Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334596215

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN UNTUK MITIGASI BENCANA DI


SUMATERA BARAT

Presentation · June 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.32370.86728

CITATIONS READS

0 324

1 author:

Ferdinal Asmin
Bogor Agricultural University
49 PUBLICATIONS   84 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Environmental impact assessment View project

Interpretive Structural Modeling View project

All content following this page was uploaded by Ferdinal Asmin on 21 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN
UNTUK MITIGASI BENCANA DI SUMATERA BARAT

Oleh:
Ferdinal Asmin
(Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat)

A. Kondisi Hutan Sumatera Barat


Sumatera Barat terletak di pesisir Barat pada bagian Tengah Pulau Sumatera dan
mempunyai luas wilayah sekitar 42,2 ribu km2. Sekitar 56,27 % dari luas wilayah
administrasi tersebut merupakan kawasan hutan negara sesuai dengan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor SK.35/Menhut-II/2013 tanggal 15 Januari 2013.
Kawasan hutan Sumatera Barat tersebut terdiri atas kawasan hutan untuk fungsi
konservasi, lindung, dan produksi sebagaimana diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Kawasan Hutan Sumatera Barat menurut Fungsinya
No. Fungsi Kawasan Hutan Luas (ha)
1. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 806,939
(KSA/KPA)
2. Kawasan Hutan Lindung (HL) 791,671
3. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) 233,211
4. Kawasan Hutan Produksi (HP) 360,608
5. Kawasan Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi (HPK) 187,629
Sumber: Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2017)
Berdasarkan kondisi tutupan lahannya menurut data Statistik Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2017), Sumatera Barat masih memiliki tutupan
lahan berhutan sebesar 46 %, yang terdiri atas 14 % hutan primer, 31,6 % hutan
sekunder, dan 0,4 % hutan tanaman. Tabel 2 menyajikan luas tutupan hutan
untuk masing-masing kabupaten/kota di Sumatera Barat. Meskipun demikian,
sekitar 630.695 ha lahan di dalam dan luar kawasan hutan dilaporkan berada
pada tingkat kritis dan sangat kritis.
Tabel 2. Luas Tutupan Hutan Sumatera Barat
Tutupan Hutan (ha)
No Kabupaten/Kota
2016 2017 208
1 Kabupaten Agam 56.314 55.466 56.451
2 Kabupaten Dharmasraya 59.300 57.988 53.594
3 Kabupaten Lima Puluh Kota 120.418 114.936 124.285
4 Kabupaten Padang Pariaman 25.361 25.810 26.210
5 Kabupaten Pasaman 219.868 219.762 216.920
6 Kabupaten Pasaman Barat 73.120 74.427 75.874
7 Kabupaten Pesisir Selatan 313.911 299.127 307.485
8 Kabupaten Sijunjung 131.262 124.884 128.839
9 Kabupaten Solok 171.506 180.676 172.292
10 Kabupaten Solok Selatan 203.598 168.407 195.308
11 Kabupaten Tanah Datar 42.716 41.214 42.416
12 Kabupaten Kep. Mentawai 466.882 463.094 462.263
13 Kota Bukittinggi - - -
14 Kota Padang 34.061 33.394 32.174
15 Kota Padang Panjang 354 705 349
16 Kota Pariaman - - -
17 Kota Payakumbuh 198 199 198
18 Kota Sawahlunto 2.190 2.319 2.318
19 Kota Solok 1.087 1.128 934
Total 1.922.146 1.863.538 1.897.911
Sumber: Hasil Interpretasi Peta Citra oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
(2019)
Sebagian besar hutan Sumatera Barat berada pada wilayah perbukitan dengan
kelerengan yang agak curam sampai dengan sangat curam karena ketinggian
Sumatera Barat juga umumnya sangat bervariasi. Luas areal yang mempunyai
ketinggian 0 sampai 100 m dpl meliputi 1.286.793 ha (30.41%), daerah dengan
ketinggian 100 – 500 m dpl mencapai 643.552 ha (15,21%), antara 500 – 1.000
m dpl seluas 1.357.045 ha (32,07%), antara 1.000 – 1.500 m dpl terdapat
767.117 ha (18,13%), daerah dengan ketinggian 1.500 – 2.000 m dpl tercatat
113.116,6 Ha (2,67%), dan sisanya daerah dengan ketinggian di atas 2.500 m dpl
(sumber: RPJMD Sumatera Barat Tahun 2016-2021).
Dengan kondisi topografi tersebut di atas, potensi sumberdaya alam yang
terdapat di Sumatera Barat memiliki berbagai variasi intensitas dan
penggunaannya. Pada dataran rendah intensitas penggunaan lahan dapat lebih
maksimal, sementara itu pada dataran tinggi intensitas penggunaan lahannya
akan dihadapkan pada faktor pembatas lahan. Dataran tinggi di wilayah Sumatera
Barat sebagian besar merupakan jajaran perbukitan dan pegunungan termasuk
rantai Pegunungan Bukit Barisan yang membentang dari Utara hingga Selatan
Pulau Sumatera. Lahan yang ada pada kawasan perbukitan dan pegunungan
tersebut dengan kelerengan di atas 40% tercatat 1.017.000 ha (sumber: RPJMD
Sumatera Barat Tahun 2016-2021).
B. Kerawanan Bencana di Sumatera Barat
Karakter hutan Sumatera Barat sebagaimana dijelaskan di atas dapat
mengandung potensi bencana yang perlu diwaspadai. Jenis bencana yang
berkaitan dengan kondisi hutan dan lahan pada umumnya adalah banjir, longsor,
dan kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2017, sejumlah kejadian banjir, longsor dan
kebakaran hutan dan lahan tercatat terjadi di Sumatera Barat sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kejadian Bencana di Sumatera Barat
No. Jenis Bencana Jumlah Kejadian
1. Banjir 27
2. Longsor 8
3. Kebakaran Hutan dan Lahan 51
Sumber: Data Bencana dari BNPB (2018)
Wilayah Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah dengan potensi bencana
yang beragam. Selain dari potensi bencana yang dipicu oleh kondisi hutan yang
kurang baik, bencana tsunami dan gempa juga menjadi potensi bencana yang
potensial terjadi di Sumatera Barat. Tabel 4 menguraikan potensi bencana yang
dapat terjadi di Sumatera Barat.
Tabel 4. Wilayah Rawan Bencana di Sumatera Barat

