Anda di halaman 1dari 206

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA RSUP
DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

WAHYU RAMADHANI
Nim : 143110273

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG
PENYAKIT DALAM PRIA RSUP
DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli


Madya Keperawatan Program Studi Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang

WAHYU RAMADHANI
Nim : 143110273

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang

saya kutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Wahyu Ramadhani

NIM : 143110273

Tanda Tangan :

Tanggal : 14 Juni 2017

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wahyu Ramadhani


NIM : 143110273
Tempat / Tanggal Lahir : Padang / 31 Januari 1996
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Orang Tua : Ayah : Djamaan
Ibu : Yulinar
Alamat : Jl. Alai Pauh V No. 12 RT 02 RW 03 Kel.
Kapalo Koto Kec. Pauh Kota Padang

Riwayat Pendidikan

No Tingkat Tempat Pendidikan Tahun


Pendidikan Ajaran
1 TK TK Nurul Yaqin 2001-2002
2 SD SDN Inti 02 Cupak Tangah 2002 - 2008
3 SMP SMPN 14 Padang 2008 - 2011
4 SMA SMA N 9 Padang 2011 - 2014
5 Poltekkes Kemenkes Padang
PT 2014-2017
Prodi D III Keperawatan Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, 14 Juni 2017
Wahyu Ramadhani

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Chronic Kidney Desease (CKD) di Ruang


Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017

Isi : xii + 91 halaman, 1 bagan, 6 tabel, 10 lampiran

ABSTRAK
Penyakit CKD menjadi masalah besar didunia, CKD merupakan salah satu
penyakit yang memiliki prevalensi cukup tinggi dari tahun ke tahun disemua
Negara. Menurut International Society ofNephrology (ISN) & International
Federation of Kidney Foundation (IFKF) yaitu lembaga yang mendirikan
world kidney day, jumlah pasien penderita CKD pada tahun 2025 diperkirakan
akan terus meningkat di Asia Tenggara, Mediterania dan Timur Tengah serta
Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang (Oxtavia, Jumaini, & Lestari, 2013).
Dilaporkan penderita penyakit CKD di Ruang Penyakit Dalam pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang sebanyak 24 orang pada tanggal 01 sampai 26 januari. Tujuan
penelitian ini agar mampu mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan pada
pasien CKD di Ruang Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.
Desain penelitian adalah studi kasus dengan jenis penelitian deskriptif,
penelitian dilakukan di ruang di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang dengan waktu penelitian dari tanggal 18-30 Mei 2017. Populasi
didapatkan 6 orang dan 2 orang diambil untuk menjadi partisipan dengan teknik
purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi
wawancara, observasi, dan pengukuran. Instrumen yang digunakan format asuhan
keperawatan. Analisa data meliputi pengkajian keperawatan, diagnosis, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Hasil pengkajian didapatkan kedua partisipan sama – sama sesak nafas,
edema pada ekstremitas, BAK sedikit, dari hasil pemeriksaan labor kedua
partisipan mengalami peningkatan ureum kreatinin dan penurunan hemoglobin.
Hasil analisa data ditemukan sembilan diagnosis keperawatan yang sama terhadap
kedua partisipan dengan rencana keperawatan sesuai dengan NIC, sedangkan
evaluasi keperawatan sesuai dengan NOC dimana dua diagnosis teratasi dan tujuh
diagnosis teratasi sebagian.
Melalui perawat ruangan penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil padang
diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien CKD secara optimal dan
meningkatkan mutu dalam pelayanan di rumah sakit.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Chronic Kidney Desease (CKD)


Daftar Pustaka : 34 (2007- 2017)

Poltekkes Kemenkes Padang


KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD)
di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang Pada Tahun
2017”. Karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dari
berbagai pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. H. Sunardi, SKM. M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI Padang.
2. Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang .
3. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Padang.
4. Ibu Ns. Hj. Defia Roza, S.Kep,M.Biomed dan Ns. Elvia Metti, M.Kep,
Sp.Kep.Mat selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini;
5. Bapak Dr. Yusirwan Yusuf, Sp.B, Sp.BA (K), Mars selaku Direktur RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
6. Ibu Kepala Ruangan serta Perawat ruangan penyakit dalam pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan;moral dan
8. Teman dan sahabat yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.

vi
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenaan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Padang, 14 Juni 2017

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN......................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................


A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4
1. Tujuan Umum .............................................................................. 4
2. Tujuan Khusus.............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................


A. Konsep CKD ...................................................................................... 7
1. Pengertian CKD ........................................................................... 7
2. Klasifikasi CKD ........................................................................... 7
3. Etiologi ......................................................................................... 8
4. Patofisiologi ................................................................................. 9
5. WOC CKD ................................................................................... 12
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ............................ 13
7. Komplikasi ................................................................................... 14
8. Penatalaksanaan ........................................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien CKD ............................... 18
1. Pengkajian .................................................................................... 18
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan ........................................ 24
3. Rencanaan Keperawatan .............................................................. 25
4. Implementasi Keperawatan .......................................................... 35
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................


A. Desain Penelitian ................................................................................ 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 36
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 36
D. Jenis - jenis Data ................................................................................ 38
E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data............................................. 38
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39
G. Prosedur Pengumpulan data ............................................................... 40
H. Rencana Analisis ................................................................................ 40

viii
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS ..............................
A. Deskripsi Tempat ............................................................................... 41
B. Deskripsi Kasus .................................................................................. 41
C. Pembahasan Kasus ............................................................................. 68

BAB V PENUTUP ........................................................................................


A. Kesimpulan ........................................................................................ 89
B. Saran ................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC Chronic Kidney Disease .................................................... 12

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Untuk Pasien CKD .................................. 25

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan .............................................................. 42

Tabel 4.2 Diagnosis Keperawatan................................................................ 49

Tabel 4.3 Rencana Keperawatan .................................................................. 52

Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan .......................................................... 60

Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................... 65

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Informed Consent partisipan I dan II

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr. M Djamil Padang

Lampiran 5 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 6 : Daftar Hadir Penelitian

Lampiran 7 : Ganchart Kegiatan

Lampiran 8 : Jadwal Bimbingan Proposal

Lampiran 9 : Jadwal Bimbingan KTI

Lampiran 10 : Asuhan Keperawatan Partisipan I dan II

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan penyakit tidak menular saat ini mengalami perubahan


peningkatan di Indonesia yang dapat membahayakan jiwa penderitanya,
salah satunya adalah gagal ginjal. Gagal ginjal (kidney failure) adalah
kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan)
maupun kronis (menahun) (Syaifuddin, 2012). Penyakit ginjal dijuluki
sebagai silent disease karena sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda
peringatan, dan jika tidak terdeteksi akan memperburuk kondisi penderita
dari waktu ke waktu (Kementrian kesehatan RI/Kemenkes RI, 2016).

Ginjal merupakan bagian dari organ tubuh yang menjalankan fungsi utama
untuk mempertahankan homeostatik dengan mengatur volume cairan,
keseimbangan osmotik, asam basa, eksresi sisa metabolisme, sistem
pengaturan hormonal dan metabolisme (Syaifuddin, 2012). Pada saat
terjadi kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksisk uremik) didalam darah, disanalah seseorang dikatakan
mengalami Choronic Kidney Disease (CKD) (Muttaqin & Sari, 2011).

Penyakit CKD pada awalnya muncul tergantung pada penyakit yang


mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi
kurang lebih sama. Masriadi (2016) menjelaskan bahwa ada beberapa
penyakit yang memicu timbulnya penyakit CKDdiantaranya diabetes,
hipertensi dan batu ginjal. Diabetes dan hipertensi bertanggung jawab
terhadap proporsi End Stage Renal Disease (ESRD) yang paling besar,
terhitung secara berturut – turut sebesar 34% dan 21% dari total kasus.
Diabetes merupakan penyebab tunggal ESRD yang tersering dari semua
kasus (Price & Wilson, 2012).

Poltekkes Kemenkes Padang


2

Penyakit CKDmerupakan penyakit yang bersifat irreversible, artinya tidak


bisa menjadi normal kembali.Salah satu yang bisa dilakukan hanyalah
mempertahankan fungsi ginjal yang ada, seperti transplantasi ginjal dan
hemodialisa atau cuci darah, yang dapat mencegah kematian tetapi tidak
dapat menyembuhkan atau memulihkan fungsi ginjal secara keseluruhan
(Kemenkes RI, 2013). Menurut Sudoyo, dkk (2009), pasien CKD yang
membutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu CKD tahap akhir atau stadium
V dimana GFR kurang dari 15ml/menit.

CKD menjadi masalah besar didunia,CKD merupakan salah satu penyakit


yang memiliki prevalensi cukup tinggi dari tahun ke tahun disemua
Negara. Prevalensi CKD di dunia menurut World Health Organization
(WHO) pada tahun 2013 menyatakan pada tahun 2010-2012 mencapai
250.217 jiwa (Utoyo,Yuwono & Kusumawati, 2016). Menurut
International Society ofNephrology (ISN) & International Federation of
Kidney Foundation (IFKF) yaitu lembaga yang mendirikan world
kidney day, jumlah pasien penderita CKD pada tahun 2025 diperkirakan
akan terus meningkat di Asia Tenggara, Mediterania dan Timur Tengah
serta Afrika mencapai lebih dari 380 juta orang (Oxtavia, Jumaini, &
Lestari, 2013).

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun
2013, prevalensi angka kejadian CKD di Indonesia berdasarkan diagnosis
dokter terdapat 0,2% dari penduduk Indonesia. Prevalensi pada laki – laki
lebih tinggi yaitu 0,3% dari pada perempuan dengan prevalensi 0,2%.
Tahun 2010 di Indonesia, penyakit ginjal menduduki peringkat ke empat
dari sepuluh penyakit yang tidak menular, yang menjadi penyebab
kematian terbanyak dirumah sakit dengan prevalensi 10,7%. Sedangkan
prevalensi penyakit CKD di Sumatera Barat adalah 0,2% dari penduduk
yang mengalami CKD di Indonesia.

Poltekkes Kemenkes Padang


3

Data dari rekam medik RSUP Dr. M. Djamil Padang, angka kejadian
pasien CKDpada tahun 2014 berjumlah 494 orang. Tahun 2015 jumlah
pasien CKD 468 orang dan pada tahun 2016 terhitung dari bulan Januari
sampai dengan November berjumlah 122 orang. Jumlah pasien CKD dari
bulan November 2016 sampai dengan tanggal 26 januari 2017 di ruangan
penyakit dalam pria RSUP Dr M. Djamil Padang, yaitu 132 orang.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 02


Februari 2017 jumlah pasien yang mengalami CKD sebanyak 12 orang,
dari 52 total seluruh pasien yang dirawat di ruang penyakit dalam pria
RSUP Dr. M. Djamil padang. Menurut perawat, dari seluruh pasien yang
mengalami CKD memiliki riwayat penyakit dasar seperti DM dan
hipertensi. Perawat mengatakan telah melakukan pengkajian dan
menegakkan diagnosis keperawatan yaitu diagnosis utama kelebihan
volume cairan pada pasien CKD.

Hasil wawancara langsung dengan salah satu pasien CKD, pasien


mengatakan bahwa dia merasa sedih karena terjadinya perubahan rutinitas
dari yang sebelumnya. Pasien harus melakukan terapi hemodialisa dua kali
seminggu, sehingga tidak mampu lagi bekerja. Selain itu pasien
mengatakan keluhan yang sering muncul yaitu sesak nafas, dan edema
pada eksremitas. Hal tersebut juga dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Situngkir (2015), didapatkan diagnosis keperawatan pada
pasien CKD yang sering muncul adalah pola nafas tidak efektif, kelebihan
volume cairan, dan kecemasan

Edema merupakan manifestasi umum kelebihan volume cairan yang


membutuhkan perhatian khusus (Smeltzer & Bare, 2002). Istanti (2014)
menyebutkan bahwa kelebihan cairan selain dapat menyebabkan edema
dan hipertensi, kelebihan volume cairan juga dapat menyebabkan
hipertropi ventrikuler kiri dan juga berhubungan dengan lama hidup
pasien. Beberapa penelitian menunjukkan 60% - 80% pasien meninggal

Poltekkes Kemenkes Padang


4

akibat kelebihan masukan cairan dan makanan pada periode interdialitik.


Memonitor masukan cairan pada pasien merupakan tindakan utama yang
harus diperhatikan oleh perawat. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011),
tindakan menghitung intake dan output dilakukan untuk memantau dan
menilai keseimbangan cairan dalam tubuh.

Oleh karena itu agar tidak terjadi dampak yang tidak diinginkan, pasien
dengan kasus ini harus benar-benarmendapatkan asuhan keperawatan yang
optimal.Perawat sebagai salah satu profesi tenaga kesehatan berperan serta
dalam melakukan peran perawatan pada pasien dengan CKD. Salah
satunya yaitu memberikan asuhan keperawatan, yang di berikan secara
langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien baik secara
biologi, psikologi, sosial dan spiritual.

Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
dengan CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan peneliti, maka
didapat rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan CKD di Ruangan Penyakit DalamPria
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
CKD di Ruangan Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2017.

Poltekkes Kemenkes Padang


5

2. Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum tersebut didapatkan tujuan khusus dari
penelitian kasus ini adalah :
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan
kasus CKDdi Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.

b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosis keperawatan pada


pasien dengan kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

c. Mampu mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan pada


pasien dengan kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017.

d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien


dengan kasusCKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.

e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien


dengan kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017.

f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian pada pasien dengan


kasus CKD di Ruangan Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian.
1. Pegembangan Keilmuan
a. Peneliti
Dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada pasien CKD.

Poltekkes Kemenkes Padang


6

b. Institusi Poltekkes Kemenkes Padang


Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh
mahasiswa prodi DIII Keperawatan Padang untuk penelitian
selanjutnya.
2. Institusi Pelayanan
a. RSUP Dr. M. Djamil Padang
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukkan
bagi direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta petugas
pelayanan keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan
asuhan keperawatan pada pasien CKD.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Chronic Kidney Desease (CKD)


1. Pengertian
Menurut Smeltzer dan Bare (2015) CKD atau gagal ginjal kronis
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalamdarah).

Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI), CKD


merupakan kerusakan ginjal yang terjadi dengan penurunan GFR
(Glomerular Filtration rate) <60 mL/min/ 1.73 m2 selama lebih dari 3
bulan (Kasiske, Betram., 2014)

2. Klasifikasi CKD
Penyakit CKD selalu berkaitan dengan penurunan progresif GFRyang
tersisa (Muttaqin & Sari, 2011). Price dan Wilson (2012) menjelaskan
perjalanan klinis umum CKD progresif dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Pada stadium pertama kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat terdeteksi
dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut,
seperti tes pemekatan urine. Muttaqin dan Sari (2011) menjelaskan
penurunan cadangan ginjal yang terjadi apabila GFR turun 50%
dari normal.

b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)


Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (GFR besarnya
25% dari normal). Pada tahap ini BUN mulai meningkat diatas

Poltekkes Kemenkes Padang


8

normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar


normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Stadium ketiga disebut penyakit ginjal stadium akhir (ERSD) yang
dapat terjadi apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai GFR
10% dari keadaan normal, dan bersihan kreatinin mungkin sebesar
5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan
kadar BUN meningkat sangat menyolok sebagai respons terhadap
GFR yang mengalami sedikit penurunan.

KDOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari


tingkat penurunan GFR yaitu:
a. Stage1: Kidney damage with normalor increased GFR (>90
mL/min/1.73m2)
b. Stage2: Mild reduction in GFR (60-89 mL/min/1.73 m2)
c. Stage3: Moderate reduction in GFR (30-59 mL/min/1.73 m2)
d. Stage4: Severe reductionin GFR (15-29mL/min/1.73 m2)
e. Stage5: Kidney failure(GFR <15 mL/min/1.73 m2 or dialysis)

3. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya CKD.
Akan tetapi, apapun penyebabnya, respons yang terjadi adalah
penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal
sendiri maupun dari luar ginjal (Muttaqin & Sari, 2011).

Price dan Wilson (2012) mengkategorikan ada delapan kelas yang


menjadi penyebab tersering dari penyakit CKD yaitu :
a. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati.
b. Penyakit peradangan glomerulonefritis

Poltekkes Kemenkes Padang


9

Glomerulonefritis adalah penyebab gagal ginjal pada sepertiga


pasien yang membutuhkan dialisis atau transplantasi.
Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya
timbul pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut,
gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan eksresi air,
natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul edema dan
azotemia, peningkatan aldosterone menyebabkan retensi air dan
natrium. Untuk glomerulonefhritis kronik, ditandai dengan
kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan tampak ginjal
mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan bergranula. Ini
disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena
tubulus mengalami atropi, fibrosis intestisial dan penebalan
dinding arteri (Haryono, 2013).
c. Penyakit vaskuler hipertensif seperti nefrosklerosis benigna,
nefroklerosis maligna, dan stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik,
poliarterites nodosa, dan sklerosis sistemik progresif.
e. Penyakit kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik,
dan asidosis tubulus ginjal.
f. Gangguan metabolik yang dapat mengakibatkan CKD antara lain
diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
g. Netropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati
timah.
h. Nefropati obstruksi
Traktus urinarius bagian atas: batu, neoplasma, fibrosis
retroperitoneal. Traktus urinarius bagian bawah: hipertrofi prostat,
striktur uretra, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.

4. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit CKD pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang
terjadi kurang lebih sama. Penyakit CKD dimulai pada fase awal

Poltekkes Kemenkes Padang


10

gangguan, keseimbangan cairan, penanganan garam, serta penimbunan


zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada ginjal yang sakit
(Muttaqin & Sari, 2011).

Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu


infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada
akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan
penurunan GFR dan menyebabkan CKD, yang mana ginjal mengalami
gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi
(Nursalam,2007). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme
protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam
darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak masalah muncul pada CKD sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan
penurunan kliresn (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh
ginjal). Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berungsinya
gromeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum
akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) juga
meningkat (Smeltzer & Bare, 2015)

Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau


mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir.
Terjadi penahanan cairan dan natrium, sehingga beresiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Sindrom uremia juga bisa
menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu
menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat
tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan
megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat

Poltekkes Kemenkes Padang


11

dan asam organik yang terjadi, maka mual dan muntah tidak dapat
dihindarkan (Smeltzer & Bare, 2015).
Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi
produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk
hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan
oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan mengalami
keletihan,angina dan napas sesak.

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan


metabolisme. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi
yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan
sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium
serum menyebabkan sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid,
tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang
menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit
tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D yang secara normal dibuat
di ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal
(Smeltzer & Bare, 2015).

Poltekkes Kemenkes Padang


5. WOC CKD
Infeksi Obstruksi Traktus Gangguan Vaskuler Nefrotoksik Kelainan Gangguan Metabolik
Urinalis Imunologis Herediter
kerusakan
progresif Penimbunan Akumulasi kompleks Arteriosklerosis Iskemia ginjal Gangguan Mobilisasi lemak
struktur cairan di pelvis antigen, antibody Fungsi ginjal Penebalan membran
ginjal Ginjal ureter mengendap di Suplai darah Nekrosis dasar kapiler
Membran glomerulus ke ginal
sebagian Atrofi parenkim Penebalan membran Disfungsi endotel
besar jaringan ginjal yang progresif mikrovaskuler fungsi ginjal
Kematian Nefron
hilang Hidronefrosis Invasi jaringan Mikroagiopati
Fibrosa pada glomerulus
Kerusakan struktur Gangguan perfusi Nefropati
ginjal jumlah kapiler jaringan ginjal
penyaringan GFR

CKD

Hemodialisa Berulang, Penumpukan toksik Penimbunan asam dalam tubuh Produksi renin
Resiko Infeksi
Transplantasi ginjal Uremik
Ph Angiostensin I Cairan menumpuk
dalam jaringan
Ketidak Seimbangan Sekresi protein terganggu Sindroma Asidosis Metabolik Angiostensin II
cairan dan elektrolit uremia Resiko cidera Edema
Co2 Sekresi Aldosteron
Kelebihan
Sistem saraf Hematologi Muskuloskeletal Gastrointerstinal Kulit pCo2 Reab Na, air
Volume cairan
Respon Produksi Konsentrasi Vit.D ureum Ureum pada Pernafasan TD
Asidosis Eritropoitein pada saluran cerna jaringan kulit Kussmaul
metabolik Ca+ Curah Jantung
Produksi sel darah Stomatitis, Pruritus, Kulit kering
COP Merah Kram Otot Ulkus lambung dan pecah Ketidak efektifan
pola nafas Penurunan Curah
O2 ke otak Anemia Mual, muntah, Jantung
Nyeri Resiko Kerusakan
Anoreksia Integritas Kulit
Kesadaran HbO2
Gangguan perfusi Ketidak
O2 ke sel
Gangguan jaringan perifer Seimbangan Nutrisi
Perfusi Jaringan Metabolisme sel
Serebral
Energi Gambar 2.1
Sumber : Muttaqin & arif (2011); Smeltzer & Bare (2015)
Intoleransi
Aktivitas
Poltekkes Kemenkes Padang
13

6. Respon tubuh terhadap perubahan fisiologis


Smeltzer & Bare (2015) menjelaskan bahwa setiap sistem tubuh
dipengaruhi oleh kondisi uremia pada pasien CKD, maka pasien akan
memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan
gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi
lain yang mendasari pada usia pasien diantaranya yaitu:
a. Kardiovakuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
3) Edema periorbital
4) Friction rub pericardial
5) Pembesaran vena leher
b. Integumen
1) Warna kulit abu-abu mengkilat
2) Kulit kering, besisik
3) Pruritus
4) Ekimosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar

Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia


pada insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit pasien
menjadi putih – putih seakan berlilin dan kekuning – kuningan.
Jika kadar BUN sangat tinggi, maka pada bagian kulit yang banyak
keringat akan timbul kristal – kristal urea yang halus dan berwarna
putih. Memar pada kulit terjadi karena peningkatan fragilitas
kapiler.

c. Pulmoner
1) Ronkhi basah kasar (krekels)
2) Sputum kental dan lengket
3) Napas dangkal
4) Pernapasan kussmaul
d. Gastrointerstinal

Poltekkes Kemenkes Padang


14

1) Napas berbau amonia


2) Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3) Anoreksia, mual dan muntah
4) Konstipasi dan diare
5) Perdarahan pada saluran cerna
e. Neurologi
1) Kelemahan dan keletihan
2) Konfusi
3) Disorientasi
4) Kejang
5) Kelemahan pada tungkai
6) Rasa panas pada telapak kaki
7) Perubahan perilaku
f. Muskuloskeletal
1) Kram otot
2) Kekuatan otot hilang
3) Fraktur tulang
4) Foot drop
g. Reproduktif
1) Amenore
2) Atrofil testiskuler

7. Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare
(2015) yaitu :
a. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diet berlebihan.
b. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi
sistem rennin-angiostensin-aldosteron

Poltekkes Kemenkes Padang


15

d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia


sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh
toksin dan kehilangan darah selama hemodialisis.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D
abnormal dan peningkatan kadar alumunium.

8. Penatalaksanaan
Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi
merupaka tujuan dari penatalaksanaan pasien CKD (Muttaqin& Sari,
2011). Menurut Suharyanto dan Madjid (2009) pengobatan pasien
CKD dapat dilakukan dengan tindakan konservatif dan dialisis atau
transplatansi ginjal.
a. Tindakan konservatif
Tindakan konservatif merupakan tindakan yang bertujuan untuk
meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan.
Intervensi diet perlu pada gangguan fungsi renal dan mencakup
pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, masukan
cairan untuk mengganti cairan yang hilang, masukan natrium
untuk mengganti natrium yang hilang dan pembatasan kalium
(Smeltzer & Bare, 2015).
a) Pembatasan protein
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN,
tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta
mengurangi produksi ion hydrogen yang berasal dari
protein. Brunner dan Suddart (2016), menjelaskan protein
yang diperbolehkan harus mengandung nilai biologis yang
tinggi (produk susu, keju, telur, daging).
b) Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal
ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi. Diet yang

Poltekkes Kemenkes Padang


16

dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari. Penggunanaan makanan


dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat
menyebabkan hiperkalemia.
c) Diet rendah natrium
Diet natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g
Na). Asupan natrium yang terlalu longgar dapat
mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru,
hipertensi dan gagal jantung kongestif.
d) Pengaturan cairan
Cairan yang diminimum penderita gagal ginjal tahap lanjut
harus di awasi dengan seksama. Parameter yang terdapat
untuk diikuti selain data asupan dan pengeluaran cairan
yang dicatat dengan tepat adalah pengukuran Berat badan
harian.

Aturan yang dipakai untuk menentukan banyaknya asupan cairan


adalah:

Jumlah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml (IWL)

Misalnya : Jika jumlah urin yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam


adalah 400 ml, maka asupan cairan total dalam sehari adalah 400 +
500 ml = 900 ml.

2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi


a) Hipertensi
Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan
cairan. Pemberian obat antihipertensi seperti metildopa
(aldomet), propranolol, klonidin. Apabila penderita sedang
mengalami terapi hemodialisa, pemberian antihipertensi
dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi dan syok
yang diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler

Poltekkes Kemenkes Padang


17

melalui ultrafiltrasi. Pemberian diuretik seperti furosemid


(Lasix).
b) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius,
karena bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat
mengakibatkan aritmia dan juga henti jantung.
Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam sel,
atau dengan pemberian kalsium glukonat 10%.
c) Anemia
Anemia pada pasien CKD diakibatkan penurunan sekresi
eritropoeitin oleh ginjal. Pengobatannya adalah pemberian
hormon eritropoeitin selain dengan pemberian vitamin dan
asam folat, besi dan tranfusi darah.
d) Asidosis
Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO 3-plasma
dibawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis beratakan dikoreksi
dengan pemberian Na HCO3- (Natrium Bikarbonat)
parenteral. Koreksi pH darah yang berlebihan dapat
mempercepat timbulnya tetani, maka harus dimonitor
dengan seksama.
e) Diet rendah fosfat
Diet rendah fosfat dengan pemberian gel yang dapat
mengikat fosfat didalam usus. Gel yang dapat mengikat
fosfat harus dimakan bersama makanan.
f) Pengobatan hiperurisemia
Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia pada penyakit
ginjal lanjut adalah pemberian alopurinol. Obat ini
menggurangi kadar asam urat dengan menghambat
biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan tubuh.

Poltekkes Kemenkes Padang


18

b. Dialisis dan transplatansi


Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit CKD stadium 5,
yaitu pada GR kurang dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut
dapat berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Sudoyo, dkk, 2010).
Dialisis dapat digunakan untuk mempertahankan penderita dalam
keadaan klinis yang optimal sampai tersedia donor ginjal
(Suharyanto &Madjid ,2009)

Menurut Smeltzer (2016) Penatalaksanaan keperawatan pada


pasien CKD yaitu :

a. Mengkaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensi


ketidak seimbangan cairan pada pasien.
b. Menetap program diet untuk menjamin asupan nutrisi yang
memadai dan sesuai dengan batasan regimen terapi.
c. Mendukung perasan positif dengan mendorong pasien untuk
meningkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri.
d. Memberikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan
keluarga terkait penyakit CKD, termasuk pilihan pengobatan
dan kemungkinan komplikasi.
e. Memberi dukungan emosional.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Choronic Kidney Desease


(CKD)
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
1) Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register dan diagnosa medis.
2) Identitas Penangung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
hubungan.

Poltekkes Kemenkes Padang


19

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien
sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan gagal ginjal
kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai
dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual,
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (amonia), dan
gatal pada kulit (Muttaqin& Sari, 2011).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan
kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, rasa sakit kepala,
dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin & Sari, 2011).

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit
gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes
mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin & Sari,
2011).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayatpenyakitvaskuler hipertensif, penyakitmetabolik,riwayat
menderitapenyakitgagalginjalkronik.

f. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari


1) Pola Aktivitas / Istirahat

Poltekkes Kemenkes Padang


20

Biasanya pasien mengalami kelelahan ekstrim,kelemahan,


malaise, gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen),
penurunan rentang gerak (Haryono, 2013).

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Biasanya pasien mual, muntah, anoreksia, intake cairan
inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan
berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak
sedap pada mulut (pernafasan amonia) (Haryono,2013).

3) Pola Eliminasi
Biasanya pada pasien terjadi penurunan frekuensi urine,
oliguria, anuria (gagal tahap lanjut), abdomen kembung,
diare konstipasi, perubahan warna urin (Haryono 2013).

4) Persepsi diri dan konsep diri


Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,
menolak, ansietas, takut, marah, mudah, perubahan
kepribadian, kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak
mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.

5) Pola reproduksi dan seksual


Penurunan libido, amenorea, infertilitas(Haryono, 2013).

g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat
kesadaran menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat
mempengaruhi system saraf pusat. Pada hasil pemeriksaan
vital sign, sering didapatkan adanya perubahan pernafasan
yang meningkat, suhu tubuh meningkat serta terjadi perubahan

Poltekkes Kemenkes Padang


21

tekanan darah dari hipertensi ringan hingga menjadi berat


(Muttaqin & Sari,2011).

2) Pengukuran antropometri: Penurunan berat badan karena


kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena
kelebihan cairan.

3) Kepala
a) Mata : konjungtiva anemis, mata merah, berair,
penglihatan kabur, edema periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : biasanya ada pernapasan cuping hidung
d) Mulut : nafas berbau amonia, mual,muntah serta cegukan,
peradangan mukosa mulut.

4) Leher : terjadi pembesaran vena jugularis.


5) Dada dan toraks : penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan dangkal dan kusmaul serta krekels, pneumonitis,
edema pulmoner, friction rub pericardial.
6) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
7) Genital : atropi testikuler, amenore.
8) Ekstremitas : Capitally revil time > 3 detik, kuku rapuh dan
kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, edema, akral
dingin, kram otot dan nyeri otot, nyeri kaki, dan mengalami
keterbatasan gerak sendi.
9) Kulit : ekimosis, kulit kering, bersisik, warna kulit abu-abu,
mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritus), kuku tipis dan
rapuh, memar (purpura), edema.

Poltekkes Kemenkes Padang


22

h. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Menurut Muttaqin (2011) dan Rendi & Margareth (2012) hasil
pemeriksaan laboratoium pada pasien gagal ginjal kronik
adalah :
a) Urine, biasanya kurang dari 400ml / 24 jam (oliguria) atau
urine tidak ada (anuria). Warna secara abnormal urine keruh
mungkin disebabkan pus, bakteri, lemak fosfat, dan urat
sedimen kotor. Kecoklatan menunjukkan adanya darah.
Berat jenis urine kurang dari 0,015 (metap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat). Protein, derajat tinggi
proteinuria (3-4) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.
b) Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normoster
normokrom dan jumlah retikulosit yang rendah.
c) Ureum dan kreatinin meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan
bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid dan obstruksi
saluran kemih. Perbadingan ini berkurang ketika ureum
lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes
Klirens Kreatinin yang menurun.
d) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan.
Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis.
e) Hipoklasemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena
berkurangnya sintesis vitamin D3 pada pasien CKD.
f) Alkalin fosfat meninggi akibat gangguan metabolisme
tulang, terutama isoenzim fosfatase lindin tulang.
g) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.

Poltekkes Kemenkes Padang


23

h) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme


karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan perifer).
i) Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lemak,
disebabkan peninggian hormon insulin dan menurunnya
lipoprotein lipase.
j) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi
menunjukkan Ph yang menurun, HCO3 yang menurun,
PCO2 yang menurun, semua disebabkan retensi asam-asam
organik pada gagal ginjal.

