Oleh
Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom
A. PENGERTIAN
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi relaksasi (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016). Terapi relaksasi adalah penggunaan
teknik-teknik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi
tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot, dan ansietas
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016).
Relaksasi otot progresif (ROP) atau Progressive Muscle Relaxation (PMR)
adalah kegiatan melakukan penegangan dan merelaksasikan kelompok otot secara
bertahap (Snyder & Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif secara fisiologi dapat
menurunkan konsumsi oksigen, metabolisme (metabolic rate), pernapasan
(RR/respiratory rate), ketegangan otot, kontraksi ventrikular yang prematur, dan
tekanan darah sistol dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alfa otak (Jacobson
dalam Snyder & Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara
menegangkan dan merilekskan kelompok otot dalam siklus relaksasinya (Bernstein,
Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000).
Relaksasi otot progresif disediakan bagi terapist berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, psikiatri, pekerja sosial, pastoral counseling, perawat, dan pelayanan
rehabilitasi (Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000). Relaksasi otot progresif
melibatkan 16 kelompok otot mencakup otot wajah, leher dan pundak, dada, abdomen,
seluruh bagian tangan kiri dan kanan, lengan bawah dan tangan kiri dan kanan, tangan
kiri dan kanan, seluruh kaki kiri dan kanan, kaki dan tungkai kaki kiri dan kanan, dan
kaki kiri dan kanan (Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000).
Pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif sebaiknya dilakukan dua kali dalam
sehari yaitu pagi hari (pukul 09.00 WIB dan pukul 16.00 WIB). Posisi yang dianjurkan
dalam pelaksanaan ROP yaitu sambil berbaring, duduk menyandarkan punggung di
sofa, atau kursi keras dengan bantuan bantal pada punggung yang dapat memberikan
rasa nyaman. Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata
dan monitor ketegangan otot secara periodik, denyut nadi, tekanan darah, dan suhu
tubuh dengan tepat (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016).
Pelakasanaan relaksasi otot progresif dilakukan di kamar atau ruangan yang bebas dari
gangguan orang lain atau keributan. ROP dapat dilakukan sambil berbaring, duduk
|Page 1
menyandarkan punggung di sofa, atau kursi keras dengan bantuan bantal pada
punggung yang dapat memberikan rasa nyaman. Waktu pelaksanaan ROP sebaiknya
dilakukan minimal satu jam setelah makan. Pelaksanaan ROP dapat dilakukan secara
berurutan sesuai dengan petunjuk, namun jika ada yang terlupakan maka dapat
melakukan kembali latihan pada kelompok otot yang terlupakan.
B. MANFAAT ROP:
1. Menurunkan tekanan darah dan denyut jantung atau hearth rate (Green, 2011).
2. Mengurangi nyeri
3. Mengurangi rasa cemas dan stres
4. Meningkatkan kenyamanan
5. Meningkatkan tidur (Snyder & Lindquist, 2010).
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
PRA INTERAKSI
1. Selama dalam melakukan gerakan disertai dengan tarik nafas
sedalam-dalamnya dan tahan selama 3 hitungan, dan
keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan
2. Lakukan salam aktif di kamar atau ruangan yang bebas dari
gangguan orang lain atau keributan
3. Yakinkan pada klien duduk atau berbaring dengan posisi
yang nyaman dan tutuplah mata klien
ORIENTASI
4. Identifikasi kondisi klien sebelum dilakukan ROP seperti
tekanan darah dan denyut jantung atau hearth rate, nyeri,
rasa cemas dan stres, kenyamanan, dan kualitas tidur
5. Jelaskan secara detail gambaran pelaksanaan terapi ROP
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan
lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman (jika
memungkinkan)
7. Katakan pada seluruh anggota keluarga untuk tidak
mengganggu klien pada saat melakukan ROP
8. Pakailah baju yang longgar, lepaskan ikat pinggang, kaca
mata atau benda lain yang mengganggu klien
KERJA
1. Lakukan pernapasan biasa (7 kali)
2. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan –
keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan (7 kali)
3. Tarik nafas melalui hidung secara perlaha-lahan – tahan di
|Page 2
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
dada (1..2..3) – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 kali)
|Page 3
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
perlahan-lahan
|Page 4
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan
luruskan siku dan jari jari, rasakan lengan atas anda menjadi
lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-
lahan
|Page 5
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
18. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – tahan di
dada (1..2..3) – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 – 8 kali)
19. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan –
keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan (7 – 8 kali)
20. Kembali ke nafas biasa
TERMINASI
21. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi ROP
seperti tekanan darah dan denyut jantung atau hearth rate,
nyeri, rasa cemas dan stres, kenyamanan, dan kualitas tidur
22. Mencuci tangan
23. Dokumentasi kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Amigo, T. A. E., Sahar, J., & Widyatuti. (2013). Salam Aktif Sebagai Bentuk Intervensi
Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan
Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. Depok -- Indonesia: Universitas Indonesia.
