Anda di halaman 1dari 20

BEBERAPA KEGIATAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 DI KABUPATEN JEMBER

 KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DARI APBN MAUPUN DINAS PERTANIAN DAN


KETAHANAN PANGAN PROPINSI

a. PANEL HARGA PANGAN

Di Indonesia Inflasi dihitung BPS menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang
dihitung berdasarkan survei harga konsumen tiap bulan di 82 kota. Tingkat inflasi Jawa
Timur dihitung di 8 kota Jawa Timur, Sumenep, Surabaya, Malang, Kediri, Madiun,
Probolinggo, Jember dan Banyuwangi. Kegiatan Panel Harga Pangan digunakan untuk
memantau stabilitas harga pangan di tingkat Produsen dan Konsumen.

Kegiatan Panel Harga Digunakan untuk pemantauan harga beberapa bahan pokok,
diantaranya beras premium dan medium; jagung; kedelai; bawang merah; cabai merah keriting;
gula pasir lokal; daging ayam ras; telur ayam ras; daging sapi; termasuk harga GKP dan GKG.

Output dari kegiatan ini adalah harga kebutuhan pangan seperti komoditas daging
ayam, sapi dan telur mengalami kenaikan pada PHBI (Puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri,
dan Natal. Sementara komoditas lainnya harganya tetap stabil. Mengenai harga beras untuk
bulan November dan Desember mengalami kenaikan yang disebabkan beberapa wilayah di
Kabupaten Jember masih tanam padi dan sebelumnya dari pusat mengeluarkan permendag No
57 tahun 2017 untuk penetapan HET beras dan Permentan 31 tahun 2017 tentang kelas mutu
beras.
b. PUPM-TTI (PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT MELALUI TOKO TANI
INDONESIA

Latar Belakang :

UU no 18 tahun 2012 tentang pangan dan UU no 7 tahun 2014 tentang perdagangan ,


sehingga pemerintah pusat dan daerah bertanggung jawab atas ketersediaan bahan pangan
pokok dan strategis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahan pangan
pokok dan strategis tersebut harus tersedia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, serta
pada harga yang wajar untuk menjaga keterjangkauan daya beli di tingkat konsumen sekaligus
melindungi pendapatan produsen.

Tujuan pembentukan TTI adalah menjaga harga di tingkat produsen, menekan harga di
tingkat konsumen, memotong rantai pasokan, mengurangi keuntungan pedagang perantara,
merubah struktur pasar. Pada Kegiatan ni dikhususkan untuk produk beras, bawang merah dan
cabe.

Kriteria Gapoktan Penerima LUPM Komoditas Beras


a. Memiliki penggilingan (Rice Miling Unit) dan lantai jemur yang berstatus milik
Gapoktan/poktan/milik anggota yang bermitra dengan LUPM dalam kegiatan
pengolahan beras;
b. Memiliki pengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 2 (dua)
tahun

Bantuan Pemerintah di alokasikan melalui dana dekonsentrasi propinsi Rp. 200.000.000


per gapoktan untuk tahun 1, Tahap Penumbuhan Rp. 140.000.000 biaya pembelian bahan
pangan dan Rp. 60.000.000 untuk biaya operasional meliputi kemasan, ongkos angkut, biaya
produksi dan pengiriman. Selanjutnya pada Tahap Pengembangan ada ongkos tambahan Rp.
60.000.000 untuk biaya operasional.

Gapoktan penerima kegiatan ini adalah gapoktan Mitra Tani Sejati yang beralamat di
Desa Sumberjati Silo dan Ketan Mas beralamat Desa Pontang Ambulu. Adapun dari kedua
lokasi penerima kegiatan tersebut diharapkan mampu menjual komoditas beras, mengingat
Jember sentra produk pertanian yang hasil utamanya adalah beras. TTI dari Gapoktan Mitra
tani sejati ada 4, dengan nama Toko Vero yang beralamat di Desa Sumberjati Silo; Toko Rina
yang beralamat di Desa Sumberjati Silo; Toko Putra Harapan yang beralamat di Desa Pace
Silo; Toko Hasanah yang beralamat di Desa Karangharjo Silo. TTI dari Gapoktan Ketan Mas
ada 3, dengan nama Toko Sejahtera yang beralamat di Desa Pontang Ambulu; Toko Barokah
yang beralamat di Desa Pontang Ambulu; Toko Lestari yang beralamat di Desa Pontang
Ambulu
Laporan Pelaksanaan Operasi Pasar Kegiatan PUPM-TTI