2) Pemeriksaan Diagnostik lain


Pemeriksaan radiologis menurut Sudoyo,dkk (2009) dan
Muttaqin & Sari (2011) meliputi :
a) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan
memperburuk keadaan ginjal, bisa tampak batu radio –
opak, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa.
b) Intra Vena Pielografi (IVP) untuk menilai sistem
pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai
resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu,
misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam
urat. Pielografi intravena jarang dikerjakan karena kontras
sering tidak bisa melewati filter glomerulus, disamping
kekhawatiran terjadinya pengaruh toksik oleh kontras
terhadap ginjal yang sudah mengalami kerusakan.
c) Ultrasonografi (USG) untuk menilai besar dan bentuk
ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung
kemih dan prostat.

Poltekkes Kemenkes Padang


24

d) Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri,


lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, eksresi) serta
sisa fungsi ginjal.
e) Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kemungkinan:
hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda pericarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia).

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan NANDA internasional 2015-2017 yang
mungkin muncul pada pasein CKD yaitu :
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme regulasi
3. Penuruan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
4. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan koagulopati (uremia)
5. Risiko cidera berhubungan dengan profil darah yang abnormal
(uremia)
6. Risiko ketidakefektifan perusi jaringan ginjal berhubungan dengan
hipoksia
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan
8. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual dan muntah/anoreksia
9. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
kronis
10. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
11. Risiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasiv berulang
12. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
status cairan.

Poltekkes Kemenkes Padang


25

3. Rencana Keperawatan
Tabel 2.1
Rencanan Keperawatan

No Diagnosis NOC NIC


Keperawatan
1 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan asuhan Monitor pernafasan
nafas berhubungan keperawatan, diharapakan pola
1. Monitor pola nafas (
dengan hiperventilasi nafas pasien kembali efektif
bradipneu, takiepneu,
dengan status pernafasan pasien hiperventilasi, kusmaul)
kembali normal. 2. Palpasi kesimetrisan ekspansi
Defenisi : Inspirasi
paru
dan/ atau ekspirasi kriteria hasil: 3. Berikan terapi nafas jika
yang tidak memberi diperlukan.
1. Tidak ada deviasi frekuensi
ventilasi adekuat
Pernafasan
2. Irama pernfasan dalam Manajemen jalan nafas
Batasan rentang normal
Karakteristik: 3. Tidak ada penggunaan otot 1. Posisikan pasien untuk
a. Fase ekspirasi bantu nafas memaksimalkan ventilasi
memanjang 4. Tidak ada suara nafas 2. Ausklultasi suara nafas
b. Penggunaan otot tambahan 3. Monitor status pernafasan dan
bantu pernafasan 5. Saturasi oksigen dalam oksigenasi
c. Pernapasan rentang normal
cuping hidung 6. Tidak ada sianosis
d. Pola nafas 7. Tidak mengalami gangguan Manajemen asam basa:
abnormal kesadaran Asidosis Metabolik
(misalnya irama,
frekuensi, 1. Monitor pernafasan
kedalaman) Setelah dilakukan asuhan 2. Monitor ketidak seimbangan
keperawatan, diharapakan pola eletrolit yang berhubungan
nafas pasien kembali efektif dengan asidosis metabolik.
dengan tidak ada terjadinya 3. Monitor tanda dan gejala
keparahan asidosis akut. rendahnya HCO3 atau
kelebihan ion hydrogen
Kriteria Hasil : (pernafasan kussmaul,
kelemahan, diorientasi, sakit
1. Tidak ada Aritmia kepal, anoreksia)
2. Tidak ada peningkatan 4. Berikan cairan sesuai indikasi
frekuensi pernafasan 5. Monitor intake dan output
3. Tidak ada penurunan
kesadaran
4. Tidal ada nyeri kepala Terapi oksigen

1. Berikan oksigen sesuai


kebutuhan

Poltekkes Kemenkes Padang


26

2. Monitor aliran oksigen


3. Amati tanda-tanda
hipoventilasi

2 Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen Elektrolit/cairan


cairan berhubungan keperawatan diharapkan terjadi
1.
Pantau kadar serum elektrolit
dengan gangguan keseimbangan cairan dan
2.
Timbang berat badan harian
mekanisme regulasi elektrolit dalam tubuh. 3.
Batasi cairan yang sesuai
4.
Berikan resep diet yang tepat
Kriteria Hasil:
untuk cairan tertentu atau pada
Defenisi ketidak seimbangan elektrolit
1. Tekanan darahdalam
:Peningkatan retensi 5. Berikan antipiretik yang sesuai
batasnormal
cairan isotonik. 2. Keseimbangan intake dan Manajemen cairan
output
Batasankarakterisit 1. Monitor perubahan berat
3. Kestabilan beratbadan
badan pasien sebelum dan
k: 4. Tidak ada edemaperifer
sesudah dialisis.
5. Elektrolitserumdalam
2. Pasang kateter urin
batasnormal
3. Monitor hasil laboratorium
a. Bunyi nafas 6. Berat jenisurin tidak yang relevan dengan retensi
tambahan terganggu cairan (BUN, Hematokrit dan
b. Distensi vena osmolalitas urin)
jugularis 4. Monitor tanda-tanda vital
c. Edema perifer pasien.
d. Gangguan pola 5. Monitor indikasi kelebihan
nafas cairan (CVP, Edema, distensi
e. Gangguan tekanan vena leher, dan asites).
darah 6. Kaji lokasi dan luasnya
f. Ketidak edema, jika ada.
seimbangan 7. Berikan terapi IV seperti yang
elektrolit ditentukan
g. Oliguria 8. Monitor status gizi
h. Penambahan berat 9. Berikan diuretic yang
badan dalam waktu diresepkan
sangat singkat Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
2. Monitor asupan pengeluran
3. Periksa turgor kulit
4. Monitor berat badan
5. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan pernafasan
6. Berikan dialisis dan catat
respon pasien

Poltekkes Kemenkes Padang


27

3 Penuruan curah Setelah dilakukan tindakan Manajemen asam basa:


jantung berhubungan keperawatan, diharpakan pasien Asidosis Metabolik
dengan perubahan menunjukkan keefektifan pompa
kontraktilitas jantung. 1. Monitor pernafasan
2. Monitor ketidak seimbangan
Kriteria Hasil: eletrolit yang berhubungan
dengan asidosis metabolik.
Defenisi : Ketidak 1. Tekanan darah sistol dalam 3. Monitor tanda dan gejala
adekuatan darah yang rentang normal rendahnya HCO3 atau
2. Tekanan darah diastol dalam kelebihan ion hydrogen
dipompa oleh jantung
rentang normal (pernafasan kussmaul,
untuk memenuhi kelemahan, diorientasi, sakit
3. Tidak ada distensi vena leher
kebutan metabolik 4. Tidak ada disritmia kepal, anoreksia)
tubuh. 5. Tidak ada peningkatan berat 4. Berikan cairan sesuai indikasi
badan 5. Monitor intake dan output
6. Tidak ada kelelahan
7. Saturasi oksigen
Batasan Perawatan jantung
Karakteristik:
Setelah dilakukantindakan 1. Monitor status kardiovaskuler
Perubahan (lakukan EKG)
keperawatan, pasien
Frekuensi/Irama 2. Evaluasi adanya nyeri
menunjukkan Status sirkulasi
Jantung 3. Catat adanya disritmia jantung
yang baik.
4. Catat adanya tanda dan gejala
a. Aritmia penurunan cardiac output
Kriteria Hasil :
b. Brakikardia
5. Monitor status pernafasan
c. Takikardia 1. Capillary reffil dalam rentang
Perubahan Preload yang menandakan gagal
normal jantung
2. Tidak ada pitting edema
a. Penurunan 6. Monitor adanya perubahan
tekanan vena tekanan darah
sentral 7. Monitor toleransi aktivitas
b. Distensi vena
pasien
jugular
c. Edema 8. Monitor tanda-tanda vital
d. Keletihan 9. Kolaborasi pemberian obat
e. Peningkatan kortikosteroid: prednison,
CVP dexamethazon
f. Peningkatan
PAWP Monitor tanda – tanda vital
g. Peningkatan
berat badan
Perubahan Afterload

a. Oliguria
b. Perubahan
warna kulit
4 Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajemen Edema Serebral

Poltekkes Kemenkes Padang


28

ketidakefektifan keperawatan, diharapkan status 1. Monitar tanda-tanda vital


perfusi jaringan neurologi baik. 2. Monitor CVP, dan PAP
serebral berhubungan Kriteria Hasil : 3. Monitor status pernafasan :
frekuensi, irama kedalaman
dengan uremia 1. Kesadaran tidak terganggu
pernapasan, PaO2, PCO2, PH,
2. Tekanan intrakranial tidak
bikarbonat.
terganggu
4. Posisikan tinggi kepala tempat
Defenisi :Berisiko 3. Tidak terganggu pola istirahat
tidur 30 derajat atau lebih
mengalami dan tidur
5. Batasi cairan
penurunan sirkulasi 4. Pola pernafasan tidak
6. Berikan diuretik osmotik
terganggu
jaringan otak yang 7. Pertahankan suhu normal
5. Orientasi kognitif tidak
dapat mengganggu 8. Lakukan tindakan pencegahan
terganggu
kesehatan. terjadinya kejang.

Setelah dilakukan asuhan


Monitor Neurologi
keperawatan, diharapkan ketidak
efektifan perfusi jaringan serebral 1. Pantau ukuran pupil
teratasi. 2. Memonitor tingkat kesadaran
3. Memonitor tingkat orientasi
Kriteria Hasil : 4. Monitor tanda-tanda vital :
suhu, tekanan darah, denyut
1. Tekanan sistol dalam rentang nadi, dan respirasi.
normal
2. Tekanan diastole dalam
rentang normal
3. Tidak ada penurunan tingkat
kesadaran

5 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemi


perfusi jaringan
keperawatan, diharapkan perfusi
1. Monitor status hemodinamik,
perifer berhubungan jaringan perifer kembali efektif.
meliputi nadi, tekanan darah,
dengan berkurangnya MAP, CVP, PAP, CO.
suplai oksigen ke Kriteria hasil:
2. Monitor adanya tanda-tanda
jaringan. 1. Pengisian kapiler jari dalam dehidrasi (misalnya., turgor
kisaran normal kulit buruk, capillary refill
Defenisi: penurunan 2. Pengisian kapiler jari kaki terlambat, nadi lemah, sangat
sirkulasi darah ke dalam kisaran normal haus, membran mukosa kering,
perifer yang dapat 3. Suhu kulit ujung kaki dan dan penurunan urin output
mengganggu tangan dalam kisaran normal 3. Monitor adanya sumber-
kesehatan 4. Kekuatan denyut nadi karotis sumber kehilangan cairan
(kanan) dalam rentang normal (misalnya., perdarahan,
5. Kekuatan denyut nadi karotis muntah, diare, keringat yang
(kiri) dalam rentang normal berlebihan, dan takpnea)
Batasan 6. Kekuatan denyut nadi 4. Posisikan untuk perfusi perifer
karakteristik: brakialis (kanan) dalam
rentang normal

Poltekkes Kemenkes Padang


29

a. Edema 7. Kekuatan denyut nadi Monitor tanda-tanda vital


b. Nyeri eksremitas brakialis (kiri) dalam rentang
c. Penurunan nadi normal 1. Monitor tekanan darah, nadi,
perifer 8. Kekuatan denyut nadi suhu, dan status pernapasan
d. Perubahan fungsi radial(kanan) dalam rentang 2. Inisiasi dan pertahankan
motorik normal perangkat pemantauan suhu
e. Tidak ada nadi 9. Kekuatan denyut nadi radial tubuh secara terus-menerus
perifer (kiri) dalam rentang normal dengan tepat
f. Perubahan fungsi 10. Kekuatan denyut nadi 3. Monitor warna kulit, suhu dan
motoric femoralis (kanan) dalam kelembaban
g. Waktu pengisian rentang normal 4. Monitor sianosis sentral dan
kapiler >3 detik 11. Kekuatan denyut nadi perifer
femoralis (kiri) dalam rentang 5. Identifikasi kemungkinan
normal penyebab perubahan tanda
12. Tekanan darah sistolik dalam vital
rentang normal
13. Tekanan darah diastolik dalam
kisaran normal
14. Tidak ada muka pucat
15. Tidak ada kelemahan otot

6 Ketidak seimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan, diharapkan ketidak
1. Tentukan status gizi pasien
kebutuhan tubuh seimbangan nutrisi kurang dari
dan kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan kebutuhan tubuh teratasi dengan memenuhi kebutuhan gizi
anoreksia status nutrisi. 2. Identifikasi adanya alergi
makanan yang dimiliki pasien
Kriteria Hasil : 3. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam menentukan jumlah
Defenisi:Asupan 1. Asupan gizi dalam rentang
kalori dan jenis nutrisi yang
nutrisi tidak cukup normal
dibutuhkan.
untuk 2. Asupan makanan dalam
4. Pastikan diet mencakup
rengtang normal
memenuhikebutuha makanan tinggi kandungan
3. Rasio berat badan/tinggi
n metabolik serat untuk mencegah
badan dalam rentang normal.
konstipasi.
Setelah dilakukan tindakan
BatasanKarakteristi
keperawatan, diharapkan ketidak
k:
seimbangan nutrisi kurang dari Monitor nutrisi
a. Nyeri abdomen kebutuhan tubuh teratasi dengan
b. BB20% atau status nutrisi : asupan makanan & 1. Timbang berat badan pasien
lebihdibawah 2. Lakukan pengkuran
cairan
BBideal. antropometri
c. Kerapuhan kapiler Kriteria Hasil 3. Monitor kecenderungan turun
d. Diare dan naiknya berat badan
e. Kehilangan 1. Asupan makanan secara oral 4. Identifikasi perubahan berat
rambut berlebihan yang adekuat badan terakhir
5. Monitor turgor kulit dan

Poltekkes Kemenkes Padang


30

f. Bisingusushiperakti 2. Asupan cairan intravena yang mobilitas


f adekuat 6. Identifikasi adanya
g. Kurangmakanan 3. Asupan nutrisi parenteral abnormalitas rambut (kering,
h. Kuranginformasi yang adekuat tipis, kasar, dan mudah patah,
i. Kurangminatpada rontok)
Makanan 7. Monitor adanya mual muntah
j. Kesalahan 8. Monitor diet dan asupan kalori
informasi 9. Monitor wajah pucat,
k. Membran konjungtiva anemis
mukosapucat 10. Monitor hasil pemeriksaan
l. Tonusotot menurun laboratorium (Kolesterol,
serum albumin, transferrin,
Hb, Ht)
Monitor tanda-tanda vital

7 Intoleransi aktifitas b Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


erhubungan dengan k keperawatan, diharapkanpasien
etidak seimbangan menunjukkan toleransi terhadap 1. Anjurkan pasien
antara suplai dan aktifitas. mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
kebutuhan oksigen
Kritria Hasil: keterbatasan yang dialami

1. Frekuensi pernafasan ketika 2. Monitor intake/asupan nutrisi


Defenisi :
beraktivitas tidak tergannggu untuk mengetahui sumber
Ketidakcukupan 2. Tekanan darah sitolik ketika
energi psikologis atau energy yang adekuat
beraktivitas tidak terganggu
fisiologis untuk 3. Tekanan darah diastolik ketika 3. Monitor lokasi dan sumber
melanjutkan atau beraktivitas tidak terganggu ketidak nyamanan/nyeri yang
menyelesaikan dialami pasien selama
aktivitas kehidupan aktivitas
Setelah dilakukan asuhan
sehari-hari yang
keperawatan, diharapkanpasien
harus atau yang ingin 4. Bantu pasien identifikasi
menunjukkan.daya tahan terhadap
dilakukan. pilihan aktivitas-aktivitas
toleransi aktivitas.
yang akan dilakukan.
Batasan Kriteria Hasil:
5. Lakukan ROM aktif/pasif
Karakteristik:
1. Aktivitas fisik tidak terganggu untuk menghilangkan
a. Respon
tekanan darah 2. Serum elektrolit darah tidak ketegangan otot.
abnormal terganggu
3. Tidak ada letargi 6. Bantu pasien dalam aktivitas
terhadap
aktivitas 4. Tidak ada kelelahan sehari-hari yang terartut
b. Ketidaknyama sesuai kebutuhan (berpindah,
nan setelah bergerak, dan perawatan diri)
beraktivitas Setelah dilakukan asuhan
c. Dipsnea keperawatan, diharapkanpasien

Poltekkes Kemenkes Padang


31

setelah menunjukkan energi psikomotor.


beraktivitas
d. Menyatakan Kriteria Hasil: Terapi aktivitas
merasa letih
e. Menyatakan 1. Menunjukkan tingkat energi 1. Bantu pasien untuk
merasa lemah yang stabil mengidentifikasi aktivitas
2. Menunjukkan kemampuan yang diinginkan
untuk menyelesaikan tugas
sehari-hari 2. Berikan kesempatan
keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat

3. Bantu pasien untuk


meningkatkan motivasi diri
dan penguatan.

4. Ciptakan lingkungan yang


aman untuk dapat
melakukan pergerakan otot
secara berkala sesuai dengan
indikasi

Manajemen Nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri


secara komprehensif

2. Observasi adanya petunjuk


nonverbal mengenai ketidak
nyamanan.

3. Demonstrasikan tindakan
penurun nyeri
nonfarmakologi dengan
teknik nafas dalam

8 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


berhubungan dengan keperawatan diharapkan Tingkat
1. Lakukan pengkajian nyeri
gangguan Nyeri berkurang.
komprehensif yang meliputi
muskuloskeletal lokasi, karakteristik,
kronis Kriteria Hasil:
onset/durasi, frekuensi,
1. Tidak ada nyeri yang kualitas, intensitas atau
dilaporkan beratnya nyeri dan faktor

Poltekkes Kemenkes Padang


32

Defenisi: 2. Tidak ada ekspresi nyeri pencetus


Pengalaman sensorik wajah 2. Ajarkan prinsip-prinsip
dan emosional tidak 3. Tidak ada keringat berlebih manajemen nyeri
4. Tidak ada mengerinyit 3. Dorong pasien untuk
menyenangkan
5. Frekuensi nafas normal memonitor nyeri dan
dengan kerusakan 6. Tekanan darah normal menangani nyerinya dengan
jaringan aktual atau 7. Denyut nadi radial normal tepat
potensial, atau 4. Ajarkan teknik non-
digambarkan sebagai farmakologis (seperti:
suatu kerusakan; biofeedback, TENS, hypnosis,
awitan yang tiba-tiba relaksasi, bimbingan
antisipatif, terapi music, terapi
atau lambat dengan
bermain, terapi aktivitas,
intensitas dari ringan akupressur, aplikasi
hingga berat, terjadi panas/dingin dan pijatan,
konstan atau berulang sebelum, sesudah dan jika
tanpa akhir yang memungkinkan, ketika
dapat dianstipasi atau melakukan aktivitas yang
diprediksi dan menimbulkan nyeri, sebelum
nyeri terjai atau meningkat dn
berlangsung lebih bersaman dengan tindakan
dari tiga(>3) bulan. penurunan rasa nyeri lainnya)
5. Gunakan pengontrolan nyeri
sebelum nyeri bertambah
berat
Batasan
6. Pastikan pemberian analgesik
karakteristik: dan atau strategi
nonfarmakologis sebelum
a. Bukti nyeri
dilakukan prosedur yang
b. Ekspresi
menimbulkan nyeri
wajah nyeri
7. Dukung istirahat/tidur yang
(meringis)
adekuat untuk membantu
c. Hambatan
penurunan nyeri
kemampuan
8. Berikan informasi yang akurat
meneruskan
untuk meningkatkan
aktivitas
pengetahuan dan respon
sebelumnya
keluarga terhadap pengalaman
d. Perubahan
nyeri
pola tidur
9. Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang spesifik
9 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol infeksi
berhubungan dengan keperawatan, pasien
tindakan invasiv menunjukkan tidak mengalami 1. Bersihkan lingkungan setelah
dipakai pasien lain
berulang infeksi dengan indikator 2. Pertahankan teknik isolasi
Keparahan infeksi: Baru Lahir. 3. Anjurkan pasien
menggunakan alat

Poltekkes Kemenkes Padang


33

Defenisi: Mengalami pelindungan diri


peningkatan risiko 4. Instruksikan pada pengunjung
terserang organisme Kriteria Hasil: untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
patogenik. 1. Tidak ada ketidak stabilan berkunjung meninggalkan
suhu tubuh pasien
2. Tidak ada kulit berbintik- 5. Gunakan sabun antimikrobia
bintik untuk cuci tangan
3. Tidak ada kejang 6. Cuci tangan setiap sebelum
4. Tidak ada peningkatan dan sesudah tindakan
jumlah sel darah putih keperawatan
7. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
8. Tingktkan intake nutrisi
10 Risiko kerusakan Setelah dilakukan asuhan Manajemen pruritus
integritas kulit keperawatan, diharapkan pasien
1. Tentukan penyebab dari
berhubungan dengan tidak mengalami kerusakan
terjadinya pruritus
perubahan status integritas jaringan : kulit & 2. Lakukan pemeriksaan fisik
cairan. membran mukosa. untuk mengidentifikasi
terjadinya kerusakan kulit
Kriteria hasil: 3. Pasang perban atau balutan
pada tangan atau siku ketika
Defenisi : 1. Perfusi jaringan tidak
pasien tidur, untuk membatasi
Beresiko terganggu
gerakan menggaruk yang
mengalami 2. Integritaskulittidak terganggu
tidak terkontrol
3. Tidak ada pigmentasi
perubahan kulit 4. Anjurkan pasien untuk
abnormal
yang buruk. menghindari sabun mandi dan
4. Tidak ada pengelupasan kulit
minyak yang mengandung
5. Tidak ada eritema
parfurm
6. Tidak ada luka/ lesi
5. Anjurkan pasien untuk tidak
padakulit
memakai pakaian ketat
6. Anjurkan pasien untuk
memotong kuku
7. Anjurkan pasien mandi
dengan air hangat kuku
8. Anjurkan pasien untuk
menggunakan telapak tangan
ketika menggosok area kulit
yang luas atau cubit kulit
dengan perlahan.

Sumber :
Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification(NOC), 5th
Indonesian edition.
Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th
Indonesian edition.

Poltekkes Kemenkes Padang


34

Herdman & Kamitsuru. 2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis


Keperawatan : defenisi&klasisfikasi 2015-2017.

Poltekkes Kemenkes Padang


35

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna memantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2008). Implementasi keperawatan terdiri dari
beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosis keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP. Evaluasi keperawatan
terdiri dari beberapa komponen yaitu
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Deskriptif yang berbentuk studi kasus.


Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang ditunjukkan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada
saat ini atau saat lampau (Hamdi & Bahruddin, 2014). Penelitian deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
CKD di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2017

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Ruang Penyakit Dalam PriaRSUP Dr. M.


Djamil Padang. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai
dengan Juni 2017. Waktu untuk studi kasus selama 2 minggu yaitu tanggal
18-30 Mei 2017, dengan kriteria pasien dirawat minimal 5 hari.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah sejumlahbesarsubyek yang mempunyai karakteristik
tertentu (Satroasmoro& Ismael, 2011). Populasi dari penelitian ini
adalah pasien CKD di Ruang Penyakit dalam Pria RSUPDr. M.Djamil
Padang pada tanggal 18 Mei 2017. Menurut data yang didapatkan dari
ruang penyakit dalam pria ada 6 pasien dengan diagnosis CKD stange
V.

2. Sampel
Sampel adalah suatu objek yang diteliti yang mewakili suatu populasi.
Sampel yang diambil berjumlah 2 orang yang didapat dari
populasi.Pemilihan sampel didapat berdasarkan pada kriteria yang
telah disebutkan, yaitu responden yang dipilih adalah responden yang
memiliki kriteria sebagai berikut :

36 Poltekkes Kemenkes Padang


37

a. Kriteria Inklusi
1) Pasien CKD stage V yang berada di ruang Penyakit Dalam Pria
RSUPDr. M.Djamil Padang
2) Pasien yang bersedia menjadisampelpenelitian.
b. Kriteria Ekslusi
1) Pasien meninggal dalam hari rawatan kurang dari 5 hari
2) Pasien pulang dalam hari rawatan kurang dari 5 hari
3) Pasienmenolak menjadi responden setelah menandatangani
surat persetujuan.
4) Pasien pindah ruangan

D. Jenis-jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti langsung dari
sumber data atau responden (Supardi, Sudibyo, &Rustika, 2013)
meliputi: Identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas
sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah tersedia hasil pengumpulan data
untuk keperluan tertentu yang dapat digunakan sebagian atau
seluruhnya sebagai sumber data penelitian (Supardi, Sudibyo,
&Rustika, 2013). Data sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh langsung dari keluarga, rekammedisdanruangan
penyakit dalam priaRSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder
umumnya berupa bukti, data penunjang, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan seperti hasil
EKG, hasil laboratorium darah, urin.

E. Alat / instrumen Pengumpulan Data

Poltekkes Kemenkes Padang


38

Alat / instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa format tahapan


proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi (format
terlampir). Alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari (termometer,stetoskop,
penlight,tensi meter, arloji dengan detik,).

F. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data antara lain dengan wawancara,observasi,


pengukuran, dokumentasi (Supardi, Sudibyo,&Rustika, 2013).

1. Wawancara
Padametodeini, pengumpulan data dilakukan dengan tanya jawab
(dialog) langsung antara pewawancara dengan responden. Pedoman
wawancara yang dipakai pada studi kasus ini adalah lembaran
pengkajian keperawatan meliputi identitas, riwayat kesehatan, ADL
(sesuai dengan format masing- masingtatanan ilmu) yang dilampirkan
pada asuhan keperawatan.

2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung terhadap subjek peneliti. (Saryono &
Anggraeni, 2013). Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain, observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek – objek
alam yang lain. (Sugiyono, 2014). Menurut Saryono dan Anggaraeni
(2013) observasi dapat dilakukan dengan seluruh alat indera, tidak
terbatas hanya pada apa yang dilihat. Observasi dapat dilakukan
melalui penciuman, penglihatan, pendengaran, danperaba..

3. Pengukuran
Pengukuran adalah cara pengumpulan data penelitian dengan mengukur
objek menggunakan alat ukur tertentu, seperti berat badan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


39

timbangan badan, tensi darah degan tensimeter, dan sebagainya


(Supardi,Sudibyo,&Rustika, 2013).

4. Dokumentasi
Untukdata penunjangdalam penelitian ini, peneliti menggunakan
dokumen dari RS berupahasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan diagnostik seperti rontgen, hasil pemeriksaan EKG.

G. Prosedur pengambilan data


1. Prosedur Administrasi
Prosedur administrasi yang dilakukan penelitimeliputi:
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal penelitian yaitu
Poltekkes Kemenkes Padang.
b. Meminta surat rekomendari ke RSUP DR. M. Djamil Padang
c. Meminta izin ke Kepala RSUP Dr. M. Djamil Padang
d. Meminta izin ke Kepala Keperawatan Ruang Penyakit dalam Pria
RSUP Dr. M. Djamil Padang
e. Melakukan pemilihan sampel dengan populasi sebanyak dua orang
pasien CKD. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive
dimana sampel dipilih sesuai dengan yang dikehendaki peneliti,
sehingga ditemukan dua sampel untuk dijadikan responden.
f. Mendatangi responden serta keluarga dan menjelaskan tentang
tujuan penelitian
g. Responden dan keluarga memberikan persetujuan utntuk dijadikan
responden dalam penelitian
h. Responden dan keluarga di berikan kesempatan untuk bertanya
i. Responden dan keluarga menanda tangani informed consent.
Peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan
keperawatan dan pamit.
j. Selanjutnya perawat dan keluarga melakukan kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Padang


40

2. Prosedur Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Peneliti melakukan pengkajian kepada kedua partisipan/ keluarga
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian dilakukan pada hari yang berbeda. Pengkjian pada
partisipan I dilakukan pada tanggal 18 Mei 2017 dan partisipan II
pada tanggal 19 Mei 2017
b. Peneliti merumuskan diagnosis keperawatan yang muncul pada
kedua partisipan sesuai dengan masalah yang ditemukan pada saat
pengkajian.
c. Peneliti membuat perencanaan asuhan keperwatan yang akan
diberikan kepada kedua partisipan sesuai dengan masalah yang
ditemukan.
d. Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada kedua partisipan
dalam hari rawatan 5 hari.
e. Peneliti mengevalusai tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
pada kedua partisipan dalam waktu rawatan 5 hari.
f. Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan yang
telah diberikan pada kedua partisipan mulai dari melakukan
pengkajian sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.

H. Rencana Analisis
Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokkan dan dianalisis
berdasarkan data subjektif dan objektif. Data yang telah didapat dari hasil
peneliti asuhan keperawatan pada pasien mulai dari pengkajian,
merumuskan diagnosis keperawatan,kemudian menyusun rencana
keperawatan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan
akan dinarasikan dan membandingkan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan pada dua orang pasien kelolaan dengan teori dan penelitian
terdahulu.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat
Penelitian dilakukan di ruang Penyakit Dalam Pria RSUP Dr.M Djamil
Padang. Ruang penyakit dalam pria memiliki 25 orang tenaga kesehatan
perawat, yang dipimpin oleh seorang kepala ruangan, dan dibantu oleh
katim dari masing-masing wing. Ruang penyakit dalam pria memiliki
fasilitas tempat tidur untuk pasien sebanyak 72 yang terbagi atas wing A
dan wing B. Untuk program yang diberikan terhadap kesembuhan pasien
CKD, pihak ruangan mengadakan penyuluhan mengenai penyakit CKD
dan perawatan dirumah.

B. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan di ruang penyakit dalam pria melibatkan 2
partisipan yaitu Tn.K (partisipan 1), dan Tn.D (partisipan 2) yang
memiliki diagnosis medis sama yaitu Choronic Kidney Disease (CKD)
stage V on HD, dan anemia berat. Penelitian pada partisipan I
dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2017 – 22 Mei 2017, sedangkan
partisipan II dilaksanakan pada tanggal 19 – Mei 217 – 23 – Mei 2017 .
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan peneliti melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi pada kedua partisipan dicantumkan
dalam tabel sebagai berikut.

41 Poltekkes Kemenkes Padang


42

Tabel 4.1
Hasil Pengkajian
Pengkajian Partisipan I Partisiapan II
Identitas Klien bernama Tn. K Klien bernama Tn. D dengan
Klien dengan No. RM 97 49 07 No. RM 96 87 12 berusia 40
berusia 41 tahun lahir di tahun, lahir di Muaro Labuah
Painan tanggal 08 – Juli – pada tanggal 09 – November
1976. Klien beragama – 1977. Klien beragama
Islam, status sudah Islam, status klien sudah
menikah. Alamat di Salido menikah dan beralamat di
Kecil Tambang IV Jurai Pasar Timur Pasar Muaro
Pesisir Selatan. Klien Labuh Sungai Pagu Solok
sehari – hari bekerja selatan. Klien sehari – hari
sebagai petani dengan bekerja sebagai pedagang
pendidikan terakhir SD. dengan pendidikan terakhir
Klien dirawat dengan SMP. Klien dirawat dengan
diagnosis klinis Choronic diagnosis klinis Choronic
Kidney Disease (CKD) Kidney Disease (CKD) stage
stage V on HD dan anemia V on HD, dan anemia berat.
berat

Identitas Penanggung jawab klien Penanggung jawab Klien Ny.