Bernstein, D. A., Borkovec, T. D., & Hazlett-Stevens, H. (2000). New Directions in
Progressive Relaxation Training. London: Praeger.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervention Classification-NIC (Edisi Bahasa Indonesia) (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Trans.). Yogyakarta: Mocomedia.
Green, S. M. (2011). I Am Not Stressed! How About You? A Look At The Impact Of
Progressive Muscle Relaxation On The Autonomic Nervous System. Howard
University, United States -- District of Columbia.
Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., & Akhmadi. (2010). Buku Panduan
Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6
ed.). New York: Springer Publishing Company.
|Page 6
AROMATHERAPY
Oleh
Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom
A. PENGERTIAN AROMATERAPI
Aromaterapi adalah pemberian minyak esensial melalui pemijatan, salep topikal
atau losion, mandi, inhalasi, atau kompres (panas atau dingin) untuk menenangkan,
penghilang nyeri, meningkatkan relaksasi dan rasa nyaman (Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2013, 2016). Aromaterapi juga didefinisikan sebagai
penggunaan minyak esensial yang bertujuan untuk terapeutik (terapi) yang meliputi
pikiran (mind), tubuh (body), dan spirit (yang sesuai dengan praktik keperawatan
holistik) (Snyder & Lindquist, 2010). Aromaterapi klinis dalam keperawatan
didefinisikan sebagai penggunaan minyak esensial untuk mencapai kesehatan sesuai
dengan ukuran dan yang diharapakan (Snyder & Lindquist, 2010).
|Page 7
merangsang sistem sirkulasi untuk bekerja lebih aktif (Primadiati dalam Sulistyowati,
Nurachmah, & Gayatri, 2008).
Melalui penciuman yaitu minyak esensial dapat diberikan lewat kertas tissue,
kedua belah tangan (dalam keadaan emergensi), alat penguap (vaporizer), dan lain-
lain. Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat dan efektif untuk
menanggulangi masalah gangguan emosional seperti stres atau depresi, juga beberapa
macam sakit kepala. Ini disebabkan rongga hidung mempunyai hubungan langsung
dengan sistem susunan saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap kerja minyak
esensial. Hidung sendiri bukan merupakan organ penciuman, tapi hanya merupakan
tempat untuk mengatur suhu dan kelembaban udara yang masuk dan sebagai
penangkal masuknya benda asing melalui pernafasan. Bila minyak esensial dihirup,
molekul yang mudah menguap akan membawa unsur aromatik yang terdapat dalam
kandungan minyak tersebut ke puncak hidung. Rambut getar yang terdapat
didalamnya, yang berfungsi sebagai reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia
ke susunan saraf pusat. Pesan tersebut akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat
seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui
|Page 8
sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi
suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks atau
tenang (Primadiati, 2002; Price, 1997 dalam Sulistyowati, Nurachmah, & Gayatri,
2008).
|Page 9
4. Asthma
5. Prevention of cross-infection
6. Depression, fatigue, nausea
7. Insomnia
8. Nicotine or drug withdrawal
9. Posttraumatic stress
| P a g e 10
Elsevier. Halaman 31.
