Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI
(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Keperawatan Gerontik )
Dosen Pembimbing :
Eki Pratidina.,S.Kp.,MM

Oleh

Nisa Ghaniyah 191FK01081

3C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI


KENCANA BANDUNG

2021
KONSEP PENYAKIT

1.DEFINISI PENYAKIT

Hipertensi adalah apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik >
90 mmHg, atau apabila pasien memakai obat anti hipertensi (Slamet Suyono, 2001 dan Arif
Mansjoer, 2001).

Hipertensi menurut WHO adalah hipertensi jika tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHg atautekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Menurut N.G. Yasmin A (1993) hipertensi adalah peningkatan dari tekanan sistolik
standar dihubungkan dengan usia, tekanan darah normal adalah refleksi dari kardiak out put
atau denyut jantung dan resistensi puerperal.

Menurut Alison Hull (1996), hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan
hampir konstan pada arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah,
hipertensi, berkaitan dengan kenaikan tekanan diastolik, dan tekanan sistolik atau kedua-
duanya secara terus menerus\

2.MANISFESTASI KLINIK

Adapun gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: sakit kepala,
pusing, mudah marah (emosi meningkat) susah tidur, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, telinga berdengung, sesak nafas, gelisah, mual muntah,
epistaksis,kesadaran menurun.

3.ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:

1. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)


2. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
3. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

1. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)


2. Kegemukan atau makan berlebihan
3. Stress
4. Merokok
5. Minum alkohol
6. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis,


Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf,
Stroke, Ensepalitis, SGB, Obat – obatan Kontrasepsi oral dan Kortikosteroid

4.PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan


fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”


disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

5.KLAFIKASI
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)

Hipertensi berat ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sedang 160-179 100-109

Hipertensi ringan 140-159 90-99

Hipertensi perbatasan 140-149 90-94

Hipertensi sistolik 140-149 < 90


perbatasan

Hipertensi sistolik > 140 < 90


terisolasi

Normotensi < 140 < 90

Optimal < 120 < 80

a. Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :

1. Hipertensi Primer atau Esensial


Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau idiopatik adalah hipertensi
yang tidak diketahui etiologinya/penyebabnya. Paling sedikit 90% dari semua penyakit
hipertensi dinamakan hipertensi primer.

2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat suatu penyakit, kondisi dan
kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini sudah diketahui penyebabnya. Umumnya
penyebab Hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan pengobatan kuratif, sehingga
penderita dapat terhindar dari pengobatan seumur hidup yang sering kali tidak nyaman dan
membutuhkan biaya yang mahal

3.Krisis Hipertensi

Krisis hipertensi didefinisikan sebagai kondisi peningkatan tekanan darah yang disertai
kerusakan atau yang mengancam kerusakan terget organ dan memerlukan penanganan segera
untuk mencegah kerusakan atau keparahan target organ. Hipertensi ini ditandai nilai tekanan
darah yang tinggi yaitu ≥ 180 mmHg/120 mmHg dan ada atau tidaknya kerusakan target organ
pada hipertensi.

4.Hipertensi emergensi (darurat)

Ditandai dengan tekanan darah Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan berat dari organ
sasaran yang disebabkan oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Keterlambatan pengobatan
akan menyebabkan timbulnya sequele atau kematian.

5.Hipertensi urgensi (mendesak)

Hipertensi mendesak ditandai dengan tekanan darah diastolik >120 mmHg dan dengan tanpa
kerusakan/komplikasi minimum dari organ sasaran. Tekanan darah harus diturunkan secara
bertahap dalam 24 jam sampai batas yang aman memerlukan terapi oral hipertensi. Penderita
dengan hipertensi urgensi tidak memerlukan rawat inap di rumah sakit. Sebaiknya penderita
ditempatkan diruangan yang tenang tidak terang dan tekanan darah diukur kembali dalam 30
menit.

6.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan factor-factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
e. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
f. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
g. Foto thorax: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
h. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

7.PENATALAKSANAAN MEDIK DAN IMPLIKASI KEPERAWATAN

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat


komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:

1. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi:
a. Diet: diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3. Penurunan berat badan
4. Penurunan asupan etanol
5. Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

1. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
3. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi:

1. Step 1
Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor.
2. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan: Dosis obat pertama dinaikkan,
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama, Ditambah obat ke-2 jenis lain, dapat
berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
3. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh: Obat ke-2 diganti, Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4
Alternatif pemberian obatnya: Ditambah obat ke-3 dan ke-4, Re-evaluasi dan
konsultasi, Follow Up untuk mempertahankan terapi.

