Anda di halaman 1dari 15

RELAKSASI OTOT PROGRESIF

Oleh
Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom

A. PENGERTIAN
Relaksasi otot progresif merupakan salah satu terapi relaksasi (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016). Terapi relaksasi adalah penggunaan
teknik-teknik untuk mendorong dan memperoleh relaksasi demi tujuan mengurangi
tanda dan gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri, kaku otot, dan ansietas
(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016).
Relaksasi otot progresif (ROP) atau Progressive Muscle Relaxation (PMR)
adalah kegiatan melakukan penegangan dan merelaksasikan kelompok otot secara
bertahap (Snyder & Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif secara fisiologi dapat
menurunkan konsumsi oksigen, metabolisme (metabolic rate), pernapasan
(RR/respiratory rate), ketegangan otot, kontraksi ventrikular yang prematur, dan
tekanan darah sistol dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alfa otak (Jacobson
dalam Snyder & Lindquist, 2010). Relaksasi otot progresif dilakukan dengan cara
menegangkan dan merilekskan kelompok otot dalam siklus relaksasinya (Bernstein,
Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000).
Relaksasi otot progresif disediakan bagi terapist berbagai disiplin ilmu seperti
psikologi, psikiatri, pekerja sosial, pastoral counseling, perawat, dan pelayanan
rehabilitasi (Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000). Relaksasi otot progresif
melibatkan 16 kelompok otot mencakup otot wajah, leher dan pundak, dada, abdomen,
seluruh bagian tangan kiri dan kanan, lengan bawah dan tangan kiri dan kanan, tangan
kiri dan kanan, seluruh kaki kiri dan kanan, kaki dan tungkai kaki kiri dan kanan, dan
kaki kiri dan kanan (Bernstein, Borkovec, & Hazlett-Stevens, 2000).
Pelaksanaan terapi relaksasi otot progresif sebaiknya dilakukan dua kali dalam
sehari yaitu pagi hari (pukul 09.00 WIB dan pukul 16.00 WIB). Posisi yang dianjurkan
dalam pelaksanaan ROP yaitu sambil berbaring, duduk menyandarkan punggung di
sofa, atau kursi keras dengan bantuan bantal pada punggung yang dapat memberikan
rasa nyaman. Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata
dan monitor ketegangan otot secara periodik, denyut nadi, tekanan darah, dan suhu
tubuh dengan tepat (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016).
Pelakasanaan relaksasi otot progresif dilakukan di kamar atau ruangan yang bebas dari
gangguan orang lain atau keributan. ROP dapat dilakukan sambil berbaring, duduk

|Page 1
menyandarkan punggung di sofa, atau kursi keras dengan bantuan bantal pada
punggung yang dapat memberikan rasa nyaman. Waktu pelaksanaan ROP sebaiknya
dilakukan minimal satu jam setelah makan. Pelaksanaan ROP dapat dilakukan secara
berurutan sesuai dengan petunjuk, namun jika ada yang terlupakan maka dapat
melakukan kembali latihan pada kelompok otot yang terlupakan.

B. MANFAAT ROP:
1. Menurunkan tekanan darah dan denyut jantung atau hearth rate (Green, 2011).
2. Mengurangi nyeri
3. Mengurangi rasa cemas dan stres
4. Meningkatkan kenyamanan
5. Meningkatkan tidur (Snyder & Lindquist, 2010).

RELAKSASI OTOT PROGRESIF

NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
PRA INTERAKSI
1. Selama dalam melakukan gerakan disertai dengan tarik nafas
sedalam-dalamnya dan tahan selama 3 hitungan, dan
keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan
2. Lakukan salam aktif di kamar atau ruangan yang bebas dari
gangguan orang lain atau keributan
3. Yakinkan pada klien duduk atau berbaring dengan posisi
yang nyaman dan tutuplah mata klien

ORIENTASI
4. Identifikasi kondisi klien sebelum dilakukan ROP seperti
tekanan darah dan denyut jantung atau hearth rate, nyeri,
rasa cemas dan stres, kenyamanan, dan kualitas tidur
5. Jelaskan secara detail gambaran pelaksanaan terapi ROP
6. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan
lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman (jika
memungkinkan)
7. Katakan pada seluruh anggota keluarga untuk tidak
mengganggu klien pada saat melakukan ROP
8. Pakailah baju yang longgar, lepaskan ikat pinggang, kaca
mata atau benda lain yang mengganggu klien