Penanggung Tn. B, pekerjaan sebagai M, pekerjaan ibu rumah
Jawab petani, Alamat di Salido tangga, alamat di Pasar
Kecil Tambang IV Jurai Timur Pasar Muaro Labuh
Pesisir Selatan, hubungan Sungai Pagu Solok selatan,
dengan klien yaitu ayah hubungan dengan klien yaitu
istri.
Keluhan Klien masuk melalui IGD Klien masuk melalui IGD
utama RSUP DR. M. Djamil RSUP DR. M. Djamil

Poltekkes Kemenkes Padang


43

padang pada tanggal 17 Padang pada tanggal 18 Mei


Mei 2017 Pukul 11.47 2017 Pukul 20.31 WIB
WIB dengan keluhan dengan keluhan, edema pada
badan terasa lelah, nafas ekremitas bawah, BAK
sesak, edema pada sedikit, volume BAK 100 cc,
eksremitas, BAK sedikit dan nafas sesak, badan terasa
sejak 3 bulan yang lalu. lemah dan cepat lelah.
Sebelum kerumah sakit muntah sejak 2 hari yang
klien sempat mengalami lalu, BAB berwarna hitam
kejang. sejak 1 minggu yang lalu
konsistensi encer. Klien
merupakan rujukan dari
RSUD Solok Selatan dengan
CKD Stage V On HD.
Riwayat Pengkajian dilakukan pada Pengkajian dilakukan pada
kesehatan hari jum’at tanggal 18 Mei hari Jum’at tanggal 19 Mei
sekarang 2017 Pukul 10.00 WIB di 2017 Pukul 09.00 WIB di
ruang penyakit dalam pria ruang penyakit dalam pria
RSUP. Dr. M. Djamil RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Padang ditemukan klien tampak klien dalam keadaan
dalam keadaan umum umum tampak lemas,
tampak lemas, bibir kesadaran composmentis,
tampak pucat dan kering. terpasang IVFD NaCl 0,9%
Klien mengatakan nafas drip Prosogan 2 ampul 20x
nya sesak, sesak semakin tetes permenit, klien
meningkat apabila banyak terpasang slang oksigen
beraktivitas dan nyeri binasal canule 4 l/i, wajah
muncul pada bagian perut. pucat, bibir pecah – pecah,
Klien mengeluh mual, edema pada eksremitas
badan terasa lemas dan bawah, akral eksremitas
mudah lelah. Klien dingin, perut asites. Klien

Poltekkes Kemenkes Padang


44

terpasang slang oksigen juga mengatakan nafas terasa


binasal canule 4 l/i sesak, klien mengeluh mual,
Terdapat distensi dan badan terasa lemas, letih,
abdomen, edema pada cepat lelah, sehingga akivitas
eksremitas bawah. Klien dibantu oleh keluarga dan
terpasang IVFD NaCl tenaga kesehatan. Klien juga
0,9% per 24 jam, klien mengeluhkan BAK sedikit,
mengatakan BAK sedikit, volume BAK ±100 cc per 24
dan tidak ada nyeri pada jam. Klien mengeluh nyeri
saat BAK. Volume BAK pada bagian perut dan
±50 cc per 24 jam. Klien mendesak ke ulu hati, klien
juga mengeluh nyeri pada mengatakan nyeri seperti di
bagian perut. Klien terkam, muncul secara tiba –
mengatakan skala nyeri 7- tiba, skala nyeri 6 durasi 5-10
8 durasi 5-10 detik, klien detik, klien tampak meringis.
tampak meringis. Saat Saat dilakukan pemeriksaan
dilakukan pemeriksaan tekanan darah 170/90 mmHg,
tekanan darah 190/100 nadi 72 kali permenit,
mmHg, nadi 83 kali pernafasan 28 kali permenit,
permenit, pernafasan 25 suhu 36,70C.
kali permenit, suhu 36,50C

Riwayat Klien mengatakan 3 bulan Klien mengatakan


kesehatan sebelumnya pernah sebelumnya pernah dirawat
dahulu dirawat di RSUP Dr. M. dua kali karena CKD. Klien
Djamil padang karena pertama kali dirawat pada
CKD dan pada bulan april bulan januari di RSUP Dr. M
klien kembali dirawat Djamil padang selama 1
untuk pemasangan CDL. minggu karena BAK sedikit.
Selain itu klien memiliki Pada bulan Maret klien
riwayat hipertensi sejak 1 dirawat kembali untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


45

tahun yang lalu tidak pemasangan CDL. Klien


pernah di kontrol memiliki riwayat hipertensi
kepelayanan kesehatan. diketahui semenjak 5 bulan
yang lalu tidak terkontrol.
Klien mengatakan sebelum
dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil, klien dirawat di
RSUD Solok selatan selama
10 hari karena sesak nafas,
badan lemas dan edema pada
eksremitas.
Riwayat Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak ada
kesehatan ada anggota keluarga dari anggota keluarga dari klien
keluarga klien yang memiliki yang memiliki riwayat
riwayat penyakit penyakit keturunan seperti
keturunan seperti hipertensi dan diabetes, klien
hipertensi dan diabetes, juga mengatakan tidak ada
klien juga mengatakan anggota keluarga yang
tidak ada anggota keluarga memiliki riwayat penyakit
yang memiliki riwayat yang sama dengan klien.
penyakit yang sama
dengan klien.
Pola Makan Saat sehat klien makan 3 Saat sehat klien memiliki
dan minum kali sehari porsi habis, pola makan 5 kali sehari
dengan komposisi nasi, waktu tidak teratur dengan
lauk pauk dan sayur. Klien komposisi nasi, lauk pauk,
jarang mengkonsumsi sayur serta jarang
buah. Ketika sakit nafsu mengkonsumsi buah –
makan menurun, makan 3 buahan. Klien mengatakan
x sehari diit RG II RP 40 suka mengkonsumsi
gr, klien hanya makanan yang berminyak

Poltekkes Kemenkes Padang


46

menghabiskan ¼ porsi. dan bersantan. Klien


mengatakan nafsu makan
selama di rumah sakit
menurun karena mual
muntah, dari ahli gizi klien
diberikan diit MC rendah
protein yaitu jus pepaya 3x
300 cc + gula 100 gr, klien
hanya menghabiskan 3-4
sendok diit yang diberikan.
Pola Ketika sakit klien Pola eliminasi klien di rumah
eleminasi mengalami perubahan pola sakit yaitu BAK 6-8 kali
eliminasi, klien BAK 5-7 perhari, bau khas berwarna
kali perhari berwana bening, banyak BAK selama
kuning, bau khas, (1x sakit ±100 cc per 24 jam, (1x
BAK : 3-5 cc). Klien BAK : 5-10 cc). BAB 1-2
mengatakan BAK sedikit kali perhari berbau pepaya,
sejak 3 bulan yang lalu. berwarna hitam dengan
Klien BAB 1-2 kali konsitensi lembek. Klien
perhari konsistensi encer tidak tepasang kateter, klien
bau khas. Klien tidak menggunakan pampers.
terpasang kateter.

Pola Klien mengatakan selama Klien mengatakan selama


istirahat dan dirumah sakit pola tidur dirumah sakit pola tidur klien
tidur klien sedikit terganggu sedikit terganggu karna
karna sering terbangun sering terbangun akibat nafas
akibat nyeri yang sesak dan nyeri yang
dirasakan pada bagian dirasakan pada bagian perut.
perut.

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Pola Ketika sakit, klien merasa Saat sakit klien mengatakan


aktivitas dan badan nya cepat lelah dan badan terasa lemas dan cepat
latihan nafas sesak apabila banyak lelah apabila banyak
beraktifitas. Untuk beraktifitas. Untuk
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan sehari
sehari – hari klien – hari klien membutuhkan
membutuhkan bantuan bantuan dari keluarga dan
dari keluarga dan tenaga tenaga kesehatan.
kesehatan.
Pemeriksaan Saat dilakukan Saat dilakukan pemeriksaan
fisik pemeriksaan pada Tn. K, pada Tn. D, klien tampak
klien tampak lemas, pucat lemas, dengan kesadaran
dengan kesadaran composmentis. Hasil
composmentis. Hasil pengukuran tekanan darah
pengukuran tekanan darah 170/90 mmHg, , nadi 72 kali
190/100 mmHg, nadi 83 permenit, pernafasan 28 kali
kali permenit, pernafasan permenit, suhu 36,70C. Pada
25 kali permenit, suhu hasil pemeriksaan didapatkan
36,50C. Pada hasil rambut klien berwarna hitam
pemeriksaan didapatkan kering dan kusam, wajah
rambut klien berwarna pucat, konjungtiva anemis,
hitam kering dan kusam, mukosa bibir kering, pecah-
konjungtiva anemis, pecah, perut tampak
mukosa bibir kering, membuncit, akral dingin,
pecah-pecah, perut capillary refill time >3 detik
membuncit, terdapat nyeri eksremitas bawah pitting
tekan pada bagian perut, edema derajat III.
dan terdapat bekas luka Klien tidak ada pemasangan
operasi laparatomi kateter, klien memakai
berwarna kecoklatan, pempers.
panjang 16 cm. akral

Poltekkes Kemenkes Padang


48

dingin, capillary refill time


kembali time >3 detik,
pitting edema pada
eksremitas bawah derjat
IV. Klien tidak
menggunkan kateter, klien
memakai pempers.
Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Berdasarkan hasil
penunjang hematologi Tn. K pada pemeriksaan labor Tn.D pada
tanggal 17 Mei 2017 yaitu tanggal 18 Mei 2017,
hemoglobin 5,0 g/dl (14- didapatkan hemoglobin Tn.
16 g/dl), leukosit D 3,2 g/dl (14-16 g/dl),
9.600/mm3 (5.000- luekosit 16.410/mm3(5.000-
10.000/mm3), trombosit 10.000/mm3), trombosit
3 3
264.000 /mm (150.000- 1.15.000/mm (150.000-
400.000/ mm3), hematokrit 400.000/ mm3), ureum darah
16% (40-48%), ureum 345mg/dl (10 – 50 mg/dl),
darah 151 mg/dl (10 – 50 kreatinin darah 11,5 mg/dl
mg/dl), kreatinin darah 9,7 (0,6-1,1 mg/dl), PO2 73
mg/dl (0,6-1,1 mg/dl), mmHg, PCO2 38 mmHg,
albumin 2,7 g/dl (3,8-5,0 HCO3 21,5 mmol/l.
g/dl).
Program Terapi yang diberikan Terapi yang diberikan dokter
pengobatan dokter kepada Tn. K yaitu kepada Tn.D yaitu
Bicnat 3x50 mg, asam ceftazidiem 2x 1 gr,
folat 1x5 mg, Amlodipin 1 levofloxocim 1x 500 mg,
x 10 mg, Condensertan 1 x bicnat 1x 5 mg, asam folat
16 m transfusi PRC pre 1x5 mg, transamin 3 x 500
lasix 1 ampul, Nacl 0,9%. mg, Vitamin K 3 X 1 gr,
transfusi PRC pre lasix 1
ampul, Nacl 0,9% drip

Poltekkes Kemenkes Padang


49

prosogan 2 ampul.

2. Diagnosis Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian kemudian mengelompokkan data,
memvalidasi data dan menganalisa data, maka ditemukan beberapa
masalah keperawatan pada partisipan kedua partisipan. Berikut ini
merupakan diagnosis keperawatan yang muncul terhadap kedua
partisispan
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Risiko ketidakefektifan perfusi Risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan jaringan serebral berhubungan
dengan uremia ditandai dengan dengan uremia ditandai data
data subjektifnya yaitu klien sempat objektifnya yaitu hasil
mengalami kejang sebelum dibawa pemeriksaan tekanan darah 170/90
kerumah sakit. Untuk data mmHg, pernafasan 28x/menit dan
objektifnya yaitu dari hasil hasil pemeriksaan ureum darah 345
pemeriksaan tekanan darah 190/100 mg/dl, kreatinin darah 11,5 mg/dl.
mmHg, pernafasan 25x/menit dan
hasil pemeriksaan ureum darah 151 Risiko cidera berhubungan
mg/dl, kreatinin darah 9,7 mg/dl. dengan profil darah yang
abnormal (uremia) ditandai
Risiko cidera berhubungan dengan data objektifnya yaitu
dengan profil darah yang terjadinya penurunan hemoglobin
abnormal (uremia) ditandai dengan yaitu 3,2 g/dl, ureum darah 345
data objektifnya yaitu terjadinya mg/dl.
penurunan hemoglobin yaitu 5,0
g/dl, ureum darah 151 mg/dl. Ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan
Ketidakefektifan perfusi jaringan denganberkurangnya suplai

Poltekkes Kemenkes Padang


50

perifer berhubungan dengan oksigen ke jaringan. Berdasarkan


berkurangnya suplai oksigen ke data subjektif yang didapat yaitu
jaringan ditandai dengan data klien mengatakan telapak kaki
subjektif klien mengatakan nafasnya terasa berat. Data objektifnya
sesak, sesak meningkat saat ditandai dengan akral teraba
beraktivitas, data objektifnya yaitu dingin, capillary refill time > 3
pernafasan klien 25 kali permenit, detik, tekanan darah 170/90
terpasang slang oksigen binasal mmHg, nadi 72 kali permenit,
canule 4l/I, dengan hasil pernafasan 28 kali permenit,
pemeriksaan laborlatorium yaitu hemoglobin 3,2 g/dl PO2 73
hemoglobin 5,0 g/dl, akral dingin, mmHg.
capillary refill time > 3 detik.
Masalah keperawatan
Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
berhubungan dengan hiperventilasi. Berdasarakan
hiperventilasi. Berdasarkan dengan dengan data subjektif yang
data subjektif yang ditemukan yaitu ditemukan yaitu Tn.D mengatakan
klien mengatakan nafasnya sesak nafasnya sesak dan terasa berat.
ketika banyak beraktivitas dan nyeri Untuk data objektif pada diagnosis
pada bagian perut muncul. Data ini yaitu pada saat pengkajian RR
objektif yang didapatkan frekuensi Tn.D 28x/i, hemoglobin 3,2 g/dl
pernafasan klien 25x/i, ,terpasang terpasang slang binasal canule 4 l/i.
slang oksigen binasak canule 4l/i,
hemoglobin 5,0 g/dl. Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan
Kelebihan volume airan mekanisme regulasi. Berdasarkan
berhubungan dengan gangguan data subjektifnya, klien
mekanisme regulasi. Berdasarkan mengatakan kaki semakin
data subjektifnya, klien mengatakan membengkak, dan urine yang
kaki semakin membengkak, dan keluar sedikit. Data Objektifnya

Poltekkes Kemenkes Padang


51

urine yang keluar sedikit. Data ditandai dengan pitting edema


objektifnya ditandai dengan pitting derajat III, tekanan darah 170/90
edema derajat IV, tekanan darah mmHg dan hasil pemeriksaan
190/100 mmHg dan hasil ureum darah 345 mg/dl, kreatinin
pemeriksaan ureum darah 151 mg/dl, darah 11,5 mg/dl.
kreatinin darah 9,7 mg/dl.
Masalah keperawatan selanjutnya
Nyeri berhubungan dengan agen yang muncul yaitu nyeri
cedera fisiologis . Berdasarkan data berhubungan dengan agen
subjektif nya yaitu klien mengatakan cedera fisiologis . Berdasarkan
nyeri pada bagian perut mendesak ke data subjektif nya yaitu klien
ulu hati, klien mengatakan skala mengatakan nyeri pada bagian
nyeri 7-8 durasi 5-10 detik. Data perut mendesak ke ulu hati, klien
objektifnya ditandai dengan klien mengatakan skala nyeri 6 durasi 5-
tampak meringis. 10 detik. Data objektifnya ditandai
dengan klien tampak meringis.
Mual berhubungan dengan
uremia data subjektif yang Mual berhubungan dengan
ditemukan, klien mengeluh mual, uremia data subjektif yang
tidak nafsu makan. Data objektif ditemukan, klien mengeluh mual,
yang didapatkan yaitu klien tidak tidak nafsu makan. Data objektif
menghabiskan diit yang diberikan, yang didapatkan yaitu klien tidak
ureum darah 151 mg/dl. menghabiskan diit yang diberikan,
ureum darah 345 mg/dl.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi
dengan penyebab intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
tidak adekuat. Berdasarkan data dengan penyebab intake nutrisi
subjektif yang ditemukan yaitu, tidak adekuat. Berdasarkan data
klien mengeluh mual dan nyeri pada subjektif yang ditemukan yaitu,
bagian perut, dari data objektif di klien mengeluh mual dan nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


52

dapatkan klien hanya menghabiskan pada bagian perut, dari data


¼ diit yang diberika, klien tampak objektif di dapatkan klien hanya
pucat, konjungtiva anemis, menghabiskan 3-4 sendok diit yang
hemoglobin 5,0 g/dl, albumin 2,7 diberika, klien tampak pucat,
g/dl. konjungtiva anemis, hemoglobin
3,2 g/dl. g/dl.
Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan Masalah keperawatan intoleransi
ketidak seimbangan antara suplai aktivitas berhubungan dengan
dan kebutuhan oksigen. ketidak seimbangan antara
Berdasarakan data subjektif yang suplai dan kebutuhan oksigen.
ditemukan yaitu klien mengatakan Berdasarakan data subjektif yang
badan terasa cepat lelah dan tubuh ditemukan yaitu klien mengatakan
terasa lemas, nafas terasa sesak badan terasa cepat lelah dan tubuh
apabila banyak beraktivitas. Data terasa lemas, nafas teraa sesak
objektif ditandai dengan klien apabila banyak beraktivitas. Data
tampak lemas, pucat, Hemoglobin objektif ditandai dengan klien
5,0 g/dl, aktivitas dibantu keluarga tampak lemas, pucat, Hemoglobin
dan tenaga kesehatan. 3,2 g/dl, aktivitas dibantu keluarga
dan tenaga kesehatan.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Berdasarkan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien, maka
diperlukan rencana keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan dan
kriteria hasil yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partisipan.
Tabel 4.3
Rencana Asuhan Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Pada masalah risiko ketidakefektifan Pada masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral perfusi jaringan serebral

Poltekkes Kemenkes Padang


53

berhubungan dengan uremia berhubungan dengan uremia


diharapkan status neurologi baik diharapkan status neurologi baik
dengan criteria hasil kesadaran tidak dengan criteria hasil kesadaran tidak
terganggu, pola istirahat dan tidur tidak terganggu, pola istirahat dan tidur tidak
terganggu, pola pernafasan tidak terganggu, pola pernafasan tidak
terganggu, orientasi kognitif tidak terganggu, orientasi kognitif tidak
terganggu dengan rencana keperawatan terganggu dengan rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu dengan yang dilakukan yaitu dengan
manajemen edema serebral seperti manajemen edema serebral seperti
monitar tanda-tanda vital, monitor monitar tanda-tanda vital, monitor
status pernafasan : frekuensi, irama status pernafasan : frekuensi, irama
kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2, kedalaman pernapasan, PaO2, PCO2,
PH, bikarbonat, posisikan tinggi kepala PH, bikarbonat, posisikan tinggi kepala
tempat tidur 30 derajat atau lebih, batasi tempat tidur 30 derajat atau lebih,
cairan, berikan diuretik osmotic. batasi cairan, berikan diuretik osmotic.
monitor neurologi dengan pantau monitor neurologi dengan pantau
ukuran pupil memonitor tingkat ukuran pupil memonitor tingkat
kesadaran, memonitor tingkat orientasi. kesadaran, memonitor tingkat orientasi.

Untuk masalah risiko cidera Untuk masalah risiko cidera


berhubungan dengan uremia rencana berhubungan dengan uremia rencana
keperawatan yang dilakukan yaitu keperawatan yang dilakukan yaitu
manajemen edema serebral, manajemen manajemen edema serebral, manajemen
energi. Pencegahan jatuh: identifikasi energi. Pencegahan jatuh: identifikasi
kekurangan baik kognitif atau fisik dari kekurangan baik kognitif atau fisik dari
pasien, identifikasi karakteristik dari pasien, identifikasi karakteristik dari
lingkungan, kaji ulang riwayat jatuh, lingkungan, kaji ulang riwayat jatuh,
monitor kemampuan berpindah, monitor kemampuan berpindah,
sediakan pencahayaan yang cukup, sediakan pencahayaan yang cukup,
sediakan pengawasan yang ketat, sediakan pengawasan yang ketat,
gunakan tempat tidur yang dapat gunakan tempat tidur yang dapat

Poltekkes Kemenkes Padang


54

membatasi gerakan. membatasi gerakan.

Pada masalah ketidak efektifan Pada masalah ketidak efektifan


perfusi jaringan perifer perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan berkurangnya berhubungan dengan berkurangnya
suplai oksigen ke jaringan suplai oksigen ke jaringan
diharapakan perfusi jaringan perifer diharapakan perfusi jaringan perifer
kembali efektif dengan kriteria kembali efektif dengan criteria
hasilsuhu kulit, ujung kaki dan tangan hasilsuhu kulit ujung kaki dan tangan
dalam kisaran normal,tekanan darah dalam kisaran normaltekanan darah
sistolik dalam rentang normal, tekanan sistolik dalam rentang normal, tekanan
darah diastolik dalam kisaran normal , darah diastolik dalam kisaran normal ,
tidak ada muka pucat ,tidak ada tidak ada muka pucat ,tidak ada
kelemahan otot. Rencana keperawatan kelemahan otot. Rencana keperawatan
yang dilakukan adalah manajemen yang dilakukan adalah manajemen
hipovelemi : monitor adanya tanda- hipovelemi : monitor adanya tanda-
tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit
buruk, capillary refill terlambat, nadi buruk, capillary refill terlambat, nadi
lemah, sangat haus, membran mukosa lemah, sangat haus, membran mukosa
kering, dan penurunan urin output kering, dan penurunan urin output
monitor adanya sumber-sumber monitor adanya sumber-sumber
kehilangan cairan (misalnya., kehilangan cairan (misalnya.,
perdarahan, muntah, diare, keringat perdarahan, muntah, diare, keringat
yang berlebihan, dan takpnea) posisikan yang berlebihan, dan takpnea)
untuk perfusi perifer. Monitor vital sign posisikan untuk perfusi perifer. Monitor
monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR, catat vital sign monitor TD, Nadi, Suhu, dan
adanya fluktuasi tekanan darah, monitor RR, catat adanya fluktuasi tekanan
kualitas nadi, monitor pola pernapasan darah, monitor kualitas nadi, monitor
yang abnormal, monitor suhu, warna, pola pernapasan yang abnormal,
dan kelembapan kulit. monitor suhu, warna, dan kelembapan
kulit.

Poltekkes Kemenkes Padang


55

Masalah keperawatan ketidakefektifan


pola nafas berhubungan dengan Masalah keperawatan ketidakefektifan
hiperventilasi tujuan yang diharapkan pola nafas berhubungan dengan
adalah pernafasan pasien kembali hiperventilasi tujuan yang diharapkan
nomal dengan kriteria hasil tidak ada adalah pernafasan pasien kembali
deviasi frekuensi Pernafasan, irama nomal dengan kriteria hasil tidak ada
pernafasan dalam rentang normal, tidak deviasi frekuensi Pernafasan, irama
ada penggunaan otot bantu nafas, tidak pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada peningkatan frekuensi pernafasan, ada penggunaan otot bantu nafas, tidak
dan tidak ada nyeri kepala. Rencana ada peningkatan frekuensi pernafasan,
tindakan keperawatan yang akan dan tidak ada nyeri kepala. Rencana
dilakukan adalah manajemen jalan tindakan keperawatan yang akan
nafas : posisikan pasien untuk dilakukan adalah manajemen jalan
memaksimalkan ventilasi, auskultasi nafas : posisikan pasien untuk
suara nafas, catat adanya suara nafas memaksimalkan ventilasi, auskultasi
tambahan, monitor respirasi monitoring suara nafas, catat adanya suara nafas
pernafasan yaitumonitor pola nafas tambahan, monitor respirasi monitoring
(bradipneu, takiepneu, hiperventilasi, pernafasan yaitumonitor pola nafas
kusmaul), monitoring vital sign : (bradipneu, takiepneu, hiperventilasi,
monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan kusmaul), monitoring vital sign :
pernafsan. Terapi oksigen : pertahankan monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
jalan nafas yang paten, atur peralatan pernafsan. Terapi oksigen : pertahankan
oksigenisasi, monitor aliran oksigen, jalan nafas yang paten, atur peralatan
pertahankan posisi pasien, observasi oksigenisasi, monitor aliran oksigen,
adanyan tanda – tanda hipoventilasi. pertahankan posisi pasien, observasi
adanyan tanda – tanda hipoventilasi.
Pada masalah keperawatan kelebihan
volume cairan berhubungan dengan Pada masalah keperawatan kelebihan
gangguan mekanisme regulasi tujuan volume cairan berhubungan dengan
yang diharapkan adalah terjadi gangguan mekanisme regulasi tujuan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang diharapkan adalah terjadi

Poltekkes Kemenkes Padang


56

dalam tubuh dengan criteria hasil keseimbangan cairan dan elektrolit


tekanan darah dalam batas normal, dalam tubuh dengan criteria hasil
keseimbangan intake dan output, tekanan darah dalam batas normal,
kestabilan berat badan, tidak ada edema keseimbangan intake dan output,
perifer, elektrolit serum dalam batas kestabilan berat badan, tidak ada edema
normal, berat jenis urin tidak perifer, elektrolit serum dalam batas
terganggu. Rencana tindakan normal, berat jenis urin tidak
keperawatan yang akan dilakukan pada terganggu. Rencana tindakan
diagnosis keperawatan ini adalah keperawatan yang akan dilakukan pada
manajemen elektrolit/ cairan yaitu diagnosis keperawatan ini adalah
pantau kadar serum elektrolit, anjurkan manajemen elektrolit/ cairan yaitu
klien batasi cairan, berikan resep diet pantau kadar serum elektrolit, anjurkan
yang tepat untuk cairan tertentu atau klien batasi cairan, berikan resep diet
pada ketidak seimbangan elektrolit, yang tepat untuk cairan tertentu atau
berikan antipiretik yang sesuai, monitor pada ketidak seimbangan elektrolit,
hasil laboratorium yang relevan dengan berikan antipiretik yang sesuai, monitor
retensi cairan (BUN, hematokrit dan hasil laboratorium yang relevan dengan
osmolalitas urin), monitor tanda-tanda retensi cairan (BUN, hematokrit dan
vital pasien, monitor indikasi kelebihan osmolalitas urin), monitor tanda-tanda
cairan (Edema, distensi vena leher, dan vital pasien, monitor indikasi kelebihan
asites), kaji lokasi dan luasnya edema, cairan (Edema, distensi vena leher, dan
periksa turgor kulit, monitor berat asites), kaji lokasi dan luasnya edema,
badan. periksa turgor kulit, monitor berat
badan.
Rencana keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah mual Rencana keperawatan yang dilakukan
berhubungan dengan uremia adalah untuk mengatasi masalah mual
manajeman mual yaitu ajarkan pasien berhubungan dengan uremia adalah
untuk memonitor pengalaman manajeman mual yaitu ajarkan pasien
mualnya, ajarkan pasien untuk untuk memonitor pengalaman
mempelajari strategi - strategi untuk mualnya, ajarkan pasien untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


57

mengatur mualnya, lakukan mempelajari strategi - strategi untuk


pengkajian lengkap terkait mual, mengatur mualnya, lakukan
meliputi frekuensi, durasi, dan pengkajian lengkap terkait mual,
faktor presipitasi, evaluasi meliputi frekuensi, durasi, dan
pengalaman - pengalaman mual faktor presipitasi, evaluasi
pasien sebelumnya, identifikasi pengalaman - pengalaman mual
faktor- faktor yang menyebabkan pasien sebelumnya, identifikasi
mual, ajarkan teknik-teknik faktor- faktor yang menyebabkan
nonfarmakologi, seperti relaksasi, mual, ajarkan teknik-teknik
untuk mengatur mual yang dirasakan nonfarmakologi, seperti relaksasi,
oleh pasien, anjurkan pola makan untuk mengatur mual yang dirasakan
dengan porsi sedikit makanan yang oleh pasien, anjurkan pola makan
menarik bagi pasien, serta tingkatkan dengan porsi sedikit makanan yang
istirahat dan tidur yang cuku untuk menarik bagi pasien, serta tingkatkan
memfasilitasi pengurangan mual. istirahat dan tidur yang cuku untuk
memfasilitasi pengurangan mual.
Masalah keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang Masalah keperawatan
dari kebutuhan tubuh dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang
penyebab intake nutrisi tidak dari kebutuhan tubuh dengan
adekuat. Diharapakan ketidak penyebab intake nutrisi tidak
seimbangan nutrisi kurang dari adekuat diharapakan ketidak
kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria seimbangan nutrisi kurang dari
hasil status nutrisi ,asupan gizi dalam kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria
rentang normal, asupan makanan dalam hasil status nutrisi ,asupan gizi dalam
rengtang normal, rasio berat rentang normal, asupan makanan dalam
badan/tinggi badan dalam rentang rengtang normal, rasio berat
normal. Rencana yang akan dilakukan badan/tinggi badan dalam rentang
yaitu dengan manajemen nutrisi: normal.Rencana yang akan dilakukan
tentukan status gizi pasien dan yaitu dengan manajemen
kemampuan pasien untuk memenuhi nutrisi:tentukan status gizi pasien dan

Poltekkes Kemenkes Padang


58

kebutuhan gizi, identifikasi adanya kemampuan pasien untuk memenuhi


alergi. instruksikan pasien mengenai kebutuhan gizi, identifikasi adanya
kebutuhan nutrisi (diet), kolaborasi alergi. instruksikan pasien mengenai
dengan ahli gizi tentang diet yang kebutuhan nutrisi (diet), kolaborasi
dibutuhkan, ciptakan lingkungan yang dengan ahli gizi tentang diet yang
optimal pada saat mengkonsumsi dibutuhkan, ciptakan lingkungan yang
makan (misalnya : bersih, santai, dan optimal pada saat mengkonsumsi
bebas dari bau yang menyegat), makan (misalnya : bersih, santai, dan
lakukan dan bantu pasien terkait bebas dari bau yang menyegat),
perawatan mulut sebelum makan, lakukan dan bantu pasien terkait
monitor kalori dan asupan makanan, perawatan mulut sebelum makan,
monitor kecendrungan penurunan berat monitor kalori dan asupan makanan,
badan. monitor kecendrungan penurunan berat
badan.
Masalah keperawatan nyeri
berhubungan dengan agen cidera Masalah keperawatan nyeri
fisiologis tujuannya diharapkan tingkat berhubungan dengan agen cidera
Nyeri berkurang dengan kriteria hasil, fisiologis diharapkan tingkat nyeri
tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak berkurang dengan kriteria hasil, tidak
ada ekspresi nyeri wajah, tidak ada ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada
mengerinyit, frekuensi nafas normal, ekspresi nyeri wajah, tidak ada
tekanan darah normal, denyut nadi mengerinyit, frekuensi nafas normal,
radial normal. Rencana keperawatan tekanan darah normal, denyut nadi
yang dilakukan yaitu manajemen nyeri : radial normal. Rencana keperawatan
melakukan pengkajian nyeri secara yang dilakukan yaitu manajemen nyeri
komperhensiftermasuk lokasi, : melakukan pengkajian nyeri secara
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, komperhensiftermasuk lokasi,
dan factor presipitasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
mengobservasi reaksi nonverbal dari dan factor presipitasi nyeri,
ketidak nyamananyang ditimbulkan mengobservasi reaksi nonverbal dari
oleh nyeri. Menggunakan teknik ketidak nyamananyang ditimbulkan

Poltekkes Kemenkes Padang


59

komunikasi terapeutikuntuk oleh nyeri. Menggunakan teknik


mengetahui pengalaman nyeri pasien, komunikasi terapeutikuntuk
mengajarkan teknik nonfarmakologi, mengetahui pengalaman nyeri pasien,
dan melakukan kolaborasi dengan mengajarkan teknik nonfarmakologi,
dokter dalam pemberian analgetik. dan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik.
Masalah keperawatan intoleransi
aktivitas berhubungan dengan Masalah keperawatan Intoleransi
ketidak seimbangan antara suplai aktivitas berhubungan dengan
dan kebutuhan oksigen diharapkan ketidak seimbangan antara suplai
pasien menunjukkan toleransi terhadap dan kebutuhan oksigen diharapkan
aktifitas dengan criteria hasil frekuensi pasien menunjukkan toleransi terhadap
pernafasan ketika beraktivitas tidak aktifitas dengan criteria hasil frekuensi
tergannggu, tekanan darah sitolik ketika pernafasan ketika beraktivitas tidak
beraktivitas tidak terganggu, tekanan tergannggu, tekanan darah sitolik ketika
darah diastolik ketika beraktivitas tidak beraktivitas tidak terganggu, tekanan
terganggu rencana keperawatan yang darah diastolik ketika beraktivitas tidak
dilakukan yaitu manajemen energi terganggu Rencana keperawatan yang
:anjurkan pasien mengungkapkan dilakukan yaitu manajemen energi
perasaan secara verbal mengenai :anjurkan pasien mengungkapkan
keterbatasan yang dialami, monitor perasaan secara verbal mengenai
intake/asupan nutrisi untuk mengetahui keterbatasan yang dialami, monitor
sumber energy yang adekuat, monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui
lokasi dan sumber ketidak sumber energy yang adekuat, monitor
nyamanan/nyeri yang dialami pasien lokasi dan sumber ketidak
selama aktivitas, bantu pasien nyamanan/nyeri yang dialami pasien
identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas selama aktivitas, bantu pasien
yang akan dilakukan, bantu pasien identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas
dalam aktivitas sehari-hari yang terartut yang akan dilakukan, bantu pasien
sesuai kebutuhan (berpindah, bergerak, dalam aktivitas sehari-hari yang terartut
dan perawatan diri). terapi aktivitas sesuai kebutuhan (berpindah, bergerak,

Poltekkes Kemenkes Padang


60

:bantu pasien untuk mengidentifikasi dan perawatan diri). Terapi aktivitas


aktivitas yang diinginkan, anjurkan :bantu pasien untuk mengidentifikasi
keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, aktivitas yang diinginkan, anjurkan
dengan cara yang tepat, bantu pasien keluarga untuk terlibat dalam aktivitas,
untuk meningkatkan motivasi diri dan dengan cara yang tepat, bantu pasien
penguatan, ciptakan lingkungan yang untuk meningkatkan motivasi diri dan
aman untuk dapat melakukan penguatan, ciptakan lingkungan yang
pergerakan. aman untuk dapat melakukan
pergerakan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan selama 5 hari untuk masing-masing
partisipan. Pada partisispan I dimulai tanggal 18 Mei 2017 sampai
dengan 22 Mei 2017, partisipan II dimulai tanggal 19 Mei 2017
sampai dengan 23 Mei 2017. Implementasi yang dilakukan
disesuaikan dengan rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat.
Berikut adalah implementasi yang dilakukan.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Implementasi yang telah dilakukan Implementasi yang telah dilakukan
pada diagnosis keperawatan pada pada diagnosis keperawatan risiko
masalah risiko ketidakefektifan ketidakefektifan perfusi jaringan
perfusi jaringan serebral serebral berhubungan dengan
berhubungan dengan uremia uremia yaitu memonitar tanda-
yaitu memonitar tanda-tanda vital, tanda vital, memonitor frekuensi
memonitor frekuensi pernafasanm, pernafasanm, memposisikan tinggi
memposisikan tinggi kepala tempat kepala tempat tidur 30 derajat atau
tidur 30 derajat atau lebih, lebih, menganjurkan kepada klien
menganjurkan kepada klien untuk untuk membatasi cairan,

Poltekkes Kemenkes Padang


61

membatasi cairan, memberikan memberikan diuretik osmotic.


diuretik osmotic. monitor neurologi monitor neurologi dengan
dengan memanpantau ukuran pupil memanpantau ukuran pupil
memonitor tingkat kesadaran, memonitor tingkat kesadaran,
memonitor tingkat orientasi. memonitor tingkat orientasi. .