NAMA DAN WAKTU


NO KOMODITAS KETERANGAN
LOKASI TTI PELAKSANAAN

         
Gapoktan
1  
MITRATANI SEJATI
  Ds Sumberjati Silo   12 Juni 2017 Pelaksanaan dilakukan di Balai Desa
Desa Silo Kecamatan Silo dengan
Ridwan Ahmad pendistribusian sebanyak 1 ton dengan
  Rahbini     harga jual Rp 7900
         
  NAMA TTI     DOKUMENTASI
         
  1. Toko Vero Beras    
Desa Sumberjati
  Silo      

         
         
  2. Toko Rina Beras    
Desa Sumberjati
  Silo      

         
         
3. Toko Putra
  Harapan Beras    
  Desa Pace Silo      

         
         
  4. Toko Hasanah Beras    
Desa Karangharjo
  Silo      
       

       
     
Gapoktan KETAN Pelaksanaan dilakukan di Desa
  MAS   1 Juni 2017 Pontang
Kecamatan Ambulu sejumlah 1 ton
  Ds Pontang Ambulu     dengan harga jual Rp 7900
  Sampurno    
Pelaksanaan dilakukan di Desa
      9 Juni 2017 Pontang
Kecamatan Ambulu sejumlah 1 ton
  NAMA TTI     dengan harga jual Rp 7900
         
  1. Toko Sejahtera Beras DOKUMENTASI
Desa Pontang Kec.
  Ambulu    
       

         
  2. Toko Barokah Beras    
Desa Pontang Kec.
  Ambulu      

         
         
  3. Toko Lestari Beras    
Desa Pontang
  Kec. Ambulu      

         
           

c. LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT / LDPM

Beras dan jagung merupakan komoditas strategis dipandang dari sudut ekonomi, sosial,
dan politik, oleh karena itu pemerintah telah menetapkan kebijakan pembangunan swasembada
pangan terhadap 2 (dua) komoditas tersebut. Alasan penentuan kebijakan tersebut adalah
karena : (1) beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia; (2) jagung merupakan
bahan pangan sumber karbohidrat lainnya dan merupakan bahan baku pakan ternak
Dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan petani, kelompok tani, dan/atau
Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat panen raya dan
masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian cq Badan Ketahanan
Pangan melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat
(Penguatan LDPM). Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, sejak tahun 2009-2015 Pemerintah
menyalurkan Dana Bantuan Sosial dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
kepada Gapoktan dalam rangka memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu
untuk melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan.
Gapoktan diharapkan mampu menggerakkan kegiatan agribisnis terutama pada unit
usaha distribusi atau pemasaran, dan/atau unit pengolahan hasil untuk dapat melakukan
pembelian-penjualan gabah dan/atau beras dan/atau jagung dari anggotanya disaat panen raya
serendah-serendah sesuai HPP untuk gabah dan/atau beras dan HRD. Melalui kegiatan
Penguatan-LDPM, Gapoktan juga didorong agar mampu menyisihkan hasil produknya untuk
dapat disimpan sebagai cadangan pangan yang dapat diakses oleh anggotanya disaat musim
paceklik atau tidak ada panen. Rincian bantuan ini dilakukan selama 2 tahun, pada Tahun 1
Tahap Penumbuhan dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 150.000.000, dengan rincian Rp
95.000.000 untuk pembelian bahan pangan, Rp 15.000.000 untuk cadangan pangan dan Rp.
40.000.000 digunakan untuk pembangunan gudang. Pada tahun ke 2 Tahap Pengembangan
mendapatkan dana operasional sebesar Rp. 50.000.000. Gapoktan penerima kegiatan ini
adalah Gapoktan Mutiara Tani yang beralamat di Desa Selodakon Tanggul.
Dari kegiatan ini didapatkan output berupa penjualan komoditas pangan berupa jagung
pipil dan tongkol kering, beras, dan kacang tanah. Disamping itu mampu menyediakan
cadangan pangan yang sistemnya dipinjamkan pada anggota Gapoktan saat musim paceklik
dan pembayarannya diharapkan juga dalam bentuk barang dengan penambahan 15 kg.

d. LEMBAGA PEMBELIAN GABAH

Gapoktan menerima bantuan sosial gabah dari propinsi sebanyak 3225 kg. Penerima
Kegiatan ini adalah Gapoktan Bina Rejeki di Desa Mangaran Ajung. Output dari kegiatan ini
adalah dari bantuan barang yang didapatkan diharapkan gapoktan mampu melaksanakan jual
beli beras dalam bentuk kemasan 3 kg maupun 5 kg sehingga nantinya kemandirian gapoktan
di wilayah tersebut dalam memproduksi beras minimal untuk menyuplai wilayah sekitar maupun
Jember. Acuan penjualan beras ini disesuaikan dengan ketetapan pemerintah, yaitu
permendagri No 57 tahun 2017 dan permentan 31 tahun 2017.

