Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL

MODUL I
“REAKSI ALERGI KARENA TERAPI INJEKSI”

KELOMPOK 3 (TIGA) :

Pembimbing : Ibu Indriani, S.Farm.,M.Sc.,Apt

Shafanisa Aulia (19777017)


Hana Nabilah (19777019)
Stefania Anggi Sasmita (19777021)
Muh. Asyadul Islam (19777025)
Afiliani As’ad (19777027)
Siti Magfira Fahmi Dako (19777029)
Rafita Aldatami (19777031)
Jihan Oktafiani (19777033)
Sri Rahayu Oktaviana ST (19777034)
Siti Fatimah (19777051)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT PALU
TAHUN 2020
A. SKENARIO
Skenario 2
“REAKSI ALERGI KARENA TERAPI INJEKSI”

Dokter Sendana adalah dokter di Puskesmas Kecamatan Batang Bambu. Pada


sore hari, dokter Sendana menerima pasien, Ny.Rosalia (28 tahun).Ny. Rosalia ini
menderita pharyngitis (radang tenggorok) dan menurut suaminya, kebiasaan dulu jika
belum disuntik maka ia belum merasa sembuh.Jadi, pada zaman dahulu banyak orang
yang dalam sakit apapun, diminta untuk disuntik baik dalam kondisi sakit ringan
maupun berat. Pada saat itu, dr. Sendana menyuntik /menginjeksi pasiennya (Ny.
Rosalia) dengan Streptomycin.
Streptomycin adalah obat yang termasuk kelompok aminoglycoside.
Streptomycin ini bekerja dengan cara mematikan bakteri sensitif, dengan menghentikan
produksi protein esensial yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Streptomycin
berguna untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri
tertentu.
Ternyata, beberapa menit kemudian, Ny. Rosalia mual dan kemudian muntah.
Dokter Sendana sadar bahwa pasiennya itu alergi terhadap penisilin.Oleh karena itu, ia
segera menginjeksi Ny. Rosalia dengan cortisone yang merupakan obat anti-alergi.
Namun, tidak tampak perubahan dari pasien dan malah memperburuk kondisi Ny.
Rosalia. Dalam keadaan yang gawat, dr. Sendana meminumkan kopi kepada Ny.
Rosalia. Tapi, tetap juga tidak ada perubahan positif.Karena itu, dokter kembali
memberi suntikan delladryl (juga obat anti-alergi).Ny. Rosalia semakin lemas, dan
tekanan darahnya semakin rendah.
Dalam keadaan gawat tersebut, dr. Sendana segera mengirim pasiennya ke RSU
Pohon Bambu yang berjarak sekitar 5 km dari desa tersebut untuk mendapatkan
perawatan. Keadaan transportasi di Kecamatan Batang Bambu belum baik, sehingga
menyebabkan tidak mudah untuk mendapatkan kendaraan yang bisa mengantarkan ke
rumah sakit dengan cepat. Setelah lima belas menit sampai di RSU Pohon Bambu,
pasien tidak tertolong lagi dan(Ny. Rosalia meninggal dunia). Pada saat itu, dr. Sendana
telah melakukan pendekatan dengan keluarga pasien yang awalnya sudah bisa
menerima takdir kejadian tersebut namun beberapa hari kemudian suami pasien
kemudian melaporkan kejadian itu kepada polisi.

B. KALIMAT KUNCI
1) Seorang wanita 28 tahun
2) Menderita radang tenggorokan
3) Kebiasaan belum merasa sembuh jika belum disuntik
4) Dokter menginjeksi pasien dengan streptomycin
5) Alergi terhadap obat penisilin
6) Setelah diberikan obat anti alergi Ny. Rosalia lemas dan tekanan darahnya semakin
rendah
7) Dokter merujuk pasien ke RSU yang berjarak 5 km untuk mendapatkan perawatan
8) Setelah 15 menit sampai di RSU pasien tidak dapat tertolong lagi
9) Dokter melakukan pendekatan ke keluarga pasien dan keluarga pasien dapat
menerima
10) Beberapa hari kemudian suami dari pasien melaporkan kejadian tersebut ke polisi