Untuk masalah resiko cidera Untuk masalah resiko cidera


berhubungan dengan uremia berhubungan dengan uremia
adalah implementasi yang yang adalah implementasi yang yang
sudah dilakukan yaitu manajemen sudah dilakukan yaitu manajemen
edema serebral, memonitor vital edema serebral, memonitor vital
sign, menganjurkan kepada klien sign, menganjurkan kepada klien
untuk membatasi cairan, memonitor untuk membatasi cairan,
ukuran pupil. manajemen energy : memonitor ukuran pupil.
momenitor intake/asupan nutrisi manajemen energy : memonitor
untuk mengetahui sumber energi intake/asupan nutrisi untuk
yang adekuat. Pencegahan jatuh: mengetahui sumber energi yang
mengidentifikasi kekurangan baik adekuat. Pencegahan jatuh:
kognitif atau fisik dari pasien, mengidentifikasi kekurangan baik
mengidentifikasi karakteristik dari kognitif atau fisik dari pasien,
lingkungan, mengkaji ulang riwayat mengidentifikasi karakteristik dari
jatuh, memonitor kemampuan lingkungan, mengkaji ulang
berpindah, gunakan tempat tidur riwayat jatuh, memonitor
yang dapat membatasi gerakan. kemampuan berpindah, gunakan
tempat tidur yang dapat membatasi
Untuk masalah ketidakefektifan gerakan.
perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan Untuk masalah ketidakefektifan
berkurangnya suplai oksigen ke perfusi jaringan perifer
jaringan tindakan yang sudah berhubungan dengan
dilakukan antara lain yaitu berkurangnya suplai oksigen ke

Poltekkes Kemenkes Padang


62

memonitor vital sign klien, jaringan antara lain yaitu


mengkaji tanda – tanda dehidrasi memonitor vital sign klien,
seperti bibir kering dan pecah – mengkaji tanda – tanda dehidrasi
pecah, capillary refill time, nadi, seperti bibir kering dan pecah –
dan mengkaji pengeluran urin pecah, capillary refill time, nadi,
output, serta memberikan terapi dan mengkaji pengeluran urin
oksigen dan melakukan transfusi output, serta memberikan terapi
terhadap klien. oksigen dan melakukan transfusi
terhadap klien.
Implementasi yang telah dilakukan
pada diagnosis keperawatan Tindakan keperawatan yang
ketidakefektifan pola nafas dilakukan pada masalah
berhubungan dengan ketidakefektifan pola nafas
hiperventilasi yaitu memonitor berhubungan dengan
pola nafas klien, mengauskultasi hiperventilasi yaitu memonitor
suara nafas, mengatur posisi pasien pola nafas klien, auskultasi suara
untuk memaksimalkan ventilasi nafas, mengatur posisi pasien untuk
dengan posisi semi fowler, serta memaksimalkan ventilasi dengan
memberikan terapi oksigen sesuai posisi semi fowler, serta
kebutuhan dan memonitor aliran memberikan terapi oksigen sesuai
oksigen. kebutuhan dan memonitor aliran
oksigen klien.
Tindakan keperawatan yang
dilakukan pada masalah kelebihan Tindakan keperawatan yang
volume cairan berhubungan dilakukan pada masalah kelebihan
dengan gangguan mekanisme volume cairan berhubungan
regulasiantara lain menghitung dengan gangguan mekanisme
jumlah makanan yang dikonsumsi regulasi antara lain menghitung
pasien, menghitung jumlah minum, jumlah makanan yang dikonsumsi
menghitung jumlah cairan infuse, pasien, menghitung jumlah minum,
menganjurkan pasien membatasi menghitung jumlah cairan infuse,

Poltekkes Kemenkes Padang


63

asupan cairan, mengkaji indikasi menganjurkan pasien membatasi


kelebihan volume cairan seperti asupan cairan, mengkaji indikasi
edema, asites, memantau hasil kelebihan volume cairan seperti
laboratorium, menghitung jumlah edema, asites, memantau hasil
urine, menghitung jumlah buang air laboratorium, menghitung jumlah
besar, mengukur tanda-tanda vital urine, menghitung jumlah buang air
dan melakukan balance cairan. besar, mengukur tanda-tanda vital
Serta mendampingi klien dalam dan melakukan balance cairan.
proses dialysis. Serta mendampingi klien dalam
proses dialysis.
Tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan pada masalah nyeri Tindakan keperawatan yang sudah
berhubungan dengan agen dilakukan pada masalah nyeri
cedera fisiologis adalah melakukan berhubungan dengan agen
pengkajian ulang nyeri secara cedera fisiologis adalah melakukan
komperhensif, menggunakan teknik pengkajian ulang nyeri secara
komunikasi terapeutik dalam komperhensif, menggunakan tekni
membina hubungan baik dengan kkomunikasi terapeutik dalam
pasien, memberikan lingkungan membina hubungan baik dengan
yang nyaman pada pasien, pasien, memberikan lingkungan
mengajarkan teknik yang nyaman pada pasien,
nonfarmakologi (teknik relaksasi mengajarkan teknik
napas dalam). nonfarmakologi (teknik relaksasi
Implementasi keperawatan yang napas dalam).
sudah dilakukan untuk diagnosis
mual berhubungan dengan Implementasi tindakan
uremia adalah mengkaji mual keperawatan untuk diagnosis mual
terkait mual, meliputi frekuensi, berhubungan dengan uremia
durasi, dan faktor presipitasi, adalah mengkaji mual terkait
evaluasi pengalaman - pengalaman mual, meliputi frekuensi, durasi,
mual pasien sebelumnya, dan faktor presipitasi, evaluasi

Poltekkes Kemenkes Padang


64

mengidentifikasi faktor- faktor pengalaman - pengalaman mual


yang menyebabkan mual, pasien sebelumnya,
mengajarkan teknik-teknik mengidentifikasi faktor- faktor
nonfarmakologi, seperti relaksasi, yang menyebabkan mual,
untuk mengatur mual yang mengajarkan teknik-teknik
dirasakan oleh pasien, nonfarmakologi, seperti relaksasi,
menganjurkan pola makan dengan untuk mengatur mual yang
porsi sedikit makanan yang dirasakan oleh pasien,
menarik bagi pasien, serta menganjurkan pola makan dengan
menganjurkan untuk meningkatkan porsi sedikit makanan yang
istirahat dan tidur yang cukup menarik bagi pasien, serta
untuk memfasilitasi pengurangan menganjurkan untuk meningkatkan
mual. istirahat dan tidur yang cukup
untuk memfasilitasi pengurangan
Untuk diagnosis mual.
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Untuk masalah
berhubungan dengan intake ketidakseimbangan nutrisi
nutrisi tidak adekuat yaitu kurang dari kebutuhan tubuh
menentukan status gizi pasien dan berhubungan dengan intake
kemampuan pasien untuk nutrisi tidak adekuat yaitu
memenuhi kebutuhan gizi, menentukan status gizi pasien dan
mengidentifikasi adanya alerg, kemampuan pasien untuk
menginstruksikan pasien mengenai memenuhi kebutuhan gizi,
kebutuhan nutrisi (diet), kolaborasi mengidentifikasi adanya alergi,
dengan ahli gizi tentang diet yang menginstruksikan pasien mengenai
dibutuhkan, memonitor Hb, Ht, kebutuhan nutrisi (diet),
trombosit dan leukosit. berkolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet yang dibutuhkan,
Tindakan keperawatan yang telah memonitor Hb, Ht, trombosit dan
dilakukan pada masalah leukosit.

Poltekkes Kemenkes Padang


65

Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan ketidak Tindakan keperawatan yang telah
seimbangan suplai dan dilakukan pada masalah
kebutuhan oksigen adalah Intoleransi aktifitas
menanyakan aktifitas yang mampu berhubungan dengan ketidak
dilakukan pasien (pasien mampu seimbangan suplai dan
merubah posisi ditempat tidur), kebutuhan oksigen adalah
menanyakan kepada pasien menanyakan aktifitas yang mampu
penyebab dari kekurangan dalam dilakukan pasien (pasien mampu
beraktivitas (pasien kurang mampu merubah posisi ditempat tidur),
beraktivitas karena kelemahan dan menanyakan kepada pasien
sesak nafas), memantau makanan penyebab dari kekurangan dalam
yang dihabiskan pasien, beraktivitas (pasien kurang mampu
menganjurkan pasien untuk beraktivitas karena kelemahan dan
membatasi aktivitas jika masih sesak nafas), memantau makanan
lemah dan sesak nafas, yang dihabiskan pasien,
menganjurkan kepada keluarga menganjurkan pasien untuk
untuk selalu menemani pasien dan membatasi aktivitas jika masih
membantu pasien dalam melakukan lemah dan sesak nafas,
aktivitas yang tidak bisa dilakukan menganjurkan kepada keluarga
pasien secara mandiri. untuk selalu menemani pasien dan
membantu pasien dalam melakukan
aktivitas yang tidak bisa dilakukan
pasien secara mandiri.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari untuk masing-masing
patisipan. Evaluasi menggunakan metode SOAP untuk mengetahui
keefektifan hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan teradap
klien. Berikut adalah hasil evaluasi yang dilakukan pada kedua
partisipan.

Poltekkes Kemenkes Padang


66

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi keperawatan terhadap Evaluasi keperwatan terhadap
masalah risiko ketidakefektifan masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan koagulopati berhubungan dengan koagulopati
(uremia) pada hari kelima dapat (uremia) pada hari kelima dapat
teratasi sebagian, karena tidak ada teratasi sebagian, karena tidak ada
tanda – tanda terjadinya penurunan tanda – tanda terjadinya penurunan
kesadaran, serta terjadinya kesadaran, serta terjadinya
peningkatan hemoglobin dari 5,0 peningkatan hemoglobin dari 3,2
g/dl menjadi 6,2 g/dl, TD 160/90 g/dl menjadi 4,6 g/dl, TD 150/90
mmHg, pernafasan 22 x/menit. mmHg, pernafasan 24 x/menit.

Untuk masalah risiko cidera Untuk masalah risiko cidera


berhubungan dengan profil berhubungan dengan profil
darah yang abnormal (uremia) darah yang abnormal (uremia)
Pada hari ke lima teratasi sebagian Pada hari ke lima teratasi sebagian
ditandai dengan peningkatan ditandai dengan peningkatan
hemoglobin dari 5,0 g/dl menjadi hemoglobin dari 3,2 g/dl menjadi
6,2 g/dl, TD 160/90 mmHg, 4,6 g/dl, TD 150/90 mmHg,
pernafasan 22x/menit. pernafasan 22 x/menit.

Ketidakefektifan perfusi jaringan Ketidak efektifan perfusi


periferberhubungan dengan jaringan perifer berhubungan
berkurangnya suplai oksigen ke dengan suplai oksigen ke jaringan
jaringan pada hari pada hari kelima yaitu teratasi
kelimadidapatkan akralhangat nadi sebagian dibuktikan dengan akral
tidak lambat dan CRT <3 detik, hangat nadi tidak lambat dan CRT
pada pemeriksaan hematologi <3 detik denjgan hemoglobin 4,6

Poltekkes Kemenkes Padang


67

hemoglobin didaptakan peningkatan g/dl. Untuk evalusai pemeriksaan


hemoglobin yaitu dari 5,0 g/dl tanda-tanda vital didapatkan
menjadi 6,2 g/dl. Untuk evalusai tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi
pemeriksaan tanda-tanda vital : 79 x/menit.
didapatkan tekanan darah : 160/90
mmHg, nadi : 83 x/menit, Evaluasi pada masalah ketidak
pernafasan 22 x/menit. efetifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi pada hari
Hasil evaluasi pada masalah kelima masih belum dapat teratasi
ketidakefetifan pola nafas sepenuhnya. klien mengatakan
berhubungan dengan nafas masih sesak ketika
hiperventilasi pada hari kelima beraktivitas, pernafasan 24 kali
yang didapatkan yaitu klien permenit terpasang selang oksigen
mengatakan sesak sudah berkurang, binasal canule 4l/i.
dan masih menggunakan slang
oksigen. Saat dilakukan Evaluasi keperawatan terhadap
pemeriksaan pernafasan klien 22 masalah kesehatan kelebihan
x/permenit, tidak ada penggunaan volume cairan berhubungan
otot bantu pernafasan. dengan gangguan mekanisme
regulasi belum teratasi, klien
Evaluasi keperawatan terhadap megatakan badannya masi bengkak,
masalah kesehatan kelebihan dan pitting edema derajat III hasil
volume cairan berhubungan pemeriksaan labor pada tanggal 23
dengan gangguan mekanisme Mei 2017 didapatkan ureum darah
regulasi belum teratasi, klien 367 mg/dl, kreatinin darah 13,1
megatakan badannya masi bengkak, mg/dl.
dan pitting edema derajat IV.
Evaluasi keperawatan terhadap Evaluasi keperawatan terhadap
masalah Nyeri berhubungan masalah Nyeri berhubungan
dengan cidera fisiologis nyeri dengan cidera fisiologis teratasi
sudah berkurang, nyeri muncul sebagian, nyeri sudah berkurang,

Poltekkes Kemenkes Padang


68

sesekali skala nyaeri 3 sampai 4 nyeri muncul sesekali skala nyaeri 3


dengan sdurasi 3 detik. sampai 4 dengan durasi 3 detik.

Evaluasi keperawatan terhadap Evaluasi keperawatan terhadap


masalah mual berhubungan masalah mual berhubungan
dengan uremia pada hari kelima dengan uremia pada hari kelima
teratasi sebagian karena klien belum teratasi karena klien masih
mampu menghabiskan ½ porsi diit mengeluh mual dan hanya mampu
yang diberikan. menghabiskan ¼ porsi diit yang
diberikan.
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh Evaluasi pada masalah
berhubungan dengan intake ketidakseimbangan nutrisi
nutrisi tidak adekuat pada hari ke kurang dari kebutuhan tubuh
lima didapatkan klien mampu berhubungan dengan intake
menghabiskan setengah porsi dari nutrisi tidak adekuatpada hari
diit yang diberikan, dari hasil yang ke lima di dapat bahwa klien
pemeriksaan hematologi didapatkan masih mengalami mual, dan klien
peningkatan hemoglobin pada Tn. hanya menghabiskan ¼ porsi yang
K dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl. diberika, klien masih tampak lemas.

Evaluasi keperawatan terhadap Evaluasi keperawatan terhadap


masalah intoleransi aktivitas masalah intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidak berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen didapatkan kebutuhan oksigen masih belum
hasil badan klien masih terasa lemas teratasi, karena klien mengatakan
jika banyak beraktivitas, semua badan masih terasa lemah dan cepat
aktivitas klien masih dibantu oleh lelah dan aktivitas masi tampak
keluarga, pergerakan klien masih dibantu keluarga. Pada hasil
lambat, konjungtiva masih anemis. pemeriksaan tanda-tanda vital

Poltekkes Kemenkes Padang


69

Pada hasil pemeriksaan tanda-tanda didapatkan tekanan darah : 150/90


vital didapatkan tekanan darah : mmHg, nadi : 79 x/menit,
160/90 mmHg, nadi : 83 x/menit, pernafasan 24 x/menit, sedangkan
pernafasan 22 x/menit. sedangkan pada pemeriksaan hematologi
pada pemeriksaan hematologi hemoglobin didapatkan peningkatan
hemoglobin didaptakan peningkatan hemoglobin dari 3,2 g/dl menjadi
hemoglobin dari 5,0 g/dl menjadi 4,6 g/dl.
6,2 g/dl.

C. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan
antara teori dengan laporan kasus asuhan keperawatan pada Tn. K
(Partisipan I) dan Tn.D (Partisipan II) dengan penyakit Chronic Kidney
Desease (CKD) yang telah dilakukan sejak tanggal 18 Mei sampai dengan
23 Mei 2017 di Ruang Penyakit Dalam Pria RSUP DR. M. Djamil Padang.
Dimana pembahasan ini sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang
dimulai pada tahap pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan,
menyusun rencana keperawatan, melakukan implementasi keperawatan,
hingga proses evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Tn.K berumur 41 tahun pekerjaan sebagai petani dengan tingkat
pendidikan SD, dan Tn.D 40 tahun pekerjaan sehari – hari sebagai
pedagang dengan tingkat pendidikan SMA. Kedua partisipan sama –
sama berjenis kelamin laki – laki. Hal ini sesuai dengan catatan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013, bahwa angka kejadian CKD pada pada
laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), selain itu pada
orang yang tidak bersekolah sebanyak (0,4%) dan bagi mereka yang
pekerjaan wiraswasta, petani, nelayan, buruh (0,3%) yang menderita
CKD. Dari tingkat usia menurut laporan tahunan dari Yayasan Ginjal
Diatrans Indonesia (YGDI) pada tahun 2006, bahwa jumlah penderita
penyakit CKD di Indonesia sebanyak 150 ribu pasien. Dari jumlah

Poltekkes Kemenkes Padang


70

total pasien tersebut 21% berusia 15-34 tahun, 49% berusia 35-55
tahun, dan 30% berusia diatas 56 tahun.

Kasus Tn. D dan Tn. K dengan keluhan edema pada ekremitas, urine
sedikit, badan terasa lelah dan nafas sesak merupakan keluhan utama
pada pasien CKD yang dirasakan sebelum dibawa kerumah sakit.
Keluhan tersebut sesuai dengan teori Muttaqin dan Sari (2011) bahwa
pada pasien CKD biasanya didapatkan keluhanyang bervariasi, mulai
dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai
penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah,
mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (amonia), dan gatal pada
kulit. Menurut Smeltzer & Bare (2015), ginjal tidak mampu untuk
mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada
penyakit ginjal tahap akhir. Sehingga terjadi penahanan cairan dan
natrium, sehingga beresiko terjadinya edema.

Pada kasus Tn. K sebelum masuk rumah sakit, Tn. K sempat


mengalami kejang. Menurut analisa peneliti, tanda dan gejala kejang
yang dialami oleh Tn.K merupakan dampak yang ditimbulkan akibat
peningkatan uremia yang menyerang sistem saraf. Menurut Wilson
dalam Loho, Rambert dan Wowor (2016), uremia adalah suatu
sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ akibat
penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal, dimana terjadi retensi
sisa pembuangan metabolisme protein yang ditandai oleh homeostasis
cairan yang abnormal dan elektrolit dengan kekacauan metabolic dan
endokrin.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sirait dan Sari (2017), yang
mengatakan bahwa Ensefalopati Uremikum pada pasien CKD
merupakan salah satu kelainan otak organik yang terjadi pada pasien
dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Enselopati uremikum
merupakan suatu kondisi disfungsi otak yang global yang

Poltekkes Kemenkes Padang


71

menyebabkan terjadi perubahan kesadaran, perubahan tingkah laku


dan kejang yang disebabkan oleh kelainan pada otak maupun diluar
otak.

Saat dilakukan pengkajian, kedua partisipan mengatakan badan terasa


lemas, dan nafas terasa sesak jika banyak beraktifitas. Tn.D juga
mengalami keluhan BAB hitam sejak 1 minggu yang lalu serta
perasaan mual yang sering muncul. Hasil pengkajian ini sesuai dengan
teori menurut Smeltzer & Bare (2015), yaitu anoreksia, mual, muntah
dan perdarahan pada saluran cerna merupakan salah satu tanda dan
gejala yang terjadi pada gastroinstetinal terhadap perubahan fisiologis
yang dipengaruhi oleh kondisi uremia dalam darah pada pasien CKD.
Menurut Pardede (2012), Perdarahan saluran cerna merupakan salah
satu komplikasi pada penyakit CKD yang sering ditemukan.
Patogenesis perdarahan saluran cerna pada penyakit CKD belum jelas,
diduga faktor yang berperan terhadap perdarahan saluran cerna pada
pasien CKD antara lain karena efek uremia terhadap mukosa saluran
cerna, disfungsi trombosit akibat uremia, serta heparinisasi saat
dialisis.

Pada riwayat kesehatan dahulu, kedua partisipan sama – sama


memiliki riwayat hipertensi yang tidak dikontrol. Tn.D diketahui
memiliki riwayat hipertensi semenjak 5 bulan yang lalu dan Tn. K
semenjak 1 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil pengkajian, kedua
partisipan sama-sama suka mengkonsumsi makanan bersantan dan
berminyak yang dapat menjadi salah satu faktor munculnya riwayat
hipertensi. Dari hail pengkajian didapatkan hasil tekanan darah Tn. D
yaitu 170/90 mmHg, Tn. K 190/100 mmHg. Kedua partisipan
sebelumnya juga sama – sama pernah dirawat dengan diagnosis CKD.

Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori Prince dan Wilson


(2012) bahwa salah satu faktor penyebab penyakit CKD yaitu yang

Poltekkes Kemenkes Padang


72

mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi.


Menurut Muttaqin dan Sari (2011), hipertensi akan memperburuk
kondisi gagal ginjal karena terjadi peningkatan filtrasi protein-protein
plasma. Secara progresif fungsi ginjal menurun drastis. Menurut
Smeltzer dan Bare (2015), pasien CKD selalu mengalami tekanan
darah tinggi akibat meningkatnya produksi renin yang berfungsi
sebagai mengatur tekanan darah sehingga memacu produksi
angiostensin kemudian aldosteron (hormon yang dihasilkan kelenjar
adrenal) yangmenyebabkan peningkatan tekanan darah.

Menurut analisa peneliti, faktor resiko yang menjadi pemicu penyakit


CKD terhadap kedua partisipan tersebut adalah riwayat hipertensi yang
tidak terkontrol. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Tjekyan
(2014), bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat
hipertensi dan CKD. Dari hasil analisis didapat responden yang
mempunyai riwayat hipertensi 3 kali lebih berisiko menderita penyakit
ginjal kronik dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. Selain riwayat hipertensi, kedua partisipan juga memiliki
riwayat pernah dirawat karena CKD. Partisipan I pernah dirawat di
RSUP M Djamil padang pada bulan April untuk pemasangan CDL.
Partisipan II pernah dirawat pada bulan januari, dengan keluhan BAK
sedikit, dan kedua pada bulan Maret untuk pemasangan CDL.

Perubahan pola eliminasi BAK sedikit yang dialamai oleh Tn. D dan
Tn.K selama sakit merupakan salah satu keluhan yang sering dialami
oleh pasien CKD. Pasien mengalami oliguri disebabkan oleh
kegagalan ginjal untuk melakukan fungsi ekskresi yaitu gangguan
pengeluaran cairan, sehingga cairan akan menyebar ke semua organ
dan jaringan yang ada dalam tubuh (Muttaqin dan Sari, 2011).

Hasil dari pemeriksaan labolatorium pada Tn. D adalah hemoglobin


3,2 g/dl (14-16 g/dl), ureum darah 345mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin

Poltekkes Kemenkes Padang


73

darah 11,5 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl), sedangkan Tn. K hemoglobin 5,0


g/dl (14-16 g/dl), ureum darah 151 mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin
darah 9,7 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl). Pada kedua kasus, Tn. D dan Tn. K
mengalami anemia. Menurut Smeltzer dan Bare (2015), Anemia
merupakan salah satu komplikasi yang muncul pada pasien CKD.
Anemia terjadi akibat penurunan sekresi eritropoetin, eritropoetin
merupakan faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah
oleh sumsum tulang. Penurunan sekresi eritropoetin menyebabkan
produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia, sehingga
peningkatan oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan
mengalami keletihan, angina dan sesak napas.

Selain itu, hasil labor kedua klien juga menunjukkan terjadinya


peningkatan pada ureum dan kreatinin. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Suryan, Arjani, dan Sudarmanto (2016) di RSUD sanjiwani
Gianyar, bahwa dari 30 pasien CKD, seluruhnya (100%) memiliki
kadar ureum dan kreatinin serum yang tinggi yaitu dengan rata-rata
kadar ureum 130,4 mg/dl dan kreatinin 10,6 mg/dl. Hasil tersebut
sesuai dengan teori Muttaqin dan Sari (2011) bahwa pada pasien CKD
kadar ureum dan kreatinin dalam darah meningkat akibat penurunan
fungsi glomelurus dan tubulus yang menimbulkan kerusakan pada
nefron sehingga mengakibatkan kadar ureum dan kreatinin meningkat.

Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan peneliti dalam


melakukan pengkajian sudah sesuai dengan apa yang sudah dikaji,
sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status
kesehatan atau masalah aktual atau risiko dalam rangka
mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk

Poltekkes Kemenkes Padang


74

mengurangi, menghilangkan, atau mencegah masalah kesehatan klien


yang ada pada tanggung jawabnya (Tarwoto dan Wartonah, 2011)

Berdasarkan data hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan labolatorium


yang dilakukan pada kedua partisipan, ditemukan sembilan masalah
keperawatan yang sama dari masing – masing partisipan, yaitu risiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
koagulopati (uremia), risiko cidera berhubungan dengan profil darah
yang abnormal (uremia), ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan,
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi, mual berhubungan dengan uremia, nyeri berhubungan dengan
agen cedera fisiologis, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat dan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen sesuai dengan diagnosis yang mungkin
muncul pada pasien CKD menurut NANDA internasional 2015-2017.

Beberapa diagnosis yang muncul pada kasus tersebut sesuai dengan


hasil penelitian Riska Yunitasari pada tahun 2016 di ruang melati
RSUD Batang Kabupaten Batang bahwa diagnosis yang muncul
adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan
haluaran urine, retensi cairan dan natrium. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan penurunan hemoglobin, keletihan kelemahan
fisik. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uretra.

Berdasarkan diagnosis yang ada di teori peneliti menemukan


kesenjangan, bahwa tidak semua diagnosis yang ada dalam teori
muncul dalam kasus penelitian yang dialami oleh klien. Diagnosis
yang tidak muncul pada pasien adalah yang risiko kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan respons integumen ureum pada jaringan

Poltekkes Kemenkes Padang


75

kulit, kulit kering dan pecah, berlilin,memar. Diagnosis kedua adalah


defisit pengetahuan berhubungan dengan intake pasien yang
mengalami (CKD). Diagnosis yang ketiga adalah risiko infeksi
berhubungan dengan tindakan invasiv berulang.

Diagnosis diatas tidak muncul pada pasien karena tidak ditemukan


data yang memungkinkan untuk mengakkan diagnosis tersebut.
Diagnosis keperawatan merupakan respon pasien terhadapperubahan
patologis dan fisiologis, dimana perubahan itu timbul akibat dari
proses penyakit yang setiap orang akan mengalami suatu perubahan
yang berbeda sehingga kesenjangan antara teori dan hasil peneliti
dapat terjadi.

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah pasien. Kegiatan perencanaan ini
meliputi memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil
serta tindakan (Alimul,2009).

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan


yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri
dari Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classifications (NOC).