2.9 Komplikasi

a. Stroke
Pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan stroke yang merupakan stroke iskemik,
yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasi dari jantung dan arteri
besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage), yang juga
berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi.

b. Penyakit jantung koroner


Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko terjadinya
penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian mendadak), meskipun
kekuatan hubungan ini lebih rendah daripada hubungan antara nilai tekanan darah dan
stroke. Kekuatan yang lebih rendah ini menunjukan adanya factor – factor resiko lain
yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner.
c. Gagal jantung
Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif menyatakan bahwa
penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali lebih besar untuk
menderita gagal jantung dari pada penderita tanpa riwayat hipertensi. Data yang ada
menunjukan bahwa pengobatan hipertensi, meskipun tidak dapat secara pasti mencegah
terjadinya gagal jantung, namun dapat menunda terjadinya gagal jantung selama
beberapa decade.
d. Hipertrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respon kompensasi terhadap peningkatan
afterload terhadap jantung yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi. Pada
akhirnya peningkatan massa otot melebihi suplai oksigen, dan hal ini bersamaan
dengan penurunan cadangan pembuluh darah koroner yang sering dijumpai pada
penderita hipertensi, dapat menyebabkan terjadinya iskemik miokard.

e. Penyakit vaskular
Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit vaskular perifer.
Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang diperbesar oleh hipertensi.
Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi atherosklerosis pada arteri carotid, dimana
lesi atherosklerosis yang berat seringkali merupakan penyebab terjadinya stroke.
f. Retinopati
Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata yang disebut retinopati
hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinalfalmshaped haemorrhages,
cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan yang sangat tinggi
(diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau bahkan lebih) cairan
mulai bocor dari arteriol – arteriol kedalam retina, sehingga menyebabkan padangan
kabur, dan bukti nyata pendarahan otak yang sangat serius, gagal ginjal atau kebutaan
permanent karena rusaknya retina.

g. Kerusakan ginjal
Dalam waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,
kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri – ginjal kecil. Pada
hipertensi yang tidak parah, kerusakan ginjal akibat arteriosklerosis yang biasanya agak
ringan dan berkembang lebih lambat. Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi
biasanya ditandai oleh proteinuria.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK HIPERTENSI


1.PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Nama, umur (lebih sering terjadi pada pasien umur 45 tahun keatas), jenis
kelamin (sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan), tanggal masuk, agama,
pendidikan, kultur, alamat, tanggal pengkajian, tanggal masuk Rumah Sakit, nomor
register medik, diagnosa medik, Dx medik.

2. Keluhan Utama
Pasien merasakan nyeri pada daerah kepala dan tengkuk, pada kasus hipertensi berat
pasien dapat merasakan nyeri pada tungkai serta dispnea.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya mengatakan sakit pada daerah kepala, pusing, mata berkunang-
kunang nafsu makan berkurang, pada sebagian kasus hipertensi berat pasien merasakan
dyspnea dan adanya penggunaan otot bantu pernafasan.

b. Riwayat kesehatan masa lalu


Pasien biasanya memiliki kebiasaan merokok, dan sering mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung garam dan kolestrol, pasien memiliki riwayat
obesitas dengan kurangnya pola aktivitas sehari-hari, pada sebagian kasus hipertensi
sekunder pasien memiliki riwayat penyakit lain yang menyertai penyakit hipertensi
seperti penyakit ginjal dan DM serta penyakit jantung.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya pada pasien dengan hipertensi, memiliki riwayat kesehatan keluarga
yang terkena hipertensi dan adanya penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
seseorang menderita hipertensi sekunder.

4. Riwayat Psikososial
Riwayat psikososial pasien terdiri dari :

Pada pasien dengan hipertensi ringan pasien hampir tidak mengalami gangguan
psikososial, berbeda pada pasien dengan hipertensi berat yang lebih memberikan efek
pada kondisi psikososial pasien yang berupa adanya perubahan kepribadian pada pasien
berupa pasien menjadi ansietas, depresi, euphoria dan marah kronis. Dalam hal ini,
hipertensi berat juga dapat memberikan dampak kepada keluarga dimana secara
langsung pasien tidak dapat bekerja dan berakivitas mandiri serta pasien perlu
mendapatkan perawatan dirumah sakit yang dapat membebani keuangan keluarga.

5. Riwayat spiritual
Nilai keagamaan pada pasien dengan hipertensi ringan biasanya d alam keadaan
baik dikarenakan pada pasien ini seluruh sistem organ masih berfungsi dengan baik,
dalam beberapa kasus seperti hipertensi sekunder dan hipertensi berat, kebanyakan
pasien menjadi depresi dan mengalami gangguan spiritual.

