Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN
“Sistem Indra Pada Hewan Vertebrata dan
Invertebrata”
DOSEN PENGAMPU :

DI SUSUN OLEH :
ANNISA REZA (A1C414033)
HASTUTI SETIA ADHIKROM (A1C414010)
INDAH SUKMA DEWI (A1C414011)
MILA TRISNA (A1C414011)
SINTA EKA PUTRI (A1C414023)
SUNDARI MIRWANA (A1C414040)
FAJAR BAHARI (A1C414042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Fisiologi Hewan yang berjudul  “Sistem
Indera”.

            Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan pengetahuan dan


pemahaman bagi para pembaca dalam lingkup kelas anatomi buah. Oleh karena
itu, agar kalangan intelektual terutama mahasiswa dapat mengetahui tentang
sistem indera.

Dalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal


mungkin. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.  Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan untuk penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya .

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan yang


berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam rangka membangun bangsa dan
Negara.

Jambi, 04 April 2016

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1. Latar belakang.........................................................................................1


1.2. Tujuan .....................................................................................................1
1.3. Rumusan Masalah .................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................2

2.1. Pengertian Sistem Indra..........................................................................2


2.2. Sistem Indra Pada Hewan Vertebrata......................................................2
2.2.1. Sistem Indra Pada Mamalia......................................................2
2.2.2. Sistem Indera Pada Burung......................................................8
2.2.3. Sistem Indera Pada Reptil.........................................................10
2.2.4. Sistem Indera Pada Amfibi.......................................................10
2.2.5. Sistem Indera Pada Ikan...........................................................11
2.3....................................................................................................................
Sistem Indera Pada Invertebrata................................................................12
2.3.1.1....................................................................................................Siste
m Indera Pada Arthropoda........................................................12
2.3.1.2....................................................................................................Siste
m Indera Pada Annelida............................................................13
2.3.1.3....................................................................................................Siste
m Indera Pada Protozoa............................................................14
2.3.1.4....................................................................................................Siste
m Indera Pada Cacing Pipih......................................................14
2.3.1.5....................................................................................................Siste
m Indera Pada Mollusca............................................................14

BAB III PENUTUP..........................................................................................15

3.1. Kesimpulan..............................................................................................15

ii
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Hewan menganalisis keadaan lingkungannya melalui indra. Jenis indra setiap
hewan tidak selalu sama. Indra hewan bertulang belakang lebih kompleks
daripada indra hewan tak bertulang belakang. Kepekaan indra setiap hewan
berbeda-beda bergantung pada perkembangan sistem saraf pusatnya. Suatu jenis
hewan memiliki salah satu indra yang lebih peka dibandingkan dengan indra
yang sama pada manusia. Namun, indra hewan yang lain kurang peka dalam
mengenali keadaan atau penibahan yang terjadi pada lingkungannya.
Beberapajenis. mamalia memiliki indra yang sangat peka. Indra kucing yang
sangat peka ialah indra peraba, penglihat, dan pendengar Indra anjing yang
sangat peka ialah indra pencium dan pendengar Indra kelelawar yang sangat peka
ialah indra pendengar.
1.2. Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui definisi sistem indra.
1.2.2. Untuk mengetahui sistem indra pada hewan vertebrata.
1.2.3. Untuk mengetahui sistem indra pada hewa Invertebrata.
1.3. Rumusan masalah
1.3.1. Apa definisi sistem indra?
1.3.2. Bagaimana sistem indra pada hewan vertebrata?
1.3.3. Bagaimana sistem indra pada hewan Invertebrata?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sistem Indra

Sistem indera adalah bagian dari sistem sarafyang berfungsi untuk proses


informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indera.
Sistem indra bertanggung jawab untuk mendeteksi rangsangan dari luar dan
metransfer impuls saraf ke otak atau tulang belakang untuk memungkinkan tubuh
untuk bereaksi.
2.2. Sistem Indra Pada Hewan
2.2.1. Sistem Idra Pada Vertebrata
2.2.1.1. Sistem Indra Pada Mamalia

Pada umumnya semua jenis indra yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki
oleh mamalia. Mamalia memiliki lima macam alat indra. Masing-masing alat
indra tersebut juga berkembang dan berfungsi dengan baik.