KERJA
1. Lakukan pernapasan biasa (7 kali)
2. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan –
keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan (7 kali)
3. Tarik nafas melalui hidung secara perlaha-lahan – tahan di

|Page 2
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
dada (1..2..3) – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 kali)

A. KEPALA dan LEHER (7 – 8 kali)

4. Tekuk leher dan kepala ke belakang secara perlahan-lahan


sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3)
DAN Lemaskan dan luruskan leher dan kepala sambil
mengeluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
5. Tekuk leher dan kepala anda ke depan sambil tarik nafas
dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan
luruskan leher dan kepala anda sambil mengeluarkan nafas
melalui mulut secara perlahan-lahan

B. KELOMPOK OTOT WAJAH (7 – 8 kali)

6. Kerutkan dahi anda ke atas sambil tarik nafas dalam melalui


hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan otot dahi sambil
keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
7. Tutup mata sekuat-kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui
hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan otot mata sambil
keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
8. Katupkan rahang dan gigi sekuat kuatnya sambil tarik nafas
dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan
otot rahang dan gigitan sambil keluarkan nafas melalui
mulut secara perlahan-lahan
9. Kuncupkan bibir kedepan sekuat kuatnya sambil tarik nafas
dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan
otot bibir sambil keluarkan nafas melalui mulut secara

|Page 3
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
perlahan-lahan

C. KELOMPOK OTOT PUNGGUNG DAN DADA (7 – 8


kali)

10. Lengkungkan punggung anda ke belakang sambil tarik nafas


dalam melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN luruskan dan
lemaskan punggung anda sambil keluarkan nafas melalui
mulut secara perlahan-lahan
11. Dorong dada anda ke depan sambil tarik nafas dalam melalui
hidung (TAHAN 1..2..3) DAN lemaskan otot dada anda
sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan

D. OTOT BAHU, SIKU DAN LENGAN ATAS (7 – 8 kali)

12. Angkat kedua bahu ke atas seolah olah akan menyentuh


telinga sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lemaskan bahu sambil keluarkan nafas
melalui mulut secara perlahan-lahan
13. Kepalkan tangan dan tekuk situ ke atas sehingga otot lengan
atas terasa kencang dan tegang sambil tarik nafas dalam

|Page 4
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan dan
luruskan siku dan jari jari, rasakan lengan atas anda menjadi
lemas sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-
lahan

E. OTOT PERGELANGAN TANGAN DAN TELAPAK


TANGAN (7 – 8 kali)

14. Kepalkan dan kencangkan kedua pergelangan tangan sekuat-


kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lepaskan kepalan tangan dan rasakan jari jari
tangan dan telapak tangan menjadi lemas sambil keluarkan
nafas melalui mulut secara perlahan-lahan
15. Tekuk telapak tangan ke atas dengan jari jari terbuka sekuat-
kuatnya sambil tarik nafas dalam melalui hidung (TAHAN
1..2..3) DAN Lemaskan dan luruskan telapak tangan,
rasakan lengan bawah dan telapak tangan menjadi lemas
sambil keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan

F. OTOT KAKI dan PAHA (7 – 8 kali)

16. Tekuk pergelangan kaki anda ke atas ke arah lutut, rasakan


ketegangan pada betis dan paha sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan
pergelangan kaki, rasakan semua ketegangan pada betis dan
paha hilang sambil keluarkan nafas melalui mulut secara
perlahan-lahan
17. Tekuk pergelangan kaki ke bawah ke arah lantai, rasakan
ketegangan pada betis dan paha sambil tarik nafas dalam
melalui hidung (TAHAN 1..2..3) DAN Lemaskan
pergelangan kaki, dan rasakan semua ketegangan pada betis
dan paha hilang sambil keluarkan nafas melalui mulut secara
perlahan-lahan

|Page 5
NILAI
NO TINDAKAN
0 1 2
18. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan – tahan di
dada (1..2..3) – keluarkan melalui mulut secara perlahan-
lahan (7 – 8 kali)
19. Tarik nafas melalui hidung secara perlahan-lahan –
keluarkan melalui mulut secara perlahan-lahan (7 – 8 kali)
20. Kembali ke nafas biasa

TERMINASI
21. Evaluasi dan dokumentasikan respon terhadap terapi ROP
seperti tekanan darah dan denyut jantung atau hearth rate,
nyeri, rasa cemas dan stres, kenyamanan, dan kualitas tidur
22. Mencuci tangan
23. Dokumentasi kegiatan