C. LEARNING OBJECT
1. Mengetahui dilema etik dan cara menanggapi kasus ini
2. Mengetahui dilema etik sentral pada kasus ini, dimana pada satu pihak anda sebagai
dokter dan di lain pihak anda sebagai keluarga pasien
3. Mengetahui KDB dan etika klinik Jonsen Siegler berkaitan dengan kasus
4. Mengetahui isu hukum dan HAM serta prespektif agama
5. Mengetahui akibat dari keterbatasan fasilitas yang masih kurang di pelosok-pelosok
6. Mengetahui pentingnya memberikan infomed consent kepada pasien sebelum
melakukan tindakan pengobatan

D. JAWABAN
1. DILEMA ETIK PADA KASUS

o Dokter menuruti permintaan pihak suami agar diberikan suntik kepada pasien,
karena itu merupakan budaya mereka baik dalam kondisi sakit ringan maupun
berat, sehingga dokter segera memberikan injeksi

o Dokter dilema mengenai pemberian obat anti alergi yang tidak kunjung
menunjukan adanya perubahan terhadap kondisi pasien
o Dokter tidak memberikan pengobatan lain selain berupa injeksi karena itu
merupakan permintaan pihak keluarga, sampai di akhir pengobatan pun tetap
berupa injeksi/suntikan
o Ketika dr.sendana mengirim pasiennya ke RSU Pohon Bambu yang berjarak
sekitar 5 km dari desa tersebutKeadaan transportasi di Kecamatan Batang Bambu
belum baik, sehingga menyebabkan tidak mudah untuk mendapatkan kendaraan
yang bisa mengantarkan ke rumah sakit dengan cepat.Akhirnya setelah 15 menit
pasien sudah tidak tertolong lagi.

2. DILEMA ETIK SENTRAL PADA KASUS


 Sebagai Dokter :
Saya sebagai dokter, tentu pertama tama harus lebih banyak belajar lagi sehingga
dapat memikirkan dengan matang terkait tindakan yang akan saya beri kepada
pasien, juga kita sebagai dokter haruslah dapat mengedukasi dan memberi inform
concent kepada pasien sejelas jelas mungkin agar terhindar dari hal yang tidak
diinginkan
 Sebagai Keluarga Pasien :
Tidak terpengaruh dengan budaya jaman dulu dan mempercayai segala tindakan
yang dokter lakukan adalah yang terbaik yang bisa dilakukan jadi hal yg tidak
perlu dilakukan untuk Ny.Rosalia (disuntik) itu tetap suami Ny.Rosalia
mengintruksikan kepada dokter agar disuntik. Padahal penyakit tersebut belum
ada anjuran untuk di suntik.

3. ANALISIS DILEMA ETIK


A) BERDASARKAN KAIDAH DASAR BIOETIK
Beneficence

TIDAK KETERANGAN
KRITERIA ADA
ADA
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong  Pada skenario tidak ditunjukan
tanpa pamrih, rela berkorban untuk secara rinci mengenai
kepentingan orang lain alturisme
2) Menjamin nilai pokok harkat dan  Pada skenario terlihat dokter
martabat manusia. sendana yang menghargai
keputusan dari suami pasien
3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu  Pada skenario ini tidak
tak hanya sejauh Menguntungkan dokter. dijelaskan mengenai ini
4) Mengusahakan agar kebaikan  Pada skenario dokter sudah
/manfaatnya lebih banyak dibandingkan berusaha memulihkan kondisi
dengan keburukannya. pasien dengan cara
menginjeksi obat anti alergi
5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih  Pada skenario dokter
sayang berusaha melakukan segala
cara untuk memulihkan
kondisi pasien
6) Manjamin kehidupan- baik- minimal  Pada skenario dokter tidak
manusia menjaminkan kesembuhan
pada pasien
7) Pembatasan goal-based.  Pada skenario ini tidak
ditunjukkan
8) Maksimalisasi pemuasan  Pada skenario dokter sudah
kebahagiaan/preferensi pasien. memaksimalkan segala usaha
9) Minimalisasi akibat buruk.  Pada skenario dokter
menginjeksi dengan obat anti
alergi malah memperburuk
kondisi dari pasien
10) Kewajiban menolong pasien gawat –  Pada skenario dokter sudah
darurat berusaha mengambil tindakan
11) Menghargai hak-hak pasien secara  Pada skenario dokter sudah
keseluruhan. memenuhi keinginan dari
pasien dengan menginjeksi
12) Tidak menarik honorarium diluar  Pada skenario tidak dijelaskan
kepantasan. mengenai ini
13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara  Pada skenario dokter sudah
keseluruhan. berusaha sebaik mungkin
untuk memperbaiki kondisi
dari pesien
14) Mengembangkan profesi secarterus-  Pada skenario tidak
menerus. membahas mengenai ini
15) Memberikan obat berkhasiat namun  Pada skenario tidak
murah membahas mengenai ini
16) Menerapkan Golden Rule Principle.  Pada skenario tidak
membahas mengenai ini
Non maleficence