Tubuh manusia mempunyai indera yang berfungsi sebagai reseptor atau


penerima rangsangan dari lingkungan sekitar. 
Manusia mempunyai dari lima macam indera (panca indera) yaitu indera
penglihatan (mata), indera pendengaran dan keseimbangan (telinga), indera
penciuman/pembau (hidung), indera pengecap (lidah), serta indera peraba dan
perasa (kulit).

a. Indera Penglihatan (Mata)


Mata adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa
cahaya. Bola mata terletak di dalam rongga mata dan beralaskan
lapisan lemak. Bola mata dapat bergerak dan diarahkan kesuatu arah dengan
bantuan tiga otot penggerak mata, yaitu:

 Muskulus rektus okuli medial (otot di sekitar mata), berfungsi


menggerakkan bola mata.
 Muskulus obliques okuli inferior, berfungsi menggerakkan bola mata ke
bawah dan ke dalam.

2
 Muskulus obliques okuli superior, berfungsi memutar mata ke atas dan ke
bawah.
Selain itu, ada otot mata yang berfungsi menutup mata dan mengangkat kelopak
mata. Otot yang berfungsi untuk menutup mata yaitu muskulus orbikularis okuli
dan muskulus rektus okuli inferior. Sedangkan otot mata yang
berfungsi mengangkat kelopak mata, yaitu muskulus levator palpebralis superior.

Bola mata tersusun oleh selaput mata yang terdiri atas tiga lapisan, yaitu
sklera atau selaput putih, koroid atau selaput hitam, dan retina atau selaput jala.

 Selaput putih
Selaput putih (sklera) adalah bagian luar dari bola mata yang tersusun dari zat
tanduk dan merupakan lapisan yang kuat, berwarna putih. Fungsi dari selaput
ini adalah melindungi struktur mata yang sangat halus dan membantu
mempertahankan bentuk biji mata.
Sklera akan membentuk kornea. Kornea adalah lapisan bening dan transparan
yang berfungsi menerima cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi
oleh selaput tipis yang disebut konjungtiva. Kornea selalu dibasahi oleh air
mata.
 Selaput hitam
Selaput hitam (koroid) merupakan lapisan tengah dari bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah. Fungsi dari selaput ini adalah memberi nutrisi
dan oksigen ke mata serta menyerap cahaya dan mengurangi cahaya yang
memantul di sekitar mata bagian dalam. Pada koroid terdapat iris yang
membentuk warna mata, pupil, lensa mata, titik dekat mata, dan titik jauh
mata.
 .Selaput Jala
Selaput jala disebut juga retina. Retina adalah lapisan paling dalam pada mata
yang peka terhadap cahaya. Retina ini memiliki sel-sel saraf. Pada retina
terdapat bintik kuning dan bintik buta. Bintik kuning adalah bagian retina
yang paling peka terhadap cahaya karena merupakan tempat
perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk cerucut dan batang. Kita bisa
melihat apabila bayangan jatuh pada titik ini. Pada bintik kuning terdapat sel
kerucut dan sel batang. Fungsi dari sel kerucut dan sel batang:

3
Proses melihat

Mata bisa melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan oleh


benda tersebut ke mata. Jika tidak ada cahaya yang dipantulkan
benda, maka mata tidak bisa melihat benda tersebut. Proses mata melihat benda
adalah sebagai berikut.

 Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap oleh mata, menembus kornea


dan diteruskan melalui pupil.
 Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan menembus lensa
mata.
 Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh tepat di
bintik kuning.Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel
batang, kemudian disampaikan ke otak.
 Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehinga kita
bisa mengetahui apa yang kita lihat.
b. Indera Pendengaran dan Keseimbangan (Telinga)

Telinga merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa


gelombang suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi
antara 20-20.000 Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga berfungsi
menjaga keseimbangan tubuh manusia. Telinga manusia dapat dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian tengah, dan bagian dalam.

 Telinga bagian luar


Telinga bagian luar terdiri atas: Daun telinga, berfungsi untuk
menampung getaran. Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi
menyalurkan getaran. Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang
masuk sebagai pembawa gelombang suara. Membran timpani atau selaput
gendang, berfungsi menerima dan memperbesar getaran suara.
 Telinga bagian tengah
Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani.
Fungsi dari telinga bagian tengah adalah untuk meneruskan getaran dari suara
telinga bagian luar ke telinga bagian dalam. Pada telinga tengah terdapat
saluran Eustachius dan tiga tulang pendengaran. Saluran Eustachius,

4
berfungsi untuk mengurangi tekanan udara di telinga tengah sehingga tekanan
udara di luar dan di dalam akan sama. Keseimbangan tekanan ini akan
menjaga gendang telinga supaya tidak rusak. Saluran ini akan tertutup dalam
keadaan biasa, dan akan terbuka jika kita menelan sesuatu. Tulang
pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan memperbesar getaran ke
telinga bagian dalam. Tulang pendengaran ada tiga, yaitu tulang martil, tulang
landasan, dan tulang sanggurdi.  Tulangtulang ini menghubungkan gendang
telinga dan tingkap jorong.
 Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat
pendengaran oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai
berikut. Tingkap jorong, berfungsi menerima dan menyampaikan getaran.
Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar, dan  menyampaikan getaran
suara ke saraf pendengaran. Di dalam saluran rumah sifut terdapat cairan
limfe dan terdapat ujung-ujung saraf pendengaran. Tiga saluran setengah
lingkaran, berfungsi sebagai alat untuk mengetahui posisi tubuh dan menjaga
keseimbangan.
Suara yang kita dengar akan ditangkap oleh daun telinga, kemudian sampai
ke gendang telinga sehingga membuat gendang telinga bergetar. Getaran ini
diteruskan oleh tiga tulang pendengaran ke tingkap jorong dan diteruskan ke
rumah siput. Di dalam rumah siput, cairan limfe akan bergetar sehingga
meransang ujung-ujung saraf pendengaran dan menimbulkan impuls saraf yang
ditujukan ke otak. Di dalam otak, impuls tersebut akan diolah sehingga kita bisa
mendengar dan mengenali suara tersebut.

Selain sebagai indera pendengar, telinga juga berfungsi sebagai indera


keseimbangan. Letak indera keseimbangan terdapat di dalam ampula, yaitu
pangkal dari tiga saluran setengah lingkaran yang menggembung. Di dalam
ampula terdapat sel-sel rambut yang peka terhadap gravitasi. Bila kepala
menggeleng, arah sel-sel rambut berubah. Perubahan ini diterima oleh sel-sel saraf
kemudian diteruskan ke otak. Akibatnya kamu akan menyadari setiap posisi
kepala dan badan.

c. Indera Penciuman/Pembau (Hidung)

5
Hidung adalah alat indera yang menanggapi rangsangan berupa bau  atau zat
kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau
yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. Setiap sel pembau mempunyai rambut-
rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang
berfungsi sebagai pelembab rongga hidung..

Sel-sel pembau mempunyai ujung dendrit berbentuk rambut. Adaptasi


terhadap bau-bauan mula-mula berjalan cepat dalam 2 – 3 detik, tetapi kemudian
berjalan lebih lambat. Keistimewaan indera pembau manusia adalah dapat
membaui sesuatu walau kadarnya di udara sangat sedikit. Beberapa hewan
memiliki indera pembau yang lebih sensitif karena mempunyai reseptor pembau
lebih banyak.

d. Indera Pengecap (Lidah)

Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia
larutan. Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan
penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat
reseptor yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap
atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf
yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki tonjolan-
tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak kuncup-kuncup
pengecap (taste bud) yaitu suatu bangunan berbentuk bundar yang terdiri dari dua
jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai
reseptor.