e. KRPL / Kawasan Rumah Pangan Lestari

Kementerian Pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep


Rumah Pangan Lestari (RPL). RPL ini diartikan sebagai usaha pekarangan yang dilakukan
penduduk secara intensif untuk memanfaatkan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana
yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan
beragam. Apabila RPL dikembangkan dalam skala luas, berbasis dusun (kampung), desa, atau
wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Prinsip dasar KRPL adalah: (i) pemanfaatan
pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan,
(ii) diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, (iii) konservasi sumberdaya genetik pangan
(tanaman, ternak, ikan), dan (iv) menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju (v)
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Output yang diharapkan dari pengembangan KRPL antara lain : 1. Terpenuhinya kebutuhan
pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara
lestari. 2. Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan
di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman
obat keluarga (toga), ternak dan ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi
kompos. 3. Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal. 4. Berkembangnya
usaha ekonomi produktif keluarga untuk menopang kesejahteraan keluarga dan menciptakan
lingkungan lestari dan sehat.

Adapun Penerima Kegiatan ini adalah KWT Rengganis yang berlokasi di Desa Pakis
Kecamatan Panti; KWT Sumbermandiri yang berlokasi di Desa SumberAgung Kecamatan
Sumberbaru; KWT Tunas Mandiri yang berlokasi di Desa Rowotengah Kecamatan
Sumberbaru; KWT Srikandi yang berlokasi di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa; KWT Jambu
arum yang berlokasi di Kelurahan Antirogo Kecamatan Sumbersari.

f. LOMBA CIPTA MENU

Lomba Cipta Menu Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (LCM B2SA) Berbasis Sumber
Daya Lokal dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman setiap individu dalam menerapkan
konsumsi B2SA khususnya ibu rumah tangga yang bertanggungjawab dalam menentukan dan
menyediakan menu keluarga. Output kegiatan ini diharapkan masyarakat  khususnya peserta
lomba dapat berkreasi menciptakan/mengembangkan resep yang beragam, bergizi seimbang
dan aman berbasis sumber daya lokal serta dapat diterapkan sebagai menu keluarga sehari-
hari. Resep perlu dimodifikasi agar putra/putri kita tidak bosan.
Menu sehat tidak perlu mahal, dan bahan bisa didapatkan dari hasil tanaman di lahan
pekarangan kita, seperti kangkung, bayam, cabe, ayam, lele, pepaya dan lain-lain apabila
diolah secara kreatif akan menghasilkan makanan yang enak dan bisa menghemat
pengeluaran keluarga. Tema LCM B2SA Berbasis Sumber Daya Lokal tersebut adalah
Menyajikan kreasi menu keluargan yang beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) berbasis
sumber daya lokal, dapat diterapkan sebagai menu keluarga sehari-hari, menggunakan bahan
pangan yang mudah diperoleh di sekitar kita. Penyusunan menu harus memperhitungkan
kebutuhan konsumsi pangan anggota keluarga (porsi) sesuai dengan Pedoman Gizi seimbang
(anjuran Angka Kecukupan Gizi/AKE rata-rata perkapita 2150 kkal/hari).
Adapun tujuan dari LCM B2SA tersebut adalah untuk: 1). Meningkatkan pengetahuan
masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan B2SA, 2). Meningkatkan pemahaman
peserta/masyarakat dalam penerapan prinsip B2SA, 3). Mendorong dan meningkatkan
kreatifitas masyarakat dalam mengembangkan atau menciptakan menu B2SA berbasis sumber
daya lokal.
Kegiatan LCM propinsi dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 bertempat di hotel Utami
Sidoarjo. Pada kegiatan tersebut Kabupaten Jember diwakili oleh pemenang lomba cipta menu
olahan pada tahun sebelumnya dan kegiatan tersebut juga ada stan pameran produk olahan
makanan khas daerah asal.

 KEGIATAN KETAHANAN PANGAN YANG BERSUMBER DARI APBD KABUPATEN

1. SATGAS PANGAN
Satgas pangan dibentuk oleh bupati Dr Faida, MMR dengan beranggotakan
Forkompimda dan lintas sektoral untuk mengantisipasi kelangkaan bahan pangan dan
menjaga stabilitas harga di tingkat pedagang, distributor maupun di tempat
penggilingan. Output kegiatan ini harga cenderung stabil dan mengalami kenaikan untuk
beberapa produk pangan, seperti daging ayam, sapi dan telur ayam saat menjelang
PHBI, bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, serta Natal dan Tahun baru. Mengenai
stok beberapa komoditas pangan cenderung aman setelah tahun baru dan mencukupi 3
bulan menurut laporan dari Bulog dan Disperindag. Namun, ada salah satu bahan
pangan, beras yang harganya melonjak tinggi akibat stok yang kurang disebabkan
beberapa wilayah di Kabupaten Jember masih musim tanam. Akibat harga beras yang
tinggi, Bulog Jember melakukan operasi pasar di 3 tempat, Pasar Mangli, Tanjung dan
di kebonsari dengan harga Rp 8.100 untuk beras medium dan Rp 9.300 untuk beras
premium. Terbentuknya satgas pangan di Jember oleh Bupati telah mampu menindak
tegas para oknum yang melakukan pengoplosan beras raskin di wilayah Antirogo.

2. PEMBUATAN NBM DAN PPH


Perlunya kabupaten Jember untuk melakukan perencanaan kebutuhan pangan.
Dimana salah satu pendekatannya melalui perumusan Pola Pangan Harapan (PPH).
Penetapan PPH digunakan sebagai pendekatan perencanaan kebutuhan konsumsi dan
penyediaan pangan dalam pembangunan pangan guna mewujudkan ketersediaan
pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Disamping itu juga berguna sebagai indikator
mutu gizi pangan dan keragaman konsumsi pangan baik pada tingkat ketersediaan
maupun konsumsi pangan.
Penilaian keragaman dan mtu ketersediaan pangan menggunakan data
ketersediaan pangan yang disajikan dalam Neraca Bahan Makanan (NBM) dan
menggunakan Angka Kecukupan Energi (AKE) pada tingkat penyediaan, yaitu 2400
kkal/ kapita/hari dan Angka Kecukupan Protein (AKP) 63 gr/kap/hari. Penilaian
keragaman dan mutu konsumsi digunakan data konsumsi pangan melalui data susenas
dan menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pada tingkat konsumsi sebesar 2.150
kkal/kap/hari. Dan Angka Kecukupan Protein (AKP) 57 gr/kap/hari sesuai anjuran
Permenkes RI No 75 Tahun 2013.
Dari hasil analisis NBM pada beberapa beberapa jenis makanan tahun 2017 tingkat
produksi di Kabupaten Jember diperoleh nilai ketersediaan kalori sejumlah 4.553
kkal/hari, protein 124,56 gr/hari, dan lemak 59,94 gr/hari. Berdasarkan analisis NBM
tersebut diddapatkan nilai PPH sebesar 93,64.
Adapun kebijakan yang diperlukan untuk mengatasinya adalah
1. Sebagai langkah nyata dapat diambil kebijakan secara normatif. Kebijakan normatif
yang dapat dirumuskan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pemberian bantuan pangan kepada rumah tangga beresiko tinggi (Golongan
Pengeluaran I dan II)
b. Pengembangan paket bantuan sarana produksi pertanian, ternak dan kemudahan
teknis pembiayaan termasuk paket asuransi usaha bagi petani sayur dan buah
sebagaimana disampaikan diatas serta intensifikasi penggunaan lahan tidur dan
lahan pekarangan khususnya untuk sayur dan buah konsumsi dengan pelatihan dan
bimbingan khusus dari Tim Pangan Desa.
c. Pengembangan usaha industri yang dapat memanfaatkan potensi sumberdaya lokal
khususnya hasil - hasil pertanian di Kabupaten Jember sehingga produksi yang
dihasilkan tidak diekspor keluar, melainkan digunakan untuk memenuhi terlebih
dahulu kebutuhan konsumsi aktual penduduk Jember.
d. Pemberdayaan (penguatan) kelembagaan pangan dan gizi yang sudah ada di
lingkungan masyarakat dengan akses pembiayaan dari dana desa (program
pembiayaan dari pemerintah pusat)
e. Penggalian data lanjutan dengan survey dan kegiatan Peta Rawan Pangan, sehingga
kebijakan yang diberikan dapat didasarkan pada skala prioritas dan lebih terfokus
untuk desa/kota yang secara aktual dinyatakan rawan pangan
2. Kebijakan jangka menengah
a. Mempertahankan kebijakan intensifikasi lahan pertanian dengan mengurangi laju alih
fungsi lahan.
b. Mendorong diversifikasi sumber usaha untuk perbaikan tingkat ekonomi masyarakat
c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah
khususnya di wilayah pedesaan berdasarkan hasil analisis Peta Rawan Pangan
d. Mengembangkan kesadaran sosial masyarakat dalam kegiatan penanggulangan
masalah pangan dan gizi
3. Kebijakan jangka panjang
a. Pembentukan Desa Mandiri Pangan (DMP) di beberapa wilayah di Kabupaten
Jember. Desa Mandiri Pangan adalah suatu desa/kelurahan di Kabupaten Jember
yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan
dan gizi melalui pengembangan sub sistem Ketersediaan, Distribusi dan Konsumsi
Pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan dan
untuk mendukung program aksi tersebut, dipandang perlu adanya Lembaga
Keuangan Desa (LKD) yang berfungsi untuk mengelola keuangan sebagai sumber
permodalan.
b. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) sebagai pendamping
dari program Desa Mandiri Pangan. LDPM merupakan kegiatan dalam rangka
meningkatkan kemampuan Gapoktan di wilayah sentra produksi padi agar mampu
membantu anggotanya dalam mendistribusikan / memasarkan / mengolah hasil
produksi pangannya di saat menghadapi panen raya dan mampu menyediakan
pangan bagi kebutuhan anggotanya semisal di saat paceklik
3. PEMBUATAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN FSVA
Penyusunan Peta Rawan pangan digunakan untk memetakan wilayah Kabupaten
Jember menurut kategori rawan pangan dan tahan pangan dengan metode pendekatan
wilayah dan jumlah penduduk. Kegiatan ini penting untuk informasi dalam pengambilan
kebijakan penanganan kondisi rawan pangan di wilayah Kabupaten Jember dan sebagai
dasar pembentukan kebijakan ketahanan pangan di daerah, khususnya daerah rentan
dengan kerawanan pangan sehingga kebijakan dalam penyusunan program yang
berkaitan ketahanan pangan dan penanganan rawan pangan. Dari hasil penyusunan
peta FSVA didapatkan beberapa rekomendasi kebijakan dan strategi pengembangan
untuk menjamin pencapaian ketahanan pangan daerah secara berkelanjutan,
Pembuatan peta FSVA perlu adanya tindak lanjut dalam menentukan beberapa
kebijakan :
 Aspek Ketersediaan Pangan
i. Meningkatkan kualitas intensifikasi pertanian melalui peningkatan produksi dan
produktivitas pertanian untuk meningkatkan surplus bahan pangan.
ii. Meningkatkan pengendalian alih fungsi lahan dengan penetapan dan
pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B).
iii. Mempertahankan swasembada produks serealia secara berkelanjutan dan
mewujudkan swasembada kedelai dan tanaman pangan utama lainnya.
iv. Perluasan areal tanam padi serta optimalisasi pemanfaatan lahan dan air
melalui Pengembangan Jaringan Irigasi Usaha Tani, Desa (JITUT/JIDES).
v. Pengamanan produksi tanaman pangan dan hortikultura.
vi. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan dan
hortikultura.
vii. Peningkatan mutu produk tanaman pangan dan hortikultura berbasis
sumberdaya lokal yang berkelanjutan.
viii. Peningkatan kualitas SDM petani, kelembagaan petani untuk meningkatkan
akses petani terha- dap faktor produksi, teknologi, informasi, pemasaran maupun
akses permodalan
ix. Penyediaan sarana produksi (benih / bibit dan pupuk) dan pengembangan
pupuk organik.
x. Perlindungan tanaman dari serangan organisme penggangu tanaman dan
fenomena iklim, pada wilayah rawan bencana.
xi. Pembinaan dan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.
xii. Pengembangan benih padi dan palawija unggul dan tahan hama penyakit.
xiii. Pendampingan pengembangan sarana dan prasarana pertanian.