Kriteria Ada Tida Alasan


k ada
1) Menolong pasien emergensi.  Ketika pasien sudah dalam
keadaan gawat, dokter segera
mengirm ke RSU Pohon
Bambu
2) Kondisi untuk menggambarkan criteria  Dalam keadaan gawat, dokter
ini adalah : pasien dalam keadaan amat tidak melakukan tindakan
berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu kedokteran apapun untuk
yang penting (gawat), dokter sanggup meminimalisir
mencegah bahaya atau kehilangan tersebut,
tindakan kedokteran teresebut terbukti
efektif, manfaat bagi pasien > kerugian
dokter atau hanya mengalami risiko
minimal.
3) Mengobati pasien yang luka.  Karena pasien tersebut tidak
luka

4) Tidak membunuh pasien (tidak  Karena sebelumnya dokter


melakukan euthanasia). berusaha menolong pasien
tersebut walaupun akhirnya
meninggal dunia

5) Tidak menghina/mencaci  Pada skenario tidak ditunjukkan


maki/memanfaatkan pasien.

6) Tidak memandang pasien hanya sebagai  Karena dokter langsung


objek. memberikan tindakan medis
kepada pasien tanpa bertanya
terlebih dahulu persetujuan
pasien, padahal tidak dalam
keadaan emergensi.
7) Mengobati secara tidak proporsional.  Dokter tidak menyarankan
alternative lain dalam
pengobatan untuk
menyelamatkan pasien
8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.  Justru dokter malah
memperburuk keadaan karena
menyuntikkan streptomycin
dan ternyata pasien memiliki
alergi
9) Menghindari misrepresentasi dari pasien.  Pada skenario tidak ditunjukkan

10) Tidak membahayakan kehidupan pasien  Karena kelalaian dokter yang


karena kelalaian. tidak melakukan informed
consent terlebih dahulu,
sehingga membahayakan
pasien
11) Tidak memberikan semangat hidup.  Dokter tidak ada memberi
semangat hidup terhadap pasien

12) Tidak melindungi pasien dari serangan.  Pada skenario tidak ditunjukkan
13) Tidak melakukan white collar crime  Pada skenario tidak ditunjukkan
dalam bidang kesehatan/kerumah sakitan
yang merugikan pihak pasien dan
Keluarganya.