Pada masalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral


berhubungan dengan uremia diharapkan status neurologi baik dengan
criteria hasil kesadaran tidak terganggu, pola istirahat dan tidur tidak
terganggu, pola pernafasan tidak terganggu, orientasi kognitif tidak
terganggu dengan rencana keperawatan yang dilakukan yaitu dengan
manajemen edema serebral seperti monitar tanda-tanda vital, monitor
status pernafasan : frekuensi, irama kedalaman pernapasan, PaO2,

Poltekkes Kemenkes Padang


76

PCO2, PH, bikarbonat, posisikan tinggi kepala tempat tidur 30 derajat


atau lebih, batasi cairan, berikan diuretik osmotic. monitor neurologi
dengan pantau ukuran pupil memonitor tingkat kesadaran, memonitor
tingkat orientasi.

Untu masalah risiko cidera berhubungan dengan uremia rencana


keperawatan yang dilakukan yaitu manajemen edema serebral,
manajemen energi. Pencegahan jatuh: identifikasi kekurangan baik
kognitif atau fisik dari pasien, identifikasi karakteristik dari
lingkungan, kaji ulang riwayat jatuh, monitor kemampuan berpindah,
sediakan pencahayaan yang cukup, sediakan pengawasan yang ketat,
gunakan tempat tidur yang dapat membatasi gerakan.

Rencana yang dilakukan dengan masalah ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer berhubungan dengan berkurangnya suplai oksigen ke
jaringan diharapakan perfusi jaringan perifer kembali efektif dengan
kriteria hasil suhu kulit ujung kaki dan tangan dalam kisaran normal
tekanan darah sistolik dalam rentang normal, tekanan darah diastolik
dalam kisaran normal, tidak ada muka pucat ,tidak ada kelemahan otot.
Rencana tersebut berupa manajemen hipovelemi : monitor adanya
tanda-tanda dehidrasi (misalnya, turgor kulit buruk, capillary refill
terlambat, nadi lemah, sangat haus, membran mukosa kering, dan
penurunan urin outputmonitor adanya sumber-sumber kehilangan
cairan (misalnya, perdarahan, muntah, diare, keringat yang berlebihan,
dan takpnea) posisikan untuk perfusi perifer. Monitor vital sign :
monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan, catat adanya
fluktuasi tekanan darah, monitor kualitas nadi, monitor pola
pernapasan yang abnormal, monitor suhu, warna, dan kelembapan
kulit.

Rencana keperawatan yang dilakukan pada kedua partisipan dengan


masalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilas

Poltekkes Kemenkes Padang


77

diharapkan pernafasan pasien kembali efektif dengan kriteria hasil


tidak ada deviasi frekuensi pernafasan, irama pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, tidak ada
peningkatan frekuensi pernafasan, dan tidak ada nyeri kepala. Rencana
tindakan keperawatan yang dilakukan adalah manajemen jalan nafas :
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara
nafas, catat adanya suara nafas tambahan, monitoring pernafasan yaitu
monitor pola nafas (bradipneu, takiepneu, hiperventilasi, kusmaul),
monitoring vital sign : monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernafasan. Terapi oksigen : pertahankan jalan nafas yang paten, atur
peralatan oksigenisasi, monitor aliran oksigen, pertahankan posisi
pasien, observasi adanyan tanda – tanda hipoventilasi.

Pada masalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan


mekanisme regulasi diharapkan terjadi keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas
normal, keseimbangan intake dan output, kestabilan berat badan, tidak
ada edema perifer, elektrolit serum dalam batas normal, berat jenis urin
tidak terganggu. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan adalah
manajemen elektrolit/ cairan yaitu pantau kadar serum elektrolit,
anjurkan klien batasi cairan, berikan resep diet yang tepat untuk cairan
tertentu atau pada ketidak seimbangan elektrolit, berikan antipiretik
yang sesuai, monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
cairan (BUN, hematokrit dan osmolalitas urin), monitor tanda-tanda
vital pasien, monitor indikasi kelebihan cairan (Edema, distensi vena
leher, dan asites), kaji lokasi dan luasnya edema, periksa turgor kulit,
monitor berat badan.

Untuk mengatasi masalah nyeri berhubungan dengan agen cidera


fisiologis tujuan yang diharapkan yaitu tingkat nyeri berkurang dengan
kriteria hasil, tidak ada nyeri yang dilaporkan, tidak ada ekspresi nyeri
wajah, tidak ada mengerinyit, frekuensi nafas normal, tekanan darah

Poltekkes Kemenkes Padang


78

normal, denyut nadi radial normal. Rencana keperawatan yang


dilakukan yaitu manajemen nyeri : melakukan pengkajian nyeri secara
komperhensiftermasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
dan factor presipitasi nyeri, mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan yang ditimbulkan oleh nyeri. Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien,
mengajarkan teknik nonfarmakologi, dan melakukan kolaborasi
dengan dokter dalam pemberiananalgetik.

Rencana keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah mual


berhubungan dengan uremia adalah manajeman mual yaitu ajarkan
pasien untuk memonitor pengalaman mualnya, ajarkan pasien untuk
mempelajari strategi - strategi untuk mengatur mualnya, lakukan
pengkajian lengkap terkait mual, meliputi frekuensi, durasi, dan
faktor presipitasi, evaluasi pengalaman - pengalaman mual pasien
sebelumnya, identifikasi faktor- faktor yang menyebabkan mual,
ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi, seperti relaksasi, untuk
mengatur mual yang dirasakan oleh pasien, anjurkan pola makan
dengan porsi sedikit makanan yang menarik bagi pasien, serta
tingkatkan istirahat dan tidur yang cuku untuk memfasilitasi
pengurangan mual.

Renacana yang dilakukan pada masalah ketidakseimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penyebab intake
nutrisi tidak adekuat diharapakan ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi dengan criteria hasil status nutrisi,
asupan gizi dalam rentang normal, asupan makanan dalam rengtang
normal, rasio berat badan/tinggi badan dalam rentang normal. Rencana
yang akan dilakukan yaitu dengan manajemen nutrisi:tentukan status
gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
identifikasi adanya alergi, instruksikan pasien mengenai kebutuhan
nutrisi (diet), kolaborasi dengan ahli gizi tentang diet yang dibutuhkan,

Poltekkes Kemenkes Padang


79

ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (


misalnya : bersih, santai, dan bebas dari bau yang menyegat), lakukan
dan bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan, monitor
kalori dan asupan makanan, monitor kecendrungan penurunan berat
badan.

Menurut analisa peneliti, diit kedua partisipan diberikan diit rendah


protein untuk mencegah terjadinya peningkatan ureum dalam darah.
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), pembatasan protein tidak hanya
mengurangi kadar BUN, tetapi juga mengurangi asupan kalium dan
fosfat, serta mengurangi produksi ion hydrogen yang berasal dari
protein.

Rencana yang dilakukan untuk masalah intoleransi aktivitas


berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, diharapkan klien toleransi terhadap aktivitasdengan kriteria
hasil frekuensi pernafasan ketika beraktivitas tidak terganggu, tekanan
darah sitolik ketika beraktivitas tidak terganggu, tekanan darah
diastolik ketika beraktivitas tidak terganggu. Rencana keperawatan
yang dilakukan yaitu manajemen energi : Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang
dialami, monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat, monitor lokasi dan sumber ketidak
nyamanan/nyeri yang dialami pasien selama aktivitas, bantu pasien
identifikasi pilihan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan, bantu
pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai kebutuhan
(berpindah, bergerak, dan perawatan diri). Terapi aktivitas : bantu
pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan, anjurkan
keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara yang tepat, bantu
pasien untuk meningkatkan motivasi diri dan penguatan, ciptakan
lingkungan yang aman untuk dapat melakukan pergerakan.

Poltekkes Kemenkes Padang


80

Menurut peneliti dalam penyusunan rencana yanga akan dilakukan


pada kedua partsipan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
yang ditemukan dalam penetapan intervensi yang akana dilakukan.
Penyusunan perencanaan yang dibutuhkan oleh pasien dalam upaya
pemulihan derajat kesehatan pasien.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2008).

Dalam pelaksanan tindakan keperawatan tidak semua tindakan


dilaksanankan oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24
jam penuh. Namun sebagai solusi peneliti mendelegasikan rencana
tindakan tersebut kepada perawat ruangan dan mahasiswa praktek
yang sedang dinas di ruangan tersebut. Untuk melihat tindakan
yang dilakukan perawat ruanganan peneliti melihat dan membaca
buku laporan tindakan yang di tulis oleh perawat yang sedang
dinas.

Secara umum rencana pada masing – masing masalah keperawatan


dapat dilakukan, namun tidak semua masalah teratasi sesuai dengan
criteria yang telah diharapkan. Pada masalah risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan uremia yaitu memonitar
tanda-tanda vital, memonitor frekuensi pernafasanm, memposisikan
tinggi kepala tempat tidur 30 derajat atau lebih, menganjurkan kepada
klien untuk membatasi cairan, memberikan diuretik osmotic. monitor
neurologi dengan memanpantau ukuran pupil memonitor tingkat
kesadaran, memonitor tingkat orientasi.

Poltekkes Kemenkes Padang


81

Pada masalah resiko cidera berhubungan dengan uremia adalah


implementasi yang yang sudah dilakukan yaitu manajemen edema
serebral, memonitor vital sign, menganjurkan kepada klien untuk
membatasi cairan, memonitor ukuran pupil. manajemen energy :
momenitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang
adekuat. Pencegahan jatuh: mengidentifikasi kekurangan baik kognitif
atau fisik dari pasien, mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan,
mengkaji ulang riwayat jatuh, memonitor kemampuan berpindah,
gunakan tempat tidur yang dapat membatasi gerakan.

Pada masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan


dengan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan dapat dilakukan
sepenuhnya, antara lain yaitu dengan memonitor vital sign klien,
mengkaji tanda – tanda dehidrasi seperti bibir kering dan pecah –
pecah, capillary refill time, nadi, dan mengkaji pengeluran urin output,
serta memberikan terapi oksigen, melakukan transfusi terhadap, serta
memberikan asam folat untuk klien. Implementasi yang dilakukan
sesuai dengan rencana dan teori yang dikemukakan oleh Smeltzer dan
Bare (2015), yaitu salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
pencegahan dan komplikasi anemia adalah dengan pemberian hormon
eritropoeitin, pemberian vitamin dan asam folat, besi dan tranfusi
darah.

Pada masalah ketidakefektifan pola nafas implementasi yang sudah


dilakukan padakedua partisipandari 10 intervensi yang sudah
direncanakan, didalam implementasi yang dilkaksanakan hanya 8 yaitu
manajemen jalan nafas yaitu mengatur posisi klien dengan posisi semi
fowler untuk memaksimalkan ventilasi, mengauskultasi suara nafas.
Monitoring pernafasan yaitu memonitor pola nafas, monitoring vital
sign : memonitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
Memberikan terapi oksigen : mepertahankan jalan nafas yang paten,

Poltekkes Kemenkes Padang


82

memonitor aliran oksigen, mempertahankan posisi pasien,


mengobservasi adanyan tanda – tanda hipoventilasi.

Dalam jurnal Roca,et al (2010) yang berjudul High Flow Oxygen


Therapy in Acute Respiratory Failure menyebutkan bahwa tujuan
terapi ini adalah untuk membandingkan kenyamanan terapi oksigen
aliran tinggi melalui nasal kanul dengan masker wajah pada kegagalan
pernafasan akut. Hasil observasi menunjukkan 95% pasien memiliki
menggunakan terapi oksigen nasal kanul. Pemberian oksigen melalui
nasal kanul dapat menurunkan tingkat pernafasan yang lebih rendah
(Roca, 2010). Hal ini sejalan dengan teori bahwa terapi oksigen
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di seluruh bagian tubuh.
Memberikan oksigen yang adekuat untuk memaksimalkan bernafas
dan menurunkan kerja nafas. Memberikan oksigen secara kontinu
dengan aliran 1-6 liter per menit dengan konsentrasi 24%-44%, aliran
lebih dari 6 liter per menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat (Harahap
dalam wahyuningtyas, 2012). Oleh sebab itu, peneliti melakukan
implementasi memonitor aliran oksigen agar tidak terjadi komplikasi
lain akibat pemberian oksigen yang tidak sesuai aliran.

Dalam penelitian Riska Yunitasari pada tahun 2016 di ruang melati


RSUD Batang Kabupaten Batang pada masalah kelebihan volume
cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
implementasi yang dilakukan menganjurkan klien membatasi cairan,
berkolaborasi dengan ahli medis untuk pemberian obat furosemid,
menghitung balance cariran serta memonitor tanda-tanda vital pasien.

Implementasi yang peneliti lakukan terghadap kedua partisipan sama


dengan yang dilakukan peneliti di atas seperti menganjurkan klien
membatasi cairan, menghitung balance cairan dengan menghitung
jumlah makanan yang dikonsumsi pasien, menghitung jumlah minum,

Poltekkes Kemenkes Padang


83

menghitung jumlah cairan infuse, menganjurkan pasien membatasi


asupan cairan, memantau hasil laboratorium, menghitung jumlah urine,
menghitung jumlah buang air besar, monitor tanda-tanda vital pasien
dan memeberikan obat furosemid yang bertujuan untuk mengurangi
cairan yang berlebih dalam tubuh. Selain itu peneliti juga mengkaji
luasnya edema, periksa turgor kulit serta mendampingi kedua
partisipan.

Menurut Pranata (2013), tindakan pemantauan edema pada kaki


pasien. Edema adalah akumulasi cairan pada tubuh di luar sel dan di
luar pembuluh darah yang menyebabkan pembengkakan yang dapat
terjadi di mana saja pada tubuh. Biasanya mempengaruhi ekstremitas
seperti kaki, lutut, lengan dan tangan, tetapi juga di sekitar organ lain
seperti edema paru di mana penumpukan cairan mempengaruhi paru -
paru.

Pada masalah nyeri berhubungan dengan agen cedera fisiologis tidak


semua intervensi dilakukan sepenuhnya. Peneliti hanya melakukan
enam dari tujuh intervensi yang sudah direncanakan yaitu melakukan
pengkajian ulang nyeri secara komperhensif, menggunakan teknik
komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik dengan pasien,
memberikan lingkungan yang nyaman pada pasien, mengajarkan
teknik non farmakologi (teknik relaksasi napas dalam), mendukung
pasien untuk istirahat yang adekuat untuk menurunkan nyeri dan
memonitor tanda-tanda vital klien.

Implementasi keperawatan yang sudah dilakukan untuk diagnosis mual


berhubungan dengan uremia adalah mengkaji mual terkait mual,
meliputi frekuensi, durasi, dan faktor presipitasi, evaluasi pengalaman
- pengalaman mual pasien sebelumnya, mengidentifikasi faktor- faktor
yang menyebabkan mual mengajarkan teknik-teknik nonfarmakologi,
seperti relaksasi, untuk mengatur mual yang dirasakan oleh pasien,

Poltekkes Kemenkes Padang


84

menganjurkan pola makan dengan porsi sedikit makanan yang menarik


bagi pasien, serta menganjurkan untuk meningkatkan istirahat dan
tidur yang cukup untuk memfasilitasi pengurangan mual.

Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat,
implementasi yang sudah dilakukan yaitu menentukan status gizi
pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi,
mengidentifikasi adanya alergi, menginstruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (diit), berkolaborasi dengan ahli gizi tentang diet
yang dibutuhkan klien yaitu memberikan diit RG II RP 40 gr diit dan
klien hanya menghabiskan ¼ porsi untuk partisipan 1, dan diit MC
rendah protein yaitu jus pepaya 3x 300 cc + gula 100 gr untuk
partisipan 2, dan memonitor kecenderungan penurunan, memonitor
Hemoglobin, hematokrit, trombosit dan leukosit, albumin.
Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering dan mengajurkan makan
dalam kondisi hangat.

Implementasi yang dilakukan pada kedua partisipan yaitu dengan


diagnosis intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen adalah mendorong
pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya,
mengobservasi nutrisi sebagai sumber energi yang adekuat dengan
memantau klien dalam menghabiskan diitnya,memonitor lokasi dan
sumber ketidak nyamanan/nyeri yang dialami pasien selama
beraktivitas, membantu pasien mengidentifikasi aktivitas-aktivitas
yang akan dilakukan, membantu pasien dalam aktivitas sehari-hari
yang teratur sesuai kebutuhan,menganjurkan keluarga untuk terlibat
dalam aktivitas, bantu pasien untuk meningkatkan motivasi diri dan
penguatan, ciptakan lingkungan yang aman untuk dapat melakukan
pergerakan.

Poltekkes Kemenkes Padang


85

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.

Pada penelitian ini peneliti melakukan evaluasi dari tindakan yang


dilakukan selama lima hari. Pada partisipan I dilakukan implementasi
dan evaluasi dimulai pada tanggal 18 Mei 2017 – 22 Mei 2017 dan
partisipan II pada tanggal 19 Mei 2017 – 23 Mei 2017. Dalam
melakukan evaluasi, adapun faktor pendukung adalah kerjasama yang
baik antara peneliti dengan perawat ruangan, peneliti tidak
menemukan adanya faktor penghambat, ini dikarenakan adanya
kerjasama yang baik antara peneliti dengan perawatan ruangan.

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama lima


hari terhadap kedua partisipan yaitu partisipan I pada tanggal 22 Mei
2017 dan partisipan II pada tanggal 23 Mei 2017 dengan masalah
risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
koagulopati (uremia) pada hari kelima dapat teratasi sebagian, karena
tidak ada tanda – tanda terjadinya penurunan kesadaran, serta
terjadinya peningkatan hemoglobin terhadap masing – masing
partispan, yaitu partisipan I dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl, dan
partisipan II dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl.

Evalusai untuk masalah risiko cidera berhubungan dengan profil darah


yang abnormal (uremia) pada hari ke lima terhadap kedua partisipan
masalah teratasi sebagian ditandai dengan peningkatan hemoglobin
yaitu yaitu partisipan I dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl, dan partisipan II
dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl.

Poltekkes Kemenkes Padang


86

Hasil evaluasi ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan


dengan suplai oksigen ke jaringan didapatkan akral kedua pasrtisipan
teraba hangat nadi tidak lambat dan CRT <3 detik, sedangkan pada
pemeriksaan hematologi hemoglobin didaptakan peningkatan
hemoglobin dari masing-masing partisipan yaitu Tn. K dari 5,0 g/dl
menjadi 6,2 g/dl dan Tn.D dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl. Untuk
evalusai pemeriksaan tanda-tanda vital terhadap Tn.K didapatkan
tekanan darah : 160/90 mmHg, nadi : 83 x/menit, pernafasan 22
x/menit. Untuk evaluasi pemeriksaan tanda-tanda vital terhadap Tn. D
didapatkan tekanan darah : 150/90 mmHg, nadi : 81 x/menit,
pernafasan 24 x/menit.

Berdasarkan analisa peneliti masalah ketidakefektifan perfusi jaringan


perifer berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan masih belum
teratasi sepenuhnya, karena dari hasil pemeriksaan hematologi
hemoglobin kedua partisipan masih berada dibawah nilai normal yaitu
nilai hemoglobin normal untuk pria adalah 14-16 g/dl, sedangkan nilai
hemoglobin partisipan I adalah 6,2 g/dl dan partisipan II 4,6 g/dl.
Menurut Riswanto (2013), hemoglobin merupakan zat protein yang
terdapat dalam sel darah merah yang memberi warna merah pada darah
dan merupakan pengangkut oksigen utama dalam tubuh.

Hasil evaluasi yang didapatkan dengan masalah keperawatan


ketidakefetifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi pada
hari kelimapada kedua partisipan yaitu, Tn.K mengatakan sesak sudah
berkurang, dan terkadang tidak menggunakan slang oksigen. Saat
dilakukan pemeriksaan pernafasan klien 22 x/permenit, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan. Sedangkan pada Tn. D klien
mengatakan nafas masih sesak ketika beraktivitas, pernafasan 25 kali
permenit terpasang selang oksigen binasal canule 4l/i. Berdasarkan
analisa peneliti, masalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan

Poltekkes Kemenkes Padang


87

dengan hiperventilasi teratasi untuk kasus Tn.K, sedangan pada Tn. D


masalah masih belum teratasi karena dari hasil analisa peneliti
produksi hemoglobin yang berkurang pada Tn.D menyebabkan
terjadinya anemia sehingga pengikatan oksigen oleh hemoglobin
berkurang maka tubuh akan mengalami keletihan, angina dan napas
sesak.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah kesehatan kelebihan


volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
pada hari ke lima terhadap kedua partisipan yaitu Tn.K mengatakan
badan masih terasa lemas, pitting edema derajat IV, BAK masih
sedikit. Hasil evaluasi yang didapat pada Tn.D pada hari ke lima yaitu
BAK masih sedikit, edema derajat III, dan badan masih terasa lemas,
hasil pemeriksaan labor pada tanggal 23 Mei 2017 didapatkan ureum
darah 367 mg/dl, kreatinin darah 13,1 mg/dl.

Hasil evaluasi yang didapatkan terhadap masalah nyeri berhubungan


dengan cidera fisiologis teratasi pada kedua partisipan yaitu, Tn.K dan
Tn.D mengatakan pada hari kelima nyeri sudah berkurang, nyeri
muncul sesekali skala nyaeri 3 sampai 4 dengan sdurasi 3 detik.

Evaluasi keperawatan terhadap masalah mual berhubungan dengan


uremia pada hari kelima terhadap kedua partsipan belum teratasi
karena klien masih mengeluh mual dan tidak menghabiskan diit yang
diberikan.

Hasil evaluasi yang didapatkan pada masalah ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
tidak adekuat terhadap kedua partisipan yaitu, Tn.K pada hari ke lima
didapatkan klien mampu menghabiskan setengah porsi dari diit yang
diberikan, dari hasil pemeriksaan hematologi didapatkan peningkatan
hemoglobin pada Tn. K dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl. Sedangkan pada

Poltekkes Kemenkes Padang


88

Tn.D pada hari yang ke lima di dapat bahwa klien masih mengalami
mual, dan klien hanya menghabiskan ¼ porsi yang diberika, klien
masih tampak lemas. Berdasarkan analisa peneliti Tn. D mengalami
mual karena dampak dari ureum darah yang masih tinggi sehingga
menimbulkan tanda dan gejal dan system gastroinstetinal seperti mual.
Hasil pemeriksaan labolatorium pada Tn. D pada tanggal 23 Mei 2017
didapatkan ureum darah 367 mg/dl, kreatinin darah 13,1 mg/dl

Hasil evaluasi yang didapatkan dengan keperawatan intoleran aktivitas


berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen pada hari ke 5 pada Tn. K dan Tn.D didapatkan badan klien
masih terasa lemas jika banyak beraktivitas, semua aktivitas klien
masih dibantu oleh keluarga, pergerakan klien masih lambat,
konjungtiva masih anemis. Pada hasil pemeriksaan tanda-tanda vital
terhadap Tn.K didapatkan tekanan darah : 160/90 mmHg, nadi : 83
x/menit, pernafasan 22 x/menit. Untuk evaluasi pemeriksaan tanda-
tanda vital terhadap Tn. D didapatkan tekanan darah : 150/90 mmHg,
nadi : 81 x/menit, pernafasan 24 x/menit, sedangkan pada pemeriksaan
hematologi hemoglobin didaptakan peningkatan hemoglobin dari
masing-masing partisipan yaitu Tn. K dari 5,0 g/dl menjadi 6,2 g/dl
dan Tn.D dari 3,2 g/dl menjadi 4,6 g/dl. Berdasarkan analisa peneliti,
masalah intoleransi aktivitas ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen masih belum teratasi. Untuk melanjutkan intervensi
peneliti melakukan pendelegasian kepada perawat ruangan.

Jadi pada kasus hasil evaluasi dari tindakan keperawatan yang


dilakukan selama 5 hari yaitu dengan evaluasi berdarkan NOC. Hasil
yang tercapai pada partisipan I yaitu status neurologi, status
pernafasan, keefektifan perfusi jaringan perifer, status nutrisi, tingkat
nyeri berkurang. Pada partisipan II hasil yang telah dicapai yaitu status
neurologi, keefektifan perfusi jaringan perifer,dan tingkat nyeri.
Sedangkan hasil yang tidak tercapai selama 5 hari kunjungan pada

Poltekkes Kemenkes Padang


89

partisipan I dan II yaitu, keseimbangan cairan dan elektrolit, dan


toleransi aktivitas, pengontrolan mual, serta status nutrisi untuk
partisipan II.

Poltekkes Kemenkes Padang


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada pasien Chronic
Kidney Desease (CKD) di ruang penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil
Padang terhadap dua partisipan, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut‫׃‬
1. Hasil pengkajian didapatkan data kedua partispan sama-sama dalam
keadaan lemas, bibir tampak pucat dan kering. Klien mengeluh sesak
nafas, badan terasa lemas dan mudah lelah, edema pada eksremitas,
edema pada eksremitas, akral teraba dingin, CRT >3 detik, mual, dan
BAK sedikit. Dari hasil pemeriksaan labolatorium kedua partisipan
sama – sama mengalami penurunan hemoglobin, yaitu partisipan I 5,0
g/dl dan partisipan II 3,2 g/dl. Sedangkan pada hasil pemeriksaan
kimia klinik, kedua partisipan sama-sama mengalami peningkatan
ureum kreatinin yaitu partisipan I dengan ureum darah 151 mg/dl,
kreatinin darah 9,7 mg/dl dan partisipan II dengan ureum darah 345
mg/dl, kreatinin darah 11,5 mg/dl.

2. Diagnosis keperawatan
Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengkajian yang dilakukan pada
kedua partisipan, ditemukan delapan masalah keperawatan yang sama
terhadap kedua partisipan yaitu, risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan dengan uremia, risiko cidera
berhubungan dengan profil darah yang abnormal (uremia)
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya suplai oksigen ke jaringan, ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan hiperventilasi, kelebihan volume cairan
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, nyeri
berhubungan dengan agen cedera fisiologis, mual berhubungan dengan
uremia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat dan intoleransi

89 Poltekkes Kemenkes Padang


aktivitas berhubungan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

3. Intervensi keperawatan yang direncana dibuat berdasarkan diagnosa


keperawatan yang ditemukan pada kedua partisipan dengan penyakit
CKD . Rencana tindakan keperawatan ini mengacu pada referensi dari
buku Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classifications (NOC). Rencana yang dilakukan terhadap kedua
partisipan yaitu manajemen edema serebral, manajemen hipovolemi,
monitor vital sign, manajemen pola nafas, terapi oksigen, manajemen
elektrolit/ cairan, manajemen mual, manajemen nyeri, manajemen
nutrisi, monitor nutrisi, manajemen energi dan terapi aktivitas.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan merupakan tindakan dari


rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dengan harapan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
Secara umum rencana pada masing – masing masalah keperawatan
dapat dilakukan, namun tidak semua masalah teratasi sesuai dengan
criteria yang telah diharapkan.

5. Evaluasi dilakukan selama selama 5 hari secara turut – beturut


dilakukan secara komprehensif dengan acuan rencana asuhan
keperawatan NANDA International, (2015-2017). Hasil yang
didapatkan masih banyak dari masalah pasien yang belum terpenuhi
sepenuhnya. Hasil yang tercapai pada partisipan I yaitu status
neurologi, status pernafasan, keefektifan perfusi jaringan perifer, status
nutrisi, tingkat nyeri berkurang. Pada partisipan II hasil yang telah
dicapai yaitu status neurologi, keefektifan perfusi jaringan perifer,dan
tingkat nyeri. Sedangkan hasil yang tidak tercapai selama 5 hari
kunjungan pada partisipan I dan II yaitu, keseimbangan cairan dan
elektrolit, dan toleransi aktivitas, pengontrolan mual, serta status
nutrisi untuk partisipan II.

Poltekkes Kemenkes Padang


B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut

1. Bagi perawat ruang penyakit dalam pria


Diharapkan perawat ruangan dapat melanjutkan rencana tindakan
selanjutnya pada pasien CKD.
2. Bagi Partisipan I dan Partisipan II
Diharapkan kedua partisipan dapat mengikuti program pengobatan
sesuai dengan yang dianjurkan dan mematuhi diit yang telah
ditentukan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan peneliti melakukan pengkajian komprehensif dan
mengambil diagnosis keperawatan secara tepat menurut pengkajian
yang didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan dengan
lebih dahulu memahami masalah dengan baik, dan
mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.
b. Diharapkan peneliti dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu
seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Chronic Kideney Desease (CKD).

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir & Hadibroto, Iwan. 2007. Gagal Ginjal. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama

Asmadi. 2008. Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Baradero, Dayrit & Siswadi. (2009). Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC

Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), 6th Indonesian


edition. ISBN Indonesia: CV. Mocomedia and is published by
arrangement with Elsevier Inc

Davey, Patrick. 2006. At a Glance Medicine, alih bahasa: Annisa Rahmalia &
Cut Novianty. Jakarta: Erlangga

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.

Haryono, Yudi. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.


Yogyakarta: Rapha Publishing

Herdman & Kamitsuru. 2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis


Keperawatan: defenisi & klasisfikasi 2015-2017. Alih bahasa: Budi Anna
Keliat,dkk. Jakarta: EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Metode penelitian keperawatan dan teknik


analisa data. Jakarta : Salemba Medika

Istanti, Yuni Permatasari. 2014. Hubungan Antara Masukan Cairan Dengan


Interdialytic Weight Gains (Idwg) Pada Pasien Chronic Kidney Diseases
Di Unit Hemodialisis Rs Pku Muhammadiyah Yogyakarta. PROFESI
Vol.10 / September 2013- Februari 2014.
https://drive.google.com/file/d/0Bx8eC1QkvspuazVxUUtkQVZ4ams/view

Kasiske, Betram. 2014. Kidney Disease Improving global outcomes (KDIGO).


http://www.kdigo.org/Clinical%20Practice%20Conferences/Philippines%
202014/KDIGO%20CKD%20Guideline%20Manila_Kasiske.pdf Diakses
tanggal 01 Februari 2017

Kemenkes, RI. 2016. Hari ginjal sedunia 2016 cegah nefropati sejak dini.
http://www.depkes.go.id/ Diakses tanggal 7 Januari 2017

Masriadi. 2016. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: CV Trnas info


media

Poltekkes Kemenkes Padang


Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5th Indonesian
edition. ISBN Indonesia: CV. Mocomedia and is published by
arrangement with Elsevier Inc

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Asuhan keperawatan klien dengan
gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Oxtavia, Jumaini, & Lestari . 2013. Hubungan Citra Tubuh Dengan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis.
http://download.portalgaruda.org Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.

Padila. 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan


keperawatan Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen, Persyarafan,
Gastrointestinal, Muskuloskeletal, Reproduksi, dan Respirasi. Yogyakrta:
Nuha Medika

Pardede, Dimas Kusnugroho Bonardo. 2012. Gangguan Gastroinstetinal pada


Penyakit Ginjal Kronis. Jurnal CDK-195 Volume.39 No.7

Price & Wilson. 2012. Patofisioologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC

Rendy, Clevo & Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Saryono & Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


dalam Bidang kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Sirait & Sari. 2017. Ensefalopati Uremikum Pada Gagal ginjal kronis. Jurnal
Volume 7, Nomor 3. Januari 2107

Smeltzer & Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth edisi.8. Vol 2. Jakarta: EGC

Smeltzer. 2016. Keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth edisi 12.


Jakarta: EGC

Sudoyo, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid II. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Suharyanto., Toto., & Majdid., Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media

Poltekkes Kemenkes Padang


Susatyo, Bambang. 2016. Gambaran Kepatuhan Diet Pasien Gagagl Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Kayen
Kabupaten Pati Tahun 2015. Jurnal kesehatan Masyarakat (e-Journal)
Volume 4 Nomor 3. April 2016

Syaifuddin. 2012. Anatomi fisiologi kurikulum berbasis kompetensi edisi 4.


Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah., 2011. Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 4. Jakarta:Salemba


Medika.

Tjekyan. 2012. Prevalensi dan Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2012. MKS, Th.46, No.4, Oktober
2014.http://eprints.unsri.ac.id/5558/1/Prevalensi_dan_Faktor_Risiko_Peny
akit_Ginjal_Kronik_di.pdf Diakses tanggal 08 Januari 2017

Utoyo,Yuwono & Kusumawati. 2016. Pengaruh Stimulasi Pemberian Tablet


Hisap Vitamin Cterhadap Peningkatan Sekresi Saliva Pada Pasien Gagal
ginjal Kronik Yang menjalani Terapi Hemodialisadi RS PKU
Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,
Volume12, No. 1 Februari 2016.
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=414112
Diakses tanggal 08 Januari 2017

Wijaya. Andra Saferi., & Putri. Yessie. Mariza., 2013. Keperawatan Medikal
Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha
Medika

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 10

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG


PENYAKIT DALAM PRIA RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien :
1) Nama : Tn.D
2) Tempat/ Tgl Lahir :Muaro Labuah / 09 – November – 1977.
3) Jenis Kelamin : Laki - laki
4) Status Kawin : Sudah menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMA
7) Pekerjaan : Wiraswasta
8) Alamat : Pasar Timur Pasar Muaro Labuh Sungai
Pagu Solok selatan
9) Diagnosa Medis : CKD stage V on HD + Anemi
10) No. MR : 96 87 12
b. Identifikasi Penanggung Jawab
1) Nama : Ny.M
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Pasar Timur Pasar Muaro Labuh Sungai
Pagu Solok selatan
4) Hubungan : Istri
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Keluhan Utama

Poltekkes Kemenkes Padang


Klien masuk melalui IGD RSUP DR. M. Djamil Padang pada
tanggal 18 Mei 2017 Pukul 20.31 WIB dengan keluhan, edema
pada ekremitas bawah, BAK sedikit, volume BAK 100 cc, dan
nafas sesak, badan terasa lemah dan cepat lelah. muntah sejak 2
hari yang lalu, BAB berwarna hitam sejak 1 minggu yang lalu
konsistensi encer. Klien merupakan rujukan dari RSUD Solok
Selatan dengan CKD Stage V On HD.
b) Keluhan Saat Dikaji
Pengkajian dilakukan pada hari Jum’at tanggal 19 Mei 2017
Pukul 09.00 WIB di ruang penyakit dalam pria RSUP. Dr. M.
Djamil Padang ditem ukan klien dalam keadaan umum tampak
lemas, kesadaran composmentis, terpasang IVFD NaCl 0,9% drip
Prosogan 2 ampul 20x tts/I, klien terpasang slang oksigen binasal
canule 4 l/i, wajah pucat, bibir pecah – pecah, edema pada
eksremitas bawah, akral eksremitas bawah dingin, perut asites.
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut dan mendesak ke ulu
hati, klien mengatakan nyeri seperti di terkam, muncul secara tiba
– tiba, skala nyeri 6 durasi 5-10 detik. klien tampak meringis.
Klien juga mengatakan nafas terasa sesak dan dada terasa berat,
klien mengeluh mual, dan badan terasa lemas, letih, cepat lelah,
sehingga akivitas dibantu oleh keluarga dan tenaga kesehatan.
Klien juga mengeluhkan pipisnya yang sedikit dan BAB yang
masih hitam. Saat dilakukan pemeriksaan TD klien 170/90
mmHg, Nadi 72 kali permenit, pernafasan 28 kali permenit, suhu
36,70C.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat dua kali karna CKD.
Klien mengatakan sebelum dirawat di RSUP Dr. M. Djamil, klien
dirawat di RSUD Solok selatan selama 10 hari karena sesak nafas,
badan lemas dan edema pada eksremitas. Klien memiliki riwayat
hipertensi diketahui semenjak 5 bulan terakhir.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga dari klien yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes,
klien juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien.
d. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)
1) Pola Nutrisi
a) Sehat
Klien makan 5 kali sehari waktu tidak teratur dengan komposisi
nasi, lauk pauk, sayur, jarang mengkonsumsi buah – buahan.
Klien mengatakan suka mengkonsumsi makanan yang
berminyak dan bersantan.
b) Sakit
Klien mengatakan nafsu makan selama di rumah sakit menurun
karena mual muntah, dari ahli gizi klien diberikan diit MC
rendah protein yaitu jus pepaya 3 kali 300 cc per hari. Klien
hanya menghabiskan 2 – 3 sendok makan porsi diit yang
diberikan.
2) Pola eliminasi
Pola BAB 1 sampai 2 kali sehari, BAB berwarna hitam sejak 1
minggu yang lalu, konsistensi lembek. Untuk BAK klien ditampung
dan dibantu di tempat tidur. Untuk 1 kali BAK banyak urine klien 5
sampai 10 cc.
3) Pola istirahat dan tidur
Saat sehat, klien tidak mengalami masalah tidur pada malam
hari,klien tidur ± 6 – 7 jam perhari. Pada siang hari klien jarang tidur
karna bekerja sebagai pedagang. Ketika sakit, klien mengatakan
selama pola tidur klien sedikit terganggu karna sering terbangun
akibat nafas sesak dan nyeri yang dirasakan pada bagian perut.
4) Pola aktivitas dan latihan
Klien mengatakan badannya cepat lelah dan nafas sesak apabila
banyak beraktifitas. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari klien
membutuhkan bantuan dari keluarga dan tenaga kesehatan.

Poltekkes Kemenkes Padang


e. Pemeriksaan Fisik
1) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
2) TTV
Tekanan Darah : 170/90 mmHg
Nadi : 72 x/i
Suhu : 36,70C
Pernafasan : 28 x/i
3) Rambut
Rambut tampak berwarna hitam kering dan kusam.
4) Telinga
Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
pendengaran baik
5) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada luka,
pupil : bulat, isokor, reflek cahaya positif, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis
6) Hidung
Hidung tampak bersih tidak ada serumen ataupun penyumbatan,
tidak ada luka, tidak ada peradangan, daya penciuman normal
7) Mulut
Mulut tampak kering, pucat, pecah - pecah, gusi tidak didapatkan
perdarahan, lidah kotor.
8) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
9) Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri kanan
Palpasi : pergerakan simetris kiri kanan, fremitus kiri kanan,
Perkusi : suara ketuk sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
10) Jantung
Inspeksi: iktus cordis terlihat

Poltekkes Kemenkes Padang


Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral RIC V
Perkusi : terdengar redup pada batas jantung
Auskultasi: irama teratur
11) Abdomen
Inspeksi : Asites
Palpasi : hepar / limfa tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif
12) Genetalia : tidak ada keluhan
13) Ekstermitas :
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema
pada kedua tangan, tidak didapatkan nyeri sendi, CRT 2 detik,
terpasang infus di tangan sebelah kanan dengan cairan NaCl 0,9%,
Bawah : akral dingin, edema derajat III , CRT > 3 detik
Kekuatan otot :
5555 / 5555
5555/ 5555

f. Data Psikologis
1) Status Emosional : Terkontrol
2) Kecemasan : Terkontrol
3) Pola koping :Dukungan dari keluarga dan diri pasien
sendiri baik tentang kondisi yang dialami pasien
4) Gaya komunikasi :Komunikasi pasien lancar dengan
mengunakan bahasa Minangkabau

g. Data Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari pasien rukun dengan masyarakat dan pasien
bekerja sebagai seorang pedagang untuk memenuhi kebutuhan
Ekonominya. Penghasilan perbulan ±800 ribu.

h. Data Spiritual

Poltekkes Kemenkes Padang


Pasien beragama islam, dengan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam dalam keadaan sehat, dan pada keadaan sakit pasien tidak bisa
lagi mengerjakan sholat 5 waktu

i. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan Hematologi Tanggal 18 Mei 2017
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Hemoglobin 3,2 g/dl 14-18 g/dl
2 Leukosit 16.410/mm3 5.000-10.000
3 Trombosit 115.000 150.000-400.000
4 Hematokrit 10 % 40-48

Hasil pemeriksaan Kimia Klinik Tanggal 18 Mei 2017


No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
1 Gula Darah sewaktu 119 mg/dl <200
2 Ureum Darah 345 mg/dl 10-50
3 Kreatinin darah 11,5 mg/dl 0,6-1,1

j. Program dan Rencana Pengobatan


Tanggal 18 Mei 2017
- ceftazidiem 2x 1 gr,
- levofloxocim 1x 500 mg,
- bicnat 1x 5 mg,
- asam folat 1x5 mg,
- transamin 3 x 500 mg,
- Vitamin K 3 X 1 gr,
- transfusi PRC pre lasix 1 ampul,
- Nacl 0,9% drip prosogan 2 ampul.
- O2 4 liter/ menit

2. ANALISA DATA KEPERAWATAN

Poltekkes Kemenkes Padang


Data Masalah Penyebab

DS Ketidak efektifan berkurangnya


Klien mengatakan telapak tangan perfusi jaringan suplai oksigen ke
terasa dingin perifer jaringan
DO
- Akral dingin
- CRT >3 detik
- Tekanan Darah :170/90 mmHg,
Nadi : 72 x/I, Suhu : 36,70C
Pernafasan : 28 x/i
- Hemoglobin 3,2 g/dl
- PO2 73 mmHg.
DS Ketidakefektifan Hiperventilasi
- Klien mengatakan nafas terasa sesak pola nafas
- Sesak meningkat saat beraktivitas
DO
- Pernafasan 28 x/i
- Nafas terlihat sesak
- Terpasang O2 4 liter
- Hemoglobin 3,2 g/dl
- PO2 73 mmHg.
DS Kelebihan volume Gangguan
- klien mengatakan kaki semakin cairan mekanisme
membengkak regulasi
- Klien mengatakanb urine yang
keluar sedikit.
DO
- Pitting edema derajat III,
- Tekanan darah 170/90 mmHg
- Hasil pemeriksaan ureum darah 345
mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin

Poltekkes Kemenkes Padang


darah 11,5 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl).

DS Nyeri Agen cidera


- Klien mengatakan nyeri pada fisiologis
bagian perut, nyeri mendesak ke ulu
hati
- Klien mengatakan nyeri seperti
diterkam skala nyeri 6

DO
- Klien tamapak meringis
- TD 170/90 mmHg

DS Ketidakseimbangan intake nutrisi tidak


- Klien mengatakan tidak nafsu nutrisi kurang dari adekuat
makan kebutuhan tubuh
- Klien mengeluh mual

DO
- Konjungtiva anemis
- Rambut kering dan kusam
- Hb, 3,2 g/dl
- Diit yang diberikan tidak habis

Poltekkes Kemenkes Padang


DS Intoleransi aktivitas ketidak
- Klien mengatakan badan lemas seimbangan antara
dan cepat lelah suplai dan
- Klien mengatakan nafas kebutuhan oksigen
semakin sesak saat beraktivitas

DO
- Klien tampak lemas
- Hb 3,2 g/dl
- Pernafasan 28 kali permenit
- Aktivitas dibantu perawat dan
keluarga

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf

1 ketidakefektifan perfusi jaringan Kamis,


perifer berhubungan dengan 18 Mei
berkurangnya suplai oksigen ke 2017
jaringan
2 ketidakefetifan pola nafas Kamis,
berhubungan dengan 18 Mei
hiperventilasi 2017

3 kelebihan volume cairan Kamis,


Berhubungan dengan gangguan 18 Mei
mekanisme regulasi 2017
4 Nyeri berhubungan dengan Kamis, 23 Mei
cidera fisiologis 18 Mei 2017
2017

Poltekkes Kemenkes Padang


5 ketidakseimbangan nutrisi Kamis,
kurang dari kebutuhan tubuh 18 Mei
berhubungan dengan intake 2017
nutrisi tidak adekuat
6 intoleransi aktivitas Kamis,
berhubungan dengan ketidak 18 Mei
seimbangan antara suplai dan 2017
kebutuhan oksigen

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemi
perfusi jaringan keperawatan, diharapkan 5. Monitor adanya tanda-tanda
perifer perfusi jaringan perifer dehidrasi (misalnya., turgor
berhubungan kembali efektif. kulit buruk, capillary refill
dengan Kriteria hasil: terlambat, nadi lemah,
berkurangnya 16. Pengisian kapiler jari sangat haus, membran
suplai oksigen ke dalam kisaran normal mukosa kering, dan
jaringan. 17. Pengisian kapiler jari penurunan urin output
Defenisi: kaki dalam kisaran 6. Monitor adanya sumber-
penurunan normal sumber kehilangan cairan
sirkulasi darah ke 18. Suhu kulit ujung kaki (misalnya., perdarahan,
perifer yang dapat dan tangan dalam muntah, diare, keringat yang
mengganggu kisaran normal berlebihan, dan takpnea)
kesehatan 19. Kekuatan denyut nadi 7. Posisikan untuk perfusi
karotis (kanan) dalam perifer
Batasan rentang normal
karakteristik: 20. Kekuatan denyut nadi Monitor tanda-tanda vital
h. Edema karotis (kiri) dalam 6. Monitor tekanan darah,
i. Nyeri rentang normal nadi, suhu, dan status

Poltekkes Kemenkes Padang


eksremitas 21. Kekuatan denyut nadi pernapasan
j. Penurunan brakialis (kanan) dalam 7. Monitor warna kulit, suhu
nadi perifer rentang normal dan kelembaban
k. Perubahan 22. Kekuatan denyut nadi 8. Monitor sianosis sentral dan
fungsi motorik brakialis (kiri) dalam perifer
l. Tidak ada nadi rentang normal 9. Identifikasi kemungkinan
perifer 23. Kekuatan denyut nadi penyebab perubahan tanda
m. Perubahan radial(kanan) dalam vital
fungsi motoric rentang normal
n. Waktu 24. Kekuatan denyut nadi
pengisian radial (kiri) dalam
kapiler >3 rentang normal
detik 25. Kekuatan denyut nadi
femoralis (kanan) dalam
rentang normal
26. Kekuatan denyut nadi
femoralis (kiri) dalam
rentang normal
27. Tekanan darah sistolik
dalam rentang normal
28. Tekanan darah diastolik
dalam kisaran normal
29. Tidak ada muka pucat
30. Tidak ada kelemahan
otot

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Monitor pernafasan


pola nafas keperawatan, diharapakan 4. Monitor pola nafas (
berhubungan pola nafas pasien kembali bradipneu, takiepneu,
dengan efektif dengan status hiperventilasi, kusmaul)
hiperventilasi pernafasan pasien kembali 5. Palpasi kesimetrisan
normal. ekspansi paru

Poltekkes Kemenkes Padang


Defenisi : Inspirasi kriteria hasil: 6. Berikan terapi nafas jika
dan/ atau ekspirasi 8. Tidak ada deviasi diperlukan.
yang tidak frekuensi Pernafasan
memberi ventilasi 9. Irama pernfasan dalam Manajemen jalan nafas
adekuat rentang normal 4. Posisikan pasien untuk
10. Tidak ada penggunaan memaksimalkan ventilasi
Batasan otot bantu nafas 5. Ausklultasi suara nafas
Karakteristik: 11. Tidak ada suara nafas 6. Monitor status pernafasan
e. Fase ekspirasi tambahan dan oksigenasi
memanjang 12. Saturasi oksigen dalam
f. Penggunaan rentang normal Manajemen asam basa:
otot bantu 13. Tidak ada sianosis Asidosis Metabolik
pernafasan 14. Tidak mengalami 6. Monitor pernafasan
g. Pernapasan gangguan kesadaran 7. Monitor ketidak
cuping hidung seimbangan eletrolit yang
h. Pola nafas Setelah dilakukan asuhan berhubungan dengan
abnormal keperawatan, diharapakan asidosis metabolik.
(misalnya pola nafas pasien kembali 8. Monitor tanda dan gejala
irama, efektif dengan tidak ada rendahnya HCO3 atau
frekuensi, terjadinya keparahan kelebihan ion hydrogen
kedalaman) asidosis akut. (pernafasan kussmaul,
Kriteria Hasil : kelemahan, diorientasi,
5. Tidak ada Aritmia sakit kepal, anoreksia)
6. Tidak ada peningkatan 9. Berikan cairan sesuai
frekuensi pernafasan indikasi
7. Tidak ada penurunan 10. Monitor intake dan output
kesadaran
8. Tidal ada nyeri kepala Terapi oksigen
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Monitor aliran oksigen
6. Amati tanda-tanda

Poltekkes Kemenkes Padang


hipoventilasi

3 Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen Elektrolit/cairan


cairan keperawatan diharapkan 6. Pantau kadar serum
berhubungan terjadi keseimbangan elektrolit
dengan gangguan cairan dan elektrolit dalam 7. Timbang berat badan harian
mekanisme tubuh. 8. Batasi cairan yang sesuai
regulasi Kriteria Hasil: 9. Berikan resep diet yang
7. Tekanan darahdalam tepat untuk cairan tertentu
Defenisi batasnormal atau pada ketidak
:Peningkatan 8. Keseimbangan seimbangan elektrolit
retensi cairan intake dan output 10. Berikan antipiretik yang
isotonik. 9. Kestabilan sesuai
beratbadan Manajemen cairan
Batasankarakteri 10. Tidak ada 10. Monitor perubahan berat
sitk: edemaperifer badan pasien sebelum dan
11. Elektrolitserumdala sesudah dialisis.
i. Bunyi nafas m 11. Pasang kateter urin
tambahan batasnormal 12. Monitor hasil laboratorium
j. Distensi vena 12. Berat jenisurin tidak yang relevan dengan retensi
jugularis terganggu cairan (BUN, Hematokrit
k. Edema perifer dan osmolalitas urin)
l. Gangguan pola 13. Monitor tanda-tanda vital
nafas pasien.
m. Gangguan 14. Monitor indikasi kelebihan
tekanan darah cairan (CVP, Edema,
n. Ketidak distensi vena leher, dan
seimbangan asites).
elektrolit 15. Kaji lokasi dan luasnya
o. Oliguria edema, jika ada.
p. Penambahan 16. Berikan terapi IV seperti
berat badan yang ditentukan

Poltekkes Kemenkes Padang


dalam waktu 17. Monitor status gizi
sangat singkat 18. Berikan diuretic yang
diresepkan
Monitor cairan
7. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
8. Monitor asupan pengeluran
9. Periksa turgor kulit
10. Monitor berat badan
11. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan
pernafasan
12. Berikan dialisis dan catat
respon pasien
4 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan diharapkan 10. Lakukan pengkajian nyeri
dengan gangguan Tingkat Nyeri berkurang. komprehensif yang meliputi
muskuloskeletal Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
kronis 8. Tidak ada nyeri yang onset/durasi, frekuensi,
dilaporkan kualitas, intensitas atau
Defenisi: 9. Tidak ada ekspresi beratnya nyeri dan faktor
Pengalaman nyeri wajah pencetus
sensorik dan 10. Tidak ada keringat 11. Ajarkan prinsip-prinsip
emosional tidak berlebih manajemen nyeri
menyenangkan 11. Tidak ada mengerinyit 12. Dorong pasien untuk
dengan kerusakan 12. Frekuensi nafas memonitor nyeri dan
jaringan aktual normal menangani nyerinya dengan
atau potensial, atau 13. Tekanan darah normal tepat
digambarkan 14. Denyut nadi radial 13. Ajarkan teknik non-
sebagai suatu normal farmakologis (seperti:
kerusakan; awitan teknik nafas dalam)

Poltekkes Kemenkes Padang


yang tiba-tiba atau 14. Dukung istirahat/tidur yang
lambat dengan adekuat untuk membantu
intensitas dari penurunan nyeri
ringan hingga 15. Berikan informasi yang
berat, terjadi akurat untuk meningkatkan
konstan atau pengetahuan dan respon
berulang tanpa keluarga terhadap
akhir yang dapat pengalaman nyeri
dianstipasi atau 16. Monitor kepuasan pasien
diprediksi dan terhadap manajemen nyeri
berlangsung lebih dalam interval yang spesifik
dari tiga(>3) bulan.

Batasan
karakteristik:
e. Bukti nyeri
f. Ekspresi
wajah nyeri
(meringis)
g. Hambatan
kemampua
n
meneruskan
aktivitas
sebelumnya
h. Perubahan
pola tidur

5 Ketidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


seimbangan nutrisi keperawatan, diharapkan 1. Tentukan status gizi pasien
kurang dari ketidak seimbangan nutrisi dan kemampuan pasien
kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan

Poltekkes Kemenkes Padang


berhubungan tubuh teratasi dengan status gizi
dengan anoreksia nutrisi. 2. Identifikasi adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan yang dimiliki
Defenisi:Asupan 4. Asupan gizi dalam pasien
nutrisi tidak rentang normal 3. Kolaborasi dengan ahli gizi
cukup untuk 5. Asupan makanan dalam menentukan jumlah
memenuhikebut dalam rengtang normal kalori dan jenis nutrisi yang
uhan metabolik 6. Rasio berat dibutuhkan.
BatasanKarakteri badan/tinggi badan 4. Pastikan diet mencakup
stik: dalam rentang normal. makanan tinggi kandungan
m. Nyeri abdomen Setelah dilakukan tindakan serat untuk mencegah
n. BB20% atau keperawatan, diharapkan konstipasi.
lebihdibawah ketidak seimbangan nutrisi
BBideal. kurang dari kebutuhan Monitor nutrisi
o. Kerapuhan tubuh teratasi dengan status 11. Timbang berat badan pasien
kapiler nutrisi : asupan makanan & 12. Lakukan pengkuran
p. Diare cairan antropometri
q. Kehilangan Kriteria Hasil 13. Monitor kecenderungan
rambut 4. Asupan makanan secara turun dan naiknya berat
berlebihan oral yang adekuat badan
r. Bisingusushipera 5. Asupan cairan intravena 14. Identifikasi perubahan berat
ktif yang adekuat badan terakhir
s. Kurangmakanan 6. Asupan nutrisi 15. Monitor turgor kulit dan
t. Kuranginformasi parenteral yang adekuat mobilitas
u. Kurangminatpa 16. Identifikasi adanya
daMakanan abnormalitas rambut
v. Kesalahan (kering, tipis, kasar, dan
informasi mudah patah, rontok)
w. Membran 17. Monitor adanya mual
mukosapucat muntah
x. Tonusotot 18. Monitor diet dan asupan
menurun kalori

Poltekkes Kemenkes Padang


19. Monitor wajah pucat,
konjungtiva anemis
20. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (Kolesterol,
serum albumin, transferrin,
Hb, Ht)
Monitor tanda-tanda vital

6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


berhubungan deng keperawatan, 7. Anjurkan pasien
an ketidak diharapkanpasien mengungkapkan perasaan
seimbangan antara menunjukkan toleransi secara verbal mengenai
suplai dan terhadap aktifitas. keterbatasan yang dialami
kebutuhan oksigen Kritria Hasil: 8. Monitor intake/asupan
4. Frekuensi pernafasan nutrisi untuk mengetahui
Defenisi : ketika beraktivitas tidak sumber energy yang
Ketidakcukupan tergannggu adekuat
energi psikologis 5. Tekanan darah sitolik 9. Monitor lokasi dan sumber
atau fisiologis ketika beraktivitas tidak ketidak nyamanan/nyeri
untuk melanjutkan terganggu yang dialami pasien selama
atau 6. Tekanan darah diastolik aktivitas
menyelesaikan ketika beraktivitas tidak 10. Bantu pasien identifikasi
aktivitas kehidupan terganggu pilihan aktivitas-aktivitas
sehari-hari yang yang akan dilakukan.
harus atau yang Setelah dilakukan asuhan 11. Lakukan ROM aktif/pasif
ingin dilakukan. keperawatan, untuk menghilangkan
diharapkanpasien ketegangan otot.
Batasan menunjukkan.daya tahan 12. Bantu pasien dalam
Karakteristik: terhadap toleransi aktivitas. aktivitas sehari-hari yang
f. Respon Kriteria Hasil: terartut sesuai kebutuhan
tekanan 5. Aktivitas fisik tidak (berpindah, bergerak, dan
darah terganggu perawatan diri)

Poltekkes Kemenkes Padang


abnormal 6. Serum elektrolit darah
terhadap tidak terganggu Terapi aktivitas
aktivitas 7. Tidak ada letargi 5. Bantu pasien untuk
g. Ketidaknya 8. Tidak ada kelelahan mengidentifikasi aktivitas
manan yang diinginkan
setelah Setelah dilakukan asuhan 6. Berikan kesempatan
beraktivitas keperawatan, keluarga untuk terlibat
h. Dipsnea diharapkanpasien dalam aktivitas, dengan cara
setelah menunjukkan energi yang tepat
beraktivitas psikomotor. 7. Bantu pasien untuk
i. Menyataka Kriteria Hasil: meningkatkan motivasi diri
n merasa 3. Menunjukkan tingkat dan penguatan.
letih energi yang stabil 8. Ciptakan lingkungan yang
j. Menyataka 4. Menunjukkan aman untuk dapat
n merasa kemampuan untuk melakukan pergerakan otot
lemah menyelesaikan tugas secara berkala sesuai
sehari-hari dengan indikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Tgl Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan 19 S:
perfusi jaringan Mei - Klien mengatakan telapak
Perifer 2017 a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR tangannya masih terasa
berhubungan b. Mencatat perubahan tekanan darah dingin
c. Memantau kualitas nadi
dengan d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan O:
kulit - Akral masih dingin
e. Memantau adanya daerah yang peka - TD: 170/90 mmHg,
terhadap panas/dingin - N: 72 x/i,
f. Memantau adanya kesemutan - P : 28 x/i, S: 36,70C
g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit
14.00 - Terpasang oksigen 4l/i
- Hemoglobin 3,2 g/dl
- CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi

20 a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR S:


Mei b. Mencatat perubahan tekanan darah - Klien mengatakan telapak
2017 c. Memantau kualitas nadi tangannya masih dingin
d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan 14.20
O:
kulit
- Akral masih dingin
e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin - TD : 150/80 mmHg

Poltekkes Kemenkes Padang


f. Memantau adanya kesemutan - N : 79 x/i
g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - P : 26x/i
h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - S: 36,30C
- Terpasang oksigen 4l/i
- CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi
21 S : Klien mengatakan telapak
Mei a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR tangannya masih terasa dingin
2017 b. Mencatat perubahan tekanan darah O:
c. Memantau kualitas nadi - Akral masih dingin
d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan - TD : 140/80
kulit
- N: 81 x/i,
e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin - P : 26 x/i,
f. Memantau adanya kesemutan - S: 36,60C
14.20
g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - Terpasang oksigen 4l/i
h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi
22 a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR 14.15 S : klien mengatakan tidak ada

Poltekkes Kemenkes Padang


Mei b. Mencatat perubahan tekanan darah kesemutan
2017 c. Memantau kualitas nadi O:
d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan - Akral hangat
kulit - TD: 170/100 mmHg,
e. Memantau adanya daerah yang peka - N: 72 x/i,
terhadap panas/dingin
- P : 26 x/i,
f. Memantau adanya kesemutan - S: 36,60C
g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit
- Terpasang oksigen 4l/i
h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi.
- CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi

23 a. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR S : Klien mengatakan telapak


Mei b. Mencatat perubahan tekanan darah tangannya sudah tidak dingin lagi
2017 c. Memantau kualitas nadi O:
d. Memantau suhu, warna, dan kelembapan - Akral hangat
kulit
14.20 - TD: 150/90 mmHg,
e. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin
- N: 79 x/i,
f. Memantau adanya kesemutan - P : 24 x/i,
g. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - S: 36,60C
h. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - Terpasang oksigen 4l/i

Poltekkes Kemenkes Padang


- CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi
Kelebihan volume 19 Monitoring cairan 14.00 S : Pasien mengatakan tangan
cairan Mei a. Mengkaji riwayat asupan cairan dan sebelah kiri dan kedua
berhubungan 2017 pola eliminasi kakinyamasih terasa sembab
dengan gangguan Riwayat asupan cairan 2-3 dan berat
mekanisme gelas/hari, eliminasi sedikit ± O : Tangan dan kedua kaki
pengaturan 6x/hari. pasien tampak edema
b. Melihat warna, jumlah dan dengan derajat III
kepekatan urine intake : 650 cc
Warna urine yang didapatkan output : 250 cc
bewarna kuning 100 cc. - TD: 170/90 mmHg,
c. Memberitahukan kepada pasien - N: 72 x/i,
untuk membatasi asupan cairan - P : 28 x/i, S: 36,70C
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda A : Masalah kelebihan volume
vital cairan belum teratasi
Hipervolemia manajemen P : Intervensi dilanjutkan
a. Menekan kedua kaki untuk melihat dengan monitoring intake
status edema dan output, membatasi
Terdapat edema di kedua kaki asupan cairan, monitoring
dengan derajat 4 fungsi ginjal dan monitoring
b. Melihat hasil labor untuk memantau adanya edema
fungsi ginjal

Poltekkes Kemenkes Padang


Ureum darah : 151 mg/dl
Kreatinin darah : 9,5 mg/dl
20 Monitoring cairan 14.20 S : Pasien mengatakan tangan
Mei a. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 b. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
c. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake : 700 cc
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 350 cc
vital - TD : 150/80 mmHg
Hipervolemia manajemen - N : 79 x/i
a. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 26x/i
status edema - S: 36,30C
b. Terdapat edema di kedua kaki A : Masalah kelebihan volume
dengan derajat 4 cairan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

21 Monitoring cairan 14.20 S : Pasien mengatakan tangan


Mei a. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 b. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat

Poltekkes Kemenkes Padang


Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
c. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat 4
untuk membatasi asupan cairan intake : 750 cc
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 100 cc
vital TD: 160/90 mmHg, N: 81 x/i,
Hipervolemia manajemen P : 24 x/i, S: 36,50C
a. Menekan kedua kaki untuk melihat A : Masalah kelebihan volume
status edema cairan belum teratasi
b. Terdapat edema di kedua kaki P : Intervensi dilanjutkan
dengan derajat 4 dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

22 Monitoring cairan 14.15 S : Pasien mengatakan tangan


Mei a. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 b. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
c. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake : 800 cc
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 200 cc
vital - TD: 170/100 mmHg,
Hipervolemia manajemen - N: 72 x/i,
a. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 26 x/i,

Poltekkes Kemenkes Padang


status edema - S: 36,60C
Terdapat edema di kedua kaki A : Masalah kelebihan volume
dengan derajat 4 cairan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

23 Monitoring cairan 14.20 S : Pasien mengatakan tangan


Mei a. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
b. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
c. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake :750 cc
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 350 cc
vital Ureum 367 mg/dl, kreatinin
Hipervolemia manajemen 13,1 mg/dl, hasil pemeriksaan
a. Menekan kedua kaki untuk melihat urin, protein positif,
status edema - TD: 150/90 mmHg,
Terdapat edema di kedua kaki - N: 79 x/i,
dengan derajat 4 - P : 24 x/i,
- S: 36,60C
A : Masalah kelebihan volume
cairan belum teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

24 Monitoring cairan 18.00 S : Pasien mengatakan tangan


Mei a. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 b. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
c. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake :850 cc
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 200 cc
vital - TD: 140/90 mmHg,
Hipervolemia manajemen - N: 81 x/i,
b. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 26 x/i,
status edema - S: 36,70C
Terdapat edema di kedua kaki A : Masalah kelebihan volume
dengan derajat 4 cairan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

Poltekkes Kemenkes Padang


25 Monitoring cairan 14.10 S : Pasien mengatakan tangan
Mei a. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 b. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
c. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake :600 cc
d. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 100 cc
vital - TD: 160/90 mmHg,
Hipervolemia manajemen - N: 78 x/i,
a. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 25 x/i,
status edema - S: 36,50C
Terdapat edema di kedua kaki A : Masalah kelebihan volume
dengan derajat 4 cairan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

26 Monitoring cairan 13.30 S : Pasien mengatakan tangan


Mei e. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 f. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki

Poltekkes Kemenkes Padang


bewarna kuning. pasien tampak edema
g. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake :650 cc
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 150 cc
vital - TD: 170/100 mmHg,
Hipervolemia manajemen - N: 81 x/i,
b. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 26 x/i,
status edema - S: 36,50C
Terdapat edema di kedua kaki A : Masalah kelebihan volume
dengan derajat 4 cairan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

27 Monitoring cairan 13.30 S : Pasien mengatakan tangan


Mei i. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 j. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
k. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake :700 cc
l. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 400 cc
vital - TD: 160/80 mmHg,
Hipervolemia manajemen - N: 79 x/i,

Poltekkes Kemenkes Padang


c. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 23 x/i,
status edema - S: 36,60C
Terdapat edema di kedua kaki A : Masalah kelebihan volume
dengan derajat 4 cairan belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

28 Monitoring cairan 13.30 S : Pasien mengatakan tangan


Mei m. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 n. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
o. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat III
untuk membatasi asupan cairan intake :750 cc
p. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 250 cc
vital - TD: 150/70 mmHg,
Hipervolemia manajemen - N: 74 x/i,
d. Menekan kedua kaki untuk melihat - P : 24 x/i,
status edema - S: 36,50C
Terdapat edema di kedua kaki - Ureum darah 239 mg/dl,
dengan derajat 4 kreatinin darah 12,5 mg/dl
A : Masalah kelebihan volume
cairan belum teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


P : Intervensi dilanjutkan
dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

Ketidakefektifan 19 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas


pola nafas Mei a. Mengatur aliran oksigen 4 l/menit masih terasa sesak
berhubungan 2017 b. Mengatur posisi pasien dengan O : Pasien tampak sesak
dengan posisi semi fowler Terpasang nasal kanul 4 l/i
hiperventilasi Pasien merasa nyaman setelah Frekuensi pernapasan : 28 x/i
diatur posisinya
c. Menghitung frekuensi pernapasan A:
Masalah Ketidakefektifan pola nafas
Monitoring respirasi berhubungan dengan hiperventilasi
a. Menginspeksi pergerakan dada, belum teratasi
penggunaan otot bantu nafas.
Tidak ada terlihat pergerakan P : Intervensi dilanjutkan dengan
dinding dada dan penggunaan otot monitoring frekuensi
bantu nafas untuk bernafas. pernafasan, memantau pola
b. Mengauskultasi bunyi nafas, catat pernafasan dan mengauskultasi
area dimana terjadi penurunan atau suara nafas.
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


a. Melihat adanya tanda-tada

Poltekkes Kemenkes Padang


hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.