6. ADL
a. Nurisi
Makanan yang biasa dikonsumsi mencakup makanan tinggi natrium sperti makanan
awitan, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat badan
(meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.

b. Eliminasi
Biasanya pada pasieen dengn hipertensi tidak mengalami gangguan pada pola
eliminasi kecuali hipertensi yang diderita sudah menyerang target organ seperti
ginjal dan akan mengakibatkan gangguan pada proses eliminasi urin.
c. Personal hygine
Pada pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada proses
personal hyginenya, dalam beberapa kasus pada pasien dengan hipertensi berat
dengn komplikasi mengakibatkan pasien mengalami gangguan dalam pemenuhan
personal hyginenya, contihnya pada pasien dengan stoke yang menyerang organ
otak mengaakibatkan pasien mengalami kelumpuhan sehingga pasien tidak dapat
melakukan pola aktivitas personal hygine dengan mandiri.

d. Istirahat tidur
• Aktivitas istirahat
pada hipertensi ringan, aktivitas pasien dalam keadaan baik, pada kasus
hipertensi berat terjadinya kelelahan fisik, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton dengan frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung dan
takipnea.

2.PEMERIKSAAN FISIK

Pada pasien dengan hipertensi biasanya memiliki berat badan yang normal atau
melebihi indek masa tubuh, berat badan normal, tekanan darah >140/100 mmhg, nadi
>100 x/menit, frekuensi nafas 16-20 x/menit pada hipertensi berat terjadi pernafasan
takipnea, ortopnea, dyspnea nocturnal paroksimal, suhu tubuh 36,2-37 C pada
hipertensi berat suhu tubuh dapat menurun dan mengakibatkan pasien hipotermi,
Keadaan umum pasien compos mentis pada kasus hipertensi berat dengan komplikasi
dapat mengakibatkan pasien mengalami gangguan kesadaran dan sampai pada koma,
contohnya stroke hemoragik
a) Sistem pengelihatan
Pada pasien dengan hipertensi memiliki sistem pengelihatan yang baik, pada kasus
hipertensi berat pasien mengalami pengelihatan kabur dan dapat terjadinya anemis
pada konjungtiva.
b) Sistem pendengaran
Pada kasus hipertensi, pasien tidak mengalami gangguan pada fungsi pendengaran
dan fungsi keseimbangan.
c) Sistem wicara
Pasien dengan hipertensi ringan tidak mengalami gangguan pada sistem wicara.
Pada kasus hipertensi berat terjadinya gangguan pola/isi bicara dan orientasi bicara.
d) Sistem pernafasan
Secara umum baik dengan frekuensi nafas 16-20x/menit dengan irama teratur, pada
kasus hipertensi tertentu seperti hipertensi berat pasien mengalami gangguan sistem
pernafasan seperti takipne, dyspnea dan ortopnea, adanya distress pernafasan/
penggunaan otot otot pernafasan pada hipertensi berat, frekuensi pernafasan >
20x/menit Dengan irama pernafasan tidak teratur, kedalaman nafas cepat dan
dangkal, adanya batuk dan terdapat sputum pada batuk pasien sehingga
mengakibatkan sumbatan jalan nafas dan terdapat bunyi mengi.
e) Sistem kardiovaskuler
• Sirkulasi perifer
Secara umum keadaan sirkulasi perifer pada pasien dengan hipertensi ringan
dalam keadaan normal dengan frekuensi nadi 60-100 x/menit, irama teratur.
Pada kasus hipertensi berat frekuensi nadi pasien dapat mencapai > 100 x/menit,
irama tidak teratur dan lemah, TD > 140/100 mmhg, terjadinya distensi vena
jugularis dan pasien mengalami hipotermi, Warna kulit pucat (sianosis). Udema
terjadi dengan hipertensi sekunder dari ginjal, pada hipertensi berat, kecepatan
pengisihan kapiler dapat menurun sehingga capilarirefil > 3 detik.
• Sirkulasi jantung
Pada kasus hipertensi ringan, sirkulasi jantung dalam keadaan normal dengan
kecepatan denyut jantung apikal teratur dan terdapat bunyi jantung tambahan
(S3), adanya nyeri dada pada kasus hipertensi sekunder dengan komplikasi
kelainan jantung.
f) Sistem hematologi
Pasien mengalami gangguan hematologi pada hiperensi berat yang ditandai dengan
keadaan umum pucat, perdarahan yang mengakibatkan stroke dikarenakan
obstruksi dan pecahnya pembuluh darah.
g) Sistem syaraf pusat
Pada hipertensi ringan adanya rasa nyeri pada daerah kepala dan tengkuk, kesadaran
compos mentis, pada hipertensi berat kesadaran dapat dapat menurun menjadi
koma, refleks fisiologi meliputi refleks biceps fleksi dan triceps ekstensi, serta
refleks patologis negative.
h) Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada pasien hipertensi dalam keadaan baik, pada kasus
hipertensi berat dengan komplikasi menyerang organ pada abdomen
mengakibatkan pasien mengalami nyeri pada daerah abdomen.
i) Sistem Endokrin
Pada pasien dengan hipertensi tidak mengalami gangguan pada sistem endokrin.
j) Sistem urogenital
Terjadinya perubahan pola kemih pada hipertensi sekunder yang menyerang organ
ginjal sehingga menyebabkan terjadinya gangguan pola berkemih yang sering
terjadi pada malam hari.
k) Sistem integument
Turgor kulit buruk pada hipertensi berat dan adanya udema pada hipertensi
sekunder di daerah ekstremitas.
l) Sistem muskulo skeletal
Pada hipertensi ringan pasien tidak mengalami gangguan [ada sistem
musculoskeletal, tetapi pada hipertensi berat pasien mengalami Kesulitan dalam
bergerak dan kelemahan otot.