Tidak semua bagian lidah peka terhadap zat kimia dan daerahnya juga khusus
untuk rasa tertentu. Adaptasi terhadap suatu rasa mula-mula berjalan cepat dalam
2–3 detik, tetapi adaptasi selanjutnya berjalan lambat. Sebenarnya hanya terdapat
4 jenis rasa utama yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Namun rasa-rasa lain seperti
rasa coklat, rasa teh, pedas, dan sebagainya, merupakan campuran dari berbagai
rasa dan berkombinasi dengan pembauan/ penciuman pada hidung. Oleh karena
itu bila kamu sakit pilek (fungsi penciuman terganggu) dapat kehilangan
kemampuan mengecap makanan, walaupun sebenarnya kuncup pengecap
berfungsi normal.

6
e. Indera Peraba (Kulit)

Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung


saraf/reseptor peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan
berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit. Kepekaan tersebut
disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf yang ada pada  kulit. Biasanya ujung
saraf indera peraba ada dua macam, yaitu ujung saraf bebas yang mendeteksi rasa
nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang berselaput (berpapilia). Ujung saraf yang
berselaput ada lima macam, bisa kamu lihat dalam tabel berikut.

Tabel Ujung saraf yang berselaput dan rangsangannya

Ujung saraf
Rangsangan
berselaput

Korpuskel pacini Tekanan

Korpuskel ruffini Panas

Korpuskel krause Dingin

Korpuskel
Sentuhan
meissner

Beberapa jenis mamalia, bahkan memiliki alat indra dengan kepekaan yang
sangat kuat terhadap rangsangan terte. Kucing memiliki tiga macam indra
istimewa, yaitu indra penglihat, pendengar, dan peraba. Mata kucing dapat
melihat dengan baik meskipun pencahayaan di lingkungan redup atau agak gelap
pada malam hari. Dalam keadaan demikian, sinar matanya berwarna kehijauan.
Warna hijau itu berasal dari pantulan suatu lapisan di bagian belakang matanya.
Pendengaran kucing sangat tajam karena daun telinganya mampu menangkap
getaran bunyi sebanyak-banyaknya. Kucing juga memiliki kumis yang panjang
dan kaku sebagai indra peraba yang sangat peka.

Anjing memiliki indra pencium dan pendengar yang sangat baik. Daya


penciumannya yang tajam membuat anjing mampu mengikuti bau mangsanya
sampai beberapa kilometer. Anjing pelacak dapat menemukan persembunyian

7
seorang penjahat dengan mencium jejaknya. Telinga anjing juga dapat digerakkan
dan ditegakkan sehiñgga mampu menangkap getaran bunyi dengan sangat baik. 

Indra pendengar kelelawar sangat baik, namun indra penglihatnya kurang


berkembang. Ketika terbang di malam han, kelelawar mengeluarkan bunyi
berfrekuensi lebih tinggi daripada 20.000 getaran tiap detik (ultrasonik) yang
tidak dapat didengar oleh manusia. Gelombang bunyi yang dikeluarkan akan
mengenai mangsa atau rintangan di sekitamya dan dipantulkan kembali
kepadanya. Pantulan gelombang bunyi tersebut diterima telinga kelelawar yang
berukuran besar kemudian disampaikan ke pusat pendengaran di otak. Melalui
cara inilah kelelawar mengetahui keberadaan mangsa atau rintangan di sekitamya.
Prinsip semacam ini juga dipakai oleh manusia dalam membuat radar.

Beberapajenis. mamalia memiliki indra yang sangat peka. Indra kucing yang
sangat peka ialah indra peraba, penglihat, dan pendengar Indra anjing yang sangat
peka ialah indra pencium dan pendengar Indra kelelawar yang sangat peka ialah
indra pendengar

2.2.1.2. Sistem Indra Pada Burung

Indra penglihat dan indra keseimbangan burung berkembang dengan baik.