20 Terapi oksigen 14.20 S : Pasien mengatakan nafas


Mei a. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :26 x/i
b. Menghitung frekuensi pernapasan A : Masalah ketidakefektifan pola
c. Menginspeksi pergerakan dada, nafas belum teratasi
penggunaan otot bantu nafas. P : Intervensi dilanjutkan dengan
Tidak ada terlihat pergerakan monitoring frekuensi
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan, memantau pola
bantu nafas untuk bernafas. pernafasan dan mengauskultasi
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat suara nafas.
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,

Poltekkes Kemenkes Padang


disorientasi.
21 Terapi oksigen 14.20 S : Pasien mengatakan nafas
Mei a. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :26 x/i
b. Menghitung frekuensi pernapasan A : Masalah gangguan
c. Menginspeksi pergerakan dada, pertukaran gas belum teratasi
penggunaan otot bantu nafas. P : Intervensi dilanjutkan dengan
Tidak ada terlihat pergerakan monitoring frekuensi
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan, memantau pola
bantu nafas untuk bernafas. pernafasan dan mengauskultasi
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat suara nafas.
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
22 Terapi oksigen 14.15 S : Pasien mengatakan nafas
Mei a. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i

Poltekkes Kemenkes Padang


diatur posisinya Frekuensi pernapasan :26 x/i
A : Masalah ketidak efektifan pola
b. Menghitung frekuensi pernapasan nafas belum teratasi
c. Menginspeksi pergerakan dada, P : Intervensi dilanjutkan dengan
penggunaan otot bantu nafas. monitoring frekuensi
Tidak ada terlihat pergerakan pernafasan, memantau pola
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan dan mengauskultasi
bantu nafas untuk bernafas. suara nafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
23 Terapi oksigen 14.20 S : Pasien mengatakan nafas
Mei a. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :24 x/i
A : Masalah ketidak efektifan pola
b. Menghitung frekuensi pernapasan nafas belum teratasi
c. Menginspeksi pergerakan dada, P : Intervensi dilanjutkan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


penggunaan otot bantu nafas. monitoring frekuensi
Tidak ada terlihat pergerakan pernafasan, memantau pola
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan dan mengauskultasi
bantu nafas untuk bernafas. suara nafas.
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


a. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
Nyeri 19 Manajemen Nyeri 14.00 S : Klien mengatakan nyeri pada
Mei a. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut
2017 secara komperhensif Nyeri seperti diterkam
b. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 6 durasi 5-10 detik.
terapeutik dalam membina O : klien tampak meringis
hubungan baik dengan pasien, A : Masalah Belum teratasi
c. Memberikan lingkungan yang P : Intervensi Dilanjutkan dengan
nyaman pada pasien manajemen nyeri
d. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
20 Manajemen Nyeri 14.20 S : Klien mengatakan masih nyeri

Poltekkes Kemenkes Padang


Mei a. Melakukan pengkajian ulang nyeri pada bagian perut. Nyeri menjalar
2017 secara komperhensif keulu hati
b. Menggunakan teknik komunikasi Nyeri seperti diterkam
terapeutik dalam membina Skala nyeri 6 durasi 5-10 detik.
hubungan baik dengan pasien, Nyeri muncul tiba - tiba
c. Memberikan lingkungan yang O : klien tampak meringis
nyaman pada pasien A : Masalah nyeri berhubungan
d. Mengajarkan teknik non dengan agen cidera fisiologis Belum
farmakologi (teknik relaksasi napas teratasi
dalam). P : Intervensi Dilanjutkan dengan
manajemen nyeri
21 Manajemen Nyeri 14.20 S : Klien mengatakan nyeri pada
Mei a. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut, klien mengatakan
2017 secara komperhensif sudah dapat mengontrol nyeri
b. Menggunakan teknik komunikasi Nyeri seperti diterkam
terapeutik dalam membina Skala nyeri 4 durasi 5 detik.
hubungan baik dengan pasien, O : klien masih tampak meringis
c. Memberikan lingkungan yang A : Masalah teratasi sebagian
nyaman pada pasien P : Intervensi Dilanjutkan dengan
d. Mengajarkan teknik non manajemen nyeri
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
22 Manajemen Nyeri 14.15 S : Klien mengatakan nyeri pada
Mei a. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut
2017 secara komperhensif Nyeri seperti diterkam
b. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 4-5 durasi 5 detik.
terapeutik dalam membina O : klien tampak sedikit meringis
hubungan baik dengan pasien, A : Masalah teratasi sebagian

Poltekkes Kemenkes Padang


c. Memberikan lingkungan yang P : Intervensi dilanjutkan dengan
nyaman pada pasien manajemen nyeri
d. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
23 Manajemen Nyeri 14.20 S : Klien mengatakan nyeri pada
Mei a. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut sudah mulai berkurang
2017 secara komperhensif dari kemaren
b. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 3.
terapeutik dalam membina O : klien tampak sedikit meringis
hubungan baik dengan pasien, A : Masalah teratasi
c. Memberikan lingkungan yang P : Intervensi dihentikan
nyaman pada pasien
d. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
Ketidakseimbanga 19 Manajemen nutrisi 14.00 S : Klien mengatakan tidak nafsu
n nutrisi Mei a. menentukan status gizi pasien makan. Klien mengatakan mual dan
2017 dan kemampuan pasien untuk nyeri pada bagian perut menjalar
memenuhi kebutuhan gizi, keulu hati
b. mengidentifikasi adanya alergi, O:
menginstruksikan pasien - Konjuntiva anemis
mengenai kebutuhan nutrisi - Rambut kering dan kusam
(diet), - Hemoglobin 3,2 g/dl
c. berkolaborasi dengan ahli gizi - Diit yang diberikan tampak
tentang diet yang dibutuhkan bersisa
klien yaitu memberikan diit RP II A : Masalah ketidak seimbangan
jus pepaya nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Poltekkes Kemenkes Padang


d. memonitor kecenderungan belum teratasi
penurunan, memonitor P : Intervensi dilanjutkan dengan
Hemoglobin, hematokrit, manajemen nutrisi dan memonitoring
trombosit dan leukosit, albumin status nutrisi
e. Menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering dan
mengajurkan makan dalam
kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital

20 Manajemen nutrisi 14.20 S : Klien mengatakan masi mual dan


Mei a. menentukan status gizi pasien nyeri pada bagian perut
2017 dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
b. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RG habis
II RP 40 gr diit A : Masalah ketidak seimbangan
c. Menganjurkan klien makan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sedikit tapi sering dan belum teratasi
mengajurkan makan dalam P : Intervensi dilanjutkan dengan
kondisi hangat manajemen nutrisi dan memonitoring
Monitor tanda-tanda vital status nutrisi

21 Manajemen nutrisi 14.20 S : Klien mengatakan masi mual dan


Mei a. menentukan status gizi pasien nyeri pada bagian perut
2017 dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis

Poltekkes Kemenkes Padang


b. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RP II habis, klien hanya
jus pepaya menghabiskan 2-3 sendok.
c. Menganjurkan klien makan A : Masalah ketidak seimbangan
sedikit tapi sering dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mengajurkan makan dalam belum teratasi
kondisi hangat P : Intervensi dilanjutkan dengan
Monitor tanda-tanda vital manajemen nutrisi dan memonitoring
status nutrisi

22 Manajemen nutrisi 14.15 S : Klien mengatakan mual sedikit


Mei a. menentukan status gizi pasien berkurang dan nyeri sudah berkurang
2017 dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
b. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RG habis, klien hanya
II RP 40 gr diit menghabiskan ¼ porsi yang
c. Menganjurkan klien makan diberikan
sedikit tapi sering dan A : Masalah ketidak seimbangan
mengajurkan makan dalam nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kondisi hangat teratasi sebagian
Monitor tanda-tanda vital P : Intervensi dilanjutkan dengan
manajemen nutrisi dan memonitoring
status nutrisi

23 Manajemen nutrisi 14.20 S : Klien mengatakan mual sedikit

Poltekkes Kemenkes Padang


Mei a. menentukan status gizi pasien berkurang dan nyeri sudah berkurang
2017 dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
b. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Klien dipuasakan
klien - Hemoglobin 4,6 g/dl.
c. Menganjurkan klien makan A : Masalah ketidak seimbangan
sedikit tapi sering dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mengajurkan makan dalam teratasi sebagian
kondisi hangat P : Intervensi dilanjutkan dengan
Monitor tanda-tanda vital manajemen nutrisi dan memonitoring
status nutrisi

Intoleransi 19 Manajemen Energi 14.00 S : Klien mengatakan badan terasa


aktivitas Mei 13. Menodrong pasien untuk lemas, dan cepat lelah. Klien
2017 mengungkapkan perasaan secara mengatakan aktivitas tidak bisa
verbal mengenai keterbatasan yang dilakukan sendiri
dialami O : Klien tampak lemas
14. Mengobservasi nutrisi sebagai Aktivitas klien tampak dibantu
sumber energi yang adekuat dengan Hemoglobin : 3,2 g/dl
memantau klien dalam menghabiskan - TD: 170/90 mmHg,
diitnya - N: 72 x/i,
15. Membantu pasien dalam aktivitas - P : 28 x/i, S: 36,70C
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti
berpindah, bergerak, dan perawatan A : Masalah intoleransi aktivitas
diri belum teratasi
16. Menghindari aktivitas selama periode P : Intervensi dilanjutkan dengan
istirahat manajemen nyeri dan terapi aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


17. Mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumber energy

Terapi aktivitas
9. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
10. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
11. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

20 Manajemen Energi 14.20 S : Klien mengatakan badan terasa


Mei a. Menodrong pasien untuk lemas, dan cepat lelah. Klien
2017 mengungkapkan perasaan secara mengatakan aktivitas tidak bisa
verbal mengenai keterbatasan yang dilakukan sendiri
dialami O : Klien tampak lemas
b. Mengobservasi nutrisi sebagai Aktivitas klien tampak dibantu
sumber energi yang adekuat dengan - TD : 150/80 mmHg
memantau klien dalam menghabiskan - N : 79 x/i
diitnya - P : 26x/i
c. Membantu pasien dalam aktivitas - S: 36,30C
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti A : Masalah intoleransi aktivitas
berpindah, bergerak, dan perawatan belum teratasi
diri P : Intervensi dilanjutkan dengan

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Menghindari aktivitas selama periode manajemen nyeri dan terapi aktivitas
istirahat
e. Mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumber energy

Terapi aktivitas
12. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
13. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
14. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

21 Manajemen Energi 14.20 S : Klien mengatakan badan masih


Mei a. Mengobservasi nutrisi sebagai terasa lemas, dan cepat lelah. Klien
2017 sumber energi yang adekuat dengan mengatakan aktivitas tidak bisa
memantau klien dalam menghabiskan dilakukan sendiri
diitnya O : Klien tampak lemas
b. Membantu pasien dalam aktivitas Aktivitas klien tampak dibantu
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti - TD : 140/80
berpindah, bergerak, dan perawatan - N: 81 x/i,
diri - P : 26 x/i,
c. Menghindari aktivitas selama periode - S: 36,60C
istirahat A : Masalah intoleransi aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


d. Mendorong pasien untuk melakukan belum teratasi
aktivitas sesuai sumber energy P : Intervensi dilanjutkan dengan
manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Terapi aktivitas
a. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
b. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
c. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

22 Manajemen Energi 14.15 S : Klien mengatakan badan masih


Mei a. Mengobservasi nutrisi sebagai terasa lemas, dan cepat lelah. Klien
2017 sumber energi yang adekuat dengan mengatakan aktivitas tidak bisa
memantau klien dalam menghabiskan dilakukan sendiri
diitnya O : Klien tampak lemas
b. Membantu pasien dalam aktivitas Aktivitas klien tampak dibantu
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti - TD: 170/100 mmHg,
berpindah, bergerak, dan perawatan - N: 72 x/i,
diri - P : 26 x/i,
c. Menghindari aktivitas selama periode - S: 36,60C
istirahat
d. Mendorong pasien untuk melakukan A : Masalah intoleransi aktivitas
aktivitas sesuai sumber energy belum teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


P : Intervensi dilanjutkan dengan
Terapi aktivitas manajemen nyeri dan terapi aktivitas
a. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
b. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
c. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi
23 Manajemen Energi 14.20 S : Klien mengatakan badan masih
Mei e. Mengobservasi nutrisi sebagai terasa lemas, dan cepat lelah. Klien
2017 sumber energi yang adekuat dengan mengatakan aktivitas tidak bisa
memantau klien dalam menghabiskan dilakukan sendiri
diitnya O : Klien tampak lemas
f. Membantu pasien dalam aktivitas Aktivitas klien tampak dibantu
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti Hemoglobin : 6,2 g/dl
berpindah, bergerak, dan perawatan - TD: 150/90 mmHg,
diri - N: 79 x/i,
g. Menghindari aktivitas selama periode - P : 24 x/i,
istirahat - S: 36,60C
h. Mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumber energy A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Terapi aktivitas P : Intervensi dilanjutkan dengan
15. Membantu pasien untuk manajemen nyeri dan terapi aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
16. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
17. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


Lampiran 10

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG


PENYAKIT DALAM PRIA RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2017

D. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. PENGUMPULAN DATA
k. Identifikasi Klien :
11) Nama : Tn.K
12) Tempat/ Tgl Lahir : Salido / 08 – Juli – 1976
13) Jenis Kelamin : Laki - laki
14) Status Kawin : Sudah menikah
15) Agama : Islam
16) Pendidikan : SD
17) Pekerjaan : Petani
18) Alamat : Kampung Salido Kecil Tambang IV Jurai
19) Diagnosa Medis : CKD stage V on HD + Anemi
20) No. MR : 97 49 07
l. Identifikasi Penanggung Jawab
5) Nama : Tn.B
6) Pekerjaan : Petani
7) Alamat : Kampung Salido Kecil Tambang IV Jurai
8) Hubungan : Ayah
m. Riwayat Kesehatan
4) Riwayat Kesehatan Sekarang
c) Keluhan Utama
Klien masuk melalui IGD RSUP DR. M. Djamil padang pada
tanggal 17 Mei 2017 Pukul 11.47 WIB dengan keluhan badan
terasa lelah, nafas sesak, edema pada eksremitas, BAK sedikit

Poltekkes Kemenkes Padang


sejak 3 bulan yang lalu. Sebelum kerumah sakit klien sempat
mengalami kejang.
d) Keluhan Saat Dikaji
Pengkajian dilakukan pada hari jum’at tanggal 18 Mei 2017
Pukul 10.00 WIB di ruang penyakit dalam pria RSUP. Dr. M.
Djamil Padang ditemukan klien dalam keadaan umum tampak
lemas, bibir tampak pucat dan kering. Klien mengatakan nafas
nya sesak, sesak semakin meningkat apabila banyak beraktivitas
dan nyeri muncul. Badan terasa lemas dan mudah lelah. Klien
terpasang slang oksigen binasal canule 4 l/i Terdapat distensi
abdomen, edema pada eksremitas bawah. Klien terpasang IVFD
NaCl 0,9% 20 tetes permenit, klien mengatakan BAK sedikit,
dan tidak ada nyeri pada saat BAK. Volume BAK ±100 cc per 24
jam. Klien juga mengeluh nyeri pada bagian perut. Klien
mengatakan skala nyeri 7-8 durasi 5-10 detik, klien tampak
meringis. Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah 190/100
mmHg, nadi 83 kali permenit, pernafasan 25 kali permenit, suhu
36,50C
5) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUP Dr. M.
Djamil padang karena CKD. Satu tahun yang lalu klien pernah
melakukan operasi tumor usus di RS Panasuri Painan. Klien
memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu tidak pernah di
kontrol kepelayanan kesehatan..
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga dari klien yang
memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes,
klien juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
riwayat penyakit yang sama dengan klien.
n. Pola Aktivitas sehari-hari (ADL)
5) Pola Nutrisi
c) Sehat

Poltekkes Kemenkes Padang


Klien makan 3 kali sehari waktu tidak teratur dengan komposisi
nasi, lauk pauk, sayur, jarang mengkonsumsi buah – buahan.
d) Sakit
Klien mengatakan nafsu makan selama di rumah sakit menurun.
Makan 3 x sehari diit RG II RP 40 gr dan klien hanya
menghabiskan ¼ porsi..
6) Pola eliminasi
Sehat : BAB 1 x sehari, konsistensi lembek
BAK ± 5-6 x sehari, warna kuning
Sakit : BAB 1-2 kali perhari konsistensi encer bau khas
BAK : klien BAK 5-7 kali perhari berwana kuning, bau
khas, (1x BAK : 3-5 cc).
7) Pola istirahat dan tidur
Sehat : Siang ± 1 – 2 jam, tidur nyenyak
Malam ± 6-8 jam/hari, tidur nyenyak

Sakit : Siang ± 1 jam, tidur tidak nyenyak

Malam ± 4 jam, sering terbangun malam hari

8) Pola aktivitas dan latihan


Klien mengatakan badannya cepat lelah dan nafas sesak apabila
banyak beraktifitas. Untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari klien
membutuhkan bantuan dari keluarga dan tenaga kesehatan.
o. Pemeriksaan Fisik
14) Tingkat Kesadaran : Compos Mentis
15) TTV
Tekanan Darah : 190/100 mmHg
Nadi : 83 x/i
Suhu : 36,50C
Pernafasan : 25 x/i
16) Rambut
Rambut tampak berwarna hitam kering dan kusam.
17) Telinga

Poltekkes Kemenkes Padang


Telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
pendengaran baik
18) Mata
Mata simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada luka,
pupil : bulat, isokor, reflek cahaya positif, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis
19) Hidung
Hidung tampak bersih tidak ada serumen ataupun penyumbatan,
tidak ada luka, tidak ada peradangan, daya penciuman normal
20) Mulut
Mulut tampak kering, pucat, pecah - pecah, gusi tidak didapatkan
perdarahan.
21) Leher
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis
22) Paru-paru
Inspeksi : simetris kiri kanan
Palpasi : pergerakan simetris kiri kanan, fremitus kiri kanan,
Perkusi : suara ketuk sonor
Auskultasi: suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
23) Jantung
Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral RIC V
Perkusi : terdengar redup pada batas jantung
Auskultasi: irama teratur
24) Abdomen
Inspeksi : Asites, terdapat luka bekas laparatomi berwarna
kecoklatan panjang sekita 16 cm.
Palpasi : hepar / limfa tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus positif
25) Genetalia : tidak ada keluhan

Poltekkes Kemenkes Padang


26) Ekstermitas :
Atas : akral hangat, tidak ada bekas garukan, tidak ada edema
pada kedua tangan, tidak didapatkan nyeri sendi, CRT 2 detik,
terpasang infus di tangan sebelah kanan dengan cairan NaCl 0,9%,
Bawah : akral dingin, edema derajat IV , CRT > 3 detik
Kekuatan otot :
5555 / 5555
5555/ 5555

p. Data Psikologis
1) Status emosional : Labil, terlihat ketika berbicara dengan
perawat mengenai penyakitnya pasien
terlihat emosional.
2) Kecemasan : Pasien cemas, terlihat dari ekspresi wajah
tegang dan sering bertanya tentang
penyakitnya
3) Pola koping : pola koping baik terlihat ketika perawat
menanyai tentang penyakitnya pasien
mengatakan sudah menerima penyakitnya
dan menganggap penyakitnya ujian dari
Allah.
4) Gaya komunikasi : komunikasi pasien menggunakan bahasa
minang dan memiliki komunikasi yang
terbuka terlihat ketika pasien
mengungkapkan keluhannya kepada
perawat dan keluarga

q. Data Ekonomi sosial


Pendapatan pasien ± 2.000.000/bulan dan bisa memenuhi kebutuhan
sehari-hari, pasien juga ikut aktif mengikuti kegiatan sosial seperti
gotong royong, ronda.

Poltekkes Kemenkes Padang


r. Data Spiritual
Pasien saat dirawat dirumah sakit pasien tidak menjalankan ibadah
shalatnya namun pasien terus berdoa agar penyakitnya bisa sembuh.

s. Data Penunjang
Hasil pemeriksaan Hematologi Tanggal 17 Mei 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Hemoglobin 5,0 gr/dl P ( 14-18 g/dl)
Leukosit 9.600/ mm3 5.000-10.000
Trombosit 264.000/mm3 150-450 ribu
Hematokrit 16% 40-48 %

Hasil pemeriksaan Kimia Klinik Tanggal 17 Mei 2017


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Ureum darah 151 mg/dl 10-50
Kreatinin darah 9,7 mg/dl 0,6-1,1
Hitung jenis Basofil 0% 0-1,0
Eosinofil 0% 1,0-3,0
N. Batang 2% 2,0-6,0
N. Segmen 88% 50-70
Limfosit 7% 20-40
Monosit 3% 2,0-8,0
PT 10,7 detik 2,0-6,0
APTT 36,8 detik 29,20-38,40
INR 0,97 <1,2

t. Program dan Rencana Pengobatan


Tanggal 18 Mei 2017
- Ceftadizine 2 x1 gr
- Levofloxacin 1 x 500 mg
- Condensentron 1x 16 mg
- Amlodipin 1 x 10 mg
- Asam folat 1 x 5 mg
- Bicnat 3 x 500 mg
- IVFD NaCl 0.9 % dalam 24 jam
- O2 nassal kanul 4 l/i,
- Diit berupa RG II RP 40 gr
- transfusi PRC pre lasix 1 ampul
-

Poltekkes Kemenkes Padang


4. ANALISA DATA KEPERAWATAN
Data Masalah Penyebab

DS Ketidak efektifan berkurangnya


Klien mengatakan telapak tangan perfusi jaringan suplai oksigen ke
terasa dingin perifer jaringan
DO
- Akral dingin
- CRT >3 detik
- Tekanan Darah :190/100 mmHg,
Nadi : 83 x/I, Suhu : 36,50C
Pernafasan : 25 x/i
- Hemoglobin 5,0 g/dl
DS Ketidakefektifan Hiperventilasi
- Klien mengatakan nafas terasa sesak pola nafas
- Sesak meningkat saat beraktivitas
DO
- Pernafasan 25 x/i
- Nafas terlihat sesak
- Terpasang O2 4 liter
- Hemoglobin 5,0 g/dl
DS Kelebihan volume Gangguan
- klien mengatakan kaki semakin cairan mekanisme
membengkak regulasi
- Klien mengatakanb urine yang
keluar sedikit.
DO
- Pitting edema derajat IV,
- Tekanan darah 190/100 mmHg
- Hasil pemeriksaan ureum darah 151
mg/dl (10 – 50 mg/dl), kreatinin
darah 9,7 mg/dl (0,6-1,1 mg/dl),

Poltekkes Kemenkes Padang


DS Nyeri Agen cidera
- Klien mengatakan nyeri pada fisiologis
bagian perut, Nyeri seperti diterkam
- Klien mengatakan nyeri seperti
diterkam skala nyeri 7-8

DO
- Klien tamapak meringis
- TD 190/100 mmHg

DS Ketidakseimbangan intake nutrisi tidak


- Klien mengatakan tidak nafsu nutrisi kurang dari adekuat
makan kebutuhan tubuh
- Klien mengeluh mual

DO
- Konjungtiva anemis
- Rambut kering dan kusam
- Hb, 5,0 g/dl
- Diit yang diberikan tidak habis
- Albumin 2,7 mg/dl

DS Intoleransi aktivitas ketidak


- Klien mengatakan badan lemas seimbangan antara
dan cepat lelah suplai dan
- Klien mengatakan nafas kebutuhan oksigen
semakin sesak saat beraktivitas

DO
- Klien tampak lemas
- Hb 5,0 g/dl
- Pernafasan 25 kali permenit
- Aktivitas dibantu perawat dan
keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
Tgl Paraf Tgl Paraf

1 ketidakefektifan perfusi jaringan Kamis,


perifer berhubungan dengan 18 Mei
berkurangnya suplai oksigen ke 2017
jaringan
2 ketidakefetifan pola nafas Kamis,
berhubungan dengan 18 Mei
hiperventilasi 2017

3 kelebihan volume cairan Kamis,


Berhubungan dengan gangguan 18 Mei
mekanisme regulasi 2017
4 Nyeri berhubungan dengan Kamis,
cidera fisiologis 18 Mei
2017
5 ketidakseimbangan nutrisi Kamis,
kurang dari kebutuhan tubuh 18 Mei
berhubungan dengan intake 2017
nutrisi tidak adekuat
6 intoleransi aktivitas Kamis,
berhubungan dengan ketidak 18 Mei
seimbangan antara suplai dan 2017
kebutuhan oksigen

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemi
perfusi jaringan keperawatan, diharapkan 8. Monitor adanya tanda-tanda
perifer perfusi jaringan perifer dehidrasi (misalnya., turgor
berhubungan kembali efektif. kulit buruk, capillary refill
dengan Kriteria hasil: terlambat, nadi lemah,
berkurangnya 31. Pengisian kapiler jari sangat haus, membran
suplai oksigen ke dalam kisaran normal mukosa kering, dan
jaringan. 32. Pengisian kapiler jari penurunan urin output
Defenisi: kaki dalam kisaran 9. Monitor adanya sumber-

Poltekkes Kemenkes Padang


penurunan normal sumber kehilangan cairan
sirkulasi darah ke 33. Suhu kulit ujung kaki (misalnya., perdarahan,
perifer yang dapat dan tangan dalam muntah, diare, keringat yang
mengganggu kisaran normal berlebihan, dan takpnea)
kesehatan 34. Kekuatan denyut nadi 10. Posisikan untuk perfusi
karotis (kanan) dalam perifer
Batasan rentang normal
karakteristik: 35. Kekuatan denyut nadi Monitor tanda-tanda vital
o. Edema karotis (kiri) dalam 10. Monitor tekanan darah,
p. Nyeri rentang normal nadi, suhu, dan status
eksremitas 36. Kekuatan denyut nadi pernapasan
q. Penurunan brakialis (kanan) dalam 11. Monitor warna kulit, suhu
nadi perifer rentang normal dan kelembaban
r. Perubahan 37. Kekuatan denyut nadi 12. Monitor sianosis sentral dan
fungsi motorik brakialis (kiri) dalam perifer
s. Tidak ada nadi rentang normal 13. Identifikasi kemungkinan
perifer 38. Kekuatan denyut nadi penyebab perubahan tanda
t. Perubahan radial(kanan) dalam vital
fungsi motoric rentang normal
u. Waktu 39. Kekuatan denyut nadi
pengisian radial (kiri) dalam
kapiler >3 rentang normal
detik 40. Kekuatan denyut nadi
femoralis (kanan) dalam
rentang normal
41. Kekuatan denyut nadi
femoralis (kiri) dalam
rentang normal
42. Tekanan darah sistolik
dalam rentang normal
43. Tekanan darah diastolik
dalam kisaran normal
44. Tidak ada muka pucat
45. Tidak ada kelemahan
otot

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Monitor pernafasan


pola nafas keperawatan, diharapakan 7. Monitor pola nafas (
berhubungan pola nafas pasien kembali bradipneu, takiepneu,
dengan efektif dengan status hiperventilasi, kusmaul)
hiperventilasi pernafasan pasien kembali 8. Palpasi kesimetrisan
normal. ekspansi paru
Defenisi : Inspirasi kriteria hasil: 9. Berikan terapi nafas jika
dan/ atau ekspirasi 15. Tidak ada deviasi diperlukan.
yang tidak frekuensi Pernafasan
memberi ventilasi 16. Irama pernfasan dalam Manajemen jalan nafas
adekuat rentang normal 7. Posisikan pasien untuk
17. Tidak ada penggunaan memaksimalkan ventilasi

Poltekkes Kemenkes Padang


Batasan otot bantu nafas 8. Ausklultasi suara nafas
Karakteristik: 18. Tidak ada suara nafas 9. Monitor status pernafasan
i. Fase ekspirasi tambahan dan oksigenasi
memanjang 19. Saturasi oksigen dalam
j. Penggunaan rentang normal Manajemen asam basa:
otot bantu 20. Tidak ada sianosis Asidosis Metabolik
pernafasan 21. Tidak mengalami 11. Monitor pernafasan
k. Pernapasan gangguan kesadaran 12. Monitor ketidak
cuping hidung seimbangan eletrolit yang
l. Pola nafas Setelah dilakukan asuhan berhubungan dengan
abnormal keperawatan, diharapakan asidosis metabolik.
(misalnya pola nafas pasien kembali 13. Monitor tanda dan gejala
irama, efektif dengan tidak ada rendahnya HCO3 atau
frekuensi, terjadinya keparahan kelebihan ion hydrogen
kedalaman) asidosis akut. (pernafasan kussmaul,
Kriteria Hasil : kelemahan, diorientasi,
9. Tidak ada Aritmia sakit kepal, anoreksia)
10. Tidak ada peningkatan 14. Berikan cairan sesuai
frekuensi pernafasan indikasi
11. Tidak ada penurunan 15. Monitor intake dan output
kesadaran
12. Tidal ada nyeri kepala Terapi oksigen
7. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
8. Monitor aliran oksigen
9. Amati tanda-tanda
hipoventilasi

3 Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen Elektrolit/cairan


cairan keperawatan diharapkan 11. Pantau kadar serum
berhubungan terjadi keseimbangan elektrolit
dengan gangguan cairan dan elektrolit dalam 12. Timbang berat badan harian
mekanisme tubuh. 13. Batasi cairan yang sesuai
regulasi Kriteria Hasil: 14. Berikan resep diet yang
13. Tekanan darahdalam tepat untuk cairan tertentu
Defenisi batasnormal atau pada ketidak
:Peningkatan 14. Keseimbangan seimbangan elektrolit
retensi cairan intake dan output 15. Berikan antipiretik yang
isotonik. 15. Kestabilan sesuai
beratbadan Manajemen cairan
Batasankarakteri 16. Tidak ada 19. Monitor perubahan berat
sitk: edemaperifer badan pasien sebelum dan
17. Elektrolitserumdala sesudah dialisis.
q. Bunyi nafas m 20. Pasang kateter urin
tambahan batasnormal 21. Monitor hasil laboratorium
r. Distensi vena 18. Berat jenisurin tidak yang relevan dengan retensi
jugularis terganggu cairan (BUN, Hematokrit
s. Edema perifer dan osmolalitas urin)

Poltekkes Kemenkes Padang


t. Gangguan pola 22. Monitor tanda-tanda vital
nafas pasien.
u. Gangguan 23. Monitor indikasi kelebihan
tekanan darah cairan (CVP, Edema,
v. Ketidak distensi vena leher, dan
seimbangan asites).
elektrolit 24. Kaji lokasi dan luasnya
w. Oliguria edema, jika ada.
x. Penambahan 25. Berikan terapi IV seperti
berat badan yang ditentukan
dalam waktu 26. Monitor status gizi
sangat singkat 27. Berikan diuretic yang
diresepkan
Monitor cairan
13. Tentukan jumlah dan jenis
intake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi
14. Monitor asupan pengeluran
15. Periksa turgor kulit
16. Monitor berat badan
17. Monitor tekanan darah,
denyut jantung dan
pernafasan
18. Berikan dialisis dan catat
respon pasien
4 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan diharapkan 17. Lakukan pengkajian nyeri
dengan gangguan Tingkat Nyeri berkurang. komprehensif yang meliputi
muskuloskeletal Kriteria Hasil: lokasi, karakteristik,
kronis 15. Tidak ada nyeri yang onset/durasi, frekuensi,
dilaporkan kualitas, intensitas atau
Defenisi: 16. Tidak ada ekspresi beratnya nyeri dan faktor
Pengalaman nyeri wajah pencetus
sensorik dan 17. Tidak ada keringat 18. Ajarkan prinsip-prinsip
emosional tidak berlebih manajemen nyeri
menyenangkan 18. Tidak ada mengerinyit 19. Dorong pasien untuk
dengan kerusakan 19. Frekuensi nafas memonitor nyeri dan
jaringan aktual normal menangani nyerinya dengan
atau potensial, atau 20. Tekanan darah normal tepat
digambarkan 21. Denyut nadi radial 20. Ajarkan teknik non-
sebagai suatu normal farmakologis (seperti:
kerusakan; awitan teknik nafas dalam)
yang tiba-tiba atau 21. Dukung istirahat/tidur yang
lambat dengan adekuat untuk membantu
intensitas dari penurunan nyeri
ringan hingga 22. Berikan informasi yang
berat, terjadi akurat untuk meningkatkan
konstan atau pengetahuan dan respon

Poltekkes Kemenkes Padang


berulang tanpa keluarga terhadap
akhir yang dapat pengalaman nyeri
dianstipasi atau 23. Monitor kepuasan pasien
diprediksi dan terhadap manajemen nyeri
berlangsung lebih dalam interval yang spesifik
dari tiga(>3) bulan.

