Anda di halaman 1dari 21

PERAN PAJAK DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan

Dosen Pengampu:
Dr. Verianto Sitindjak, M.Si

Diajukan Oleh:
Kelompok 2
Alya Salsabila 196100046
Selvi Yuniar 196100051
Rucita Puji Lestari 196100063
Gina Noviyani 196100068
Dimas Eka Raksa 196100070
Ririn Tri Wahyuni 196100072
Gega Mochamad Yusup 196100125

Kelas:
5B (Semester 5)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
CIANJUR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku
Organisasi yang berjudul Peran Pajak dalam Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat. Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa kami tidak
sendiri dalam menyelesaikan. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar.
2. Dr. Verianto Sitindjak, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan serta bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
3. Anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam mengerjakan tugas ini
sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah dan kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini penulis akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat kurang.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang. Semoga Allah SWT
membalas semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada kami
sebagai amal yang tidak terputus. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Cianjur, 24 November 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 3
2.1 Pajak ......................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Pajak ................................................................................ 3
2.1.2 Fungsi Pajak ...................................................................................... 4
2.1.3 Pengelompokan Pajak ....................................................................... 5
2.1.4 Wajib Pajak ....................................................................................... 6
2.2 Pemunggutan Pajak .................................................................................. 7
2.2.1 Definisi Pemungutan ......................................................................... 7
2.2.2 Sistem Pemungutan Pajak ................................................................. 7
2.2.3 Asas Pemungutan Pajak .................................................................... 7
2.2.4 Cara Pemungutan Pajak .................................................................... 8
2.2.5 Syarat Pemungutan Pajak.................................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 9
3.1 Pajak untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ............................ 9
3.2 Pentingnya Kepatuhan Pajak dalam Meningkatkan Kesejahteraan Hidup
Masyarakat ................................................................................................ 11
3.2.1 Kepatuhan Pajak dan Kesejahteraan Hidup Masyarakat ................ 11
3.2.2 Implikasi Penerimaan Pajak terhadap Transfer Daerah dan
Kesejahteraan Hidup Masyarakat ................................................... 12
3.3 Faktor-Faktor yang Dapat Membantu Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat ................................................................................................ 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
4.2 Saran ....................................................................................................... 16

ii
iii

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17


1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan
publik. Namun permasalahan pajak di Indonesia terus berlangsung, padahal
pajak merupakan kewajiban masyarakat sebagai warga negara, tetapi masih
banyak warga negara yang tidak membayar pajak. Bahkan banyak wajib
pajak tidak melakukan pembayaran pajak. Hal ini jelas merugikan negara.
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,
baik negara maju maupun negara berkembang. Karena jika wajib pajak
tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan
penghindaran, pengelakan penyelundupan, dan pelalaian pajak, yang pada
akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara
akan berkurang.
Pelaksanaan Pemungutan pajak suatu negara memerlukan suatu sistem
yang telah disetujui masyarakat melalui perwakilannya didewan perwakilan,
dengan menghasilkan suatu peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar pelaksanaan perpajakan bagi fiskus maupun maupum bagi wajib
pajak. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan menuntut wajib pajak untuk
turut aktif dalam pemenuhan kewajiban pepajakannya. Sistem pemungutan
yang berlaku adalah Self Assesment System, dimana segala pemenuhan
kewajiban perpajakan di lakukan sepenuhnya oleh wajib pajak, fiskus hanya
melakukan pengawasan melalui prosedur pemeriksaan.
Self Assesment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan
1
2