Autonomy

TIDAK KETERANGAN
KRITERIA ADA
ADA
1) Menghargai hak menentukan nasib  Pada skenario terlihat suami
sendiri,menghargai martabat pasien pasien yang menentukan
sendiri pengobatannya
2) Tidak mengintervensi pasien dalam  Pada skenario dokter hanya
membuat keputusan (pada kondisi elektif) melakukan pengobatan sesuai
dengan kemauaan pasien
3) Berterus terang  Pada skenario dokter dalam
mengambil keputusan tidak
dengan cara tersembunyi atau
diam- diam
4) Menghargai privasi  Pada skenario tidak tunjukkan
5) Menjaga rahasia pasien  Pada skenario tidak tunjukkan
6) Menghargai rasionalitas pasien  Pada skenario tidak tunjukkan
7) Melaksanakan informed consent.  Pada skenario dokter tidak
melakukan infomed consent
8) Membiarkan pasien dewasa dan  Pada skenario dokter
kompeten mengambil keputusan sendiri. membiarkan suami pasien
mengambil keputusan
sendirinya
9) Tidak mengintervensi atau menghalangi  Pada skenario dokter tidak
autonomi pasien. menghalangi hak autonomi
pasien saat pengambilan
keputusan
10) Mencegah pihak lain mengintervensi  Pada skenario dokter tidak
pasien dalam membuat keputusan , mencegah suami pasien dalam
termasuk keluarga pasien sendiri. pengambilan keputusan
mengenai proses pengobatan
11) Sabar menunggu keputusan yang akan  Pada skenario tidak
diambil pasien pada kasus non emergensi. ditunjukkan
12) Tidak berbohong ke pasien meskipun  Pada skenario tidak
demi kebaikan pasien. ditunjukkan
13) Menjaga hubungan (kontrak)  Pada skenario tidak
ditunjukkan

Justice

Tidak ada kriteria yang memenuhi

B) Berdasarkan pertanyaan klinik Jonsen siegler

MEDICAL INDICATION

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Apakah masalah medis pasien ? Pasien menderita penyakit Pharyngitis


Riwayat ? Diagnosis ? Prognosis ? dan memiliki riwayat alergi terhadap
penisilin

2 Apakah masalah tersebut akut ? Dapat disembuhkan


kronik ? kritis ? gawat darurat ?
masih dapat disembuhkan ?

3 Apakah tujuan akhir Untuk menyembuhkan penyakit


pengobatannya ? Faringitis

4 Berapa besar kemungkinan Tidak dijelaskan


keberhasilnanya ?

5 Adakah rencana lain bila terapi Dalam scenario, dokter tidak


gagal ? memberikan alternative lain

6 Sebagai tambahan, bagaimana Kerugian dapat dihindari jika


pasien ini diuntungkan dengan sebelumnya dokter melakukan
perawatan medis, dan bagaimana informed consent
kerugian dari pengobatan dapat
dihindari ?

QUALITY OF LIFE
NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Bagaimana prospek, dengan atau Melihat dari scenario, dengan atau


tanpa pengobatan untuk kembali ke tanpa pengobatan, sama saja, dapat
kehidupan normal ? memperparah keadaan pasien
tersebut karena kesalahan tindakan
yang dilakukan oleh dokter

2 Apakah gangguan fisik, mental, Bila pengobatan berhasil, maka


dan social yang pasien alami bila akan mempengaruhi fisik yaitu
pengobatannya berhasil? adanya alergi pasien yang
sebelumnya tidak diketahui oleh
dokter

3 Apakah ada prasangka yang Ada, karena sebelumnya pihak


mungkin menimbulkan kecurigaan keluarga sudah menerima takdir
terhadap evaluasi pemberi namun beberapa hari kemudian
pelayanan terhadap kualitas hidup suami pasien melaporkan kejadian
pasien ? tersebut

4 Bagaimana kondisi pasien Pasien tidak tertolong lagi


sekarang atau masa depan, apakah (meninggal dunia)
kehidupan pasien selanjutnya dapat
dinilai seperti yang diharapkan?

5 Apakah ada rencana alasan Tidak ada


rasional untuk pengobatan
selanjutnya ?

6 Apakah ada rencana untuk Tidak ada


kenyamanan dan perawatan paliatif
?

PATIENT PREFERENCES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah pasien secara mental Sebelumnya pihak dokter tidak


mampu dan kompeten secara menanyakan hal tersebut kepada
legal ? apakah ada keadaan yang pasien (informed consent)
menimbulkan ketidakmampuan ?
2 Bila berkompeten, apa yang pasien Dokter tidak menanyakan lebih lanjut
katakan mengenai pilihan kepada pasien dan langsung
pengobatannya ? mengambil tindakan

3 Apakah pasien telah Dalam scenario, dokter tidak


diinformasikan mengenai melakukan informed consent kepada
keuntungan dan risikonya, pasien
mengerti atau tidak terhadap
informasi yang diberikan dan
memberikan persetujuan ?