Kedua macam indra tersebut memungkinkan burung dapat terbang lurus,
menukik, atau membelok dengan cepat. Indra keseimbangan burung terletak di

8
dalam rongga telinga dan berhubungan dengan otak kecil.

Otak kecil burung berukuran besar karena berkembang dengan baik sebagai pusat
keseimbangan tubuh burung pada saat terbang. Sebagian besar burung memiliki
indra penglihat yang sangat membantu burung untuk mendapatkan makanan,
untuk menemukan musuh, maupun untuk terbang. Mata burung mampu
berakomodasi dengan cara mengubah bentuk lensa matanya. Pada saat burung
melihat benda yang jauh, lensa mata burung akan memipih. Sebaliknya, pada saat
burung melihat benda yang dekat, lensa mata burung akan mencembung.
Pada umumnya mata burung terletak di sisi kin dan kanan kepalanya agar
dapat melihat keadaan di sekelilingnya tanpa harus memutar kepala. Beberapa
jenis burung pemangsa, misalnya burung hantu, memiliki mata yang menghadap
ke depan. Pandangan binokuler ini memungkinkan burung hantu untuk melihat
benda-benda yang dekat dan jauh sehingga mampu memperkirakan jarak suatu
benda. Hal itu penting bagi burung-burung pemangsa untuk rnengintai dan
menangkap mangsa. Aktivitas burung hantu banyak dilakukan di malam hari.
Oleh karena itu, retina matanya lebih banyak mengandung sel-sel batang
dibanding retina mata burung lain. Sel-sel batang tersebut peka atau sensitif
terhadap cahaya redup. Burung yang banyak beraktivitas pada siang hari.
memiliki retina mata yang lebih banyak mengandung sel-sel kerucut. Sel kerucut

9
tersebut peka terhadap cahaya yang kuat. Pada retina burung juga
terdapat pektin yang merupakan kelanjutan dari saraf mata ke bola mata.
membentuk lipatan, dan di dalamnya terkandung banyak pigmen. Fungsi
pektintersebut belum diketahui secara pasti, diduga berhubungan dengan indra
penentu arah. Pektin pada burung yang biasa terbang tinggi. misalnya merpati,
berkembang dengan baik.
Pada umumnya burung lebih mengandalkan indra penglihat untuk mencari
makan karena indra pencium tidak berkembang dengan baik. Akan tetapi, burung
kiwi merupakan pengecualian. Indra penglihat burung kiwi kurang berkembang
dengan baik, tetapi indra pencium yang berupa lubang hidung di ujung paruhnya
berkembang dengan baik dan digunakan untuk mencium bau makanan yang
terdapat di dalam tanah.
Keunggulan mata burung hantu ialah memiliki pandangan binokuler yang
dapat memperkirakan jarak, lebih banyak memiliki sel-sel batang sehingga dapat
tetap melihat dalam keadaan sedikit cahaya.
2.2.1.3. Sistem Indra Pada Reptilia
Indra pada reptilia yang berkembang dengan baik adalah indra pencium.
Kadal, komodo, dan ular memiliki indra pencium yang disebut organ Jacobson.
Organ Jacobson ditemukan pertama kali pada abad ke-19 oleh seorang ilmuwan
Denmark yang bernama L.L. Jacobson. Indra tersebut terletak di langit-langit
rongga mulut. Kadal, ular, dan komodo sering menjulurkan lidahnya untuk
mencium bau mangsa dengan cara mengambil bau yang telah ditinggalkan
mangsanya di udara dan di tanah. Lidah itu kemudian ditarik dan ditempelkan
pada organ Jacobson untuk menyampaikan bau. Sebagai pemakan bangkai,
kornodo memiliki indra pencium yang sangat tajam. Hewan ini dapat mencium
darah segar dari jarak empat kilometer. Namun, indra reptilia yang lain belum
berkembang dengan baik. Beberapajenis ular, misalnya ular derik, memiliki indra
yang peka terhadap rangsang panas. Indra itu begitu peka sehingga dapat
membedakan dua benda dengan suhu yang hanya berbeda sepersepuluh ribü
derajat celsius. Dengan indra tersebut, ular dapat berburu mangsa pada waktu
gelap (Sunarto, dkk, 2004).
2.2.1.4. Sistem Indra Pada Amfibi
Pada amfibi, misalnya katak, indra yang berkembang dengan cukup baik
ialah indra penglihat dan pendengar. Mata katak berbentuk bulat serta dilindungi

10
oleh kelopak mata atas dan bawah. Bagian sebelah dalam mata terdapat membran
niktitans,yaitu suatu selaput tipis yang tembus cahaya. 

Membran niktitans berfungsi untuk menjaga agar komea mata tetap lembap
ketika berada di darat dan menghindari gesekan ketika katak menyelam dalam
air. Hal itu merupakan bentuk penyesuaian sifat katak sebagai hewan amfibi.
Lensa mata katak tidak dapat berakomodasi. Oleh karena itu, katak hanya dapat
melihat benda dengan jarak tertentu saja. Indra pendengar katak adalah teliñga
yang terdiri atas telinga luar dan telinga dalam. Telinga luar berupa sepasang
selaput pendengar di sebelah kanan dan kiri kepala. Selaput pendengar berbentuk
segitiga yang melebar di bagian luarnya.
Apabila terkena getaran atau bunyi, selaput pendengar akan bergetar. Getaran
dan selaput pendengar diteruskan oleh tulang pendengar ketingkap jorong.
Selanjutnya, getaran dari tingkap jorong akan diteruskan oleh cairan limfa ke
saraf pendengar. Akhirnya, getaran oleh saraf pendengar diteruskan ke otak
dalam bentuk impuls saraf.
2.2.1.5. Sistem Indra Pada Ikan
Indra ikan yang berkembang dengan baik adalah indra penglihat, pencium,
dan pendengar. Indra penglihat ikan terletak di kedua sisi kepalanya. Bola mata
ikan tidak dilindungi oleh kelopak, tetapi dilindungi oleh selaput tipis yang
tembus cahaya. Ikan dapat melihat dengan jelas di dalam air karena baik air
maupun kornea ikan membiaskan cahaya pada sudut yang sama. Sel-sel saraf
penglihat pada ikan terdiri atas sel-sel batang dan sel-sel kerucut. Sel- sel batang
menyebabkan ikan dapat melihat dengan jelas di tempat yang kurang menerima
cahaya. Ikan juga dapat melihat warna walaupun hanya sampai tahap tertentu.
Ikan mudah melihat warna merah dan kuning, tetapi lebih sulit membedakan
warna hijau, biru, dan hitam.