Sumber: RPJMD Sumatera Barat Tahun 2016-2021


Berdasarkan data Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2019, khusus
untuk bencana kebakaran hutan dan lahan, dilaporkan sejumlah titik panas juga
teramati di wilayah Sumatera Barat seperti dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 1. Sebaran Titik Panas di Wilayah Sumatera Barat
C. Kebijakan Pembangunan Kehutanan di Sumatera Barat
Memperhatikan kondisi hutan dan kerawanan bencana di Sumatera Barat, Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Barat menjalankan sejumlah program dan kegiatan
untuk mendukung visi, misi, dan prioritas pembangunan daerah yang
direncanakan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur untuk periode 2016-2021.
Kebijakan kehutanan diarahkan untuk mendukung visi “Terwujudnya Sumatera
Barat yang Madani dan Sejahtera” dengan melaksanakan misi kelima, yaitu
meningkatkan infrastruktur dan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan. Prioritas pembangunan daerah yang menjadi tugas
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat adalah prioritas kesepuluh, yaitu
pelestarian lingkungan hidup dan penanggulangan bencana alam.
Kebijakan kehutanan di Sumatera Barat umumnya diarahkan untuk menyediakan
berbagai upaya mitigasi bencana yang potensial terjadi akibat kekeliruan dalam
pengelolaan sumber daya hutan. Empat program yang diarahkan untuk mitigasi
bencana adalah:
1. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
2. Program Pengendalian Kebakaran Hutan
3. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam
4. Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam dijalankan dengan
meningkatkan upaya preemptif (pembinaan), preventif (pencegahan), dan
represif (penindakan) terhadap berbagai aktivitas yang dapat mengganggu
keamanan hutan dan menyebabkan kerusakan hutan. Tabel 5 menguraikan
langkah-langkah yang dilakukan untuk perlindungan dan konservasi sumber daya
alam.
Tabel 5. Upaya Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam di Sumatera
Barat
No. Aspek Uraian Kegiatan
1. Preemptif (pembinaan) - Penguatan kelembagaan Perlindungan Hutan
Berbasis Nagari (PPHBN) dengan
membentuk satuan tugas (satgas) yang
melibatkan masyarakat setempat
- Pengembangan kelembagaan pengelola
Kawasan Ekosistem Esensial (KEE)
2. Preventif (pencegahan) - Patroli pengamanan hutan secara fungsional
oleh Polisi Kehutanan
- Identifikasi daerah rawan bencana dan
kerusakan hutan
3. Represif (penindakan) - Operasi fungsional dan gabungan yang
melibatkan peran serta penegak hukum
lainnya (Polisi dan TNI)
- Penanganan kasus pelanggaran/pidana
bidang kehutanan

Program Pengendalian Kebakaran Hutan dijalankan dengan mengupayakan


pendekatan kelembagaan, pencegahan, serta penanganan bencana. Uraian
kegiatan untuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagaimana dijelaskan
pada Tabel 6.
Tabel 6. Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera Barat
No. Pendekatan Uraian Kegiatan
1. Kelembagaan - Pembentukan Satuan Tugas Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan (Satgas
Dalkarhutla)
- Penguatan kelembagaan Masyarakat Peduli
Api (MPA) yang melibatkan masyarakat
setempat
2. Pencegahan Bencana - Patroli pengendalian kebakaran hutan dan
lahan secara fungsional oleh Polisi
Kehutanan
- Monitoring dan evaluasi daerah rawan
bencana kebakaran hutan dan lahan
3. Penanganan Bencana - Penyediaan sarana dan prasarana
pengendalian kebakaran hutan dan lahan
- Operasi pemadaman kebakaran hutan dan
lahan
Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam dijalankan
dengan mengutamakan pendekatan kelembagaan, rehabilitasi hutan dan lahan
(RHL), serta perbenihan tanaman hutan. Kegiatan-kegiatan yang dijalankan untuk
rehabilitasi dan pemulihan cadangan sumber daya alam sebagaimana diuraikan
pada Tabel 7.
Tabel 7. Upaya Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam di
Sumatera Barat
No. Pendekatan Uraian Kegiatan
1. Kelembagaan - Penyusunan Rencana Pengelolaan DAS dan
Rencana RHL
- Pembinaan Kelompok Tani Hutan, termasuk
masyarakat pengelola mangrove
2. Rehabilitasi hutan dan - Upaya vegetatif berupa reboisasi dan
lahan penghijauan, seperti agroforestry, hutan
rakyat, hutan mangrove/pantai, dan hutan
tanaman
- Upaya sipil teknis berupa dam penahan,
sumur resapan, dan gully plug
3. Perbenihan tanaman - Pembuatan persemaian tanaman hutan
hutan untuk mendukung penanaman reboisasi dan
penghijauan lingkungan
- Pemeliharaan sumber benih dan areal
sumber daya genetik

Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan dijalankan dengan mendorong


Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam perlindungan, pemanfaatan, dan pengendalian sumber daya
hutan. Lima skema perhutanan sosial yang dikembangkan adalah hutan nagari,
hutan kemasyarakatan, hutan tanaman rakyat, hutan adat, dan kemitraan. Tabel
8 menjelaskan uraian kegiatan untuk masing-masing skema tersebut.
Tabel 8. Skema Perhutanan Sosial dan Uraian Kegiatan Mitigasi Bencana
No. Skema Uraian Kegiatan
1. Hutan nagari - Perlindungan kawasan hutan lindung dan
hutan produksi melalui peran serta
kelembagaan nagari
- Pemanfaatan sumber daya hutan untuk
kepentingan nagari dan kesejahteraan
masyarakat nagari
2. Hutan kemasyarakatan - Perlindungan kawasan hutan lindung dan
hutan produksi melalui peran serta kelompok
tani hutan
- Pemanfaatan sumber daya hutan untuk
kepentingan kelompok dan peningkatan
kesejahteraan petani hutan
3. Hutan tanaman rakyat - Perlindungan kawasan hutan produksi
melalui peran serta kelompok tani hutan
- Pemanfaatan sumber daya hutan untuk
View publication stats

produksi hasil hutan budidaya bagi


kepentingan kelompok dan peningkatan
kesejahteraan petani hutan
4. Hutan adat - Perlindungan kawasan hutan melalui peran
serta kelembagaan adat nagari
- Pemanfaatan sumber daya hutan untuk
kepentingan adat dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat adat
5. Kemitraan - Perlindungan kawasan hutan melalui
kerjasama antara pengelola kawasan dengan
masyarakat sekitar hutan
- Pemanfaatan sumber daya hutan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar hutan
Untuk mendukung program dan kegiatan yang dijalankan oleh Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Barat, dukungan perangkat hukum sebagai landasan dalam
pengambilan kebijakan pembangunan hutan untuk mitigasi bencana juga telah
disediakan. Tiga peraturan terkait dengan pengelolaan sumber daya hutan telah
dibuat, yaitu:
1. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai,
2. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Peran Serta Masyarakat Dalam Perlindungan Hutan, dan
3. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 52 Tahun 2018 tentang Pedoman
Fasilitasi Perhutanan Sosial
Peraturan tersebut di atas merupakan bukti upaya legislasi yang dilakukan oleh
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, bukan hanya untuk menyukseskan
pembangunan kehutanan di Sumatera Barat tapi juga mendukung kebijakan
prioritas Gubernur Sumatera Barat terkait dengan penanggulangan bencana alam.
D. Penutup
Provinsi Sumatera Barat memiliki sumber daya hutan yang perlu dikelola untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga dapat diandalkan untuk
mitigasi bencana, terutama bencana banjir, longsor, dan kebakaran hutan dan
lahan. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera telah mendorong program dan
kegiatan yang mendukung visi, misi, dan prioritas kebijakan Gubernur Sumatera
Barat, termasuk dalam upaya mitigasi bencana. Program dan kegiatan yang
diarahkan untuk mitigasi bencana tersebut mencakup perlindungan dan
konservasi sumber daya alam, pengendalian kebakaran hutan, rehabilitasi hutan
dan lahan, dan perhutanan sosial dan kemitraan. Perangkat hukum untuk
mendukung kebijakan pembangunan hutan bagi mitigasi bencana juga sudah
disediakan. Berbagai upaya tersebut tentunya juga melibatkan partisipasi
masyarakat dan berbagai stakeholder terkait.

Anda mungkin juga menyukai