4 Bila tidak berkompeten, siapa yang Tidak ada


pantas menggantikannya ? apakah
orang yangberkompoten tersebut
menggunakan standar yang sesuai
dalam pengambilan keputusan ?

5 Apakah pasien tersebut telah Tidak, karena ketika diberikan injeksi


menunjukkan sesuatu yang lebih Streptomycin, tubuh pasien
disukainya? menunjukkan reaksi yang negatif
yaitu mual dan muntah karena adanya
alergi

6 Apakah pasien tidak Tidak, karena pengobatan yang


berkeinginan / tidak mampu untuk diberikan berupa injeksi, yang justru
bekerja sama dengan pengobatan mendapat respon negatif
yang diberikan ? kalau iya,
kenapa?

7 Sebagai tambahan, apakah hak Ya ada, karena dokter langsung


pasien untuk memilih untuk menangani pasien tersebut tanpa
dihormati tanpa memandang etnis memandang etnis dan agama
dan agama ?

CONTEXTUAL FEATURES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS


1 Apakah ada masalah keluarga Tidak ada
yang mungkin mempengaruhi
pengambilan keputusan
pengobatan ?

2 Apakah ada masalah sumber Tidak ada, karena dokter tidak


data (klinisi dan perawat) yang menjelaskan secara klinis penyakit
mungkin mempengaruhi pasien tersebut
pengambilan keputusan
pengobatan ?

3 Apakah ada masalah factor Tidak ada


keuangan dan ekonomi ?

4 Apakah ada factor relegius dan Ada, budaya mereka adalah banyak
budaya ? orang yang dalam sakit apapun
harus di suntik baik dalam kondisi
sakit ringan maupun berat

5 Apakah ada batasan Tidak ada


kepercayaan ?

6 Apakah ada masalah alokasi Ada, karena kurangnya sumber


sumber daya ? daya puskesmas sehingga harus di
rujuk ke RSU Pohon Bambu,
namun karena minimnya kendaraan
pula, semakin memperburuk
keadaan sehingga pasien tersebut
meninggal

7 Bagaimana hukum Segala tindakan medis yang


mempengaruhi pengambilan dilakukan oleh seorang dokter tidak
keputusan pengobatan ? berlandaskan kaidah dasar bioetik

8 Apakah penelitian klinik atau Tidak ada


pembelajaran terlibat ?

9 Apakah ada konflik kepentingan Tidak ada


didalam bagian pengambilan
keputusan didalam suatu
institusi ?
4. Mengetahui Isu Hukum Dan Ham Serta Prespektif Agama
 Dalam HAM
Dalam Deklarasi Universal HAM (1948)
Pasal 25 (1), Standar Hidup yang Layak dan Jaminan Perlindungan
Kesehatan:
Setiap orang berhak atas hidup yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan diri
dan keluarganya, termasuk atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan
kesehatan, sertapelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada
saat pengangguran, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia
lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang
berada diluar kekuasaannnya.
- Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia artikel 25:
Setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang memadai untuk kesehatan dan
kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan,
sandang, papan dan pelayanan kesehatan. pelayanan sosial yang diperlukan, serta
hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh
pasangannya, lanjut usia, atau keadaan-keadaan lain yang mengakibatkan
merosotnya taraf kehidupan yang terjadi di luar kekuasaannya.
- Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak,
baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati
perlindungan sosial yang sama.
- Perlindungan terhadap hak-hak ibu dan anak juga mendapat perhatian terutama
dalam Konvensi Hak Anak. Instrumen internasional lain tentang hak atas
kesehatan juga terdapat pada Pasal 12 dan 14 Konvensi Internasional tentang
Penghapusan semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan ayat 1
Deklarasi Universal tentang Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan Gizi.
- Pasal 34 ayat 3 (Tentang pelayanan kesehatan)
“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak”.
- Pasal 28 B ayat 2 (Tentang kelangsungan hidup)
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”
- Pasal 28 ayat 1
“Setiap orang atau warga negara berhak untuk hidup, tidak mendapatkan
penyiksaan, bebas dalam pikiran dan hati nurani, berhak beragama, tidak
diperbudak, diakui di hadapan hukum yang berlaku sebagai seorang pribadi,
dituntut atas dasar hukum yang berlaku, dansemua hak tersebut tidak dapat
dikurangi ataupun dihilangkan dalam keadaan apapun oleh orang lain maupun
orang atau warga negara itu sendiri”.
- Pasal 4 UU No. 23 Tahun 1992
”Setiap orang mempunyai hak yang, sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal”.
- Pasal 25 Universal Declaration Human Right
1. Setiap orang berhak atas taraf hidup yang menjamin kesehatan dan
kesejahteraan untuk dirinya dan keluarganya, termasuk pangan, pakaian,
perumahan dan perawatan kesehatannya serta pelayanan sosial yang
diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, menjadi janda, mencapai usia lanjut atau mengalami kekurangan
mata pencarian yang lain karena keadaan yang berada di luar kekuasaannya.
2. Para ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa.
Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus
mendapat perlindungan sosial yang sama.
- UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 4 (Tentang pelayanan kesehatan)
“Setiap orang berhak atas kesehatan”.