untuk menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang sehingga


dengan cara ini kejujuran dari wajib pajak sangat diperlukan dalam rangka
pemungutan pajak. Wajib pajak disini harus mendaftarkan diri terlebih
dahulu pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) untuk mendapatkan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Manfaat diterapkannya Sistem Self Assesment System ini disatu sisi
bernilai positif, yaitu mencerdaskan wajib pajak dalam menghitung,
melaporkan dan membayar pajak yang terutang secara sendiri pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Bagaimana peran pajak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat?
2. Apakah penting kepatuhan pajak dalam meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat?
3. Faktor apa saja yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang akan menjadi
tujuan penulisan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana peran pajak untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat?
2. Untuk mengetahui apakah penting kepatuhan pajak dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat?
3. Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat?
2 BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-
Undang sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa
secara langsung. Pajak dipungut bersadarkan berbagai norma
hukum untuk dapat menutup biaya produksi barang serta jasa
kolektif guna mencapai kesejahteraan masyarakat umum.
Definisi atau pengertian Pajak menurut Undang-Undang pasal 1
angka 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah
beberapa kali dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009,
sebagai berikut :
“Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung”.
Pengertian pajak menurut beberapa para ahli, antara lain:
1) Menurut Mardiasmo (2011:1) mengatakan bahwa, Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
2) Menurut R. Santoso Brotodiharjo (2003:4) mengatakan
bahwa, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
3
4

berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan


pemerintahan.
3) Soeparman Soemahamidjadja yang dikutip oleh Erly
Suandy (2002:9) mengatakan bahwa, Pajak adalah iuran wajib,
berupa uang atau barang, yang dipungut oleh pengusaha
berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi
barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum.
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki
unsur-unsur:
1. Iuran dari rakyat kepada Negara.
2. Berdasarkan undang-undang.
3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Diguanakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2 Fungsi Pajak


Pajak memiliki peranan penting dalam tata kelola negara,
khususnya membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai
beberapa fungsi seperti yang terdapat dalam buku Waluyo
(2011:6), yaitu:
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya guna pembiayaan pembangunan.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Suatu fungsi dimana pajak dipergunakan oleh pemerintah
sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya dalam
5

rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah


menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas
harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan
antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.
4. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum, termasuk untuk
membiayai pembangunan.

2.1.3 Pengelompokan Pajak


a. Menurut golongannya
1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri pleh
Wajib Pajak dan tidak dapat di bebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh Pajak Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat di
bebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak
Pertambahan Nilai.
b. Menurut Sifanya
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau
berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contoh Pajak Penghasilan
2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objkeknya,
tanpa memperhatikan keadaaan diri Wajib Pajak. Conttoh
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
6

c. Menurut Lembaga Pemungutnya


1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
Contoh Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.
2) Pajak Daerah, yaitu Pajak yang dipungut oleh pemerintah
daeah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah Terdiri atas:
1. Pajak Propinsi, Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
2. Pajak Kabupaten/Kota, Contoh; Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Hiburan.

2.1.4 Wajib Pajak


Wajib pajak sangatlah memegang peranan yang sangat penting
bagi kelancaran system dan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Menurut undang-undang No 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1)
Tentang Tata Cara Perpajakan bahwa yang dimaksud dengan Wajib
Pajak (Tax Payer) adalah sebagai berikut: “Wajib Pajak adalah
orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu”.
Dengan demikian wajib pajak dituntut untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong
pajak tertentu. Oleh karena itu pemerintah terus mengupayakan
agar Wajib Pajak memahami sepenuhnya kewajibannya terhadap
Negara dan mau melaksankannya dengan itikad baik kewajiban
perpajakannya.
7

2.2 Pemunggutan Pajak


2.2.1 Definisi Pemungutan
Pajak Menurut Purwono (2009:12-14) yaitu, pemungutan pajak
diperlukan penetapan tentang sistem, cara, asas, dan syarat
pemungutan pajak yang disepakati bersama antar rakyat selaku
pemegang pajak melalui perwakilannya di parlemen dan
pemerintah selaku pemungut pajak (fiskus).

2.2.2 Sistem Pemungutan Pajak


a) Official Assesment system, melalui sistem ini besarnya pajak
ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP Rampung). Jadi, dapat dikatakan bahwa Wajib
Pajak bersifat pasif.
b) Self Assesment System, sistem ini mulai diaplikasikan
bersamaan dengan reformasi perpajakan tahun 1983 setelah
terbitnya Undang-undang Nomer 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai berlaku
sejak tanggal 1 Januari 1984.
c) Withholding Tax System, dengan sistem ini pemungutan dan
pemotongan pajak dilakukan denagan pihak ketiga. Untuk
waktu sekarang, sistem ini tercermin pada pelaksanaan
pengenaan Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai.

2.2.3 Asas Pemungutan Pajak


a) Asas Domisili, yaitu bahwa pajak dibebankan pada pihak yang
tinggal dan berada di wilayah suatu Negara tanpa
memperhatikan sumber atau asal objek pajak yang diperoleh
atau diterima Wajib Pajak.
b) Asas Sumber, yaitu bahwa pembebanan pajak oleh Negara
hanya terdapat objek pajak yang bersumber atau berasal dari
8

wilayah tritorialnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib


Pajak. c. Asas Kebangsaan, yaitu bahwa status kewarganegaraan
seseorang menentukan pembebanan pajak terhadapnya.

2.2.4 Cara Pemungutan Pajak


a) Stelsel Rill atau Nyata (Riele Stelsel), merupakan cara
pengenaan pajak yang didasarkan pada objek yang
sesungguhnya, yang benar-benar ada, dan dapat ditunjuk.
b) Stelsel Fiktif (Fictieve Stelsel), merupakan cara pengenaan
pajak yang didasarkan pada suatu anggapan yang dilegalkan
oleh undang-undang.
c) Stelsel Campuran, merupakan gabungan dari dua stelsel yang
ada yaitu stelsel rill dan stelsel fiktif. Pada awal tahun pajak
menggunakan stelsel fiktif dan setelah akhir tahun menggunakan
stelsel rill.

2.2.5 Syarat Pemungutan Pajak


a) Syarat Keadilan, yaitu dilaksanakan secara adil baik dalam
peraturan maupun realisasi pelaksanaannya.
b) Syarat Yuridis, yaitun harus berdasarkan undan-undang yang
ditujukan untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan
keadilan yang tegas, baik untuk Negara maupun warganya.
c) Syarat Ekonomis, yaitu tidak boleh menghambat ekonomi
rakyat, artinya pajak tidak boleh dipungut apabila justru
menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
d) Syarat Finansial, yaitu dilaksakan dengan pedoman bahwa
biaya pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.
e) Syarat Sederhana, yaitu pajak harus dirancang sederhana
mugkin untuk memudahkan pelaksanaan hak dan kewajijban
Wajib Pajak.
3 BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pajak untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat


Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan
Pancasiladan Undang-Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah
menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang
perlu dilanjutkan dengan dukungan Pemerintah dan seluruh potensi
masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara mempunyai
kewajiban untuk menjaga kepentingan masyarakat atau rakyatnya, baik
dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan
kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang dicantumkan di
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, ditentukan
bahwa sesuai dengan visi pembangunan, yaitu “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”, maka Pembangunan Nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk
mencapai sasaran utama yang mencakup:
a. Sasaran makro, yang terdiri atas dua butir, yaitu:
1) Pembangunan manusia dan masyarakat.
2) Ekonomi makro.
b. Sasaran pembangunan manusia dan masyarakat, yang meliputi:
1) Kependudukan dan keluarga berencana.
2) Pendidikan.
3) Kesehatan.
4) Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
5) Perlindungan anak.
9
10

6) Pembangunan masyarakat.
c. Sasaran pembangunan sektor unggulan, yang meliputi:
1) Kedaulatan pangan.
2) Pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi irigasi.
3) Kedaulatan energi.
4) Maritim dan kelautan.
5) Pariwisata dan industri manufaktur.
6) Ketahanan air, infrastruktur dasar, dan konektivitas.
d. Sasaran pembangunan dimensi pemerataan, yang meliputi:
1) menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi.
2) meningkatkan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadapekonomi
produktif masyarakat kurang mampu
e. Sasaran pembangunan kewilayahan dan antar wilayah pemerataan,
yang meliputi pembangunan antar wilayah, antara lain peran wilayah
dalam pembentukan PDB Nasional, pembangunan
perdesaan,pengembangan kawasan perbatasan, pembangunan daerah
tertinggal, pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi luar Jawa,
dan pembangunan kawasan perkotaan.
f. Sasaran pembangunan politik, hukum, pertahanan dan keamanan,
yang meliputi:
1) Politik dan demokrasi.
2) Penegakan hokum.
3) Tata kelola dan reformasi birokrasi.
4) Penguatan tata kelola pemerintah daerah.
5) Pertahanan dan keamanan.
Dalam 6 (enam) sasaran pokok pembangunan tersebut, terdapat 22 butir
sasaran pembangunan nasional yang harus dibiayai agar target-target yang
telah ditetapkan pemerintah tercapai. Diperlukan penerimaan negara dalam
jumlah besar terutama dari penerimaan pajak. Sebagai sumber utama
penerimaan negara, peranan pajak sangatlah penting untuk mendukung
pembiayaan 22 butir sasaran pembangunan nasional tersebut.
11

Pajak dipungut pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan


untuk menutup biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk
mencapai kesejahteraan bersama. Pajak dipungut untuk dikembalikan ke
rakyat melalui pengeluaran-pengeluaran dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Manfaat pajak sangat strategis, sebagai urat nadi
kehidupan bangsa. Sekitar 70% dari penerimaan dalam negeri untuk
memenuhi kebutuhan nasional, baik berupa barang ataupun jasa, berasal
dari pajak. Perekeonomian negara sama halnya dengan perekonomian
rumah tangga, dimana mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos
pengeluaran. Pajak sendiri merupakan sumber utama penerimaan negara.
Oleh karena itu, apabila masyarakat tidak taat akan pajak maka seluruh
kegiatan negara akan sulit terpenuhi. Dengan membayar pajak masyarakat
akan mendapatkan manfaat-manfaat dalam bentuk:
1. Fasilitas umum dan Infrastruktur seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit, dan puskesmas.
2. Pertahanan dan keamanan seperti bangunan, senjata, perumahan hingga
gaji-gajinya.
3. Subsidi pangan dan bahan bakar minyak.
4. Kelestarian lingkungan hidup dan budaya.
5. Dana Pemilu.
6. Pengembangan alat transportasi massa, dll.

3.2 Pentingnya Kepatuhan Pajak dalam Meningkatkan Kesejahteraan


Hidup Masyarakat
3.2.1 Kepatuhan Pajak dan Kesejahteraan Hidup Masyarakat
Kepatuhan pajak memiliki dimensi luas dalam kehidupan
masyarakat. Kepatuhan dapat dipandang sebagai sebuah perilaku
masyarakat dalam mensikapi sebuah fakta/fenomena yang terjadi
dalam kehidupannya. Manakala fakta/fenomena yang diamati
tersebut dipandang memberikan keuntungan dalam kehidupannya,
maka hal tersebut akan membawa sikap yang positif. Akan tetapi
12

manakala fakta/fenomena yang diamati tersebut dipandang tidak


memberikan keuntungan bagi kehidupannya, maka hal tersebut
akan membawa dampak negative dalam tindakannya. Jadi, jika
masyarakat tidak patuh atau tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya, maka akan diberikan sanksi bagi masyarakat yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya tersebut. Sesuai dengan
Undang-undang yang berlaku, wajib pajak yang tidak melakukan
penyelesaian atas kewajiban perpajakannya, maka hukum dapat
ditegakkan (law enformecemen). Berbagai teori tentang kepatuhan
pajak tersebut memberikan gambaran bahwa pada dasarnya banyak
faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya. Faktor-faktor tersebut dapat
dalam bentuk sanksi dan hadiah yang akan diterimakan kepada
masyarakat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Dalam
hal ini kepatuhan pajak akan dapat memberikan efek domino yang
luar biasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

3.2.2 Implikasi Penerimaan Pajak terhadap Transfer Daerah dan


Kesejahteraan Hidup Masyarakat
Upaya perpajakan yang dilakukan oleh pemerintah dewasa ini
masih dirasakan kurang optimal dalam rangka meningkatkan tax
base masyarakat. Berbagai aturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah dalam perpajakan, seperti; kebijakan tarif, kebijakan
administrasi perpajakan, kebijakan restitusi hingga kebijakan dalam
penegakan aturan bagi aparat pajak (fiskus) memang pada satu sisi
dapat meningkatkan penerimaan pajak (kasus di Indonesia) secara
kumulatif dari waktu ke waktu. Namun demikian kenaikan dalam
penerimaan pajak belum diimbangi secara maksimal dengan upaya
penggalian potensi pajak secara efektif, hal ini nampak dari belum
optimalnya kepatuhan pajak masyarakat. Kepatuhan pajak yang
relatif masih rendah mengidentifikasikan potensi pajak yang masih
13

besar belum tergali. Saat ini tingkat kepatuhan pajak masih berkisar
dibawah 50% jauh dibawah rata-rata tingkat kepatuhan pajak
negara-negara Asean yang sudah bisa mencapai 70%. Karena itu
upaya peningkatan kepatuhan pajak penting dilakukan, demikian
pula upaya ekstensifikasi harus terus menerus dilakukan dalam
upaya meningkatkan basis pajak (tax base). Besar kecilnya
penerimaan pajak akan ditentukan oleh seberapa besar tingkat
kepatuhan pajak masyarakat dan kepatuhan fiskus. Tingkat
kepatuhan wajib pajak yang tinggi mencerminkan kesediaan
seseorang untuk memenuhi kewajiban perpajakannya dengan
benar. Demikian pula tingkat kepatuhan fiskus yang tinggi
menyiratkan tindakan fiskus yang menghargai wajib pajak
(respect) dan yang tidak sewenang-wenang memperlakukan wajib
pajak secara otoriter. Pajak yang dibayarkan dianggap sebagai
sebuah pengeluaran yang musti dilakukan karena
kepemilikan/manfaat dari obyek pajak yang ada. Sebaliknya tingkat
kepatuhan pajak yang rendah, mencerminkan adanya ketidakrelaan
masyarakat dan fiskus dalam melaksanakan kewajiban dan aturan
perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Lebih jauh kepatuhan pajak memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam rangka pencapaian kesejahteraan hidup
masyarakat. Adanya kepatuhan pajak yang tinggi, akan dapat
meningkatkan penerimaan negara. Kondisi ini pada akhirnya dapat
berdampak pada kenaikan anggaran negara yang akan dialokasikan
ke berbagai sektor dan pemerintahan di bawahnya. Melalui
mekanisme penganggaran baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah, maka kepatuhan pajak pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. Oleh karena itu, maka sangat
penting bagi kita semua untuk mengupayakan agar tingkat
kepatuhan masyarakat dan fiskus tetap tinggi. Selain itu pula perlu
14

dibangun sebuah pemahaman yang benar bahwa pajak itu dari


masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat.

3.3 Faktor-Faktor yang Dapat Membantu Meningkatkan Kesejahteraan


Masyarakat
Menurut Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani bahwa
sebagai generasi milenial wajib pajak, harus berkontribusi dalam
pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia lewat Kesadaran membayar
pajak. Ada banyak pajak dan jenis penerimaan negara lainnya yang kerap
dijumpai kaum milenial dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah lima
macam pajak dan penerimaan negara yang jika dibayarkan ternyata dapat
membawa dampak luar biasa bagi perekonomian Negara:
1. Pajak Penambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pungutan yang dibebankan
atas transaksi jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh
wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Contohnya, Anak muda yang gemar jajan atau berkumpul dengan
teman di kafe atau restoran cepat saji biasanya akan mendapatkan
tambahan biaya atau disebut PPN sebesar 10 persen, yang terdapat di
bawah struk, ini dapat membantu warga desa di pelosok Indonesia
mendapatkan akses terhadap listrik. Tidak hanya itu, bantuan dari PPN
juga dapat membantu masyarakat yang membutuhkan untuk mendapat
pendidikan yang lebih layak.
2. Perpanjangan Paspor
Tanpa disadari, kaum milenial yang mengikuti proses tersebut secara
tidak langsung menjadi agen pembangunan dalam mewujudkan
pemerataan ekonomi di Indonesia karena biaya perpanjang paspor juga
tergolong sebagai penerimaan negara.
3. Perpanjangan SIM
15

Seiring dengan perkembangan teknologi, anak muda zaman sekarang


cenderung memiliki gaya hidup dengan tingkat mobilitas tinggi sehingga
keberadaan SIM menjadi sangat penting. Sebagai bagian dari Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP), biaya yang dibayarkan untuk perpanjang
SIM juga digunakan untuk pembangunan nasional, salah satunya melalui
pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar.
4. Biaya Nikah di KAUA (Kantor Urusan Agama)
Tanpa disadari, biaya nikah secara legal yang umumnya dilakukan di
KUA (Kantor Urusan Agama) yang diterima oleh negara bisa semakin
membantu saudara kita di seluruh Indonesia agar mereka memiliki akses
yang sama dengan yang masyarakat di kota-kota besar.
5. Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan kepada orang
pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam
suatu tahun pajak.
Pajak Penghasilan biasanya akan wajib dibayarkan kepada negara jika
rakyat berpenghasilan per tahunnya kurang dari Rp54 juta dengan status
belum menikah, Rp58,5 juta dengan status pria menikah, dan Rp112,5
juta untuk gabungan penghasilan suami dan istri.
Bagi pelaku bisnis muda, sebaiknya sudah mulai wajib mempelajari
dari awal mengenai pajak-pajak yang harus dibayar atau dilaporkan ke
negara termasuk PPh, karena seluruh pajak penghasilan yang diterima
negara bertujuan untuk menghapus kesenjangan antara daerah perkotaan
dan perdesaan di Indonesia.
4 BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pajak adalah iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang-Undang
sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara langsung.
Pajak dipungut bersadarkan berbagai norma hukum untuk dapat menutup
biaya produksi barang serta jasa kolektif guna mencapai kesejahteraan
masyarakat umum. Jadi, Pajak sendiri merupakan sumber utama penerimaan
negara. Oleh karena itu, apabila masyarakat tidak taat akan pajak maka
seluruh kegiatan negara akan sulit terpenuhi. Dengan membayar pajak
masyarakat akan mendapatkan manfaat-manfaat dalam bentuk:
1. Fasilitas umum dan Infrastruktur seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah
sakit, dan puskesmas.
2. Pertahanan dan keamanan seperti bangunan, senjata, perumahan hingga
gaji-gajinya.
3. Subsidi pangan dan bahan bakar minyak.
4. Kelestarian lingkungan hidup dan budaya.
5. Dana Pemilu.
6. Pengembangan alat transportasi massa, dll.

4.2 Saran
Dari uraian-uraian di atas saran yang dapat penulis sampaikan adalah
Pemerintah selaku pengelola pajak sekaligus sebagai pihak yang mengelola
“operasional” negara perlu menerbitkan kebijakan-kebijakan yang langsung
berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dan Pemerintah
perlu meningkatkan upaya-upaya peningkatan kesadaran pajak masyarakat
baik melalui sosialisasi ataupun pembinaan lainnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana & Lilis Setiawati. 2010. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta:


Andi
Erly Suandy, 2002, Perpajakan, Jakarta: Salemba Empat
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi
Muljono, Djoko. 2010. Hukum Pajak Konsep Aplikasi dan Penentuan Praktis.
Yogyakarta: Andi
Mohammad Zain, 2003, Manajemen Perpajakan, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba
Empat.
R. Santoso Brotodiharjo, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Jakarta: PT.
Reflika Aditama
Mardiasmo, Pajak dan Perpajakan, Yogyakarta: Andi, 2009.
Allingham, Michael G. and Agnar Sandmo, 1972. Income Tax Evasion: A
Theoritical Analysis, Journal of Public Economics, 1: pp.323-338
Beckman, Klaus, 2003. Tax Progression and Evasion: A Simple Graphical
Approach, Reader in Economic, Andrassy University,P.F, Juni: pp.1-23
Brotodihardjo, Santoso. 1993. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Bandung: PT Eresco
Bandung
Cowell, Frank A and Jemes P. A Gordon, 1988. Unwillingness to Pay: Tax
Evasion And Public Good Provision, Journal of Public Economics, 26: pp.
305-321
James, Simon and Clinton Alley. 1999. Tax Compliance, Self Assessment and
Tax Administration. Journal of Finance and Management in Public Service
Volume 2 Number 2: pp.27-42
Jones, Sally M. 2002. Principles of Taxation, New York:Mc Graw Hill
Singarimbun, Masri, 1989. Pengantar Metode Survei, Edisi Kedua, Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

17

Anda mungkin juga menyukai