Batasan
karakteristik:
i. Bukti nyeri
j. Ekspresi
wajah nyeri
(meringis)
k. Hambatan
kemampua
n
meneruskan
aktivitas
sebelumnya
l. Perubahan
pola tidur

5 Ketidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


seimbangan nutrisi keperawatan, diharapkan 5. Tentukan status gizi pasien
kurang dari ketidak seimbangan nutrisi dan kemampuan pasien
kebutuhan tubuh kurang dari kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan
berhubungan tubuh teratasi dengan status gizi
dengan anoreksia nutrisi. 6. Identifikasi adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan yang dimiliki
Defenisi:Asupan 7. Asupan gizi dalam pasien
nutrisi tidak rentang normal 7. Kolaborasi dengan ahli gizi
cukup untuk 8. Asupan makanan dalam menentukan jumlah
memenuhikebut dalam rengtang normal kalori dan jenis nutrisi yang
uhan metabolik 9. Rasio berat dibutuhkan.
BatasanKarakteri badan/tinggi badan 8. Pastikan diet mencakup
stik: dalam rentang normal. makanan tinggi kandungan
y. Nyeri abdomen Setelah dilakukan tindakan serat untuk mencegah
z. BB20% atau keperawatan, diharapkan konstipasi.
lebihdibawah ketidak seimbangan nutrisi
BBideal. kurang dari kebutuhan Monitor nutrisi
aa. Kerapuhan tubuh teratasi dengan status 21. Timbang berat badan pasien
kapiler nutrisi : asupan makanan & 22. Lakukan pengkuran
bb. Diare cairan antropometri
cc. Kehilangan Kriteria Hasil 23. Monitor kecenderungan
rambut 7. Asupan makanan secara turun dan naiknya berat
berlebihan oral yang adekuat badan
dd. Bisingusushipera 8. Asupan cairan intravena 24. Identifikasi perubahan berat
ktif yang adekuat badan terakhir

Poltekkes Kemenkes Padang


ee. Kurangmakanan 9. Asupan nutrisi 25. Monitor turgor kulit dan
ff. Kuranginformasi parenteral yang adekuat mobilitas
gg. Kurangminatpa 26. Identifikasi adanya
daMakanan abnormalitas rambut
hh. Kesalahan (kering, tipis, kasar, dan
informasi mudah patah, rontok)
ii. Membran 27. Monitor adanya mual
mukosapucat muntah
jj. Tonusotot 28. Monitor diet dan asupan
menurun kalori
29. Monitor wajah pucat,
konjungtiva anemis
30. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (Kolesterol,
serum albumin, transferrin,
Hb, Ht)
Monitor tanda-tanda vital

6 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi


berhubungan deng keperawatan, 18. Anjurkan pasien
an ketidak diharapkanpasien mengungkapkan perasaan
seimbangan antara menunjukkan toleransi secara verbal mengenai
suplai dan terhadap aktifitas. keterbatasan yang dialami
kebutuhan oksigen Kritria Hasil: 19. Monitor intake/asupan
7. Frekuensi pernafasan nutrisi untuk mengetahui
Defenisi : ketika beraktivitas tidak sumber energy yang
Ketidakcukupan tergannggu adekuat
energi psikologis 8. Tekanan darah sitolik 20. Monitor lokasi dan sumber
atau fisiologis ketika beraktivitas tidak ketidak nyamanan/nyeri
untuk melanjutkan terganggu yang dialami pasien selama
atau 9. Tekanan darah diastolik aktivitas
menyelesaikan ketika beraktivitas tidak 21. Bantu pasien identifikasi
aktivitas kehidupan terganggu pilihan aktivitas-aktivitas
sehari-hari yang yang akan dilakukan.
harus atau yang Setelah dilakukan asuhan 22. Lakukan ROM aktif/pasif
ingin dilakukan. keperawatan, untuk menghilangkan
diharapkanpasien ketegangan otot.
Batasan menunjukkan.daya tahan 23. Bantu pasien dalam
Karakteristik: terhadap toleransi aktivitas. aktivitas sehari-hari yang
k. Respon Kriteria Hasil: terartut sesuai kebutuhan
tekanan 9. Aktivitas fisik tidak (berpindah, bergerak, dan
darah terganggu perawatan diri)
abnormal 10. Serum elektrolit darah
terhadap tidak terganggu Terapi aktivitas
aktivitas 11. Tidak ada letargi 18. Bantu pasien untuk
l. Ketidaknya 12. Tidak ada kelelahan mengidentifikasi aktivitas
manan yang diinginkan
setelah Setelah dilakukan asuhan 19. Berikan kesempatan

Poltekkes Kemenkes Padang


beraktivitas keperawatan, keluarga untuk terlibat
m. Dipsnea diharapkanpasien dalam aktivitas, dengan cara
setelah menunjukkan energi yang tepat
beraktivitas psikomotor. 20. Bantu pasien untuk
n. Menyataka Kriteria Hasil: meningkatkan motivasi diri
n merasa 5. Menunjukkan tingkat dan penguatan.
letih energi yang stabil 21. Ciptakan lingkungan yang
o. Menyataka 6. Menunjukkan aman untuk dapat
n merasa kemampuan untuk melakukan pergerakan otot
lemah menyelesaikan tugas secara berkala sesuai
sehari-hari dengan indikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
E. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa
Tgl Tindakan Keperawatan Jam Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Ketidakefektifan 18 S:
perfusi jaringan Mei - Klien mengatakan telapak
Perifer 2017 h. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR tangannya masih terasa
berhubungan i. Mencatat perubahan tekanan darah dingin
j. Memantau kualitas nadi
dengan k. Memantau suhu, warna, dan kelembapan
O:
kulit - Akral masih dingin
l. Memantau adanya daerah yang peka - TD: 190/100 mmHg,
terhadap panas/dingin - N: 83 x/i,
m. Memantau adanya kesemutan - P : 25 x/i, S: 36,50C
n. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit
- Terpasang oksigen 4l/i
- Hemoglobin 5,0 g/dl
- CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi

19 i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR S:


Mei j. Mencatat perubahan tekanan darah - Klien mengatakan telapak
2017 k. Memantau kualitas nadi tangannya masih dingin
l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan O:
kulit
- Akral masih dingin
m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin - TD: 170/90 mmHg,

Poltekkes Kemenkes Padang


n. Memantau adanya kesemutan - N: 85 x/i,
o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - P : 26 x/i,
p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - S: 36,60C
- Terpasang oksigen 4l/i
- Hemoglobin 5,0 g/dl
- CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi
20 S : Klien mengatakan telapak
Mei i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR tangannya masih terasa dingin
2017 j. Mencatat perubahan tekanan darah O:
k. Memantau kualitas nadi - Akral masih dingin
l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan - TD: 160/90 mmHg,
kulit
- N: 81 x/i,
m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin
- P : 24 x/i,
n. Memantau adanya kesemutan - S: 36,50C
o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - Terpasang oksigen 4l/i
p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - CRT >3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi

Poltekkes Kemenkes Padang


21
Mei i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR
2017 j. Mencatat perubahan tekanan darah S : klien mengatakan tidak ada
k. Memantau kualitas nadi kesemutan
l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan O:
kulit - Akral hangat
m. Memantau adanya daerah yang peka - TD: 180/90 mmHg,
terhadap panas/dingin - N: 84 x/i,
n. Memantau adanya kesemutan - P : 25 x/i,
o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - S: 36,50C
p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - Terpasang oksigen 4l/i
- CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi

22 i. Memantau TD, Nadi, Suhu, dan RR S : Klien mengatakan telapak


Mei j. Mencatat perubahan tekanan darah tangannya sudah tidak dingin lagi
2017 k. Memantau kualitas nadi O:
l. Memantau suhu, warna, dan kelembapan - Akral hangat
kulit
- TD: 160/90 mmHg,
m. Memantau adanya daerah yang peka
terhadap panas/dingin - N: 83 x/i,
n. Memantau adanya kesemutan - P : 22 x/i,
o. Memberikan terapi oksigen 4 liter permenit - S: 36,50C

Poltekkes Kemenkes Padang


p. Berkolaborasi dalam membertikan tranfusi. - Terpasang oksigen 4l/i
- CRT <3 detik
A : Masalah ketidak efektifan perfusi
jaringan perifer teratasi

P : Intervensi dilanjutkan dengan


memonitor vital sign dan manajamen
hipovolemi
Kelebihan volume 18 Monitoring cairan 14.00 S : Pasien mengatakan tangan
cairan Mei e. Mengkaji riwayat asupan cairan dan sebelah kiri dan kedua
berhubungan 2017 pola eliminasi kakinyamasih terasa sembab
dengan gangguan Riwayat asupan cairan 2-3 dan berat
mekanisme gelas/hari, eliminasi sedikit ± O : Tangan dan kedua kaki
pengaturan 6x/hari. pasien tampak edema
f. Melihat warna, jumlah dan dengan derajat 4
kepekatan urine intake : 750 cc
Warna urine yang didapatkan output : 100 cc
bewarna kuning 100 cc. TD: 190/100 mmHg, N: 83 x/i,
g. Memberitahukan kepada pasien P : 25 x/i, S: 36,50C
untuk membatasi asupan cairan A : Masalah kelebihan volume
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda cairan belum teratasi
vital P : Intervensi dilanjutkan
Hipervolemia manajemen dengan monitoring intake
c. Menekan kedua kaki untuk melihat dan output, membatasi
status edema asupan cairan, monitoring
Terdapat edema di kedua kaki fungsi ginjal dan monitoring
dengan derajat 4 adanya edema
d. Melihat hasil labor untuk memantau

Poltekkes Kemenkes Padang


fungsi ginjal
Ureum darah : 151 mg/dl
Kreatinin darah : 9,5 mg/dl
19 Monitoring cairan 14.00 S : Pasien mengatakan tangan
Mei e. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 f. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
g. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat 4
untuk membatasi asupan cairan intake : 400 cc
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 150 cc
vital TD: 170/90 mmHg, N: 85 x/i,
Hipervolemia manajemen P : 26 x/i, S: 36,60C
c. Menekan kedua kaki untuk melihat A : Masalah kelebihan volume
status edema cairan belum teratasi
d. Terdapat edema di kedua kaki P : Intervensi dilanjutkan
dengan derajat 4 dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

20 Monitoring cairan 14.00 S : Pasien mengatakan tangan


Mei e. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 f. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki

Poltekkes Kemenkes Padang


bewarna kuning. pasien tampak edema
g. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat 4
untuk membatasi asupan cairan intake : 750 cc
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 100 cc
vital TD: 160/90 mmHg, N: 81 x/i,
Hipervolemia manajemen P : 24 x/i, S: 36,50C
c. Menekan kedua kaki untuk melihat A : Masalah kelebihan volume
status edema cairan belum teratasi
d. Terdapat edema di kedua kaki P : Intervensi dilanjutkan
dengan derajat 4 dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

21 Monitoring cairan 14.00 S : Pasien mengatakan tangan


Mei e. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
2017 f. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
g. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat 4
untuk membatasi asupan cairan intake : 650 cc
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 100 cc
vital TD: 180/90 mmHg, N: 84 x/i,
Hipervolemia manajemen P : 25 x/i, S: 36,50C
b. Menekan kedua kaki untuk melihat A : Masalah kelebihan volume
status edema cairan belum teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


Terdapat edema di kedua kaki P : Intervensi dilanjutkan
dengan derajat 4 dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

22 Monitoring cairan 14.00 S : Pasien mengatakan tangan


Mei e. Memonitoring intake dan output sebelah kiri dan kedua
f. Mengkaji warna, jumlah dan kakinyamasih terasa sembab
kepekatan urine dan berat
Warna urine yang didapatkan O : Tangan dan kedua kaki
bewarna kuning. pasien tampak edema
g. Memberitahukan kepada pasien dengan derajat 4
untuk membatasi asupan cairan intake :600 cc
h. Melakukan pengukuran tanda-tanda output : 50 cc
vital TD: 160/90 mmHg, N: 83 x/i,
Hipervolemia manajemen P : 22 x/i, S: 36,50C
c. Menekan kedua kaki untuk melihat A : Masalah kelebihan volume
status edema cairan belum teratasi
Terdapat edema di kedua kaki P : Intervensi dilanjutkan
dengan derajat 4 dengan monitoring intake
dan output, membatasi
asupan cairan, monitoring
fungsi ginjal dan monitoring
adanya edema

Ketidakefektifan 18 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas

Poltekkes Kemenkes Padang


pola nafas Mei d. Mengatur aliran oksigen 4 l/menit masih terasa sesak
berhubungan 2017 e. Mengatur posisi pasien dengan O : Pasien tampak sesak
dengan posisi semi fowler Terpasang nasal kanul 4 l/i
hiperventilasi Pasien merasa nyaman setelah Frekuensi pernapasan : 25 x/i
diatur posisinya
f. Menghitung frekuensi pernapasan A:
Masalah Ketidakefektifan pola nafas
Monitoring respirasi berhubungan dengan hiperventilasi
c. Menginspeksi pergerakan dada, belum teratasi
penggunaan otot bantu nafas.
Tidak ada terlihat pergerakan P : Intervensi dilanjutkan dengan
dinding dada dan penggunaan otot monitoring frekuensi
bantu nafas untuk bernafas. pernafasan, memantau pola
d. Mengauskultasi bunyi nafas, catat pernafasan dan mengauskultasi
area dimana terjadi penurunan atau suara nafas.
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.

19 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas


Mei e. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak

Poltekkes Kemenkes Padang


2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :26 x/i
f. Menghitung frekuensi pernapasan A : Masalah ketidakefektifan pola
g. Menginspeksi pergerakan dada, nafas belum teratasi
penggunaan otot bantu nafas. P : Intervensi dilanjutkan dengan
Tidak ada terlihat pergerakan monitoring frekuensi
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan, memantau pola
bantu nafas untuk bernafas. pernafasan dan mengauskultasi
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat suara nafas.
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
20 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas
Mei e. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :24 x/i
f. Menghitung frekuensi pernapasan A : Masalah gangguan
g. Menginspeksi pergerakan dada, pertukaran gas belum teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


penggunaan otot bantu nafas. P : Intervensi dilanjutkan dengan
Tidak ada terlihat pergerakan monitoring frekuensi
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan, memantau pola
bantu nafas untuk bernafas. pernafasan dan mengauskultasi
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat suara nafas.
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
21 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas
Mei e. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :25 x/i
A : Masalah ketidak efektifan pola
f. Menghitung frekuensi pernapasan nafas belum teratasi
g. Menginspeksi pergerakan dada, P : Intervensi dilanjutkan dengan
penggunaan otot bantu nafas. monitoring frekuensi
Tidak ada terlihat pergerakan pernafasan, memantau pola
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan dan mengauskultasi
bantu nafas untuk bernafas. suara nafas.

Poltekkes Kemenkes Padang


h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Manajemen asam basa


b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
22 Terapi oksigen 14.00 S : Pasien mengatakan nafas
Mei e. Mengatur posisi pasien dengan masih terasa sesak
2017 posisi semi fowler O : Pasien tampak sesak
Pasien merasa nyaman setelah Terpasang nasal kanul 4 l/i
diatur posisinya Frekuensi pernapasan :24 x/i
A : Masalah ketidak efektifan pola
f. Menghitung frekuensi pernapasan nafas teratasi sebagian
g. Menginspeksi pergerakan dada, P : Intervensi dilanjutkan dengan
penggunaan otot bantu nafas. monitoring frekuensi
Tidak ada terlihat pergerakan pernafasan, memantau pola
dinding dada dan penggunaan otot pernafasan dan mengauskultasi
bantu nafas untuk bernafas. suara nafas.
h. Mengauskultasi bunyi nafas, catat
area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan adanya
suara tambahan.

Poltekkes Kemenkes Padang


Manajemen asam basa
b. Melihat adanya tanda-tada
hipoventilasi
Hasil yang didapatkan tidak ada
tanda hipoventilasi seperti pusing,
nyeri kepala terjaga, letargi,
disorientasi.
Nyeri Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan nyeri pada
e. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut
secara komperhensif Nyeri seperti diterkam
f. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 7-8 durasi 5-10 detik.
terapeutik dalam membina O : klien tampak meringis
hubungan baik dengan pasien, A : Masalah Belum teratasi
g. Memberikan lingkungan yang P : Intervensi Dilanjutkan dengan
nyaman pada pasien manajemen nyeri
h. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan masih nyeri
e. Melakukan pengkajian ulang nyeri pada bagian perut
secara komperhensif Nyeri seperti diterkam
f. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 7-8 durasi 5-10 detik.
terapeutik dalam membina Nyeri muncul tiba - tiba
hubungan baik dengan pasien, O : klien tampak meringis
g. Memberikan lingkungan yang A : Masalah nyeri berhubungan
nyaman pada pasien dengan agen cidera fisiologis Belum
h. Mengajarkan teknik non teratasi

Poltekkes Kemenkes Padang


farmakologi (teknik relaksasi napas P : Intervensi Dilanjutkan dengan
dalam). manajemen nyeri
Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan nyeri pada
e. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut, klien mengatakan
secara komperhensif sudah dapat mengontrol nyeri
f. Menggunakan teknik komunikasi Nyeri seperti diterkam
terapeutik dalam membina Skala nyeri 5 durasi 5 detik.
hubungan baik dengan pasien, O : klien masih tampak meringis
g. Memberikan lingkungan yang A : Masalah teratasi sebagian
nyaman pada pasien P : Intervensi Dilanjutkan dengan
h. Mengajarkan teknik non manajemen nyeri
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan nyeri pada
e. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut
secara komperhensif Nyeri seperti diterkam
f. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 4-5 durasi 5 detik.
terapeutik dalam membina O : klien tampak sedikit meringis
hubungan baik dengan pasien, A : Masalah teratasi sebagian
g. Memberikan lingkungan yang P : Intervensi dilanjutkan dengan
nyaman pada pasien manajemen nyeri
h. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
Manajemen Nyeri S : Klien mengatakan nyeri pada
e. Melakukan pengkajian ulang nyeri bagian perut sudah mulai berkurang
secara komperhensif dari kemaren
f. Menggunakan teknik komunikasi Skala nyeri 3.

Poltekkes Kemenkes Padang


terapeutik dalam membina O : klien tampak sedikit meringis
hubungan baik dengan pasien, A : Masalah teratasi
g. Memberikan lingkungan yang P : Intervensi dihentikan
nyaman pada pasien
h. Mengajarkan teknik non
farmakologi (teknik relaksasi napas
dalam).
Ketidakseimbanga Manajemen nutrisi S : Klien mengatakan tidak nafsu
n nutrisi f. menentukan status gizi pasien makan. Klien mengatakan mual dan
dan kemampuan pasien untuk nyeri pada bagian perut
memenuhi kebutuhan gizi, O:
g. mengidentifikasi adanya alergi, - Konjuntiva anemis
menginstruksikan pasien - Rambut kering dan kusam
mengenai kebutuhan nutrisi - Hemoglobin 5,0 g/dl
(diet), - Albumin 2,7 g/dl
h. berkolaborasi dengan ahli gizi - Diit yang diberikan tampak
tentang diet yang dibutuhkan bersisa
klien yaitu memberikan diit RG A : Masalah ketidak seimbangan
II RP 40 gr diit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
i. memonitor kecenderungan belum teratasi
penurunan, memonitor P : Intervensi dilanjutkan dengan
Hemoglobin, hematokrit, manajemen nutrisi dan memonitoring
trombosit dan leukosit, albumin status nutrisi
j. Menganjurkan klien makan
sedikit tapi sering dan
mengajurkan makan dalam
kondisi hangat
Monitor tanda-tanda vital

Poltekkes Kemenkes Padang


Manajemen nutrisi S : Klien mengatakan masi mual dan
d. menentukan status gizi pasien nyeri pada bagian perut
dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
e. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RG habis
II RP 40 gr diit A : Masalah ketidak seimbangan
f. Menganjurkan klien makan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
sedikit tapi sering dan belum teratasi
mengajurkan makan dalam P : Intervensi dilanjutkan dengan
kondisi hangat manajemen nutrisi dan memonitoring
Monitor tanda-tanda vital status nutrisi

Manajemen nutrisi S : Klien mengatakan masi mual dan


d. menentukan status gizi pasien nyeri pada bagian perut
dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
e. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RG habis, klien hanya
II RP 40 gr diit menghabiskan 2-3 sendok.
f. Menganjurkan klien makan A : Masalah ketidak seimbangan
sedikit tapi sering dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
mengajurkan makan dalam belum teratasi
kondisi hangat P : Intervensi dilanjutkan dengan
Monitor tanda-tanda vital manajemen nutrisi dan memonitoring

Poltekkes Kemenkes Padang


status nutrisi

Manajemen nutrisi S : Klien mengatakan mual sedikit


d. menentukan status gizi pasien berkurang dan nyeri sudah berkurang
dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
e. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RG habis, klien hanya
II RP 40 gr diit menghabiskan ¼ porsi yang
f. Menganjurkan klien makan diberikan
sedikit tapi sering dan A : Masalah ketidak seimbangan
mengajurkan makan dalam nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
kondisi hangat teratasi sebagian
Monitor tanda-tanda vital P : Intervensi dilanjutkan dengan
manajemen nutrisi dan memonitoring
status nutrisi

Manajemen nutrisi S : Klien mengatakan mual sedikit


g. menentukan status gizi pasien berkurang dan nyeri sudah berkurang
dan kemampuan pasien untuk O:
memenuhi kebutuhan gizi, - Konjuntiva anemis
h. berkolaborasi dengan ahli gizi - Rambut kering dan kusam
tentang diet yang dibutuhkan - Diit yang diberikan tidak
klien yaitu memberikan diit RG habis, klien hanya
II RP 40 gr diit menghabiskan ¼ porsi yang
i. Menganjurkan klien makan diberikan
sedikit tapi sering dan - Hemoglobin 6,2 g/dl.

Poltekkes Kemenkes Padang


mengajurkan makan dalam A : Masalah ketidak seimbangan
kondisi hangat nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Monitor tanda-tanda vital teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan dengan
manajemen nutrisi dan memonitoring
status nutrisi

Manajemen Energi S : Klien mengatakan badan terasa


24. Menodrong pasien untuk lemas, dan cepat lelah. Klien
mengungkapkan perasaan secara mengatakan aktivitas tidak bisa
verbal mengenai keterbatasan yang dilakukan sendiri
dialami O : Klien tampak lemas
25. Mengobservasi nutrisi sebagai Aktivitas klien tampak dibantu
sumber energi yang adekuat dengan Hemoglobin : 5,0 g/dl
memantau klien dalam menghabiskan - TD: 190/100 mmHg,
diitnya - N: 83 x/i,
26. Membantu pasien dalam aktivitas - P : 25 x/i, S: 36,50C
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti
berpindah, bergerak, dan perawatan A : Masalah intoleransi aktivitas
diri belum teratasi
27. Menghindari aktivitas selama periode P : Intervensi dilanjutkan dengan
istirahat manajemen nyeri dan terapi aktivitas
28. Mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumber energy

Terapi aktivitas
22. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang

Poltekkes Kemenkes Padang


diinginkan
23. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
24. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

Manajemen Energi S : Klien mengatakan badan terasa


f. Menodrong pasien untuk lemas, dan cepat lelah. Klien
mengungkapkan perasaan secara mengatakan aktivitas tidak bisa
verbal mengenai keterbatasan yang dilakukan sendiri
dialami O : Klien tampak lemas
g. Mengobservasi nutrisi sebagai Aktivitas klien tampak dibantu
sumber energi yang adekuat dengan - TD: 170/90 mmHg,
memantau klien dalam menghabiskan - N: 85 x/i,
diitnya - P : 26 x/i, S: 36,60C
h. Membantu pasien dalam aktivitas
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti A : Masalah intoleransi aktivitas
berpindah, bergerak, dan perawatan belum teratasi
diri P : Intervensi dilanjutkan dengan
i. Menghindari aktivitas selama periode manajemen nyeri dan terapi aktivitas
istirahat
j. Mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumber energy

Terapi aktivitas

Poltekkes Kemenkes Padang


25. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
26. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
27. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

Manajemen Energi S : Klien mengatakan badan masih


i. Mengobservasi nutrisi sebagai terasa lemas, dan cepat lelah. Klien
sumber energi yang adekuat dengan mengatakan aktivitas tidak bisa
memantau klien dalam menghabiskan dilakukan sendiri
diitnya O : Klien tampak lemas
j. Membantu pasien dalam aktivitas Aktivitas klien tampak dibantu
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti - TD: 160/90 mmHg,
berpindah, bergerak, dan perawatan - N: 81 x/i,
diri - P : 24 x/i,
k. Menghindari aktivitas selama periode - S: 36,50C
istirahat A : Masalah intoleransi aktivitas
l. Mendorong pasien untuk melakukan belum teratasi
aktivitas sesuai sumber energy P : Intervensi dilanjutkan dengan
manajemen nyeri dan terapi aktivitas
Terapi aktivitas
d. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang

Poltekkes Kemenkes Padang


diinginkan
e. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
f. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

Manajemen Energi S : Klien mengatakan badan masih


e. Mengobservasi nutrisi sebagai terasa lemas, dan cepat lelah. Klien
sumber energi yang adekuat dengan mengatakan aktivitas tidak bisa
memantau klien dalam menghabiskan dilakukan sendiri
diitnya O : Klien tampak lemas
f. Membantu pasien dalam aktivitas Aktivitas klien tampak dibantu
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti - TD: 180/90 mmHg,
berpindah, bergerak, dan perawatan - N: 84 x/i,
diri - P : 25 x/i,
g. Menghindari aktivitas selama periode - S: 36,50C
istirahat
h. Mendorong pasien untuk melakukan A : Masalah intoleransi aktivitas
aktivitas sesuai sumber energy belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan dengan
Terapi aktivitas manajemen nyeri dan terapi aktivitas
d. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
e. Memberikan kesempatan keluarga

Poltekkes Kemenkes Padang


untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
f. Menciptakan lingkungan yang aman
untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi
Manajemen Energi S : Klien mengatakan badan masih
m. Mengobservasi nutrisi sebagai terasa lemas, dan cepat lelah. Klien
sumber energi yang adekuat dengan mengatakan aktivitas tidak bisa
memantau klien dalam menghabiskan dilakukan sendiri
diitnya O : Klien tampak lemas
n. Membantu pasien dalam aktivitas Aktivitas klien tampak dibantu
sehari-hari sesuai kebutuhan seperti Hemoglobin : 6,2 g/dl
berpindah, bergerak, dan perawatan - TD: 160/90 mmHg,
diri - N: 83 x/i,
o. Menghindari aktivitas selama periode - P : 22 x/i,
istirahat - S: 36,50C
p. Mendorong pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai sumber energy A : Masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
Terapi aktivitas P : Intervensi dilanjutkan dengan
28. Membantu pasien untuk manajemen nyeri dan terapi aktivitas
mengidentifikasi aktivitas yang
diinginkan
29. Memberikan kesempatan keluarga
untuk terlibat dalam aktivitas, dengan
cara yang tepat
30. Menciptakan lingkungan yang aman

Poltekkes Kemenkes Padang


untuk dapat melakukan pergerakan
otot secara berkala sesuai dengan
indikasi

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai