Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn S No Register :


Umur : 45 tahun Dx Medis :
Ruang : Mawar Alamat :

No Tangg J Implementasi Evaluasi Nam


Dx al a a/
m TTD
1 Risiko Jatuh Subjektif :
A. Manajemen lingkungan :
1. Pasien
keselamatan (6486)
mengatakan tidak
1. Mengidentifikasi
jatuh saat berdiri
kebutuhan keamanan
2. Pasien
pasien berdasarkan fungsi
mengatakan tidak
fisik dan kognitif serta
jatuh saat berjalan
riwayat perilaku di masa
3. Pasien
lalu
mengatakan jatuh
2. Mengidentifikasi hal-hal
saat duduk
yang membahayakan di
4. Pasien
lingkungan (bahaya fisik,
mengatakan tidak
biologi dan kimiawi).
jatuh dari tempat
3. Menyingkirkan barang
tidur
berbahaya dari lingkungan
5. Pasien
jika di perlukan.
mengatakan tidak
4. Memodifikasi lingkungan
jatuh saat ke
untuk meminimalkan
kamar mandi
bahan berbahaya dan yang
lecet pada kulit
berisiko.
6. Pasien
5. Menyediakan alat untuk
mengatakan
beradaptasi (kursi untuk
menopang berat
pijakan dan pegangan
badan
tangan).
7. Pasien
6. Menggunakan peralatan
mengatakan
perlindungan(pegangan
berjalan dengan
pada sisi kunci pintu dan
pelan
pagar) untuk membatasi
8. Pasien
mobilitas fisik atau akses
mengatakan
pada situai yang
berjalan dengan
membahayakan.
jarak jauh (> 5
7. Memberitahukan pada
blok)
lembaga yang berwenang
9. Pasien
untuk melakukan
mengatakan dapat
perlindungan lingkungan.
berjalan
8. Memonitor lingkungan
terhadap terjadinya mengelilingi
perubahan status kamar
keselamatan.
9. Membantu pasien saat Objektif :
melakukan perpindahan ke 1. Pasien terlihat
lingkungan yang lebih tidak jatuh saat
aman. dipindahkan
10. Mengedukasi individu dan 2. Pasien terlihat
kelompok yang beresiko tidak jatuh saat
tinggi terhadap bahan naik tangga
berbahaya yang ada di 3. Tidak terdapat
lingkungan. luka lecet pada
11. Melakukan kolaborasi kulit
dengan lembaga lain untuk 4. Tidak terlihat
meningkatkan keselamatan memar
lingkungan. 5. Tidak terlihat
luka gores
B. Pencegahan jatuh (6490) 6. Tidak mengalami
1. Mengidentifikasi ekstremitas
kekurangan baik kognitif keseleo
atau fisik dari pasien yang 7. Tidak mengalami
memungkinkan keseleo tulang
meningkatkan potensi jatuh punggung
pada lingkungan tertentu. 8. Tidak mengalami
2. Mengidentifikasi perilaku penurunan tingkat
dan faktor yang kesadaran
mempengaruhi risiko jatuh. 9. Tidak mengalami
3. Mengkaji ulang riwayat perdarahan
jatuh bersama dengan
pasien dan keluarga.
4. Mengidentifikasi
karakteristik dari
lingkungan yang mungkin
meningkatkan potensi jatuh
(lantai licin dan tangga
terbuka).
5. Memonitor gaya
berjalan( terutama
kecepatan), keseimbanan
dan tingkat kelelahan
dengan ambulasi.
6. Tanyakan pada pasien
mengenai persepsi
keseimbangan, dengan
tepat.
7. Berbagi dengan pasien
terkait (hasil) observasi
pada gaya berjalan.
8. Menyarankan perubahan
pada gaya berjalan pada
pasien.
9. Mengajarkan pasien untuk
beradaptasi terhadap
modifikasi gaya berjalan
yang telah di sarankan.
10. Menyediakan alat
bantu(tongkat dan walker)
untuk menyeimbangkan
gaya berjalan.
11. Menginstruksikan pasien
mengenai penggunaan alat
bantu dengan tepat.
12. Meletakkan benda-benda
dalam jangkauan yang
mudah bagi pasien.
13. Mengajarkan pasien
bagaimana jika jatuh,
untuk meminimalkan
cidera.
14. Menggunakan pemegang
tangan dengan panjang dan
tinggi yang tepat untuk
mencegah jatuh dari
tempat tidur ssuai
kebutuhan.
15. Menyediakan pencahayaan
yang cukup dalam rangka
meningkatkan pandangan.
16. Menyediakan lampu pada
malam hari di sisi tempat
tidur.
17. Menyediakan permukaan
lantai yang tidak licin dan
anti selip.
18. Menyediakan alas kaki
yang tidak licin untuk
memfasilitas ikemudahan
menjangkau.
19. Mengorientasikan pasien
pada lingkungan fisik.
20. Membantu keluarga
mengidentifikasi bahaya di
rumah dan memodifikasi.
21. Melakukan kolaborasi
dengan anggota tim
kesehatan lain untuk
meminimalkan efek
samping dari pengobatan
yang berkontribusi pada
kejadian jatuh.
C. Terapi latihan : mobilitas sendi
(0224)
1. Menentukan batasan
pergerakan sendi dan
efeknya terhadap fungsi
sendi.
2. Melakuka kolaborasi
dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkandan
menerapkan sebuah
program fisik.
3. Menentukan level motifasi
pasienuntuk meningkatkan
atau memelihara
pergerakan sendi.
4. Menjelaskan pada pasien
atau keluarga manfaat dan
tujuan manfaat dan tujuan
melakukan latihan sendi.
5. Memonitor lokasi dan
kecenderungan adanya
nyeri dan ketidaknyamanan
selama pergerakan atau
aktifitas.
6. Melakukan inisiasi
pengukuran kontrol nyeri
sebelum memulai latihan
sendi.
7. Melindungi pasien dari
trauma selama latihan.
8. Membantu pasien
mendapatkan posisi tubuh
yang optimal untuk
pergerakan sendi pasif
maupun aktif.
9. Membantu pasien untuk
membuat jadwal ROM
aktif.
10. Mendukung ambulasi, jika
memungkinkan.
11. Menyediakan dukungan
positif dalam melakukan
latihan sendi.