DAFTAR PUSTAKA

Amigo, T. A. E., Sahar, J., & Widyatuti. (2013). Salam Aktif Sebagai Bentuk Intervensi
Keperawatan Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan Hipertensi Di Kelurahan
Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. Depok -- Indonesia: Universitas Indonesia.
Bernstein, D. A., Borkovec, T. D., & Hazlett-Stevens, H. (2000). New Directions in
Progressive Relaxation Training. London: Praeger.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervention Classification-NIC (Edisi Bahasa Indonesia) (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Trans.). Yogyakarta: Mocomedia.
Green, S. M. (2011). I Am Not Stressed! How About You? A Look At The Impact Of
Progressive Muscle Relaxation On The Autonomic Nervous System. Howard
University, United States -- District of Columbia.
Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., & Akhmadi. (2010). Buku Panduan
Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6
ed.). New York: Springer Publishing Company.

|Page 6
AROMATHERAPY
Oleh
Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom

A. PENGERTIAN AROMATERAPI
Aromaterapi adalah pemberian minyak esensial melalui pemijatan, salep topikal
atau losion, mandi, inhalasi, atau kompres (panas atau dingin) untuk menenangkan,
penghilang nyeri, meningkatkan relaksasi dan rasa nyaman (Bulechek, Butcher,
Dochterman, & Wagner, 2013, 2016). Aromaterapi juga didefinisikan sebagai
penggunaan minyak esensial yang bertujuan untuk terapeutik (terapi) yang meliputi
pikiran (mind), tubuh (body), dan spirit (yang sesuai dengan praktik keperawatan
holistik) (Snyder & Lindquist, 2010). Aromaterapi klinis dalam keperawatan
didefinisikan sebagai penggunaan minyak esensial untuk mencapai kesehatan sesuai
dengan ukuran dan yang diharapakan (Snyder & Lindquist, 2010).

B. CARA KERJA BAHAN AROMATERAPI


Aromatherapy (dalam bentuk minyak esensial) dapat memberikan pengaruh
yang baik bagi kesehatan ibu dan anak, dapat digunakan di unit perawatan kritis, dapat
mengurangi nyeri, dapat menjadi bagian yang terintegrasi dengan perawatan pasien
kanker atau palliative care, perawatan kulit dan rambut, kondisi medis (seperti
mengurangi stres, kondisi kronis), kondisi neurologik seperti kejang, masalah
pernapasan, masalah pencernaan, dan kesehatan mental (Maddocks-Jennings &
Wilkinson, 2004)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian terapi analgesik pada
kombinasi aromaterapi secara masase efektif untuk menurunkan tingkat persepsi nyeri
pada kanker dibandingkan dengan individu yang hanya mendapatkan terapi analgesik
saja (Sulistyowati, Nurachmah, & Gayatri, 2008). Mekanisme kerja perawatan
aromaterapi di dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu
sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Bila diminum atau dioleskan pada
permukaan kulit, minyak esensial akan diserap tubuh, yang selanjutnya akan dibawa
oleh sistem sirkulasi baik sirkulasi darah maupun sirkulasi limfatik melalui proses
pencernaan dan penyerapan kulit oleh pembuluh pembuluh kapiler. Selanjutnya,
pembuluh-pembuluh kapiler mengantarnya ke susunan saraf pusat dan oleh otak akan
dikirim berupa pesan ke organ tubuh yang mengalami gangguan atau
ketidakseimbangan. Minyak esensial yang dioleskan disertai pemijatan akan lebih

|Page 7
merangsang sistem sirkulasi untuk bekerja lebih aktif (Primadiati dalam Sulistyowati,
Nurachmah, & Gayatri, 2008).