3.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan


2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan denganpeningkatan beban kerja
jantung
3. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan faktor biologis
4.INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
1.Gangguan pola Setelah dilakukan kunjungan 1. Jelaskan pentingnya 1.Agar pola tidur pasien
tidur berhubungan 3x pada Ny. diharapkan tidak tidur yang adekuat tetap stabil
dengan pola tidur terjadi gangguan pola tidur 2. Instruksikan untuk
tidak menyehatkan dengankriteria hasil : memonitor tidur 2.Untuk mengetahui pola
1. Jumlah jam tidur dalam pasien tidur pasien
batas normal 6-8jam/hari 3. Monitor/catat
2. Pola tidur, kualitas dalam kebutuhan tidur 3.Untuk mengetahui klien
batas normal pasien setiap hari tidur dalam satu hari
3. Perasaan segar sesudah dan jam berapa jam
tidur atau istirahat 4. Kolaborasi
4. Mampu mengidentifikasi pemberian obat 4.Untuk mencegah
hal-hal yang meingkatkan
tidur jika perlu gangguan tidur
tidur
2. Resiko penurunan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1.perbandingan dari
curah jantung kunjungan 3x pada Ny. setiap hari terutama tekanan yang meningkat
berhubungan dengan diharapkan tidak terjadi tekanan darah adalah gambaran dari
peningkatan beban penurunan curah jantung 2. observasi warna keterlibatan vasculer
kerja jantung dengan kriteria hasil : kulit, kelembaban, dan 2.untuk mengidentifikasi
1. klien beristirahat dengan suhu penurunan curah jantung
tenang 3. berikan posisi yang 3.penurunan resiko
2. irama dan frekuensi nyaman peningkatan intrakranial
jantung stabil dalam batas 4. ajarkan teknik 4.memberikankenyamanan
normal (80-100x/menit) relaksasi nafas dalam dan memaksimalkan
reguler 5. kolaborasi dengan ekspansi paru
3. Tekanan darah dalam dokter pemberian 5.mengurangi beban
batas normal diuretik dan ahli gizi jantung
TD :mmHg, diit Na
N : x/menit,
RR : /menit,
Suhu :
1.Kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan 1.kaji intake pasien 1.cara khusus untuk
tidak adekuat kunjungan 3x pada Ny. 2. sajikan makanan meningkatkan nafsu
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan dalam kondisi hangat makan
faktor biologis nutrisi adekuat dengan kriteria jaga kebersihan mulut
hasil :
4. berikan makanan 2.meningkatkan intake
1. nafsu makan meningkat makanan
sedikit
2. pasien mampu
tasering/makanan
3.mulut yang bersih
menghabikan makanan 1
ringan
meningkatkan nafsu
porsi
makan
3. mampu mengidentifikasi
5. berikan informasi
kebutuhan kebutuhan nutrisi
tentang kebutuhan
4. tidak terjadi penurunan 4.memberikan asupan
nutrisi
berat badan nutrisi yang tepat
tidak ada tanda-tanda malnutrisi
6. kolaborasi dengan
dokter dan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA

Potter, P. A. Perry, A. G., 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses Keperawatan
dan Praktek, Vol. 1 E/4. Jakarta : EGC

Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.

Fatimah.2010.Merawat Manusia Lanjut Usia.Trans Info media: Jakarta.


Ma’rifatul Lilik, Azizah. 2011.Keperawatan Lanjut Usia. Graha ilmu: Jogjakarta.
https://id.scribd.com/document/420193433/askep-gerontik-hipertensi

Anda mungkin juga menyukai