2 Risiko Cidera
A. Manajemen dimensia (6460)
1. Menyertakan anggota
keluarga dalam
perencanaan, pemberian,
dan evaluasi perawatan
sejauh yang di inginkan.
2. Mengidentifikasi pola-pola
perilaku biasa untuk
kegiatan seperti tidur,
penggunaan obat,eliminasi,
asupan makanan, dan
perawatan diri.
3. Menentukan riwayat fisik
sosial psikologis,
kebiasaan dan rutinitas
pasien.
4. Memonitor fungsi kognitif,
menggunakan alat
pengkajian yang terstandar.
5. Kenakan gelang identitas
pasien.
6. Menyediakan lingkungan
fisik dan rutinitas sehari-
hari yang konsisten.
7. Menghindari sentuhan dan
kedekatan jika hal ini
menyebakan stres atau
kecemasan.
8. Menghindari situasi-situasi
yang asing bila
memungkinkan (perubahan
ruang, dan janji tanpa
kehadiran orang yang
dikenal).
9. Jangan membuat pasien
frustasi dengan
menanyakan pertanyaan-
pertanyaan orientasi yang
tidak bisa menjawab.
10. Memilih aktifitas
kelompok, dan aktifitas
satu lawan satu yang
diarahkan pada
kemampuan-kemampuan
kognitif dan minat dari
pasien.

B. Manajemen lingkungan :
keselamatan (6486)
1. Mengidentifikasi
kebutuhan keamanan
pasien berdasarkan fungsi
fisik dan kognitif serta
riwayat perilaku di masa
lalu
2. Mengidentifikasi hal-hal
yang membahayakan di
lingkungan (bahaya fisik,
biologi dan kimiawi).
3. Menyingkirkan barang
berbahaya dari lingkungan
jika di perlukan.
4. Memodifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahan berbahaya dan yang
berisiko.
5. Menyediakan alat untuk
beradaptasi (kursi untuk
pijakan dan pegangan
tangan).
6. Menggunakan peralatan
perlindungan(pegangan
pada sisi kunci pintu dan
pagar) untuk membatasi
mobilitas fisik atau akses
pada situai yang
membahayakan.
7. Memberitahukan pada
lembaga yang berwenang
untuk melakukan
perlindungan lingkungan.
8. Memonitor lingkungan
terhadap terjadinya
perubahan status
keselamatan.
9. Membantu pasien saat
melakukan perpindahan ke
lingkungan yang lebih
aman.
10. Memberikan edukasi
individu dan kelompok
yang beresiko tinggi
terhadap bahan berbahaya
yang ada di lingkungan.
11. Melakuka kolaborasi
dengan lembaga lain untuk
meningkatkan keselamatan
lingkungan.