Sumber: Buckle, J. (2015). Clinical Aromatherapy: Essential Oils in Healthcare. USA:


Elsevier. Halaman 16

Melalui penciuman yaitu minyak esensial dapat diberikan lewat kertas tissue,
kedua belah tangan (dalam keadaan emergensi), alat penguap (vaporizer), dan lain-
lain. Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat dan efektif untuk
menanggulangi masalah gangguan emosional seperti stres atau depresi, juga beberapa
macam sakit kepala. Ini disebabkan rongga hidung mempunyai hubungan langsung
dengan sistem susunan saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap kerja minyak
esensial. Hidung sendiri bukan merupakan organ penciuman, tapi hanya merupakan
tempat untuk mengatur suhu dan kelembaban udara yang masuk dan sebagai
penangkal masuknya benda asing melalui pernafasan. Bila minyak esensial dihirup,
molekul yang mudah menguap akan membawa unsur aromatik yang terdapat dalam
kandungan minyak tersebut ke puncak hidung. Rambut getar yang terdapat
didalamnya, yang berfungsi sebagai reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia
ke susunan saraf pusat. Pesan tersebut akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat
seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui

|Page 8
sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi
suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang, rileks atau
tenang (Primadiati, 2002; Price, 1997 dalam Sulistyowati, Nurachmah, & Gayatri,
2008).

Sumber: Buckle, J. (2015). Clinical Aromatherapy: Essential Oils in Healthcare. USA:


Elsevier. Halaman 22

C. INHALASI MINYAK ESENSIAL


Inhalasi minyak esensial dapat digunakan untuk (Buckle, 2015):
1. Upper and lower respiratory tract infections
2. Hay fever, sinusitis
3. Headache

|Page 9
4. Asthma
5. Prevention of cross-infection
6. Depression, fatigue, nausea
7. Insomnia
8. Nicotine or drug withdrawal
9. Posttraumatic stress

Sumber: Buckle, J. (2015). Clinical Aromatherapy: Essential Oils in Healthcare. USA:

| P a g e 10
Elsevier. Halaman 31.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR AROMATERAPI

NO TINDAKAN NILAI
0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1. Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat dan bahan
a. Gunakan base oil seperti minyak almond, jojoba, dan kedelai
b. Wadah (tempat menuangkan base oil dan minyak esensial)
c. Tuangkan base oil terlebih dahulu ke dalam wadah, setelah itu
tuangkan minyak esensial
TAHAP ORIENTASI
4. Memberikan salam
5. Bina hubungan saling percaya
6. Perkenalkan aromaterapi dan jelaskan manfaat minyak esensial pada
tubuh manusia
7. Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, persetujuan, memberikan
kesempatan klien bertanya sebelum melakukan aromaterapi
8. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tanpa gangguan
9. Bantu klien untuk duduk atau posisi yang nyaman selama
aromaterapi
TAHAP KERJA
10. Menjaga privacy klien
11. Monitor ketidaknyamanan dan rasa mual sebelum dilakukan
aromaterapi
12. Monitor tanda-tanda vital sebelum dilakukan aromaterapi
13. Berikan aromaterapi kepada klien dengan cara inhalasi
14. Merapihkan alat yang telah dipakai.
TAHAP TERMINASI
15. Mencuci tangan
16. Menjelaskan hasil tindakan
17. Evaluasi respon klien (Monitor tanda-tanda vital setelah dilakukan
aromaterapi serta ketidaknyamanan dan rasa mual setelah
aromaterapi)
18. Membuat kontrak selanjutnya
19. Mengakhiri kontrak dengan klien
20. Mendokumentasikan hasil tindakan
Total nilai
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi salah
2 : Dilakukan dengan benar

| P a g e 11
DAFTAR PUSTAKA

Buckle, J. (2015). Clinical Aromatherapy: Essential Oils in Healthcare. USA: Elsevier.


Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervention Classification-NIC (Edisi Bahasa Indonesia) (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Trans.). Yogyakarta: Mocomedia.
Maddocks-Jennings, W., & Wilkinson, J. M. (2004). Aromatherapy practice in nursing:
literature review. Journal of Advanced Nursing, 48(1), 93-103.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15347415
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6
ed.). New York: Springer Publishing Company.
Sulistyowati, R., Nurachmah, E., & Gayatri, D. (2008). Pengaruh Aromaterapi Lavender
Secara Masase Terhadap Nyeri Kanker Di RSUD Ulin Banjarmasin. Universitas
Indonesia, Depok -- Indonesia.

| P a g e 12
HUMOR THERAPY
Oleh
Ns. Thomas Aquino Erjinyuare Amigo, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Humor merupakan salah satu intervesi dalam keperawatan (Bulechek, Butcher,


Dochterman, & Wagner, 2013, 2016; Snyder & Lindquist, 2010). Humor adalah cara
memfasilitasi klien untuk menerima, mengapresiasi, dan mengekpresikan sesuatu yang
lucu, menghibur yang bertujuan membina hubungan, menghilangkan ketegangan,
melepaskan kemarahan, memfasilitasi pembelajaran, atau mengatasi nyeri (Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016). Humor dan tertawa dapat meningkatkan
kemampuan mengatasi kesulitan dan menjaga kesehatan klien yang dapat digunakan oleh
perawat dan tenaga kesehatan lain (Snyder & Lindquist, 2010). Hindari gangguan humor
pada klien yang mengalami gangguan kognitif (Bulechek, Butcher, Dochterman, &
Wagner, 2013, 2016).
Seorang individu atau klien mempunyai reaksi terhadap humor dapat berupa tertawa
terbahak atau hanya tersenyum (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan tertawa memberikan dampak menurunnya
tekanan darah, mengurangi hormon stress, meningkatkan fleksi otot dan imun. Selain itu
juga dengan tertawa dapat merangsang pengeluaran endorphin yang berfungsi sebagai
penghilang rasa sakit pada tubuh yang alami dan dapat memberikan kondisi yang sehat.
Tertawa dapat memberikan rasa kebersamaan di dalam keluarga (US Fed News Service,
2011). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kehadiran “dokter badut” di rumah-
rumah dapat membagun ikatan yang kuat dan bebas dengan keluarga serta meningkatkan
perawatan yang humanistik (manusiawi) dan komprehensif dalam konteks strategi
kesehatan keluarga (De Brito, Da Silveira, Mendonca, Joaquim, 2016)

| P a g e 13
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI HUMOR

NO TINDAKAN NILAI
0 1 2
TAHAP PRE INTERAKSI
1. Kesiapan diri sebelum terapi, observasi catatan perkembangan klien
2. Mencuci tangan
3. Persiapan alat dan bahan:
a. Media audiovisual/gambar orang ternama dengan pose yang aneh
dan tidak biasa/siapkan cerita humor yang aneh dan tidak
biasa/lelucon
b. Siapkan bahan lelucon atau candaan yang dapat menigkatkan
semangat klien
TAHAP ORIENTASI
4. Memberikan salam
5. Bina hubungan saling percaya
6. Identifikasi humor yang disenangi klien (Kalau perlu)
7. Identifikasi waktu atau kondisi klien dalam suasana rileks
8. Perkenalkan terapi humor dan jelaskan manfaat terapi humor
9. Menjelaskan tujuan, prosedur tindakan, persetujuan, memberikan
kesempatan klien bertanya sebelum melakukan terapi humor
10. Diskusi dengan klien tentang manfaat tertawa
11. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tanpa gangguan
TAHAP KERJA
12.
13. Hindari candaan yang sensitif pada klien
14. Ciptakan kekonyolan dan suasana kegembiraan
15. Hindari situasi kaku yang dapat mengurangi spontanitas lelucon
16. Monitor respon klien selama terapi, dan jika strategi yang
dilakukakn tidak berhasil maka hentikan aktivitas
17. Tunjukkan sikap menghargai meskipun sedang bercanda
18. Tanggapi humor dari klien dengan cara yang tepat
19. Merapihkan alat yang telah dipakai.
TAHAP TERMINASI
20. Mencuci tangan
21. Menjelaskan hasil tindakan
22. Evaluasi respon klien setelah melaksanakan terapi humor
23. Membuat kontrak selanjutnya
24. Mengakhiri kontrak dengan klien
25. Mendokumentasikan hasil tindakan
Total nilai
Keterangan:
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tapi salah
2 : Dilakukan dengan benar

| P a g e 14
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Classification (NIC). St. Louis, Missouri: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervention Classification-NIC (Edisi Bahasa Indonesia) (I. Nurjannah & R. D.
Tumanggor, Trans.). Yogyakarta: Mocomedia.
Cristiane Miryam, D. d., daSilveira, R., Daniele, B. M., & Regina Helena Vitale, T. J.
(2016). Humor and laughter in health promotion: A clown insertion experience in
the family health strategy. Ciência & Saúde Coletiva, 21(2)
doi:http://dx.doi.org/10.1590/1413-81232015212.00982015
Snyder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary & Alternative Therapies in Nursing (6
ed.). New York: Springer Publishing Company.
US Fed News Service. (2011). LAUGHTER IS BEST MEDICINE FOR MILITARY
FAMILIES.(2011, Apr 16). US Fed News Service, Including US State News,
Retrieved from https://search.proquest.com/docview/862146407?accountid=38628

| P a g e 15

Anda mungkin juga menyukai