 Perspektif Hukum
- Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas
diatur dalam pasal 51 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana
seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan
- Pasal 51 UU No.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter
wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan
- Kode Etik Kedokteran Indonesia Pasal 1
- Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed
consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU No.23/1992
tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis
- Analisa kasus Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Medik
Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa “Persetujuan tindakan medik kedokteran
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien
- Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 pasal 4 ayat (1) dijelaskan bahwa
“Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa pasien dan/atau
mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan kedokteran”

- Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran


berisi tentang ketentuan Tujuan Pendidikan Kedokteran, yaitu Pendidikan
Kedokteran bertujuan untuk: menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi yang
berbudi luhur, bermartabat, bermutu, berkompeten, berbudaya menolong,
beretika, berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi pada keselamatan pasien,
bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial
tinggi;

 Prespektif Agama
- Dokter dalam berpraktek menjunjung tinggi nilai altruism atau yang dikenal
tanpa pamri dan mencari solusi terbaik dengan tujuan utama untuk
pengobatan, pencegahan, penyembuhan, dan perawatan penyakit terhadap
pasien tersebut, sama halnya dalam al-qur’an yang kita diperintahkan untuk
saling tolong menolong

- Seorang tenaga kesehatan yang mana akan menjadi ladang pahala apabila
menerapkan nilai-nilai islam didalamnya, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
‫الناس‬
ِ ِ ِ‫أَ ْنفَ ُعهُ ْم ل‬
‫لناس خَ ْي ُر‬
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR.
Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di
dalam Shahihul Jami’ no : 3289).
- Dalam Surah An-Nur ayat 22 telah dijelaskan :
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di
antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada
kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah
pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
- Surah Al-Maidah Ayat 2
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa”
- Surah Al-Maidah ayat 32
“Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”
- Dokter juga manusia biasa yang terkadang lalai dalam tugas, tapi bukan berarti
hal itu menjadi penghalang untuk tetap bekerja dengan sungguh-sungguh
Sebab
”Sesungguhnya Allah Mencintai jika salah seorang di antara kalian
mengerjakan pekerjaan kemudian dia membaguskan pekerjaannya.” (Hadis
hasan lighairihi, Ash-shahihah:1113)
”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.” (QS
al-Baqarah: 286)
- Dokter dalam berpraktek menjunjung tinggi nilai altruisme atau yang dikenal
tanpa pamri dan mencari solusi terbaik dengan tujuan utama untuk
pengobatan, pencegahan, penyembuhan, dan perawatan penyakit terhadap
pasien tersebut, sama halnya dalam Alkitab kita diperintahkan untuk saling
tolong menolong.