NO TINDAKAN NILAI
0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1. Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat dan bahan
a. Gunakan base oil seperti minyak almond, jojoba, dan kedelai
b. Wadah (tempat menuangkan base oil dan minyak esensial)
c. Tuangkan base oil terlebih dahulu ke dalam wadah, setelah itu
tuangkan minyak esensial
TAHAP ORIENTASI
4. Memberikan salam
5. Bina hubungan saling percaya
6. Perkenalkan aromaterapi dan jelaskan manfaat minyak esensial pada
tubuh manusia
7. Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, persetujuan, memberikan
kesempatan klien bertanya sebelum melakukan aromaterapi
8. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tanpa gangguan
9. Bantu klien untuk duduk atau posisi yang nyaman selama
aromaterapi
TAHAP KERJA
10. Menjaga privacy klien
11. Monitor ketidaknyamanan dan rasa mual sebelum dilakukan
aromaterapi
12. Monitor tanda-tanda vital sebelum dilakukan aromaterapi
13. Berikan aromaterapi kepada klien dengan cara inhalasi
14. Merapihkan alat yang telah dipakai.
TAHAP TERMINASI
15. Mencuci tangan
16. Menjelaskan hasil tindakan
17. Evaluasi respon klien (Monitor tanda-tanda vital setelah dilakukan
aromaterapi serta ketidaknyamanan dan rasa mual setelah
aromaterapi)
18. Membuat kontrak selanjutnya
19. Mengakhiri kontrak dengan klien
20. Mendokumentasikan hasil tindakan
Total nilai
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi salah
2 : Dilakukan dengan benar
| P a g e 11
DAFTAR PUSTAKA
| P a g e 12
HUMOR THERAPY
Oleh
Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom
| P a g e 13
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI HUMOR
NO TINDAKAN NILAI
0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1. Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat dan bahan:
a. Media audiovisual/gambar orang ternama dengan pose yang aneh
dan tidak biasa/siapkan cerita humor yang aneh dan tidak
biasa/lelucon
b. Siapkan bahan lelucon atau candaan yang dapat menigkatkan
semangat klien
TAHAP ORIENTASI
4. Memberikan salam
5. Bina hubungan saling percaya
6. Identifikasi humor yang disenangi klien (Kalau perlu)
7. Identifikasi waktu atau kondisi klien dalam suasana rileks
8. Perkenalkan terapi humor dan jelaskan manfaat terapi humor
9. Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, persetujuan, memberikan
kesempatan klien bertanya sebelum melakukan terapi humor
10. Diskusi dengan klien tentang manfaat tertawa
11. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tanpa gangguan
TAHAP KERJA
12.
13. Hindari candaan yang sensitif pada klien
14. Ciptakan kekonyolan dan suasana kegembiraan
15. Hindari situasi kaku yang dapat mengurangi spontanitas lelucon
16. Monitor respon klien selama terapi, dan jika strategi yang
dilakukakn tidak berhasil maka hentikan aktivitas
17. Tunjukkan sikap menghargai meskipun sedang bercanda
18. Tanggapi humor dari klien dengan cara yang tepat
19. Merapihkan alat yang telah dipakai.
TAHAP TERMINASI
20. Mencuci tangan
21. Menjelaskan hasil tindakan
22. Evaluasi respon klien setelah melaksanakan terapi humor
23. Membuat kontrak selanjutnya
24. Mengakhiri kontrak dengan klien
25. Mendokumentasikan hasil tindakan
Total nilai
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi salah
2 : Dilakukan dengan benar
| P a g e 14
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervention Classification-NIC (Edisi Bahasa Indonesia) (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Trans.). Yogyakarta: Mocomedia.
Cristiane Miryam, D. d., daSilveira, R., Daniele, B. M., & Regina Helena Vitale, T. J.
(2016). Humor and laughter in health promotion: A clown insertion experience in
the family health strategy. Ciência & Saúde Coletiva, 21(2)
doi:http://dx.doi.org/10.1590/1413-81232015212.00982015
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6
ed.). New York: Springer Publishing Company.
US Fed News Service. (2011). LAUGHTER IS BEST MEDICINE FOR MILITARY
FAMILIES.(2011, Apr 16). US Fed News Service, Including US State News,
Retrieved from https://search.proquest.com/docview/862146407?accountid=38628
| P a g e 15