 Akses terhadap pangan dan penghidupan


i. Memperluas kesempatan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan dan
perkotaan dengan peningkatan akses pencari kerja (angkatan kerja) terhadap
lapangan kerja di sektor formal melalui pengembangan jejaring informasi pasar
kerja, job fair, magang kerja, agar dapat meningkatkan penempatan tenaga kerja
melalui Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar
Kerja Antar Negara (AKAN).
ii. Memperluas kesempatan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan dan
perkotaan
iii. Peningkatan dan penyempurnaan pengarusutamaan penanggulangan kemiskinan
di semua program yang ada di satuan kerja pemerintah daerah (SKPD), sekaligus
memperbaiki efektivitas program.
iv. Peningkatan dan penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan yang
ditujukan untuk memangkas beban pengeluaran rumah tangga miskin.
v. Peningkatan, dan penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan dalam
bentuk bantuan sosial, dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan dan pendapatan penduduk miskin.
vi. Meningkatkan keberlangsungan usaha mikro dan kecil untuk menurunkan tingkat
kemiskinan dengan pengembangan dan perlindungan keberlangsungan usaha
mikro dan kecil sektor informal di perkotaan maupun pedesaan untuk mencegah
terjadinya pemiskinan lebih parah akibat kehilangan sumber nafkah.
vii. Meningkatkan kualitas manajemen Kelompok Usaha Bersama (Kube) yang
memiliki kemampuan dan keberdayaan secara sosial maupun secara ekonomi.
viii. Peningkatan perluasan akses penduduk miskin terhadap kredit mikro dengan
suku bunga rendah.
ix. Peningkatan pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan yang
menghubungkan tempat produksi pertanian dan tujuan pasar untuk menekan
biaya angkut, yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk miskin.
x. Program peningkatan kelas jalan sampai tingkat jalan desa
xi. Meningkatnya sarana dan prasarana kesehatan, termasuk tenaga medis dan non-
medis secara merata termasuk bagi masyarakat pedesaan dan kepulauan.
xii. Meningkatkan standar sarana dan prasarana kesehatan.
xiii. Meningkatkan ketersediaan dan pemerataan tenaga medis dan non-medis, serta
perbekalan obat-obatan.
xiv. Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu, anak, dan balita.
xv. Meningkatkan standar kualitas pelayanan RSUD, Puskesmas dan jaringannya
xvi. Meningkatkan kesehatan masyarakat berbasis keluarga dan masyarakat melalui
upaya promotif dan preventif
xvii. Meningkatnya keikutsertaan masyarakat dalam jaminan kesehatan
xviii. Meningkatkan layanan kesehatan bagi penduduk miskin