- Mazmur 41:2 “Berbahagialah orang yang memperhatikan orang lemah! TUHAN


akan meluputkan dia pada waktu celaka”

- Roma 15:1 “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat
dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri”

- Dokter juga manusia biasa yang terkadang lalai dalam tugas, tapi bukan berarti
hal itu menjadi penghalang untuk tetap bekerja dengan sungguh-sungguh

5. KETERBATASANNYA FASILITAS KESEHATAN DI DAERAH PELOSOK


Alasan yang melatar belakangi dorongan itu adalah tidak memadainya
sumber-sumber daya pemerintah untuk menyediakan pelayanan kesehatan
universal. Selain itu, struktur tipikal di sektor pemerintah atau publik di negara-
negara berkembang tidak selalu kondusif untuk memperluas akses,
meningkatkan kualitas pelayanan, maupun memastikan efisiensi penggunaan
dana. Upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan publik umumnya gagal karena
terbentur oleh keterbatasan kapasitas pemerintah, campur tangan politik, sumber
daya yang tidak memadai, kekakuan pemanfaatan tenaga kerja. oleh
CONTRACTING OUT PELAYANAN KESEHATAN:SEBUAH ALTERNATIF
SOLUSI KETERBATASANKAPASITAS SEKTOR PUBLIK, Bhisma Murti
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, Jawa Tengah

Pasal 34 ayat 3 (Tentang pelayanan kesehatan)

“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan


fasilitas pelayanan umum yang layak”.

Dalam Deklarasi Universal HAM (1948)

Pasal 25 (1), Standar Hidup yang Layak dan Jaminan Perlindungan Kesehatan:

Setiap orang berhak atas hidup yang memadai untuk kesehatan, kesejahteraan diri dan
keluarganya, termasuk atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan,
sertapelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
pengangguran, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau
keadaan lainnya yang mengakibatkannya kekurangan nafkah, yang berada diluar
kekuasaannnya

Sesuai dengan undang – undang yang mengatur penjaminan pelayanan


kesehatan, hal ini sangat jauh bertolak belakang dengan undang – undang karena
sepeti yang kita lihat masih banyaknya desa – desa yang ada di pelosok sangat
keterbatasan dengan fasilitas kesehatan terutamanya di desa – desa perbatasan.

6. PENTINGNYA MEMBERIKAN INFOMED CONSENT KEPADA PASIEN


SEBELUM MELAKUKAN TINDAKAN PENGOBATAN
Pada umumnya bahwa Informed Consent merupakan suatu proses komunikasi
antara dokter-pasien untuk menentukan upaya pelayanan medik yang dipandang
terbaik bermutu. Berdasarkan PERMENKES tersebut pada prinsipnya persetujuan
tindakan medik merupakan suatu keharusan yang wajib diperhatikan oleh dokter.
Keharusan persetujuan tersebut diatur dalam Pasal 13 yang menentukan bahwa
dokter yang melakukan tindakan medik tanpa persetujuan dari pasien atau
keluarganya dikenakan sangsi administratif berupa pencabutan ijin praktek.
Persetujuan tindakan medik tidak diperlukan dalam hal pasien tidak sadar atau
pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik pasien dalam
keadaan gawat ataau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk
kepentingan pasien (Pasal 11). Dengan pertimbangan jika pasien dalam keadaan
sadar ia akan memberikan persetujuan juga.Berdasarkan tujuan yang diberikan oleh
pasien untuk dilakukan tindakan medik tersebut maka pada gilirannya pasien akan
memperoleh pelayanan kesehatan atau tindakan medik oleh dokter. Demikian juga
dalam UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Dokter pada Pasal 45 menyatakan
bahwa setiap tindakan kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter
gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan (ayat 1). Persetujuan tersebut
diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap (ayat 2) yang sekurang
– kurangnya mencakup (ayat 3) :

a.Diagnosis dan tata cara tindakan medis;


b.Tujuan tindakan medis;
c.Alternatif tindakan lain dan resikinya;
d.Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