11
Mata ikan dapat berakomodasi dengan cara mengubah kedudukan lensa mata
ke belakang (mundur) dan ke depan (maju). Gerakan itu dilakukan oleh otot
kecil yang disebutretraktor lentis. Ketika melihat benda dekat, otot retraktor
lentis berelaksasi (mengendur) sehingga lensa bergerak ke depan. Sebaliknya,
ketika melihat benda jauh, retraktor lentis berkontraksi (mengerut) sehingga
lensa tertarik ke belakang. Indra pencium ikan juga berkembang dengan baik.
Indra pencium tersebut terletak di ruang kecil tepat di depan mata.
Ikan menggunakan indra tersebut untuk mencari makanan, menghindari
musuh, dan menemukan pasangan untuk kawin. Indra pendengar ikan mirip
dengan telinga dalam manusia dan tidak terlihat dari luar kena terletak di dalam
tengkorak. Telinga ikan membantu mendeteksi bunyi, menjaga keseimbangan
tubuh ikan, serta membantu ikan merasakan perubahan kecepatan dan arah
sewaktu berenang.
Ikanmempunyai indra tambahan yang disebut gurat sisi. Gurat sisi juga
disebut indra keenam. Fungsi gurat sisi adalah untuk mengetahui tekanan air.
Selain itu, alat ini dapat mendeteksi gangguan sekecil apa pun dilingkungannya.
Gurat sisi secara tepat dapat menentukan arah gangguan itu dan memberi
peringatan kalau ikan hampir menabrak karang atau benda lain
Ketika baru dilempar ke dalam air akan menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan. Perubahan tersebut terdeteksi oleh gurat sisi ikan yang terdapat
disamping kanan dan kiri tubuh ikan. Ikan menganggap isyarat perubahan itu
sebagai tanda bahaya (Sunarto dkk, 2004 : 139 - 148).
2.2.2. Sistem Indra Pada Invertebrata
2.2.2.1. Sistem Indra Pada Arthropoda
Jumlah dan jenis serangga sangat banyak, bahkan paling banyak dibanding
hewan lain di dunia in i. Sebagian besar serangga memiliki indra penglihat,
pendengar, dan peraba yang berkembang dengan baik. Pada umumnya, serangga
memiliki mata majemuk (faset) sebagai indra penglihatnya. Mata majemuk ini
terdiri atas ribuan unit-unit visual atau alat penerima rangsang cahaya yang
disebut omatidium (jamak: omatidia). Tiap-tiap omatidium memiliki satu lensa
yang hanya mampu menerima rangsang cahaya yang jatuh tegak lurus padanya.
Mata majemuk ini memungkinkan serangga untuk melihat objek yang bergerak
dengan cepat. Itulah sebabnya kita sulit menangkap lalat atau serangga yang lain.

12
Selain mata majemuk, serangga juga memiliki mata\tunggal yang
disebut oselus. (jamak: oseli).Oselus tidak dapat mengindra bayangan
sejati. Oselus berfungsi untuk menangkap perubahan intensitas cahaya kemudian
serangga menanggapi dengan meningkatkan atau mengurangi aktivitasnya.
Rangsang cahaya yang jatuh di oselus akan meningkatkan kecepatan berjalan
atau terbang serangga. Mata serangga dapat membedakan wama dan bentuk
benda.Indra pendengar pada beberapa jenis serangga, misalnya jangkrik dan
belalang, terdapat di kedua kaki depannya, sedangkan indra pendengar serangga
jenis ngengat terletak di bagian antarruas dada. Indra pendengar tersebut berupa
selaput mirip gendang telinga.Kemampuan mendengar pada serangga sangat
bervariasi. Misalnya, kupu-kupu mampu mendengar suara yang berfrekuensi
lebih rendah daripada frekuensi suara yang dapat didengar manusia. Lebah dapat
mendengar suara dengan frekuensi 250 getaran per detik, belalang bahkan dapat
mendengar bunyi yang berfrekuensi antara 2.000-1.000.000 getaran per detik.
Semua serangga dilengkapi dengan sepasang antena sebagai indra peraba. Antena
pada beberapa serangga juga berfungsi sebagai indra pencium. Bahkan, antena
pada beberapa jenis lalat dan beberapa jenis kupu-kupu dapat menerima
gelombang bunyi. Antena membantu serangga menemukan makanan,
membedakan kawan atau lawan, dan mencari pasangan untuk kawin.
Dapat disimpulkan indra penglihat serangga terdiri atas mata majemuk dan
mata tunggal. Indra pendengar serangga berupa selaput mirip gendang telinga.
Indra peraba (dan juga indra pencium,) serangga adalah sepasang antena.
2.2.2.2. Sistem Indra Pada Annelida
Indra cacing tanah yang berkembang cukup baik adalah indra penerima
rangsang cahaya. Indra tersebut terdapat di seluruh permukaan tubuh dan hanya
berfungsi untuk membedakan gelap dan terang, tidak dapat membedakan warna.