 Pemanfaatan pangan
Bidang Pendidikan
1) Meningkatnya akses pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas melalui
peningkatkan akses pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan
terjangkau.
2) Meningkatnya mutu pendidikan, dan tenaga kependidikan melalui: peningkatan
kualitas dan layanan pendidikan.
3) Peningkatan mutu tenaga pengajar dan pemerataan sebaran tenaga pengajar.
o Peningkatan kegiatan belajar non-formal berbasis komunitas.
4) Peningkatan layanan pendidikan berbasis manajamen pendidikan secara
komprehensif dan terintegrasi.
5) Peningkatan kualitas pendidikan pondok pesantren melalui bantuan
penyelenggaraan pendidikan Diniyah, dan guru swasta.
6) Meningkatkan minat baca masyarakat.
7) Meningkatkan kuantitas dan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan:
8) Meningkatkan aksesibiltas, dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
melalui: Pengembangan PAUD secara holistik dan terpadu, Peningkatan akses
PAUD
Pembinaan Gizi Masyarakat
1. Memperkuat peran masyarakat dalam pembinaan gizi masyarakat melalui
posyandu.
2. Memberlakukan standar pertumbuhan anak Indonesia.
3. Menerapkan standar pemberian makanan bagi bayi dan anak.
4. Meneruskan suplementasi gizi balita, remaja ibu hamil dan nifas serta fortifikasi
makanan
5. Pemberian makanan tambahan pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan ibu
hamil miskin dan kurang energi kronis
6. Pemberian makanan tambahan pemulihan diberikan pada anak gizi kurang dan ibu
hamil miskin dan kurang energi kronis (KEK)
7. Perawatan gizi buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di puskesmas
8. Memperkuat surveilan gizi nasional
9. Memperkuat kerjasama antar program di bidang kesehatan untuk mengatasi
masalah stunting
10. Memperkuat pengetahuan dan kompetensi tenaga gizi dalam menangani masalah
stunting
11. Memperkuat perencanaan dan penganggaran penanggulangan masalah stunting
berbasis bukti
12. Meningkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
13. Meningkatkan pendidikan orang tua dalam perawatan
14. Mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia untuk menangani masalah gizi
(misalnya bantuan dari lembaga internasional (GAIN dan MCAI), PKH, PKK dan
sebagainya.

B. Khusus dalam penanganan gizi kronis yaitu terkait dengan balita stunting perlu
penanganan khusus yaitu melalui penanganan menyeluruh dan
berkesinambungan. Penanganan dimulai dari memberi dukungan kepada ibu
saat hamil hingga, dukungan terhadap balita hingga usia anak-anak. Strategi
yang dilakukan antara lain:
1) Sasaran ibu hamil dan ibu melahirkan, suplementasi Tablet Tambah Darah,
(TTD), Suplementasi Iodium pada ibu melalui garam berodium,
Memasyarakatkan PHBS untuk mengurangi konsumsi rokok dan polusi udara
dalam rumah, Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk Ibu hamil KEK,
Pendampingan ibu hamil oleh Kader PKK.
2) Sasaran bayi baru lahir, Promosi menyusui (konseling individu dan
kelompok), Menunda pengguntingan tali pusat, Promosi bayi dan anak, Promosi
menyusui (konseling individu dan kelompok), Komunikasi perubahan perilaku
untuk memperbaiki Pemberian Makanan Pendamping
ASI, Zink untuk manajemen diare, Suplemen vitamin A, Garam beriodium,
intervensi cuci tangan dan perilaku higienis, Pemberian obat cacing, Fortifikasi
besi dan program suplementasi