Dokter memberikan penjelasan / informasi dan berdasarkan informasi tersebut


maka pasien atau keluarga pasien memberikan persetujuannya. Dengan persetujuan
yang diberikan pasien tentu saja dapat meningkatkan keper-cayaan pasien kepada
dokter. Pasien percaya bahwa dokter akan dengan sungguh-sungguh berupaya untuk
menyembuhkan penyakitnya. Dengan demikian, Informed Consent yang diperoleh
dengan cara yang baik akan memperlancar proses pemilihan dan penyembuhan
penyakit, membantu lancarnya tindakan medik dan akan meningkatkan mutu
pelayanan medik dan akan meningkatkan mutu peleyanan medik. Disamping itu,
tentu saja melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan / gugatan pasien jika terjadi
kegagalan dalam upaya penyembuhan. Karena dalam hal ini pasien sendiri berperan
serta untuk menentukan dalam dilaksanaakan upaya penyembuhan tersebut.
Informaasi penting yang disampaikan adalah informasi yang lengkap yaitu informasi
yaang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang akan dilakukan dengan segala
resiko. Sedangkan mengenai isi informasi yang dijelaskan diserahkan kepada dokter
yang bersangkutan. Menurut Leenen isi informasi yang dijelaskan menyangkut
penjelasan tentang :
a.Diagnosisi,
b.Terapi dengan kemungkinan alternatif terapi,
c.Tentang cara kerja dan pengalaman,
d.Resiko,
e.Kemungkinan perasaan sakit atau perasaan lain,
f.Keuntungan terapi,
g.Prognosa (Dalam Fred Ameln, 1992 : 45).
Berdasarkan informasi dokter tersebut pasien menyampaikan kehendaknya,
menyetujui atau menolak. Persetujuan (toestemming) diatas adalah pernyataan
kehendak (wilsverkklaring ) bahwa pasien menyetujuai atau mengijinkan untuk
dilakukan tindakan medik terhadapnya. Persetujuan (toestemming) tersebut
merupakan pernyataan kehendak pasien yang disampaikan kepada dokter bahwa ia
menerima penawaran (aanvaading), ac-captanc dokter tentang tindakan medik yang
akan dilakukan pada diri nya, yang tidak lain merupakan informasi juga. Jadi
informed consent itu sendiri bukan merupakan perjanjian (Sudikmo Mertokusumo,
1992 : 5). Menurut Gunawan, jika informed consent dilaksanakan dengan cara yang
baik maka akan :
a.)Meningkatkan kemandirian seseorang,
b.)Melindungi penderita,
c.)Menghindari penipuan dan pemerasan,
d.)Memacu sikap teliti pada dokter,
e.)Meningkatkan pengambilan keputusan yang rasional,
f.)Meningkatkan keikutsertaan masyarakat,

DAFTAR PUSTAKA

https://uswim.e-journal.id/sketsa/article/view/64/40 PENTINGNYA INFORMED


CONSENT SEBGAI UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM DALAM HUBUNGAN
ANTARA DOKTER DAN PASIEN Petrus Tekege Program Studi Administrasi Negara
Universitas Satya Wiyata Mandala ptekege@yahoo.com

Al-Qur’an dan Hadist

KODEKI 2012

MODUL AJAR ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/CDJ/article/view/9123

Menurut jurnal Jurnal Advokasi, 2016 - osf.io

Menurut jurnal univ andalas th 2018 dgn judul PEMBUKTIAN TERHADAP


DOKTER YANG MELAKUKAN KELALAIAN MEDIK (NEGLIGENCE) DALAM
MELAKSANAKAN PRAKTEK KEDOKTERAN BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.htm

https://guruppkn.com/undang-undang-yang-mengatur-tentang-ham

https://lbhyogyakarta.org/2012/08/09/setiap-orang-berhak-seha/

https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjQ68z24LfoAhW97HMB
HU60CN8QFjACegQIBRAB&url=http%3A%2F%2Freferensi.elsam.or.id%2Fwp-content%2Fuploads
%2F2014%2F12%2FKESEHATAN-SEBAGAI-HAK-ASASI-
MANUSIA.pdf&usg=AOvVaw0GO6B96YUBoSLljuPtnqQz

https://muslim.or.id/45313-semangat-belajar-dan-meneliti-ilmu-kedokteran.html

https://muslim.or.id/45313-semangat-belajar-dan-meneliti-ilmu-kedokteran.html

Anda mungkin juga menyukai