RIAU
Disusun oleh :
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
a. Emboli
1) Emboli kardiogenik
3) Penyakit ekstrakranial
5) Arteri vertebralis.
c. Penyakit intracranial
3) Arteri basalis
1) Hipertensi
2) Malformasi arteri-vena
3) Angiopati amiloid
5) Migraine
6) Kondisi hiperkoagulasi
9) Miksoma atrium.
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tak jelas, kecuali
nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat
aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual
dan muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran
biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% antara ½ s.d 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19
hari).
4. PATOFISIOLOGI
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteri karotis dan system
vertebrobasilar dan semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran
darah kejaringan otak terputus selama15 samapai 20 menit, akan terjadi
infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri
tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri
tersebut (Price, 2000).
1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dam thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah atau
peradangan
2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok
atau hiperviskositas darah
3) Gangguan aliran darah akibat bekuan embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh ekstrakranium
4) Rupture vascular didalam jaringan otak atau
ruang subaraknoid (Price,2005).
5. PATHWAY
B.
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS MAHASISWA
Nama Mahasiswa : Riska Maulita, S.Kep
NIM : SK.320034
B. WAKTU PENGKAJIAN
Tanggal : 09-06-2021
Jam Pengkajian : 08.00 WIB
C. IDENTITAS PASIEN
Initial Pasien : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 48 Thn
Diagnosa Medis : Tromboemboli Vena Serebral
D. RIWAYAT PENYAKIT
Alasan masuk RS :
Pasien mengatakan tiba-tiba merasakan mati rasa pada tungkai atas kiri,
lemah dan susdah bergerak secara bebas. 36 hari sebelumnya pasien datang
dengan keluhan demam, malaise, nyeri pada pinggang, dan sakit kepala
sebelah kanan. Menjalankan tes dengan hasil reaksi berantai polimerase RNA
positif untuk COVID-19, dan diagnosis dikonfirmasi melalui usap nasofaring,
menggunakan tes reaksi berantai transkrip balik SARS-CoV-2.
Keluhan Utama :
Pasien mengatakan merasakan sakit kepala parah sebelah kanan ± 8 jam
dan sudah di bantu dengan mengkonsumsi obat ibuprofen.
E. Survey Primer
a. Airway+ Controll Cervical
Pasien tidak mengalami sumbatan pada jalan nafas. Bernafas bernafas
dengan baik, tidak ada tanda gejala suara napas tambahan.
b. Breathing + Ventilasi
Terpasang ventilator : Pasien Bernafas dengan baik tanpa
menggunakan alat bantu nafas, mengalami perkembangan dada yang
normal/simetris antara dada kanan dan kiri. Frekuensi napas : 17 x/menit
dengan pernafasan reguler, tidak menggunakan otot tambahan, Auskultasi
paru: Vesiculer, Perkusi paru: Resonan di kedua lapangan paru, tidak ada
Reflek batuk.
c. Circulation
Frekuensi Nadi : 97 x/menit, Irama Nadi : reguler, Kekuatan : kuat,
TD : 178/88 mmHg, Akral : hangat, Warna kulit : kemerahan, Capilleri
refill : < 3 detik, tidak ada Nyeri dada, tidak Perdarahan.
d. Disability (deficit neurologis)
Tingkat kesadaran (kualitatif) : Composmentis, Tingkat Kesadaran
(kuantitatif) : GCS = E : 3 M : 6 V : 5, dengan keadaan, Pupil : isikor,
Nilai kekuatan otot : Pengujian motorik menunjukkan kekuatan 3/5 dari
semua kelompok otot ekstremitas atas kiri. Ada dismetria serebelar pada
lengan kiri. Skor Skala Stroke National Institutes of Health adalah 4.
e. Eksposure
Suhu Tubuh pasien 36,7 0C, pekecekan dilakukan pada bagian aksila
kanan Pasien.
F. Survey Sekunder
Kulit Kepala : Computed tomography (CT) kepala nonkontras
menunjukkan perdarahan kortikal akut kecil di lobus parietal kanan, dengan
tepi edema vasogenik di sekitarnya (Gambar 1A). Pada gambar aksial serial,
mulai dari perdarahan dan berlanjut ke sinus sagital superior, terdapat struktur
lengkung dengan atenuasi yang meningkat yang menutupi korteks.