C. Pengembangan Program Intervensi Spesifik pada kelompok rentan masalah gizi:


3) Memberikan prioritas kepada kelompok sasaran pada seribu hari pertama
kehidupan (1.000 HPK) yaitu sejak konsepsi (kehamilan) hingga dua tahun pertama
kehidupan karena periode ini merupakan “jendela peluang (window of opportunity)”
dalam mencegah masalah gizi, yang memberikan dampak terbaik bagi tumbuh
kembang di usia selanjutnya. Optimalisasi program KIA harus dilanjutkan dengan
lebih meningkatkan penanganan kurang gizi pada ibu hamil termasuk; (i) Pemberian
tambahan zat besi (Fe); (ii) Konseling menyusui; (iii) Penerapan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD); (iv) Pemberian ASI Eksklusif untuk bayi hingga usia 6 bulan;
Pemberian makan yang tepat mulai usia 6 bulan; (vi) Dilanjutkan dengan
pemberian ASI sampai usia 2 tahun termasuk suplmentasi vitamin A.
4) Meningkatkan kualitas penanganan anak-anak gizi kurang dan gizi buruk
melalui peningkatan monitoring, pelayanan di posyandu dan peningkatan
kapasitas tim asuhan gizi, beserta sarana pendukungnya di fasilitas kesehatan.
5) Meningkatkan kualitas penanganan penyakit yang mengakibatkan terjadinya
kurang gizi, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), tuberkulosis,
pneumonia dan diare kronis.
6) Melakukan pengkajian tentang alternatif-alternatif intervensi pada kelompok
sasaran lain seperti anak sekolah, remaja perempuan dan pekerja.
7) Pemberian bantuan sosial/kedaruratan.

D. Program Intervensi Sensitif Multi-Sektoral untuk mengatasi penyebab dasar


multi-dimensi kekurangan gizi (ketahanan pangan, status kesehatan dan akses
terhadap layanan).
1) Mempromosikan konsumsi makanan beragam, bergizi, seimbang
dan aman.
2) Meningkatkan upaya-upaya ekonomi produktif seperti optimalisasi
pemanfaatan pekarangan dan lahan tidur dengan cara menanam
sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, memelihara unggas
(ayam, bebek) dan ikan.
3) Mendorong tumbuhnya industri pangan lokal.
4) Meningkatkan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, terutama
yang berdampak terhadap penguatan perencanaan, penganggaran
dan
pelaksanaan program di tingkat desa melalui kegiatan
fasilitasi/pendampingan lintas sektor beserta unsur swasta dan
kelompok masyarakat.
5) Memperbaiki akses ke air minum dengan meningkatkan akses
rumah tangga dan organisasi (sekolah-sekolah) terhadap sumber air
bersih, mempromosikan minum air matang sebagai ganti air mentah,
membuat tangki penampung air untuk menyimpan air hujan serta
membudayakan kebiasaan membawa air minum ke sekolah.
6) Memperbaiki higiene dan sanitasi dengan cara mempromosikan
mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet, memperbaiki
sistem pembuangan limbah serta mempromosikan pembuangan
sampah/limbah yang tepat dan benar.
7) Meningkatkan status kaum perempuan dengan melalui pemberian
kesempatan meningkatkan pendidikan, memperbaiki
pengetahuan/kemampuan pengasuhan dan pemberian makan anak,
menciptakan kondisi pembagian tanggung jawab suami dan anggota
keluarga dalam pengasuhan dan pemberian makan anak, serta
pemberian kesempatan perempuan dalam pengambilan keputusan
pembangunan dimulai dari Musrenbang Desa.
8) Menyebarluaskan informasi tentang peraturan terkait pangan, gizi
dan kesehatan.
9) Memperkuat kapasitas pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten
dalam rangka pening- katan sinergisme perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan penilaian program-program intervensi gizi baik
yang bersifat spesifik (sektoral) dan sensitif (lintas sektoral) secara
progresif termasuk dalam hal pengendalian berbagai bantuan dari
luar pemerintah
E. Penerapan strategi yang mengadopsi dokumen Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi (RAN-PG) dengan pendekatan lima pilar pembangunan
pangan dan gizi yang meliputi perbaikan gizi masyarakat, terutama pada ibu
pra-hamil, ibu hamil, dan anak melalui 5 pilar yaitu:
1) Perbaikan gizi Masyarakat, melalui peningkatkan ketersediaan dan
jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan difokuskan pada
intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak
baduta.
2) Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam, melalui peningkatan
ketersediaan dan aksesibiltas pangan yang difokuskan pada keluarga
rawan pangan dan miskin.
3) Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan, melalui
peningkatan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada
makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah
tangga (PIRT) tersertifikasi.
4) Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), melalui
peningkatan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal
serta non formal, terutama dalam perubahan perilaku atau budaya
konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi
pangan berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat,
serta merevitalisasi posyandu.
5) Penguatan kelembagaan pangan dan gizi, melalui penguatan
kelembagaan pangan dan gizi di tingkat, provinsi, dan kabupaten dan
kota, serta sampai tingkat desa.

