan oleh pelamar kerja
selain tes TOEFL. Lampiran tersebut adalah kemampuan seseorang tentang
penggunaan bahasa Indonesia atau lebih dikenal dengan Uji Kemampuan Bahasa
Indonesia (UKBI).
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bangsa Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga
menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa
Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna
dan lengkap kepada orang lain. Mereka semestinya bangga memiliki bahasa yang
demikian itu. Namun, berbagai kenyataan yang terjadi, tidaklah demikian
(walaupun bahasa indonesia memiliki banyak kelebian). Rasa bangga berbahasa
Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia. Rasa menghargai
bahasa asing masih terus menampak pada sebagian besar bangsa Indonesia.
Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya daripada bahasa
Indonesia. Bahkan, mereka seolah tidak mau tahu perkembangan bahasa
Indonesia.Untuk itu kita harus melestarikan bahasa, kita bahasa indonesia sejak
dini mungkin.Pelestarian tersebut perlu adanya peran dan partisipasi semua
lapisan masyarakat. Selain itu diperlukan juga metode jitu untuk memperkuatnya.
3.2. Saran
Sebagai karya manusia yang tidak pernah luput dari kekurangan,makalah ini tetap
memerlukan kritik dan masukan dari pembaca,khususnya guru.Kami sangat
menantikan hal ini untuk mencapai penyempurnaan tulisan ini di kemudian hari.
DAFTAR PUSAKA