C. Identifikasi risiko (6610)


1. Mengkaji riwayat
kesehatan masalalu dan
demonstrasikan bukti yang
menunjukkan adanya
penyakit medis, dan
diagnosa keperawatannya.
2. Mengidentifikasi adanya
sumber-sumber agensy
untuk membantu
menurunkan faktor risiko.
3. Memperhatiakn pencatatan
dan statistik yang akurat.
4. Mempertimbangkan fungsi
dimasalalu dan saat ini.
5. Mempertimbangkan
pemenuhan perawatan
medis dan keperawatan.
6. Mempertimbakan kriteria
yang berguna dalam
memprioritaskan area-area
untuk mengurangi faktor
risiko.
7. Mendiskusikan dan
rencanakan aktifitas dan
aktifitas pengurangan
risiko berkolaborasi
dengan individu dan
kelompok.
8. Mengimplementasikan
aktifitas-aktifitas
pengurangan risiko.

3. Hambatan berjalan
A. Terapi lahitan : Ambulasi
(0221)
1. Berikan pasien pakaian
yang tidak mengekang
2. Membantu pasien untuk
duduk di sisi tempat tidur
untuk memfasilitasi
penyesuaian sikap tubuh
3. Mengintruksikan pasien
untuk memposisikan diri
saat proses perpindahan
4. Membantu pasien untuk
perpindahan, sesuai
kebutuhan
5. Membantu pasien dengan
ambulasi awal dan jika
diperlukan
6. Menginstruksikan
pasienmengenai
pemindahan dan tehnik
ambulasi yang aman.
7. Memonitor penggunaan
kruk pasien atau alat bantu
berjalan lain.
8. Mendorong ambulasi
independen dalam batas
aman.
9. Mendorong pasien untuk
bangkit sebanyak dan
sesering yang diinginkan.

4. Ansietas
A. Manajemen dimensia (6460)
1. Sertakan anggota keluarga
dalam perencanaan,
pemberian, dan evaluasi
perawatan sejauh yang di
inginkan.
2. Mengidentifikasi pola-pola
perilaku biasa untuk
kegiatan seperti tidur,
penggunaan obat,eliminasi,
asupan makanan, dan
perawatan diri.
3. Menentukan riwayat fisik
sosial psikologis,
kebiasaan dan rutinitas
pasien.
4. Memonitor fungsi kognitif,
menggunakan alat
pengkajian yang terstandar.
5. Mengenakan gelang
identitas pasien.
6. Menyediakan lingkungan
fisik dan rutinitas sehari-
hari yang konsisten.
7. Hindari sentuhan dan
kedekatan jika hal ini
menyebakan stres atau
kecemasan.
8. Menghindari situasi-situasi
yang asing bila
memungkinkan (perubahan
ruang, dan janji tanpa
kehadiran orang yang
dikenal).
9. Jangan membuat pasien
frustasi dengan
menanyakan pertanyaan-
pertanyaan orientasi yang
tidak bisa menjawab.
10. Memilih aktifitas
kelompok, dan aktifitas
satu lawan satu yang
diarahkan pada
kemampuan-kemampuan
kognitif dan minat dari
pasien.

B. Relaksasi Otot Progresif


(1460)
1. Memilih seting lingkungan
yang tenang dan nyaman.
2. Dudukan pasien dikursi
malas atau yang kursi lain
untuk menciptakan
kenyaman.
3. Meregangkan otot kaki
tidak lebih dari 5 detik
untuk menghindari kram.
4. Menginstruksikan pasien
untuk berfokus pada
sensasi otot pada saat
rileks.
5. Tegangkan kelompok otot
pasien lagi, jika relaksi
tidak terjadi.
6. Memonitor indikator akan
tidak adanya kondisi rileks
misalnya pegerakan.
7. Kembangkan pola rileksasi
yang bersifat personal yang
membuat pasien untuk
tetap fokus dan merasa
nyaman.
8. Mengakhiri sesi rileksasi
secara berangsur.
9. Memberikan waktu bagi
pasien untuk
mengekpsresikan perasaan
terkait intervensi.
10. Mendukung pasien untuk
mempraktekkan sesi secara
teratur bersama perawat.

Nyeri Akut
A. Pemberian analgesik :
Intraspinal (2214)
1. Cek kepatenan dan fungsi
kateter, tempat insersi
dan/atau pompa
2. Pastikan akses intravena
pada tempatnya selama
terapi
3. Yakinkan pemberian obat
yang tepat digunakan
(misalnya, tinggi
konsentrasi dan bebas
pengawet)
4. Pastikan ketersediaan
antagonis narkotik untuk
pemberian darurat dan
berikan sesuai perintah
dokter bila diperlukan
5. Memulai pemberian infus
terus menerus dari agen
analgesik setelah
pemasangan kateter secara
benar, dan monitor aliran
untuk memastikan
masukan pengobatan
sesuai dosis yang
diresepkan
6. Memonitor suhu, tekanan
darah , pernafasan, nadi
dan tingkat kesadaran
dengan interval yang tepat
dan catat pada lembar
perkembangan pasien
7. Memonitor efek smping,
meliputi depresi
pernafasan, retensi urin,
somnolen, kesemutan,
kejang, mual dan muntah
8. Menginstruksikan pasien
untuk melaporkan efek
samping, gangguan
pengurangan nyeri, mati
rasa pada ekstremitas dan
kebutuhan bantuan
ambulasi bila lemah
9. Mengikuti kebijakan
institusi untuk injeksi dari
agen analgesik yang terus
menerus ke dalam tempat
injeksi
10. Memberikan pengobatan
tambahan sesuai kebutuhan
(misalnya, antidepresi,
antikejang, NSAID)
11. Tingkatkan dosis
intraspinal berdasarkan
nilai intensitas nyeri
12. Instruksikan dan pandu
pasien untuk penggunaan
non farmakologi (seperti,
teknik relaksasi, imajinasi
terbimbing, dan
biofeedback) untuk
meningkatkan keefektifan
farmakologi

B. Manajemen nyeri (1400)


1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
3. Memastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
5. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
6. Mengevaluasi pengalaman
nyeri di masa lalu yang
meliputi riwyat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
ketidakmampuan atau
kecacatan dengan tepat
7. Memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan prosedur
8. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen nyeri
9. Mendorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
10. Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
(seperti biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi
bermain, terapi aktivitas,
akupresur, terapi
panas/dingin, dan pijatan
sebelum dan sesudah dan
jika memungkinkan).
11. Memberikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan
anlgesik

Nyeri Kronis
A. Pemberian analgesik :
Intraspinal (2214)
1. Cek kepatenan dan fungsi
kateter, tempat insersi
dan/atau pompa
2. Pastikan akses intravena
pada tempatnya selama
terapi
3. Yakinkan pemberian obat
yang tepat digunakan
(misalnya, tinggi
konsentrasi dan bebas
pengawet)
4. Pastikan ketersediaan
antagonis narkotik untuk
pemberian darurat dan
berikan sesuai perintah
dokter bila diperlukan
5. Memulai pemberian infus
terus menerus dari agen
analgesik setelah
pemasangan kateter secara
benar, dan monitor aliran
untuk memastikan
masukan pengobatan
sesuai dosis yang
diresepkan
6. Memonitor suhu, tekanan
darah , pernafasan, nadi
dan tingkat kesadaran
dengan interval yang tepat
dan catat pada lembar
perkembangan pasien
7. Memonitor efek smping,
meliputi depresi
pernafasan, retensi urin,
somnolen, kesemutan,
kejang, mual dan muntah
8. Menginstruksikan pasien
untuk melaporkan efek
samping, gangguan
pengurangan nyeri, mati
rasa pada ekstremitas dan
kebutuhan bantuan
ambulasi bila lemah
9. Mengikuti kebijakan
institusi untuk injeksi dari
agen analgesik yang terus
menerus ke dalam tempat
injeksi
10. Memberikan pengobatan
tambahan sesuai kebutuhan
(misalnya, antidepresi,
antikejang, NSAID)
11. Tingkatkan dosis
intraspinal berdasarkan
nilai intensitas nyeri
12. Instruksikan dan pandu
pasien untuk penggunaan
non farmakologi (seperti,
teknik relaksasi, imajinasi
terbimbing, dan
biofeedback) untuk
meningkatkan keefektifan
farmakologi

C. Manajemen nyeri (1400)


1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
3. Memastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
5. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
6. Mengevaluasi pengalaman
nyeri di masa lalu yang
meliputi riwyat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
ketidakmampuan atau
kecacatan dengan tepat
7. Memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan prosedur
8. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen nyeri
9. Mendorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
10. Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
(seperti biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi
bermain, terapi aktivitas,
akupresur, terapi
panas/dingin, dan pijatan
sebelum dan sesudah dan
jika memungkinkan).
11. Memberikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan
anlgesik.