13
Indra penerima rangsang cahaya pada cacing tanah tersusun oleh sel-sel yang peka
cahaya. Sel-sel tersebut terletak pada permukaan tubuh cacing terutama di bagian
punggung (dorsal).
Tanggapan atau respon cacing tanah ketika menerima cahaya yang kuat ialah
menjauhi sumber cahaya. Hal itu merupakan bentuk adaptasi cacing tanah yang
menyukai tempat-tempat yang teduh dan lembap agar permukaan kulit tetap basah
atau lembap. Indra lain pada cacing tanah yang telah diketahui berkembang
dengan baik adalah indra pengecap. Melalui indra pengecap, cacing dapat
membedakan kol hijau dan kol merah atau seledri dan wortel. Cacing pipih,
misalnya planaria, mempunyai sepasang bintik mata yang peka terhadap cahaya.
Meskipun tidak dapat digunakan untuk melihat, kedua bintik mata tersebut dapat
membantu planaria untuk mengenali lingkungan. Pada kedua sisi tubuh bagian
depan (anterior) juga terdapat indra penerima rangsang yang dapat membantu
planaria menemukan makanan.

2.2.2.3. Sistem Indra Pada Protozoa


Pada umumnya tidak memiliki indera, tetapi peka terhadap rangsangan
cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan paramaecium akan menjauh. Englena
hanya memiliki alat menerima rangsang cahaya berupa bintik mata berwarna
merah didekat flagelnya. Bila ada cahaya tersebut
Pada umumnya, protozoa memiliki kepekaan terhadap rangsangan yang
berupa zat kimia. Hal ini terbukti dan bergeraknya Amoeba sp. apabila
menemukan makanan. Selain itu, Amoeba sp. juga peka terhadap rangsang
sentuhan dan cahaya. Sentuhan dan cahaya yang kuat akan merangsang Amoeba
sp. untuk bergerak menjauh. Euglena sp. yang merupakan hewan bersel satu,
berbulu cambuk, dan berkiorofil akan bergerak ke arah datangnya cahaya. Respon
ini penting untuk membantu berlangsungnya fotosintesis. Akan tetapi, Euglena sp.
akan menjauh apabila mendapat cahaya secara langsung.
2.2.2.4. Sistem Indra pada Cacing Pipih
Cacing pipih, contohnya planaria memiliki sepasang bintik mata pada bagian
interior tubuhnya. Bintik mata tersebut sangat peka terhadap rangsangan cahaya.
Planaria cenderung bergerak menjahui cahaya.
2.2.2.5. Sistem Indra Pada Mollusca

14
Salah satu cotoh dari Mollusca adalah Bekicot. Bekicot mempunyai dua pasang
antena. Pada sepasang antenna yang panjang, diujungnya terdapat mata sebagai
indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi sebagai
indera peraba.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
3.1.1. Sistem indera adalah bagian dari sistem sarafyang berfungsi untuk
proses informasi indera. Di dalam sistem indera, terdapat reseptor
indera, jalur saraf, dan bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan
indera.
3.1.2. Beberapajenis. mamalia memiliki indra yang sangat peka. Indra
kucing yang sangat peka ialah indra peraba, penglihat, dan pendengar
Indra anjing yang sangat peka ialah indra pencium dan pendengar
Indra kelelawar yang sangat peka ialah indra pendengar. Indra pada
reptilia yang berkembang dengan baik adalah indra pencium.
3.1.3. Cacing pipih, contohnya planaria memiliki sepasang bintik mata pada
bagian interior tubuhnya. Bekicot mempunyai dua pasang antena.

15
Pada umumnya, protozoa memiliki kepekaan terhadap rangsangan
yang berupa zat kimia.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, dkk. 2004. Konsep dan Penerapan Sains Biologi. Solo: Tiga
Serangkai

16

Anda mungkin juga menyukai