Wajah :
Mata :
Inspeksi : Konjungtiva ananemis, sclera non ikterik
Palpasi : Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
Tes ketajaman visual : Normal, dapat membaca dengan jarak 30 cm
Tes lapang pandang : Normal
Telinga :
Inspeksi : Tampak bersih, bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen
Palpasi : Normal, tidak ada nyeri tekan
Tes ketajaman pendengaran : Normal, tes rinne +/+
Hidung :
Inspeksi : Normal, bentuk simetris kiri dan kanan
Palpasi : Normal, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan
Tes penciuman : Baik, dapat membedakan bau yang berbeda
Mulut dan Tenggorokan :
Inspeksi : Bersih, bibir tampak kering, tidak ada stomatitis, jumlah gigi tidak
lengkap
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, batuk, dahak encer berbusa.
Tes rasa : Baik, dapat membedakan sensasi rasa
Leher :
Inspeksi : Normal, warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, tidak
ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening
Palpasi : Normal, tidak ada nyeri tekan, JVP meningkat.
Auskultasi : Normal, arteri karotis terdengar
Cor :
Inspeksi : Normal, simetris, bentuk dan postur normal, ada tanda-tanda
disstres pernapasan, tidak terdapat sianosis, ada edema dibagian paru, Kedua
belah dada simetris, gerakan pernapasan berkuang.
Auskultasi : Suara pernafasan Ronki, Bunyi jantng S1>S2, murni tidak ada
suara tambahan.
Perkusi : Jantung Redup (pekak) dan paru Terdengar bunyi resonan, sonor.
Palpasi : Ada nyeri tekan, Massa, Pernafasan Bunyi taktil fremitus sama,
Terdapat pulsasi cordis teraba.
Pulmo :
Inspeksi : taktil fremitus menurun pada kedua lapang paru
Palpasi : Vokal fremitus menurun
Perkusi : perkusi redup pada kedua lapang paru.
Auskultasi : vesikuler melemah pada kedua lapang paru.
Abdomen :
Inspeksi : Simetris antar kanan dan iri, elastis, putih, stretch.
Auskultasi : Bising usus tidak teratur.
Perkusi : Timpani
Palpasi : Ada nyeri tekan
VU (Vesica Urinaria) :
Tidak ada Distensi VU, dan tidak Nyeri
Pelvis :
Tidak Krepitasi
Ekstremitas :
Pengujian motorik menunjukkan kekuatan 3/5 dari semua kelompok otot
ekstremitas atas kiri. Ada dismetria serebelar pada lengan kiri. Skor Skala
Stroke National Institutes of Health adalah 4. Temuan laboratorium
abnormal/berhubungan tercantum dalam Tabel 1. Pemeriksaan trombofilia
termasuk aktivitas faktor 8 minimal tinggi pada 162% (kisaran 50-149%);
lupus antikoagulan negatif, dan beta 2 glikoprotein dan antibodi kardiolipin
normal. Penyebab lain dari trombosis vena serebral disingkirkan.
Bagian punggung :
Tidak ada rasa nyeri pada bagian punggung
Pemeriksaan EKG :
Pemeriksaan penunjang :
CT Scan
Computed tomography (CT) kepala nonkontras menunjukkan perdarahan
kortikal akut kecil di lobus parietal kanan, dengan tepi edema vasogenik di
sekitarnya (Gambar 1A). Pada gambar aksial serial, mulai dari perdarahan dan
berlanjut ke sinus sagital superior, terdapat struktur lengkung dengan atenuasi
yang meningkat yang menutupi korteks. Isinya l CT intensitas tinggi
menunjukkan darah beku dalam vena kortikal trombosis (Gambar 2).
CT angiografi leher dan kepala normal, tanpa malformasi vaskular.
Pencitraan resonansi magnetik kepala mengkonfirmasi adanya lesi parietal
kanan (Gambar 1B). Venografi resonansi magnetik adalah diagnostik
trombosis vena serebral. Ini menunjukkan tidak adanya vena parietal kanan
serta defek pengisian kecil dimana vena memasuki sinus sagital superior
(Gambar 3). Tekanan darah dikontrol pada 147/87 mmHg dengan
menggunakan label talol 20 mg intravena.
Saat dirawat, pasien diberikan 80 mg enoxaparin subkutan setiap 12 jam
dengan total 2 dosis dan 500 mg levetiracetam intravena dengan total 2 dosis.
Pasien tetap stabil secara neurologis selama masuk. Setelah dipulangkan, ia
mengalami kemajuan yang memuaskan, dengan perbaikan gejala dan tanda
yang lambat. Dia kembali bekerja seminggu setelah keluar saat menjalani
terapi okupasi. Pada 4 dan 8 minggu setelah stroke, satu-satunya defisit yang
tersisa adalah mati rasa ringan pada jari telunjuk kiri. Tindak lanjut pencitraan
resonansi magnetik menunjukkan pematangan bekuan dan penyusutan
progresif hematoma intraserebral (Gambar 4).