 Kerentanan terhadap kerawanan pangan transien


i. Menyusun system informasi kebencanaan yang terintegrasi dengan aktivitas
produktif penduduk
ii. Menyusun dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratran di daerah bencana
iii. Pengforganisasia, pemasangan dan pengujian system peringatan dini
iv. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan kebutuhan dasar
v. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan mekanisme tanggap darurat
vi. Penyiapan lokasi evakuasi dan manajemennya
vii. Penyusunan data akurat, informasi

4. PEMANTAUAN DAN ANALISA AKSES PANGAN MASYARAKAT


Peran subsistem distribusi dan akses pangan terimplementasikan di dalam
beberapa kegiatan yang menunjang subsistem distribusi dan akses pangan tersebut
menggunakan Pengembangan model distribusi pangan yang efisien, Penanganan
daerah rawan pangan (PDRP), Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
(P2KP) dengan konsep Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) serta Pemantauan tentang harga pangan pokok. Pendekatan
perencanaan distribusi pangan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan teknis
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (P-LDPM) dan Pemantauan harga
pangan di tingkat wilayah. Pada kegiatan ini telah dilakukan 3 pelatihan sebanyak 3 kali
dengan mengundang anggota gapoktan dan ibu rumah tangga . adapun tema pelatihan
ini tentang strategi peningkatan akses pangan masyarakat melalui penguatan kapasitas
hidup masyarakat; kemandirian skala rumah tangga guna mewujudkan ketahanan
pangan nasional; dan strategi penjualan komoditas beras pad TTI di Kabupaten Jember.
Output dari kegiatan ini adalah Kabupaten Jember mampu memanfaatkan potensi
pertanian termasuk didalamnya mengolah untuk kebutuhan rumah tangga masyarakat
dengan adanya pelatihan.

5. LOMBA CIPTA MENU OLAHAN


Lomba cipta menu antar kecamatan telah dilakukan bertempat di GOR dengan
menu olahan non beras dan tepung dengan tema B2SA (Beragam Bergizi Aman dan
Sehat). Pelaksanaannya dengan melibatkan ibu PKK. Output yang diharapkan dari
kegiatan ini adalah nantinya diharapkan ibu rumah tangga mampu menyediakan olahan
masakan rumah tangga yang sehat dan bergizi.

6. PAMERAN PRODUK OLAHAN PANGAN


Banyaknya produk olahan makanan yang diproduksi di Kabupaten Jember telah
menginspirasi untuk mengenalkan produk tersebut di masyarakat Jember khususnya
dan Indoenesia, sehingga nantinya Kabupaten Jember diharapkan terkenal juga dengan
produk olahan pangan yang sehat. Kegiatan pameran yang telah dilakukan di lapangan
Jenggawah dalam rangka kegiatan kontes ternak Kabupaten Jember, kegiatan pameran
di hotel Utami dalam rangka lomba cipta menu olahan B2SA, Kegiatan Pameran di
Pontianak dalam rangka Hari Pangan Sedunia, Kegiatan Pameran di Atrium Mega Mall
Batam Centre. Beberapa produk olahan pangan Kabupaten Jember, antara lain beras
merah, hitam, cokelat, putih organik; kopi arabica dan robusta, suwar suwir dari
campuran daun sirsat, kulit manggis, dan rasa mint, olahan edamame, gulako olahan
dari ketela pohon, tiwul dan gatot olahan instan,minyak jagung, tepung mocaf, abon ikan
lele, kripik belut,krupuk rambak.
Output kegiatan ini adalah mampu mempromosikan potensi kabupaten Jember
pada pertemuan Hari Pangan Sedunia (HPS) di Pontianak Kalimantan Barat pada bulan
Oktober. Dengan adanya kegiatan pameran dan promosi ini dibuktikan dengan minat
dari Menteri Pertanian, Dr Amran Sulaiman untuk mengunjungi stan Kabupaten Jember
dan kunjungan monev studi banding dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Pontianak Kalimantan Barat untuk mengunjungi beras organik dan sistem KRPL di
Kabupaten Jember.
Kunjungan Stan Kabupaten Jember oleh Menteri Pertanian bapak Amran Sulaiman
Kunjungan Stan Kabupaten Jember oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan

Kunjungan Stan Kabupaten Jember oleh Ibu Dandim Pontianak


Kunjungan Stan Kabupaten Jember oleh Ibu Gubernur Aceh

Anda mungkin juga menyukai