Hambatan mobilitas fisik


A. Peningkatan latihan (0200)
1. Gali pengalaman individu
sebelumnya mengenai
latihan
2. Mempertimbangkan
motivasi individu untuk
memulai atau melanjutkan
program latihan
3. Gali hambatan untuk
melakukan latihan
4. Mendukung individu untuk
memulai atau melanjutkan
latihan
5. Mendampingi individu
pada saat mengembangkan
program latihan untuk
memnuhi kebutuhannya
6. Menginformasikan
individu mengenai manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis latihan
7. Menginstruksikan individu
terkait dengan tipe
aktivitas fisik yang sesuai
dengan derajat
kesehatannya,
kolaborasikan dengan
dokter dan atau ahli terapi
fisik
8. Memonitor kepatuhan
individu terhadap program
latihan
9. Menginstruksikan individu
terkait teknik yang
digunakan untuk
menghindari cedera selama
latihan
10. Memonitor respon individu
terhadap program latihan
11. Menyediakan umpan balik
positif atas usaha yang
dilakukan individu

B. Manajemen nyeri (1400)


1. Melakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
3. Memastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
5. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
6. Mengevaluasi pengalaman
nyeri di masa lalu yang
meliputi riwyat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
ketidakmampuan atau
kecacatan dengan tepat
7. Memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan prosedur
8. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
9. Mendorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
10. Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
(seperti biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi
bermain, terapi aktivitas,
akupresur, terapi
panas/dingin, dan pijatan
sebelum dan sesudah dan
jika memungkinkan).
11. Memberikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan peresepan
analgesik

Defisiensi pengetahuan
A. Pendidikan kesehatan (5510)
1. Targetkan sasaran pada
kelompok yang berisiko
tinggi dan rentang usia
yang akan mendapat
manfaat besar dari
pendidikan kesehatan
2. Menentukan pengetahuan
kesehatan dan gaya hidup
perilaku saat ini pada
individu, keluarga dan
kelompok sasaran
3. Membantu individu,
keluarga dan masyarakat
untuk memperjelas
keyakian dan nilai-nilai
kesehatan
4. Mengidentifikasi
karakteristik populasi
target yang mempengaruhi
pemilihan strategi belajar
5. Merumuskan tujuan dalam
program pendidikan
kesehatan
6. Tekankan manfaat
kesehatan positif yang
langsung atau jangka
pendek yang yang bisa
diterima oleh perilaku gaya
hidup positif
7. Memberikan ceramah
untuk informasi dalam
jumlah besar yang tepat
8. Melibatkan individu,
keluarga dan kelompok
dalam perencanaan dan
rencana implementasi gaya
hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan
9. Memanfaatkan sistem
dukungan sosial dan
keluarga untuk
meningkatkan efektivitas
gaya hidup atau modifikasi
perilaku kesehatan
10. Menggunakan berbagai
strategi dan intervensi
utama dalam program
pendidikan

Hambatan kemampuan berpindah


A. Peningkatan latihan (0200)
1. Gali pengalaman individu
sebelumnya mengenai
latihan
2. Mempertimbangkan
motivasi individu untuk
memulai atau melanjutkan
program latihan
3. Gali hambatan untuk
melakukan latihan
4. Mendukung individu untuk
memulai atau melanjutkan
latihan
5. Mendampingi individu
pada saat mengembangkan
program latihan untuk
memnuhi kebutuhannya
6. Menginformasikan
individu mengenai manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis latihan
7. Menginstruksikan individu
terkait dengan tipe aktivitas
fisik yang sesuai dengan
derajat kesehatannya,
kolaborasikan dengan
dokter dan atau ahli terapi
fisik
8. Memonitor kepatuhan
individu terhadap program
latihan
9. Menginstruksikan individu
terkait teknik yang
digunakan untuk
menghindari cedera selama
latihan
10. Memonitor respon individu
terhadap program latihan
11. Menyediakan umpan balik
positif atas usaha yang
dilakukan individu

B. Manajemen nyeri (1400)


1. Melakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor pencetus
2. Mengobservasi adanya
petunjuk nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan pada
mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
3. Memastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri
5. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
6. Mengevaluasi pengalaman
nyeri di masa lalu yang
meliputi riwyat nyeri
kronik individu atau
keluarga atau nyeri yang
menyebabkan
ketidakmampuan atau
kecacatan dengan tepat
7. Memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan prosedur
8. Mengajarkan prinsip-
prinsip manajemen nyeri
9. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
10. Mengajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
(seperti biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif,
terapi musik, terapi
bermain, terapi aktivitas,
akupresur, terapi
panas/dingin, dan pijatan
sebelum dan sesudah dan
jika memungkinkan).
11. Memberikan individu
penurun nyeri yang optimal
dengan peresepan
analgesik

Anda mungkin juga menyukai