Gambar 2. Ini adalah potongan tipis yang berdekatan (A–M) dari
pemindaian tomografi terkomputasi awal yang sama seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1. Perhatikan bahwa area lengkung dengan intensitas sinyal
yang meningkat, tepat di bawah tengkorak (panah putih), berjalan dari
hematoma ke sinus sagital superior (panah hitam di L) dan mewakili vena
kortikal yang mengalami trombosis. Di dalam sinus sagital superior (panah
hitam di L), ada gradien intensitas sinyal: bagian kiri gambar memiliki sinyal
yang lebih ringan yang menunjukkan darah yang membeku di dalam sinus. Ini
mewakili area kehilangan sinyal pada venogram resonansi magnetik pada
Gambar 3.
Gambar 3. Venogram resonansi magnetik awal otak, menunjukkan defek
pengisian kanan di dalam sinus sagital superior. Hal ini disebabkan oleh
trombus di dalam sinus, di lokasi vena kortikal yang mengalami trombosis.
Saya t berkorelasi baik dengan pemindaian tomografi terkomputasi pada
Gambar 1.
Pemeriksaan Laboratorium :
No Jenis Pemeriksaan Nilai Normal (satuan) Hasil (satuan)
Terapi saat ini (ditulis dengan rinci) :
Hari/Tanggal : Selasa, 09-06-2021
Jenis
No Dosis Fungsi
Obat/Terapi
1. Enoxaparin 80 mg subkutan setiap 12
jam dengan total 2 dosis
dan 500 mg levetiracetam
intravena dengan total 2
dosis.
2. ibuprofen 1 kapsul ± 8 jam Meredakan nyeri pada bagian
kepala kanan
Riska Maulita
C. ANALISA DATA
TANGGA & MASALAH
DATA FOUS ETIOLOGI
JAM KEPRAWATAN
Selasa, 09-06-DS : Agen Cedera Biologis Nyeri Akut
2021 Pasien mengatakan merasakan sakit kepala parah sebelah kanan ±
09.00 WIB 8 jam dan sudah di bantu dengan mengkonsumsi obat ibuprofen.
DO:
TD : 178/88 mmHg,
Computed tomography (CT) kepala nonkontras menunjukkan
perdarahan kortikal akut kecil di lobus parietal kanan, dengan
tepi edema vasogenik di sekitarnya (Gambar 1A). Pada gambar
aksial serial, mulai dari perdarahan dan berlanjut ke sinus sagital
superior, terdapat struktur lengkung dengan atenuasi yang
meningkat yang menutupi korteks.
Selasa, 09-06-DS : Imobilitas Intoleransi
2021 Pasien mengatakan tiba-tiba merasakan mati rasa pada tungkai atas Aktivitas
09.00 WIB kiri, lemah dan susdah bergerak secara bebas
DO:
Pengujian motorik menunjukkan kekuatan 3/5 dari semua
kelompok otot ekstremitas atas kiri. Ada dismetria serebelar pada
lengan kiri. Skor Skala Stroke National Institutes of Health
adalah 4. Temuan laboratorium abnormal/berhubungan
tercantum dalam Tabel 1. Pemeriksaan trombofilia termasuk
aktivitas faktor 8 minimal tinggi pada 162% (kisaran 50-149%);
lupus antikoagulan negatif, dan beta 2 glikoprotein dan antibodi
kardiolipin normal. Penyebab lain dari trombosis vena serebral
disingkirkan.
D. DIAGNOSA KEPRAWATAN
N KODE
DIAGNOSA KEPERAWATAN TTD
O
1. Nyeri Akut B/D Agen Cedera Biologis 00132 Riska
2. Intoleransi Aktivitas B/D Imobilitas 00092 Riska
Andra & Yessie. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa Teori
dan Contoh Askep). Yogyakarta : Nuha Medika.
Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC). Copyright 2016 Elsevier Singapore Pte Ltd.
Herdman. T. H., & Kamitsuru., S. (2018-2020). NANDA International Nursing
Diagnoses : Definitions And Classification 2018-2020. Jakarta : EGC.
KEMENKES RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Mansjoer, A, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Randy, M, C & Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.
Sue. M., Marion. J., Meridean. L. M., & Elizabeth. S. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Copyright 2016 Elsevier Singapore Pte Ltd.
Taylor, C. 2013. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC.